You are on page 1of 9

Tidak diragukan lagi, keutamaan ilmu dan

kedudukannya yang tinggi di dalam agama


Islam ini. Ilmu merupakan fondasi berpijak.
Tidak mungkin Syariat bisa tegak berdiri dan
Ibadah bisa terlaksana dengan baik dan benar
kecuali jika berlandaskan ilmu.
Ilmu sebagai asas awal dan utama dalam
bertindak. Sebagaimana Allah firmankan :






: ]





[19
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak
ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
(Q.S. Muhammad : 19)
Dan Rasulullah sebagai orang yang berilmu
dalam agama ini, rutin setiap hari setelah
subuh berdoa supaya ditambahkan ilmu yang
bermanfaat. Sebagaimana tercantum dalam
hadits yang terdapat dalam musnad Imam
Ahmad dan sunan Ibnu Majjah dari Ummu
Salamah








:






Sesungguhnya Rasulullah berdoa setelah
salam sholat subuh : Allahumma inni as
aluka ilman nafian wa rizqan thoyyiban
wa amalan mutaqabbalan (Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu
yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan
yang diterima). (Riwayat Imam Ahmad :
6/294, Ibnu Majjah : 925. Syaikh Al Albani
berkata hadits shohih)
Rasulullah memulai harinya dengan
memohon ilmu yang bermanfaat, rizki yang
halal lagi baik, dan amal perbuatan yang
diterima. Hal itu dikarenakan seorang hamba
tidak mampu membedakan antara harta yang
baik dan yang buruk serta tidak bisa
mengetahui amalan yang terpuji dan yang
tercela kecuali dengan ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat merupakan cahaya dan
petunjuk bagi pemiliknya. Sebagaimana Allah
berfirman :




















[52 : ]
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu
wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui
apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami
tunjuki dengan dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi
pentunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S. Asy
Syura : 52)
Permisalan ahli ilmu di dalam suatu umat
sebagaimana seseorang yang membawa
lampu di kegelapan malam. Dia menerangi
jalan untuk orang-orang lain. Orang di
sekitarnya dapat berhati-hati akan adanya
duri di jalan. Sehingga dengan adanya ahli
ilmu diantara suatu umat akan bisa membuat
orang-orang di sekitarnya berjalan bersama-
sama di jalan yang lurus nan benar.
Banyak dalil baik berupa ayat Al Quran
maupun Sunnah nabi-Nya yang menjelaskan
keutamaan, kemuliaan, kedudukan, dan
penghargaan yang tinggi untuk ilmu dan ahli
ilmu. Allah menyandingkan persaksian-Nya
yang agung diantara persaksian para Malaikat
dan orang-orang yang berilmu yang mana hal
itu menunjukkan keutamaan dan kemulian
ahli ilmu. Sebagaimana firman-Nya :



: ]





[18
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Q.S. Ali Imran : 18)
Allah menceritakan keutamaan ahli ilmu
dalam firman-Nya :









[9 : ]

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat
dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.
(Q.S. Az Zumar : 9)
Di dalam firman tersebut Allah menyatakan
suatu pertanyaan yang jawabannya diketahui
oleh semua makhluknya. Bahwa jelas berbeda
antara orang yang berilmu dengan orang
yang tidak berilmu.
Dalam firman-Nya yang lain :









] [11 :

Hai orang-orang yang beriman apabila
dikatakan kepadamu : Berlapang-lapanglah
dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan : Berdirilah kamu,
maka berdirilah niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
)(Q.S. Al Mujadilah : 11
Yang dimaksud dari firman di atas yaitu Allah
mengangkat derajat orang mukmin yang
berilmu diatas orang mukmin yang tidak
berilmu. Tingginya derajat ahli ilmu
menunjukkan agungnya keutamaan dan
kedudukan ilmu.


























Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk
menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga,
dan para malaikat akan mengayominya
dengan sayap-sayap mereka karena ridla
kepada penuntut ilmu, seluruh penduduk
langit dan bumi bahkan ikan paus di lautpun
akan memintakan ampun bagi seorang 'alim,
keutamaan seorang 'alim dengan ahli ibadah
bagaikan bulan dengan seluruh bintang-
bintang, sesungguhnya para ulama' adalah
pewaris para nabi, dan para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, melainkan
mereka hanya mewariskan ilmu, maka
barangsiapa mengambil ilmu tersebut, ia
akan mendapatkan keuntungan besar."
(Riwayat Imam Ahmad : 5/196, Abu Dawud :
3641, Tirmidzi : 2682, Ibnu Majjah : 223, Ibnu
Hibban : 88. Syaikh Al Albani berkata hadits
hasan li ghairihi)
Diriwayatkan oleh Ath Thabrani di dalam Al
Ausath dengan sanad hasan, dari Abu
Hurairah beliau melewati pasar di Madinah
dan berhenti. Kemudian berkata : Wahai
orang-orang yang di pasar, apa yang
menyibukkanmu?. Mereka berkata : Kenapa
denganmu, Abu Hurairah?. Beliau
menjawab : Disana ada pembagian warisan
Rasulullah sedang kamu hanya disini saja
dan tidak pergi kemudian mengambil
bagianmu. Mereka bertanya : Dimana itu?.
Beliau berkata : di masjid. Sehingga mereka
keluar dengan cepat menuju masjid. Abu
Hurairah menunggu mereka hingga mereka
kembali dan berkata : Apa yang kalian
temui. Mereka menjawab : Wahai Abu
Hurairah, kami mendatangi dan masuk masjid
dan tidak kami dapati apapun yang dibagi.
Beliau berkata : Apakah tidak ada
seseorangpun yang kamu lihat di masjid?.
Mereka berkata : Kami hanya melihat orang-
orang yang sedang sholat, membaca Al
Quran, dan yang lain saling membahas halal
dan haram. Beliaupun berkata : Itulah
warisan Rasulullah .
Hal itu lah yang menjadi tujuan dan warisan
Nabi . Karena Nabi tidak mewariskan dinar
dan dirham namun hanya mewariskan ilmu.
Sehingga keagungan kedudukan seorang
hamba berbanding lurus dengan kadar ilmu
dan warisan Nabi yang didapatkan olehnya.
Terdapat hadits di dalam Shahihain dari
Muawiyah bahwa Nabi bersabda :









Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan
pada dirinya niscaya Allah akan pahamkan
orang itu dalam urusan agama. (Riwayat
Bukhari : 71, 3116, 7312 dan Muslim : 1038)
Yang dimaksud kebaikan di atas bisa
bermakna keagungan dan kemuliaan yang
Allah berikan kepada paham dalam urusan
agama-Nya. Dan salah satu tanda dan
indikator Allah menghendaki kebaikan kepada
seorang muslim yaitu dengan dia semangat
dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Ibnul Qoyyim berkata : Hal di atas
menunjukkan pemahaman seseorang dalam
Agama seharusnya berbanding lurus dengan
amal yang terlaksana atas dasar ilmunya.
Namun jika seseorang hanya paham di dalam
ilmu agama tanpa diwujudkan dalam amal
maka tidak akan muncul kebaikan pada
dirinya. Sehingga yang dimaksudkan paham
di dalam hadits di atas adalah paham yang
diwujudkan dalam amal.
Tujuan dari menuntut ilmu diantaranya yaitu
menghilangkan kebodohan dari diri sendiri,
mewujudkan hak persembahan ibadah hanya
kepada Allah di atas dasar ilmu sehingga
akan terwujud kebaikan kepada diri dan orang
di sekitarnya.
Dalam kitab Miftah darus saadah dikatakan
bahwa ilmu yang hampa dari amal tidak akan
melahirkan kebaikan apapun. Karena ilmu
sebatas pijakan awal seseorang menuju
tercapainya kebaikan. Demikian juga, ilmu
menjadi hal yang wajib untuk memperoleh
kebaikan. Ilmu mengharuskan amal. Yang
dimaksud amal adalah mewujudkan setiap
sesuatu kepada Allah semata. Dan hal
tersebut tidak dapat terwujud dengan baik
dan benar tanpa dilandasi dengan ilmu
pengetahuan yang benar, dasar yang kokoh,
dan selaras dengan Al Quran dan Sunnah
Rasulullah .

You might also like