You are on page 1of 11

ACARA II

PENGUAT INVERTING

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya bergantung pada hambatan umpn
balik dan input rangkaian.
b. Mengoperasikan Op-Amp inverting.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 15 April 2016
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Analog Digital Trainer
b. Kabel Jumper
c. Multimeter Digital
d. Osiloskop
e. Passive Probe
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Op-Amp 741
b. Resistor 1 k
c. Resistor 10 k
d. Resistor 20 k
e. Resistor 51 k
f. Resistor 100 k
g. Resistor 200 k

C. LANDASAN TEORI
Penguat operasional Op-Amp atau yang biasa disebut operational amplifier
merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan arus searah yang memiliki bati
(factor penguat) sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional
pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan
adalah seri 741. Ada beberapa hal menarik tentang sirkuit internal 741, yaitu transistor
masukan terhubung dengan konfigurasi pengikut emiter NPN yang keluarannya terhubung
secara langsung kepada sepasang transistor NPN yang terkonfigurasi sebagai penguat basis
-Vin Rf
Vout
+ Rin

bersama. Konfigurasi ini memisahkan masukan dan mencegah sinyal umpan balik yang
mungkin memiliki efek berbahaya yang bergantung pada frekuensi (Daryanto, 2008: 67).
Penguat membalik adalah suatu penguat di mana isyarat keluaran yang merupakan
hasil penguatan, berbeda fase 180o dengan isyarat masukan atau berlawanan fase. Pada
penguat membalik, isyarat masukan diberikan ke masukan yang negatif dan masukan yang
tidak membalik ditanahkan, seperti gambar di bawah ini:

+Vcc

2
7 6

3
Gambar 1. Rangkaian Penguat Membalik
-Vcc 4 Untuk menganalisis rangkaian pada gambar di atas, digunakan Golden Rules. Karena tidak ada
arus yang masuk ke input (+ atau -) Op-Amp (The Golden Rules 1), maka i1 = i2. Kemudian
dari hukun Ohm diperoleh:
V in + V a
i1 = R i

V a - V out
i2 = R f

The Golden Rules kedua, Va = Vb. Karena titik b ditanahkan, maka Vb = 0, sehingga Va juga
sama dengan nol. Dengan demikian, penguat tegangan lingkar tutup pada penguat membalik
adalah (Wahyudi, 2014: 69).
V out Rf
Av(lt) = V in =
R in

Op-Amp adalah suatu penguat dengan dua buah masukan dan satu keluaran. Untuk
mengendalikan penguatan yang tidak terlalu besar, maka dipasanglah rangkaian umpan balik
(feedback) ke masukan membalik. Umpan balik ini mengembalikan sebagian dari isyarat
keluaran ke masukan, sehingga memperoleh masukan. Umpan balik semacam ini disebut
dengan umpan balik negatif. Jika umpan balik yang digunakan untuk memperkuat masukan,
disebut dengan umpan balik positif. Dalam hal Op-Amp umpan balik negatif, dibuatlah
rangkaian penguat membalik dan rangkaian penguat tak membalik (Gunawan, 1996: 14).

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Digunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2. Rangkaian Penguat Inverting
2. Diatur function generator pada 1000 Hz.
3. Dicek rangkaian dengan teliti. Setelah tidak bermsalah, digunakan power supply.
4. Diamati bentuk gelombang yang dihasilkan.
5. Kemudian, diukur tegangan AC masukan dan keluarannya dengan mempergunakan
voltmeter AC.
6. Diulangi langkah 3 sampai dengan 6 dengan mengubah nilai Rf.
E. HASIL PENGAMATAN
Mengamati bentuk gelombang pada osiloskop dan hasil pengukuran tegangan.
Tabel Hasil Pengamatan dengan Nilai Rin = 1 k

NO
Gambar Keterangan
.
Rf = 10 k
Osiloskop:
Input = 50 mV/div
y = 2,2 div
1. Ouput = 1000 mV
y = 2,2 div
Multimeter:
Vi = 10 mV
Vo = 170 mV
Rf = 20 k
Osiloskop:
Input = 50 mV/div
y = 3,2 div
2. Ouput = 1000 mV
y = 3,2 div
Multimeter:
Vi = 10 mV
Vo = 200 mV
Rf = 51 k
Osiloskop:
Input = 50 mV/div
y = 1,8 div
3. Ouput = 1000 mV
y = 1,8 div
Multimeter:
Vi = 10 mV
Vo = 520 mV
Rf = 100 k
Osiloskop:
Input = 50 mV/div
y = 2 div
4. Ouput = 2000 mV
y = 3,8 div
Multimeter:
Vi = 10 mV
Vo = 930 mV
Rf = 200 k
Osiloskop:
Input = 50 mV/div
y = 1 div
5. Ouput = 5000 mV
y = 1,8 div
Multimeter:
Vi = 10 mV
Vo = 1630 mV

F. ANALISIS DATA
1. Menghitung Av berdasarkan nilai hambatan dan pengukuran tegangan
a. Nilai hambatan berdasarkan teori
Diketahui :
Rin = 1 k
Rf = 10 k
Ditanya : Av = ...?
Jawab :
R f
Av = R

10 k
= 1k

= 10 kali

Tabel 1.1 Nilai Av Berdasarkan Nilai Hambatan


Hambatan (k)
NO. Av (kali)
Rin Rf
1. 1 10 -10
2. 1 20 -20
3. 1 51 -51
4. 1 100 -100
5. 1 200 -200

b. Pengukuran tegangan
Diketahui :
Vin = 10 mV
Rf = 170 mV
Ditanya : Av = ...?
Jawab :
V out
Av = V
170 mV
= 10 mV

= 17 kali

Tabel 1.2 Nilai Av Berdasarkan Pengukuran Tegangan


NO. Tegangan Input (mV) Tegangan Output (mV) Av (kali)
1. 10 170 17
2. 10 200 20
3. 10 520 52
4. 10 930 93
5. 10 1630 163

2. Menghitung Av berdasarkan nilai pada osiloskop


a. Menghitung Vpp pada masukan dan keluaran
Diketahui :
Masukan:
Volt/div= 50 mV/div
Y = 2,2 div
Keluaran:
Volt/div= 1000 mV/div
y = 2,2 div
Ditanya : Vpp masukan dan keluaran
Jawab :
Vpp masukan:
Vpp = volt/div . y
= 50 mV/div . 2,2 div
= 110 mV

Vpp keluaran:
Vpp = volt/div . y
= 1000 mV/div . 2,2 div
= 2200 mV

Tabel 1.3 Nilai Vpp Input dan Output


Input Output Vpp (mV)
NO. Volt/div Volt/div
y y Input Ouput
(mV/div) (mV)/div
1. 50 2,2 1000 2,2 110 2200
2. 50 3,2 1000 3,2 160 3200
3. 50 1,8 1000 1,8 90 1800
4. 50 2 2000 3,8 100 7600
5. 50 1 5000 1,8 50 9000
b. Menghitung Veff pada masukan dan keluaran
Diketahui :
Vpp masukan = 110 mV
Vpp keluaran = 2200 mV
Ditanya : Veff masukan dan keluaran
Jawab :
Veff masukan:
V pp
Vp = 2

110 mV
= 2
= 55 mV
Vp
Veff = 2

55 mV
= 2
= 38,89 mV
Veff keluaran:
V pp out
Vp = 2
2200 mV
= 2

= 1100 mV
Vp
Veff = 2

1100 mV
= 2
= 777,82 mV

Tabel 1.4 Nilai Veff Input dan Output


Vpp (mV) Vp (mV) Veff (mV)
NO.
Input Output Input Output Input Ouput
1. 110 2200 55 1100 38,89 777,82
2. 160 3200 80 1600 56,57 1131,37
3. 90 1800 45 900 31,82 636,40
4. 100 7600 50 3800 35,36 2687,01
5. 50 9000 25 4500 17,68 3181,98
c. Menghitung Av
Diketahui :
Veff masukan = 38,89 mV
Vpp keluaran = 777,82 mV
Ditanya : Av = ...?
Jawab :
V eff
Av = V eff out

777,82 mV
= 38,89 mV

= 20 kali

Tabel 1.5 Nilai Av pada Osiloskop


Veff (mV)
NO. Av (kali)
Input Output
1. 38,89 777,82 20
2. 56,57 1131,37 20
3. 31,82 636,40 20
4. 35,36 2687,01 75,99
5. 17,68 3181,98 179,98

Tabel 1.6 Perbandingan Nilai Av


Hambatan (k) Veff (mv) Penguat Tegangan (kali)
NO
Pengukura
. Rin Rf Input Ouput Teori Osiloskop
n
1. 1 10 38,89 777,82 -10 17 20
2. 1 20 56,57 1131,37 -20 20 20
3. 1 51 31,82 636,40 -51 52 20
4. 1 100 35,36 2687,01 -100 93 75,99
5. 1 200 17,68 3181,98 -200 163 179,98

G. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul penguat inverting ini memiliki 2 tujuan yang harus
dicapai. Kedua tujuan itu adalah membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya
bergantung pada hambatan umpan balik dan input rangkaian dan mengoperasikan Op-Amp
inverting. Penguat inverting juga disebut dengan penguat membalik. Penguat membalik adalah
suatu penguat di mana isyarat keluaran yang merupakan hasil penguatan berbeda fase sebesar
180o dengan isyarat masukan atau berlawanan fase. Pada penguat inverting, isyarat masukan
diberikan ke masukan yang negarif, sedangkan masukan noninvertingnya akan ditanahkan.
Pada rangkaian penguat inverting, digunakan rangkaian umpan balik negatif.
Pada praktikum ini, dilakukan dua percobaan, yaitu mengamati bentuk gelombang
masukan dan keluaran pada osiloskop dan mengukur tegangan masukan dan tegangan
keluaran rangkaian penguat inverting menggunakan multimeter. Setiap percobaan digunakan
hambatan yang sama, yaitu sebesar 1 k. sedangkan hambatan feedback digunakan 5 buah
hambatan. Besarnya kelima hambatan tersebut adalah 10 k, 20 k, 51 k, 100 k, dan 200
k. seperti yang sudah dibahas di atas, rangkaian pada penguat inverting menggunakan
rangkaian umpan balik negatif. Oleh karena itu, diperlukan sebuah hambatan feedback (R f)
pada rangkaian. Rangkaian umpan balik ini dipasang pada masukan inverting dan berguna
untuk mengendalikan penguatan yang tidak terlalu besar. Umpan balik ini megembalikan
rangkaian isyarat keluaran ke isyarat masukan, sehingga masukan akan diperlemah.
Pada percobaan pertama dilakukan pengamatan gelombang masukan dan keluaran
pada osiloskop. Bentuk gelombang masukan dan keluaran rangkaian berbentuk sinusoidal.
Gelombang keluaran yang merupakan hasil penguatan memiliki perbedaan fase sebesar 180 o.
Hal ini sesuai dengan definisi penguat inverting. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh
nilai y pada gelombang masukan dan keluaran yang hamper sama. Nilai y untuk gelombang
masukan berturut-turut adalah 2,2 div, 3,2 div; 1,8 div; 2 div; dan 1 div. sedangkan nilai y
untuk gelomabang keluaran adalah 2,2 div; 3,2 div; 1,8 div; 3,8 div; dan 1,8 div. Jika
dibandingkan satu sama lain, amplitude (y) gelombang keluaran lebih besar dibandingkan
dengan amplitude (y) pada gelombang masukan. Hal ini berarti gelombang keluaran atau
tegangan keluaran merupakan penguatan dari gelombang masukan.
Selanjutnya percobaan kedua, yaitu pengukuran nilai tegangan masukan dan
tegangan keluaran rangkaian penguat inverting. Pada percobaan ini, digunakan nilai Rin yang
tetap, yaitu 1 k. Sedangkan nilai Rf yang digunakan berbeda-beda. Nilai tegangan masukan
yang diperoleh sama, yaitu 10 mV untuk nilai R f yang berbeda. Sedangan nilai tegangan
keluaran yang diperoleh berbeda-beda. Nilai Vout yang diperoleh adalah 170 mV, 200 mV, 520
mV, 930 mV, dan 1630 mV.
Setelah diperoleh data-data hasil pengukuran, dilakukan perhitungan penguat
tegangan (Av). Pertama, dilakukan perhitungan penguat tegangan berdasarkan teori, yaitu
perbandingan dari nilai Rf dengan nilai Rin. Nilai Av yang diperoleh, berturut-turut adalah -10,
-20, -51, -100, dan -200. Kedua, perhitungan Av berdasarkan hasil pengukuran tegangan
masukan dan tegangan keluaran menggunakan multimeter. Nilai Av yang diperoleh, berturut-
turut adalah 17, 20, 52, 93, dan 163. Ketiga, perhitungan Av berdasarkan hasil pengamatan
osiloskop. Nilai Av yang diperoleh, berturut-turut adalah 20; 20; 20; 75,99; dan 179,98. Dari
ketiga data Av di atas, nilai penguat (Av) nya semakin besar seiring dengan bertambahnya nilai
Rf yang digunakan. Begitupula dengan tegangan keluarannya yang semakin meningkat pula.
Namun, pada ketiga hasil perhitungan penguat tegangan terdapat perbedaan nilainya.
Perbedaan nilai ini disebabkan karena resistor yang sudah terlalu lama digunakan, sehingga
ketelitian resistornya dapat berkurang.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Nilai penguat yang diperoleh berdasarkan teori adalah -10, -20, -51, -100, dan -200.
Sedangkan nilai penguat yang diperoleh berdasarkan pengukuran multimeter adalah
17, 20, 52, 93, dan 163. Berbedapula dengan hasil nilai penguat berdasarkan
pengamatan pada osiloskop, nilai yang diperoleh adalah 20; 20; 20; 75,99; dan 179,98.
Ketiga nilai penguat tegangan tersebut semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya nilai hambatan umpan balik (Rf). fase gelombang keluaran hasil
penguatan berbeda 180o dari gelombang masukan dan nilai amplitudonya juga
semakin bertambah seiring bertambahnya nilai Rf. Hal ini membuktikan bahwa
penguat tegangan inverting juga bergantung pada input rangkaian.
2. Saran
Saran untuk praktikum yang selanjutnya adalah praktikan harus lebih teliti pada
saat membaca nilai resistor dan saat menyusun rangkaian serta saat melakukan
pengukuran.
Saran untuk praktikum yang selanjutnya adalah diharapkan praktikan harus
memeriksa keamanan dan keadaan alat, agar praktikan tetap safety selama praktikum.
Selain itu, praktikan harus merangkai alat dengan benar agar data yang diperoleh sesuai
dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2008. Pengetahuan Teknik Elektronika Edisi Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunawan, Hanafi. 1996. Prinsi-prinsip Elektronika Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Wahyudi. 2014. Elektronika Dasar 2. Mataram: FKIP Press.

You might also like