Professional Documents
Culture Documents
Pengampu:
Prof. Dr. HM. Ali Aziz, M.Ag.
Oleh:
Ahmad Kamal Abdul Jabbar
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Salah satu poin penting yang bisa diambil dari ayat tersebut ialah ketika
Allah SWT menyebut manusia sebagai khalifah di bumi. Khalifah berarti
pemimpin dalam Bahasa Arab. Melalui hal ini bisa diambil sedikit pemahaman
bahwa manusia memang diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin
dimuka bumi ini tanpa meninggalkan kewajibannya untuk meneymbah kepada-
Nya. Kompetensi manusia sebagai pemimpin ini diperkuat dengan adanya firman
1
bahwa manusia adalah ciptaan dengan kondisi yang paling baik (at-Tin: 5) dan
dianugerahi dengan akal. Adapun tanggung jawab sebagai pemimpin tersebut
memiliki dimensi yang sangat banyak, selain bertanggung jawab atas dirinya
sendiri, manusia juga bertanggung jawab atas lingkungannya, baik dalam segi
sosial maupun tanggung jawab terhadap alam sekitarnya.
2
dakwah sebagai sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan
petunjuk (agama); sekaligus menguak berbagai kebatilan beserta media dan
metodenya melalui sejumlah teknik, metode, dan media lainnya.
menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia
dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.
Upaya untuk membuat orang lain condong terhadap suatu doktrin atau
agama.
The word dawah and the verb daa which it derives have a range of
meaning both in the Quran and in ordinary speech. It can signify, for
example, a basic act of invitation, as in hadith that say , in part,and
someone who enters without an invitation [dawah] enters as a thief.
The sahib al-dawah (master of the invitation) is, in this context, nothing
more than a host. But the lexical meaning extend from there to
encompass concept of summoning, calling on, appealing to, invocation,
prayer (for and againts something or someone), propaganda, missionary
activity, and finally legal proceedings and claims. (Kata dawah dan kata
kerja yang menjadi akarnya yakni daa, mempunyai sejumlah makna baik
dalam al-Quran maupun dalam percakapan sehari-hari. Sebagai contoh,
ia bisa berarti mengundang, seperti dalam penggalan sebuah hadis:dan
seseorang yang masuk tanpa suatu undangan berarti masuk sebagai
seorang pencuri. Shahib al-dawah (pengundang) dalam konteks ini tidak
lain adalah tuan rumah. Namun, makna perkataan tersebut diperluas dari
arti undangan kesejumlah pengertian yang meliputi: panggilan, ajakan,
permohonan, seruan, doa [untuk memperoleh dan terhindar dari sesuatu
atau seseorang], propaganda, kegiatan misionari, dan akhirnya tindakan
dan pengakuan yang sah).
Melalui penjelasan berbagai arti dakwah diatas, ada poin yang bisa ditarik
sebagai simpul, yaitu dari setiap pengertian pasti ada kata yang merujuk pada hal
ajakan/seruan/undangan, artinya beberapa pendapat diatas setuju bahwa arti
3
kata dakwah sifatnya persuasif. Atau secara singkat, bila dikaitkan dengan
konteks islam, dakwah adalah kegiatan peningkatan iman menuju syariat Islam
(Moh. Ali Aziz, 2004: 19). Kegiatan persuasi ini merupakan salah satu ciri dari
komunikasi antarpribadi dengan para mitra dakwah, Sunarjo (dalam Alo Liliweri,
1997: 40) menyatakan pendapatnya mengenai persuasi sebagai teknik untuk
mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan data dan fakta
psikologismaupun sosiologis dari objek komunikasi/dakwah. Persuasi ini bukan
hanya berbicara mengenai efektivitas dari komunikasi yang dibangun, melainkan
mempersatukan aspek sosiologis dan psikologis antara komunikator dan
komunikan.
Terlepas dari pengertian dakwah, ada hal lain yang perlu diperhatikan
dalam berlangsungnya dakwah. Adapun yang pertama ialah dai itu sendiri, dai
adalah sebutan untuk orang yang melakukan dakwah. Idealnya, seorang perlu
memiliki kriteria tertentu untuk bisa dikatakan kompeten atau bila ingin pesan
dakwahnya bisa tersampaikan dan diterima oleh objek dakwahnya. Dalam
konsep komunikasi, posisi seorang dai ialah komunikator, namun dalam situasi
tertentu, dakwah interaktif misalnya, status komunikasi dai tersebut bisa
bergeser menjadi komunikan atau medium, bahkan pesan itu sendiri. Al-
Bayanuni (1991: 155-167) mengatakan setidaknya ada poin-poin yang harus
melekat pada dai, mereka ialah:
4
digunakan dalam melakukan dakwah. Perbedaan kalisifikasi ini ditengarai berasal
dari perbedaan latar belakang pengetahuan serta perspektif yang digunakan
dalam melihat hal ini. Seperti halnya Mira Fauziyah (dalam Moh. Ali Aziz, 2004:
406) yang membagi media dakwah dalam kelompok eksternal (media cetak,
media audio, media visual, dan media audio visual) dan kelompok internal (surat,
telepon, pertemuan, wawancara, dan kunjungan). Sedangkan al-Bayanuni (1991:
301-309) membaginya kedalam bentuk media fisik dan non-fisik. Dalam konteks
media ambient (ambient media) yang diusung dalam pembahasan ini, bisa
digolongkan dalam beberapa bentuk kategori media yang berbeda. Hal ini karena
ambient media pada dasarnya ialah memanfaatkan celah kreatif dari sebuah
ruang pesan. Media ini dalam satu waktu bisa masuk dalam kategori media fisik,
namun kadang juga bisa dalam wujud media non-fisik, dan lain sebagainya.
Media ini dianggap relevan dan cocok dalam kaitannya dengan dakwah, karena
dalam prakteknya dakwah mirip dengan konsep komunikasi massa, ditandai
dengan adanya interaksi sosial melalui pesan/simbol-simbol dengan objek yang
bersifat banyak pada umumnya (Gebner dalam Morrisan, 2010: 7).
5
AMBIENT MEDIA, SEBUAH GAGASAN
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa ambient media
merupakan salah satu media kreatif dalam ilmu periklanan. Ide dasarnya ialah
untuk menyajikan sesederhana mungkin untuk mendapat efek sebesar mungkin.
Gagasan penerapan teknik ini ialah karena sudah terlalu maraknya periklanan
menggunakan media konvensional seperti poster, baliho, dan lain sebagainya,
yang pada akhirnya mengurangi efektivitas dari penggunaan media tersebut.
Media ambient, atau dalam ilmu periklanan juga biasa disebut dengan
frasa ambient advertising atau ambient marketing, awalnya dikenal sebagai
fringe media. Istilah ambient pertama kali digunakan dalam konsteks periklanan
pada 1996 oleh spesialis periklanan luar ruang asal Inggris, Concord Advertising
(Sandra Luxton, 2000: 735). Penjelasan sederhana terkait apa yang dimaksud
ambient media menurut Sandra Luxton (2000: 735) adalah:
6
menjelaskan 8 hukum yang harus diperhatikan dalam pembuatan rancangan
desain meliputi prinsip kesatuan, keberagaman, keseimbangan, ritme, harmoni,
proporsi, skala, penekanan (emphasis).
7
selain menyelamatkan kondisi bumi yang ada seperti saat ini. Dakwah melalui
ambient media untuk menyelamatkan lingkungan ini juga ditujukan kepada
fungsi edukasi kepada generasi muda sebagai pilar penerus perjuangan manusia
sebagai khalifah di bumi ini.
8
Dalam aplikasi lain, mungkin pesan tersebut juga bias diletakkan pada
alat makan atau tempat makan, namun konten yang diusung ialah tentang
perintah makan secukupnya. Karena dalam surat al-Araf tersebut sebenarnya
berisi ajaran untuk makan dan minum secukupnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ambient media ini
digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah. Hal yang paling pokok ialah
tidak berubahnya isi pesan dakwah yang terkandung di media itu, Karena ambien
media terbatas ruang dan pesan yang bias disampaikan, maka dai seharusnya
bisa mengemas sedemikian rupa pesan yang akan disampaikan tanpa merubah
maksud dari pesan itu ketika eksekusi dilakukan. Yang kedua ialah budaya, dalam
hal ini (ambient media) budaya bisa menjadi faktor pendukung atau sebaliknya
yaitu faktor penghambat. Dalam prakteknya, dai harus bisa mengetahui apakah
pesan dan eksekusi yang direncanakan tidak berbenturan dengan nilai dan
norma yang ada di lingkungan target atau objek dakwah itu. Mudahnya, misalkan
dalam hal pemilihan kata, bagi orang eropa mungkin kata-kata yang simpel dan
langsung mengarah pada maksud akan lebih efektif dibanding bila digunakan
pada orang-orang timur yang mementingkan sopan santun.
SIMPULAN
Ambien media sejatinya terobosan dalam bidang periklanan dan
pemasaran. Ide utamanya ialah pemanfaatan ruang atau tempat yang tidak
terduga untuk memunculkan efek kejut pada target. Efektivitasnya yang melebihi
media lain membuat dan Penulis berinisiatif untuk menggunakannya sebagai
media dakwah, terutama dalam tema menyelamatkan lingkungan. Sampai pada
saat ini, gagasan untuk menggunakan ambient media masih berupa prototype
dan belum benar-benar ada yang menerapkannya untuk tujuan dakwah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Luxton, Sandra. 2000. What is this thing called ambient advertising?, dalam
jurnal ANZMAC 2000. South East Queensland: Griffith University School of
Marketing and Management.
Shankar, Avi dan Horton, Brett. 1999. Ambient Media: Advertisings New Media
Oportunity? Dalam jurnal International Journal of Advertising vol. 18 no.
3. Oxford: Routledge .
10