You are on page 1of 5

ACARA II

KULTUR BIJI (JERUK NIPIS)

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Teknik kultur jaringan adalah teknik budidaya berbagai bagian
tanaman seperti organ, jaringan, sel, kelompok sel dan protoplas yang
dilakukan secara in vitro. Bagian-bagian tanaman tersebut diistilahkan
sebagai eksplan dipisahkan dari lingkungan alaminya dan
dibudidayakan pada medium buatan yang steril agar dapat
beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap kembali.
Kultur jaringan merupakan suatu metode perbanyakan tanaman secara
in vitro dengan menggunakan sedikit jaringan dari suatu tanaman.
Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus genuk yang termasuk
jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki bahan dan ranting. Jeruk
nipis mengandung senyawa flavonoid saponin dan fenol. Jeruk nipis
mengandung senyawa asam organik yang memiliki aktivitas
antibakteri asperti asam sitrat yang merupakan komponen utama
kemudian asam malat, asam laktat dan asam tartarat. Perbanyakan
jeruk secara in vitro dapat dilakukan dengan menggunakan eksplan biji
dan hipokotil. Biji jeruk mempunyai sifat apomiksis sehingga dapat
membentuk tanaman yang true to type. Media perbanyakan jeruk
secara in vitro yang banyak diujikan dan dipakai yaitu media
Murashige dan Skoog (MS) yang dikombinasikan dengan zat pengatur
tumbuh (ZPT) seperti auksin dan sitokinin.
Hormon sintetis yang kerjanya sama dengan sitokinin antara lain
Benzyl Amino Purine (BAP). BAP berfungsi memacu pembelahan sel
dalam jaringan yang dibuat eksplan dan memacu pertumbuhan tunas.
Penambahan BAP 0,5 mg/l pada media MS mampu menginduksi tunas
dengan jumlah tinggi. Biji memiliki berbagai hormon endogen seperti
auksin, sitokinin dan giberelin yang mencukupi untuk pertumbuhan
dan morfogenesis biji sehingga pemberian BAP eksogen tidak
mempengaruhi bahkan dapat menghambat pertumbuhan eksplan.
Pemberian BAP terhadap induksi tunas dari eksplan biji utuh
cenderung memperlambat waktu munculnya jumlah tunas yang
terbentuk.
2. Tujuan
Tujuan praktikum acara Kultur Biji (Jeruk Nipis) sebagai berikut:
a. Mengetahui cara sterilisasi dari kultur biji
b. Mempelajari cara penanaman kultur biji
c. Mengetahui pengaruh media terhadap kultur biji
B. Tinjauan Pustaka
Kultur biji merupakan budidaya secara in vitro dengan eksplan
biji pada media yang steril dan kaya dengan nutrisi sehingga biji dapat
beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan kultur biji adalah komposisi media
(adanya vitamin, gula dan zat pengatur tumbuh) dan stimulus fisik
(cahaya, pH dan suhu). Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam teknik kultur
sangat nyata pengaruhnya teknik kultur pada upaya perbanyakan tanaman
sulit diterapkanjika tidak melibatkan ZPT. Teknik kultur jaringan
menggunakan dua golongan ZPT yang sering digunakan yaitu auksin dan
sitokinin. BAP (6-Benzylaminopurine) dan 2,4-Dichlorophenoxyacetic
acid (2,4-D) merupakan ZPT sintetis yang mempunyai sifat stabil yakni
tidak mudah terurai oleh pemanasan pada proses sterilisasi dan harga
relatif murah (Endang et al. 2013)
Zat pengatur tumbuh sitokinin jenis BAP dapat meningkatkan
pembelahan sel, proliferasi dan morfogenesis tunas. Pemberian 0,5gr/l
BAP pada media MS mampu menginduksi tunas dengan jumlah tertinggi.
Biji memiliki hormon endogen seperti auksin, sitokinin dan giberelin yang
tercukupi untuk pertumbuhan dan morfogenesis biji. Proses perkembangan
biji tidak terlepas dari peranan hormon endogen yang salah stunya
sitokonin yang merangsang pembelahan sel yang menghasilkan
munculnya akar dan tunas. Kebutuhan sitokinin untuk pembentukan tunas
pada eksplan biji utuh dapat di lihat dengan pemeberian BAP. Pemeberian
BAP pada eksplan kotiledon cenderung menurunkan persentase
pembentukan akar (Purba et al. 2011)
Kelebihan memproduksi benih melalui kultur jaringan adalah
tidak tergantung musim hanya memerlukan bagian tanaman yang
berukuran kecil (eksplan) yang dapat digandakan menjadi sejumlah
planlet, benih yang dihasilkan lebih banyak dan seragam serta sifatnya
sama dengan induknya. Eksplan yang ditanam secara in vitro memiliki
kelemahan karena membutuhkan teknik sterilisasi yang lebih sulit.
Sterilisasi dilakukan untuk mengurangi tingkat kegagalan kultur karena
kontaminasi (Yuniyati dan Hartati 2015).
Teknik kultur jaringan akan dapat berhasil dengan baik apabila
syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat meliputi pemilihan
eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus, penggunaan
mediun yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik
terutama untuk kultur air. Prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan
tetapi sebaiknya memilih bagian tanaman yang muda. Kultur jaringan
menggunakan embrio atau bagian-bagian biji harus memperhatikan
kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormasi
(Hendaryono dan Ari 2012).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Praktikum acara Kultur Biji (Jeruk Nipis) dilaksanakan hari
Senin, 3 April 2017 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi
Tanaman dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. LAF (Laminar Air Flow)
2. Botol-botol kuljar
3. Petridish
4. Pinset
5. Pisau
6. Plastik Wrap
b. Bahan
1. Eksplan biji jeruk nipis
2. Media kultur
3. Alkohol 96%
4. Aquades steril
5. Chlorox (sunclin)
6. Deterjen air destilasi steril
3. Cara Kerja
a. Sterilisasi dan penanaman bahan tanam
1. Mengupas buah jeruk nipis dan mengambil bijinya
2. Membersihkan biji jeruk nipis dengan memberi air deterjen
dalam botol dan menggojok hingga busa sabun hilang
3. Merendam biji jeruk dengan aquades
b. Penanaman eksplan biji jeruk
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dengan merendam
pinset kedalam alhokol dan menyalakan api bunsen
2. Mengeluarkan eksplan biji jeruk pada petridis dan merendam
kedalam aquades lalu ditiriskan
3. Merendam eksplan biji jeruk nipis kedalam larutan chlorox
selama 1 menit dan meniriskan pada petridis
4. Membuka plastik penutup media kultur
5. Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan
pinset. Satu botol kultur diisi 3 biji jeruk nipis. Setelah
digunakan pinset harus selalu dibakar di atas api
6. Selama penanaman mulut botol harus selalu dekat dengan api
untuk menghindari kontaminasi
7. Menutup botol media kultul dengan plastik wrap dan
meletakkan botol kultur di rak-rak kultur
8. Melakukan pengamatan setiap 3 hari sekali untuk melihat akar,
tunas, daun dan kalus yang muncul
DAFTAR PUSTAKA

Endang L, Tutik N, Siti N 2013. Pengaruh Konsentrasi ZPT 2,4-D dan BAP
terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium
laxiflorum J.J Smith secara In Vitro. J Sains dan Seni Pomits 2 (1) :
2337-3520.

Hendaryono S, Ari W 2012. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk


Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta :
Kanisius.

Purba L, Siti F, Wahyu L 2011. Induksi Tunas Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.)
asal Kampar dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) secara In
Vitro. Riau : Universitas Riau.

Yuniyati N, Hartati S 2015. Perbanyakan Jambu Mete (Anacardium occidentale)


Melalui Kultur Jaringan untuk Produksi Benih Masal. Prosiding
Seminar Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor, 29 April.

You might also like