You are on page 1of 5

.

Bab I
Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, telah
membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek
kehidupan bangsa Indonesia (Mardiasmo, 2002:3). Seiring dengan
bergulirnya era reformasi, muncul paradigms baru dalam sistem
pemerintahan yang semula bersifat sentralistis menjadi desentralistis. Hal
ini diperkuat dengan lahirnya Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, yang kemudian keduanya direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun
2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004.
Implikasi dari diterapkannya UU otonomi daerah tersebut
diantaranya adalah adanya pelimpahan kewenangan clari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah (Pemda) untuk mengelola daerahnya
sendiri secara lebih leluasa. Dalam hal pelimpahan kewenangan ini,
termasuk pelimpahan/pengalihan Barang Milik/Kekayaan Negara (aset)
kepada pemda. Sehingga kewenangan pemda dalam mengelola aset
yang dimiliki/dikuasainya menjadi semakin besar. Perubahan tersebut
meliputi terjadinya kenaikan jumlah maupun nilai aset/kekayaan
negara yang dikuasai pemda yang tadinya dimiliki/dikuasai pemerintah
pusat/provinsi.
Menurut G. Shabbir Cheema (1993:7), bahwa salah satu
permasalahan (issue) yang umum dihadapi dalam manajemen perkotaan
adalah meningkatIcan struktur dan manajemen keuangan. Oleh karena
itu, pengelolaan aset/kekayaan daerah yang baik diharapkan dapat
menunjang terhadap manajemen keuangan daerah yang baik pula karena
aset/kekayaan negara/daerah merupakan salah satu unsur dari keuangan
negara/daerah.
Mardiasmo (2002:237) menyatakan bahwa "terkait dengan semakin
besarnya kewenangan daerah untuk melakukan manajemen aset negara
atau secara spesifik adalah manajemen aset daerah, maka pemerintah

1
.

daerah perlu menyiapkan instrumen yang tepat untuk melakukan


manajemen aset daerah secara profesional, transparan, akuntabel,
efisien, dan efektif mulai dari perencanaan, pengelolaan/pemanfaatan,
serta pengawasannya". Sasaran strategis yang harus dicapai daerah
dalam kebijakan pengelolaan aset daerah, menurut Mardiasmo
(2002:241), antara lain meliputi: (1) terwujudnya ketertiban administrasi
mengenai kekayaan daerah, menyangkut: inventarisasi tanah dan
bangunan, sertifikasi kekayaan daerah, penghapusan dan penjualan aset
daerah, sistem pelaporan kegiatan tukar menukar, hibah, dan ruislag, (2)
terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah; (3)
pengamanan aset daerah; dan (4) tersedianya data/informasi yang alum-
at mengenai jumlah kekayaan daerah.
Manajemen (pengelolaan) aset menurut Siregar (2004:518) dapat
dibagi dalam lima tahapan kerja yaitu inventarisasi aset, legal audit,
penilaian aset, optimalisasi aset dan pengembangan sistem informasi
manajemen aset (SIMA). Kelima tahapan ini scaling berhubungan dan
terintegrasi. Sementara itu, menurut World Bank (2000), bahwa untuk
mencapai perbaikan pengelolaan aset di negara-negara sedang
berkembang dibutuhkan waktu yang panjang, dimana pencapaiannya
perlu dibagi dalam tahapan-tahapan jangka pendek. Fokus utama dalam
perbaikan pengelolaan aset di negara-negara sedang berkembang
menurut World Bank adalah: inventarisasi aset, pendokumentasian proses
perbaikan dan operasi aset, pengembangan sistem informasi aset,
penyiapan rencana manajemen aset, serta pengembangan kecakapan
(skill) dan kesadaran dalam pengelolaan aset.
Salah satu masalah utama dalam pengelolaan barang (aset) daerah
adalah ketidaktertiban dalam pengelolaan data barang (aset). Hal ini
menyebabkan pemerintah daerah kesulitan untuk mengetahui secara
pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-aset yang dikelola
pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya, serta
di sisi lain pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk
mengembangkan pemanfaatan aset pada masa yang akan datang
(Siregar, 2004:561).

2
.

Utomo (2003:18) menyatakan bahwa beberapa masalah yang


dihadapi dalam manajemen aset (properti) pada tingkat kabupaten/kota di
Indonesia meliputi: inventarisasi belum memberikan informasi yang
relevan dengan pengambilan keputusan aset properti, informasi keuangan
aset properti yang belum memadai, pemda belum memiliki badan/dinas
yang secara integrasi mengelola semua aset properti dan kurangnya
koordinasi dari dinas/unit yang beroperasi, serta transfer properti dari
pemerintah pusat/provinsi ke pemerintah kabupaten/kota, masalahnya
adalah sertifikat masih atas nama pemilik lama. Sementara itu,
Hendrawan (2003:12) menyatakan bahwa "pengelolaan aset di daerah,
masih bersifat administratif atau pencatatan saja. Itu pun belum begitu
bagus karena banyak aset yang tidak jelas statusnya. Hal ini merupakan
fenomena di negara berkembang yang memang masih buruk dalam
pengelolaan asetnya".
Masalah-masalah tersebut merupakan fenomena yang terjadi dalam
pengelolaan aset pada pemerintah daerah, yang pada umumnya terkait
dengan belum efektifnya pengelolaan aset yang dimiliki/dikuasainya.
Dengan pengelolaan aset yang baik, diharapkan pemanfaatan aset
menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga pada gilirannya keberadaan
aset bagi pemerintah daerah dapat memberikan nilai kemanfaatan yang
terbaik bagi program pembangunan di daerah (Siregar, 2004:562).

1.2 Permasalahan
Terwujudnya ketertiban administrasi kekayaan/aset daerah,
khususnya menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi
kekayaan daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem
pelaporan kegiatan tukar menukar, hibah, dan ruislag, terciptanya efisiensi
dan efektivitas penggunaan aset daerah; pengamanan aset daerah; dan
tersedianya data/informasi yang akurat mengenai jumlah kekayaan
daerah, merupakan sasaran-sasaran yang harus dicapai dalam
pengelolaan aset daerah (Mardiasmo, 2002:241). Sementara itu,
manajemen (pengelolaan) aset menurut Siregar (2004:518) dapat dibagi
dalam lima tahapan kerja yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian

3
.

aset, optimalisasi pemanfaatan aset dan pengembangan sistem informasi


manajemen aset (SIMA). Kelima tahapan ini saling berhubungan dan
terintegrasi. Kedua hal ini diperkuat oleh pernyataan World Bank (2000)
bahwa "fokus utama dalam perbaikan pengelolaan aset di negara-negara
sedang berkembang mencakup: inventarisasi aset, pendokumentasian
proses perbaikan dan operasi aset, pengembangan sistem informasi aset,
penyiapan rencana manajemen aset, serta pengembangan kecakapan
(skill) dan kesadaran dalam pengelolaan aset.
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan
aset termasuk aset tanah dan bangunan yang dimiliki/dikuasai pemerintah
daerah adalah :
1. Masih luasnya persentase tanah yang belum terinventarisasi;
2. Adanya bukti kepemilikan atas tanah yang belum diserahkan ke
Bagian Aset;
3. Masih banyaknya aset tanah dan bangunan yang belum mempunyai
bukti hukum yang jelas;
4. Adanya pemakaian tanah milik secara ilegal (penyerobotan);
5. Belum efektifnya sistem pengawasan dan pengendalian aset-aset
daerah.

Adanya masalah-masalah tersebut memberikan gambaran bahwa


pengelolaan aset daerah, khususnya tanah dan bangunan pada
pemerintah daerah belum sesuai dengan sasaran-sasaran yang telah
ditentukan dalam manajemen aset. Hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan aset tanah dan bangunan pada pemerintah daerah masih
belum efektif terutama ditinjau dari aspek tertib administrasinya.
Apabila permasalahan tersebut dibiarkan berlanjut, maka akan
berpotensi menimbulkan persoalan-persoalan sebagai berikut:
1. Adanya gugatan dan pemanfaatan aset tanah/bangunan tanpa hak
oleh pihak lain;
2. Pemerintah daerah akan mengalami kesulitan dalam mengetahui
secara pasti aset yang dimiliki/dikuasainya, sehingga aset yang
dikelolanya cenderung tidak optimal dalam penggunaannya;
3. Pemerintah daerah akan mengalami kesulitan dalam

4
.

mengembangkan pemanfaatan aset yang dimiliki/dikuasainya;


4. Tidak akuratnya data dan informasi aset yang dihasilkan sehingga
akan berpengaruh terhadap keakuratan neraca kekayaan daerah;
5. Tidak mendukung terwujudnya manajemen keuangan daerah yang
baik;

6. Tidak diperolehnya nilai kemanfaatan yang seimbang dengan nilai


intrinsik dan potensi yang terkandung dalam aset itu sendiri.

You might also like