Professional Documents
Culture Documents
A. TUJUAN
Tujuan praktikum Kimia Anorganik Acara I Pembuatan
Larutan dan Standarisasinya ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat melakukan standarisasi larutan HCl dan NaOH.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar Na2CO3 dengan menggunakan HCl.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri atas 2
komponen yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent).
Berdasarkan konsentrasi larutannya, larutan dapat dikatakan sebagai
larutan tidak jenuh, larutan jenuh dan larutan lewat jenuh. Larutan
jenuh adalah larutan yang dapat mengandung sebanyak-banyaknya
(maksimal) zat pada suhu tertentu. Jika zat terlarut dalam jumlah
sedikit maka disebut sebagai larutan encer, sedangkan jika zat terlarut
dalam jumlah banyak maka disebut larutan pekat. Larutan yang
mengandung zat terlarut lewat dari ukurannya disebut larutan lewat
jenuh. Larutan tidak jenuh akan membentuk endapan yang tidak larut.
Contoh dari larutan adalah gula dan air, gula sebagai zat terlarut dan
air sebagai zat pelarutnya. Larutan juga dapat terjadi antara dua zat
yang sulit dipisahkan, misalkan alkohol dengan air. Dalam kasus
seperti ini, senyawa terbanyak dalam campurannya disebut dengan
pelarut dan yang lebih sedikit dalam campurannya disebut zat terlarut.
Ada dua cara untuk menyatakan konsentrasi larutan, yaitu
dengan jumlah berat yang terkandung dalam sejumlah berat tertentu
zat pelarutnya (persentase berat, jumlah berat yang terkandung,
kemolalan, dan fraksi mol), dan dengan jumlah berat zat yang
terkandung dalam volume tertentu larutannya (kenormalan dan
kemolaran). Persentase berat adalah jumlah gram zat yang terkandung
dalam 100 gram larutannya. Kemolalan adalah sejumlah mol zat yang
terkandung dalam tiap 1000 gram pelarutnya. Sedangkan fraksi mol
adalah perbandingan antara jumlah mol salah satu zat penyusunnya
dengan jumlah mol keseluruhan. Nilai fraksi mol zat terlarut jita
ditambahkan dengan nilai fraksi mol zat pelarut nilainya akan 1
(Pringgomulyo dan Wardio, 1982).
Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut dalam
satuan liter larutan (mol/liter atau milimol/mililiter). Sedangkan
normalitas didefinisikan sebagai sejumlah massa yang setara
(ekuivalen) dengan zat terlarut yang terkandung dalam satu liter
larutan atau jumlah miliekuivalen per milimeter. Dari definisi dan
fakta menunjukkan bahwa massa ekuivalen dari asam harus selalu
dinetralkan dengan basa, dan begitupun sebaliknya, dapat ditulis
sebagai volume asam x normalitas asam = volume basa x normalitas
basa (Guerrant, 1972).
Ketika basa ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan
asam, pH larutan meningkat pada setiap tetes penambahan basa. pH
akan meningkat sedikit demi sedikit seiring dengan penambahan basa
dan akan terjadi kenaikan pH yang sangat tajam saat asam mencapai
titik ekuivalen, ketika asam persis dinetralkan oleh basa. Seluruh
proses penambahan basa pada asam dan penentuan titik akhir disebut
titrasi. Saat asam tepat dinetralkan oleh basa, saat inilah yang disebut
dengan titik akhir titrasi (Rosenberg dan Lawrence, 1990).
Proses titrasi terdiri dari penambahan bertahap volume larutan
yang telah diketahui konsentrasinya, diukur dari larutan yang
konsentrasinya tidak diketahui. Titik ekuivalen ini akan terdeteksi
dengan bantuan indikator yang cocok. Phenolphthalein yang berwarna
merah dalam larutan basa dan yang tidak berwarna di larutan asam
seringkali digunakan untuk titrasi asam. Titik akhir ini menyebabkan
perubahan warna yang permanen setelah pencampuran. Hanya setetes
dari zat pentiter, akan memberi dampak perubahan warna yang
permanen pada larutan. Analisis volumetrik dapat dilakukan dalam
presisi yang sama sebagai proses gravimetri penimbangan. Larutan
yang konsentrasinya diketahui dijadikan sebagai standar acuan yang
biasa disebut larutan standar. Konsentrasi relatif dua larutan dan
normalitas zat yang belum diketahui dapat ditemukan dari volume
relatif dari larutan (larutan pentiter) yang digunakan
(Frantz dan Malm, 1963).
Indikator titrasi asam basa digunakkan agar titik akhir titrasi
dapat terlihat dan dibedakan dengan jelas pada analisis volumetri.
Suatu zat dapat dijadikan sebagai indikator apabila dapat berubah
warna jika ditambahkan asam atau basa seiring dengan perubahan ion
hidrogen [H+] dan ion hidroksida [OH-] atau perubahan pH-nya.
Indikator titrasi asam basa biasanya adalah senyawa asam lemah atau
basa lemah yang dapat mendonorkan ion hidrogen untuk membentuk
basa konjugasi atau mendonorkan ion hidroksida untuk membentuk
asam konjugasinya. Indikator-indikator yang sering digunakan dalam
percobaan adalah indikator sintetik seperti Phenolphtalein (PP), metil
jingga, metil merah, brontimol biru dan sebagainya. Karakter dari
indikator dapat membantu kita menentukan indikator manakah yang
cocok untuk asam kuat, basa kuat dan sebagainya. Sebagai contoh,
indikator Phenolphtalein sangat cocok untuk titrasi asam kuat dan
basa kuat, karena pada kondisi basa ia akan tidak berwarna dan pada
kondisi asam akan berwarna merah (Marwati, 2012). Berikut tabel
indikator beserta dengan trayek ph-nya,
C. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum Acara I Pembuatan Larutan dan Standarisasinya
dilaksanakan pada hari Senin, 20 Oktober 2014 pukul 15.00-17.00
WIB bertempat di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan
Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
i. Padatan Boraks Murni
ii. Padatan Asam Oksalat
iii. Larutan HCL
iv. Larutan NaOH
v. Padatan Na2CO3
vi. Indikatol Methyl Orange (MO)
vii. Indikator Phenolphtalein (PP)
viii. Aquades
b. Alat
i. Pipet tetes
ii. Labu takar
iii. Erlenmeyer
iv. Timbangan analitik
v. Beaker glass
vi. Buret
vii. Statif
3. Cara Kerja
a. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan Borax
Boraks murni
Aquades
MO
Pelarutan dalam labu takar 50 mL
sampai tanda tera
HCl
Homogenisasi
Prosers titrasi
Perhitungan N HCl
Homogenisasi
Perhitungan N NaOH
Homogenisasi
Pemindahan 10 ml larutan ke MO
dalam erlenmeyer
HCl
Penambahan indikator 3 tetes
E. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada standarisasi HCl dengan larutan borax, didapatkan normalitas
HCl sebesar 0,1 N.
2. Pada standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat, didapatkan
normalitas NaOH sebesar 0,1 N.
3. Pada penentuan kadar Na2CO3 dengan dengan menggunakan
larutan HCl, didapatkan kadar Na2CO3 sebesar 79,9%.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan A.L. Underwood 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Marwati, Siti .2012. Ekstrasi dan Preparasi Zat Warna Alami Sebagai Indikator
Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidika dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negri Yogyakarta, 2 Juni
2012: 1.