Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
Alya Mutiara Basti
1110101000056
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah safu persyaratan memperoleh gelar strata I di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber ylmg saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
ABSTRAKSI
Latar Belakang: Data statistik dari RPJMD kota Bogor tahun 2010-2014
menunjukkan, ISPA merupakan penyakit dengan presentasi tertinggi dari 10
penyakit utama. Selain itu berdasarkan data dinas kesehatan Bogor, telah terjadi
kenaikan jumlah penderita ISPA pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun
2011. Kemudian, data klinik PT.Unitex dalam lima bulan tahun terakhir tahun
2013 penyakit ISPA merupakan penyakit pertama dari 6 penyakit dengan
kunjungan pasien paling banyak pada bulan tersebut. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui kadar debu total dan sebaran gejala ISPA ringan pada pekerja
non-shift departemen pemintalan PT.Unitex.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional.
Pada penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel, sehingga semua pekerja
non-shift departemen pemintalan PT.Unitex diteliti. Penelitian ini menggunakan
data primer yaitu gejala ISPA ringan, kadar debu total dan karakteristik individu
pekerja (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, bagian kerja,
perilaku merokok dan lama pajanan). Gejala ISPA ringan dan karakteristik
individu pekerja diambil dengan menggunakan kuesioner. Kadar debu total diukur
dengan menggunakan High Volume Sampler atau HVS dengan metode gravimetri.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan kadar debu total di ring spinning
sebesar 188,6 mg/m3 dan di blowing & carding sebesar 379,4 mg/m3. Kemudian,
sebanyak 57,4% pekerja mengalami gejala ISPA ringan. Selain itu sebaran gejala
ISPA ringan juga dilihat menurut karakteristik individu pekerja. Berdasarkan
umur, pekerja <36 maupun 36 tahun lebih dari setengahnya mengalami gejala
ISPA ringan. Berdasarkan masa kerja pekerja dengan masa kerja <12 tahun
sebesar 66,7% mengalami gejala ISPA ringan, dan pekerja perempuan lebih
banyak yang mengalami gejala ISPA ringan. Adapun pekerja dengan tingkat
pendidikan rendah sebanyak 42,9% mengalami gejala ISPA ringan. Pekerja ring
spinning sebanyak 76% mengalami gejala ISPA dibandingkan dengan pekerja
blowing & carding sebesar 41,4%. Pekerja dengan perilaku merokok sebanyak
setengahnya mengalami gejala ISPA ringan. Dari pekerja dengan lama pajanan
jam kerja normal sebanyak 55,6% (25 dari 45 orang) mengalami gejala ISPA
ringan.
ii
Simpulan : Jumlah pekerja yang mengalami gejala ISPA ringan sebanyak 57,4%,
dengan demikian diharapkan supaya dilakukan peningkatan kesehatan pekerja.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan pada kesehatan dan
kenyamanan lingkungan kerja bagi kesehatan pernapasan. Seperti melakukan
evaluasi dan perawatan berkala pada peralatan untuk mengurangi debu di tempat
kerja seperti alat penghisap debu otomatis dan ventilasi udara di area kerja. Selain
itu dapat dibatasi jam kerja lembur pekerja, dan meningkatkan kesadaran pekerja
akan perilaku preventif yang dapat mencegah gejala ISPA ringan seperti
penggunaan masker di lingkungan kerja.
iii
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ISLAMIC STATE UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH, MAJOR ENVIRONMENTAL HEALTH
ABSTRACT
iv
Conclusion: About 57,4% workers had mild ARI symptoms, thus expected to
make better improvements to the health and ease of work environment. An
evaluation and periodic maintenance on equipment such as automatic vacuum
cleaner and air ventilation in workplace needed, to reduce dust in the workplace.
Moreover, overtime hours work must be restricted and increase workers
awareness of preventive behaviors that could prevent mild ARI Symptoms such as
the use of mask in the workplace.
v
:
PERI{YATAAN PERSETUJUAN
, DISUSUN OLEH :
MengeJahui ;t
Pembimbing I Pernbimbing II
*
3
i
-,(/ M.Kes
Dr. EIa Laelasari. SKM. d
I
197210022006042001 197s0215200901200s' l
PANITIA SIDAI\IG SKRIPSI
PR,OGRAM STUDI KESEHATAII MASYARAKAT
TAKULTAS KEDOIffERAN D,AT'{ ILMU KESEIIATAIY
I}NTVERSITAS ISLA1U NEGERI SYARItr' HIDAYATULLAH JAKARTA
Penguji I
!
.x
-j
NrP.19790421 200s01 2 00s
Penguji II
:=
19811 1 001
,. l_-
NIP. 197603222006M 1 008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Usia : 22 Tahun
Golongan Darah :O
Email : alya.basti3@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
viii
KATA PENGANTAR
berkat, rahmat, taufik dan hidayahnya, maka penyusunan skripsi yang berjudul
Kadar Debu Total (TSP) dan Gejala ISPA Pada Pekerja Departemen
pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
berbagai pihak dan berkah dari Allah Swt kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
1. Keluarga penulis yaitu ayah dan ibu penulis H. Musono Basuki SH, MH,
Hj. Eli Hartati serta saudara penulis Nisa Permata Basti dan Adiprawiro
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Hidayatullah Jakarta,
4. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D selaku pembimbing pertama yang telah
ix
5. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah
masukan dan saran serta teman kamar Mushallina Lathifa atas dorongan
semangatnya.
7. Teman Envihsa yang telah memberikan doa dan bantuan moril, motivasi,
yang bersifat membangun sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
x
DAFTAR ISI
Hal
Lembar Pernyataan ............................................................................................. i
Abstrak ............................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................viii
Kata Pengantar ................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................ xi
Daftar Tabel .......................................................................................................xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................. 8
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ 8
1.4.2 Tujuan Khusus......................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................ 9
1.5.1 Manfaat bagi PT.Unitex .......................................................... 9
1.5.2 Manfaat bagi Pekerja ............................................................... 9
1.5.3 Manfaat bagi Peneliti .............................................................. 9
1.5.4 Manfaat bagi Institusi Pendidikan .......................................... 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 10
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 77
6.2 Gejala ISPA pada Pekerja Pemintalan ............................................. 77
6.3 Kadar Debu Total di Pemintalan ...................................................... 79
6.4 Umur Pekerja Pemintalan PT.Unitex ............................................... 82
6.5 Masa Kerja Pekerja Pemintalan PT.Unitex ...................................... 84
6.6 Distribusi Jenis Kelamin Pekerja Pemintalan PT.Unitex ................. 85
6.7 Tingkat Pendidikan Pekerja Pemintalan PT.Unitex ......................... 85
6.8 Bagian Kerja Pekerja Pemintalan PT.Unitex ................................... 86
6.9 Perilaku Merokok Pekerja Pemintalan PT.Unitex ........................... 88
6.10Lama Pajanan Pemintalan PT.Unitex............................................... 99
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Lingkungan Industri 22
Tabel 5.1 Distribusi Gejala ISPA Ringan, Kadar Debu Total, Umur, 70
Masa Kerja, Jenis Kelamin, Pendidikan, Bagian Kerja,
Perilaku Merokok dan Lama Pajanan Pekerja non-shift
Tabel 5.2 Pemintalan PT.Unitex 73
Distribusi Gejala ISPA Ringan menurut Kadar Debu Total
Tabel 5.3 Pada Pekerja non-shift Pemintalan PT.Unitex 74
Distribusi Gejala ISPA Ringan menurut Umur, Masa Kerja,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Bagian Kerja, Perilaku Merokok
dan Lama Pajanan Pekerja non-shift Pemintalan PT.Unitex.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 12% atau 25-30
Indonesia masih termasuk masalah kesehatan utama, hal ini dilihat dari
prevalensi dan penyebarannya yang masih tinggi. Dalam satu tahun rata-rata
seorang anak di pedesaan dapat terserang penyakit ISPA sebanyak tiga kali,
dan untuk wilayah perkotaan sendiri dapat mencapai enam kali (Depkes RI,
1993).
1
2
Bangka Belitung, Riau, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa
(RPJMD) kota Bogor tahun 2010-2014, dari sepuluh penyakit utama yang
penyakit lainnya. Selain itu berdasarkan data Dinas Kesehatan Bogor, telah
terjadi kenaikan jumlah penderita ISPA dari tahun 2011 sebanyak 4383
ISPA dapat dibagi menjadi empat garis besar yaitu faktor pencemaran,
industri tekstil sebagai produsen TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) semakin
konsumsi TPT yang semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini sebagaimana
Ade Sudrajat yang mengatakan konsumsi TPT meningkat pada tahun hingga
kain.
poliester. Kapas merupakan serat halus yang berasal dari tumbuhan kapas
penjajahan oleh Jepang hingga saat ini telah menjadi salah satu komoditi
untuk industri tekstil juga dapat menggunakan kapas buatan atau poliester.
4
Poliester atau polietilen tereftalat adalah sebuah polimer (sebuah rantai dari
PT.Unitex merupakan salah satu industri tekstil yang telah berdiri sejak
lama di Indonesia. Dibangun sejak tahun 1971 dan mulai berproduksi secara
hulu hingga ke hilir yaitu mulai dari bahan mentah (kapas dan poliester)
hingga bahan jadi (kain/bahan pakaian), atau disebut dengan bidang tekstil
sebelum diolah lebih lanjut. Pencacahan ini dilakukan secara manual oleh
bal, dengan berat 1 balnya kira-kira sebesar 227 Kg. Sehingga dalam satu
berupa debu halus dari kapas mentah ke udara. Dengan jumlah 8 bal perhari
maka dapat diperkirakan akan banyak debu halus yang terdeposisi di udara
secara bermakna disebabkan oleh kadar debu di udara pada ruang kerja, dan
diperberat oleh masa kerja, kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit paru
(Nugrahaeni 2004).
paru yang merupakan organ utama pernafasan. Hal ini ditandai dengan
Dalam jurnal mengenai gejala sakit di pernapasan dan fungsi paru yang
dilakukan pada pekerja tekstil di Nigeria, pekerja yang terekspos debu dari
rhinitis, bersin-bersin, sakit pada dada, dan susah napas. Gejala pernapasan
ini lebih tinggi di daerah kerja yang berdebu dibanding daerah kerja lainnya
dkk, 2011).
menemukan bahwa kadar debu yang di industri semen ini telah melebihi
ringan pada tenaga kerja. Dengan nilai p= 0,002 dan x2 serta odds ratio
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alemu, Abera dan Gail dalam
factory workers in Akaki textile factory dengan metode potong lintang ini
kuat dengan bisinosis atau yang lebih dikenal dengan sindrom paru-paru
coklat (brown lung disease) yang merupakan salah satu penyakit ISPA.
gangguan pernafasan lainnya seperti batuk, flek dan dyspnea (Alemu dkk,
2010).
kerja industri tekstil ini berbeda menurut bagian dari kegiatan industri tekstil.
2008).
paling banyak pada bulan tersebut. Sedangkan pada bulan November, ISPA
debu total penulis juga ingin mengetahui sebaran pekerja yang mengalami
berasal dari residu kapas mentah. Salah satu bagian di industri tekstil yang
sedang panas dan terang seringkali debu yang berasal dari kapas ini dapat
8
Data dari klinik PT.Unitex juga menyebutkan dalam 5 bulan terakhir tahun
1.3.1 Umum
1.3.2 Khusus
individu?
9
pengukuran.
a) Dapat mengetahui data terbaru dari hasil penelitian ini yaitu kadar
mutu.
Mei-Juni 2014.
10
bagi kesehatan dan faktor risiko dari gejala ISPA ringan di lingkungan
kerja.
perusahaan.
Penelitian ini dilakukan di industri tekstil PT. Unitex Tbk Tajur, Bogor
menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang. Data yang
dikumpulkan mencakup dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer didapat dari observasi dan pengisian kuesioner. Sedangkan data
pada pekerja bagian pemintalan. Variabel independen yaitu kadar debu total
TINJAUAN PUSTAKA
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga
telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi,
12
13
a. ISPA ringan
Meliputi salah satu atau lebih gejala seperti batuk tanpa pernapasan
yang disertai atau tanpa disertai panas atau demam (>37C) dan
keluarnya cairan dari telinga lebih dari dua minggu tanpa rasa sakit
pada telinga.
b. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah dengan satu atau lebih gejala
seperti pernapasan lebih cepat dari 50 kali per menit atau lebih
pada umur >1tahun dan 40 kali per menit pada umur 1-5 tahun,
c. ISPA berat
Meliputi gejala ISPA ringan dan sedang disertai dengan satu atau
atau stres. Bakteri dan virus penyebab ISPA di udara bebas akan
kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti oleh bersin
terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan
(Halim, 2000).
a. Batuk
b. Dahak
glands) dan sel goblets oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal
berdegenerasi.
c. Sesak Napas
d. Bunyi Mengi
pernapasan.
a. Perilaku merokok
survei dilakukan.
c. Umur
maka semakin banyak alveoli yang rusak dan daya tahan tubuh
d. Jenis Kelamin
e. Masa kerja
f. Bagian Kerja
g. Lama Pajanan
lama pajanan debu >8 jam mengalami ISPA lebih tinggi (Florencia,
2013).
h. Penggunaan masker
dapat masuk ke pernapasan. Seperti gas, uap, debu, atau udara yang
j. Tingkat Pendidikan
kesehatannya.
(Firdausia, 2013).
2.2 Udara
adalah campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang memenuhi ruang di atas bumi seperti yang kita hirup apabila kita
bernapas.
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida. Jumlah uap air yang
paling bervariasi adalah air (H2O) dan Karbon Dioksida (CO2) dengan
hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya (PP No.41 Tahun 1999).
hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya ke dalam udara ambien oleh
Tabel 2.1
Baku Mutu Udara Lingkungan Industri
No. Parameter Konsentrasi Maksimal
1. Suhu 18C 30 C
serat 5(mikron)
pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia
dari aktivitas gunung berapi yang bukan merupakan bagian dari atmosfer
alami atau yang konsentrasinya berada di atas baku mutu di atmosfir, yang
a. Polutan Primer
2. Partikel
berbentuk padatan.
b) Fog atau kabut adalah aerosol yang merupakan butiran air yang
ada di udara.
d) Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang
angin.
melayang di udara.
g) Flume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri.
b. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih
2.4 Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik
di dalam maupun diluar gedung debu sering dijadikan salah satu indikator
2002).
Partikel debu akan akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama
juga dapat mengurangi jarak dan daya pandang manusia. Kemudian debu ini
partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan
beratnya tetapi akan tetap bertahan dalam beberapa waktu (WHO, 1999).
dan oleh kekuatan mekanik atau proses yang dilakukan oleh manusia seperti
Dalam ilmu sains mengenai aerosol, secara umum telah disetujui bahwa
yang berukuran >100m bisa saja (tapi jarang bertahan lama) berada di
100 m, yang mana dapat atau akan menjadi bertahan di udara, tergantung
debu ini relatif tetap berada di udara. Debu yang mengendap dapat
basah dilapisi oleh air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam
partikel debu bisa merupakan inti dari pada air yang berkonsentrasi,
d) Sifat listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat
seperti : SiO2, SiO3, arang batu dan lainnya. Sifat debu ini tidak
dan organik seperti tepung, kayu, kapas dan serbuk bunga. Debu
e) Debu metalik : Debu yang mengandung unsur logam seperti Pb, Hg,
Dari segi karakter zat debu fisik ( debu tanah, batu , mineral, fiber), kimia
debu radioaktif.
29
metal fumes, biji beryllium, bijih timah putih, beberapa bijih besi,
e) Debu eksplosif
organik.
g) Inert dust / debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain (tidak
berukuran <10).
i) Irrespirable dust (debu yang tidak dapat terhirup oleh manusia yang
berukuran <10).
dilakukan salah satunya dengan alat HVS. Alat ini dapat mengukur
pengontrol laju alir dan timer. Adapun ilustrasi alat ini terdapat
Gambar 2.1
High Volume Sampler
Sumber : Arief, 2013
Cara operasional alat ini adalah sebagai berikut :
tersentuh tangan)
sebelumnya.
On) pompa hisap dan mencatat angka flow rate-nya (laju alir
udaranya).
saringnya.
Gambar 2.4
Middle Volume Sampler (MVS)
Sumber : BPLHD Jabar, 2007
Gambar 2.3
Low Volume Sampler
Sumber : BPLHD Jabar, 2007
34
pernapasan pekerja.
(flowrate) 10 l/menit.
mg/m3.
hidung, faring, laring, trakea dan bronki. Pertukaran gas antara oksigen yang
dihirup dari udara masuk ke dalam darah dan karbondioksida yang akan
kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) terus ke aorta dan
Pada saat bernapas ada dua proses yang terjadi yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi terjadinya inspirasi dan ekspirasi adalah selama 15-18 kali setiap
menit. Kedua proses ini diatur oleh otot diafragma dan otot antar tulang
Gambar 2.5
Saluran Pernapasan
Sumber : Muttaqin, 2008
1) Respirasi sel
dan pelepasan produk oksidasi (CO2 dan air) oleh sel-sel tubuh.
2) Respirasi eksternal
Merupakan proses pertukaran gas atau difusi O2 dan CO2 antara sel
dalam darah, dan karbon dioksida dan air keluar dari darah masuk
ke paru.
3) Respirasi internal
Merupakan proses difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan sel-sel
jaringan.
1) Inspirasi
2) Ekspirasi
(paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus), rongga pleura, dan otot-
Gambar 2.6
Komponen sistem pernapasan
Sumber : Muttaqin, 2008
a. Rongga Hidung
bawah.
2008).
b. Sinus Paranasal
c. Faring
dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang
Gambar 2.7
Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas
Sumber : Muttaqin, 2008
41
a. Laring
Gambar 2.8
Struktur anatomi laring (a) Pandangan anterior (b) Pandangan posterior
(c) pandangan melintang
(Sumber Simon dan Schuster, 2003)
paru.
b. Trakhea
dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area verebra
(Sloane, 2004).
Gambar 2.9
(a) Ilustrasi trakhea (b) gambaran melintang trakhea
Sumber : Muttaqin, 2008
c. Bronkhus
tersendiri jika ada benda asing yang terinhalasi, maka benda itu
debu udara yang terhirup, dan hal ini merupakan proses yang
akan jatuh pada alat pernapasan bagian atas dan menimbulkan banyak
dan produk tekstil serta industri alas kaki, pengertian industri tekstil dan
Bagan 2.2
Alur Produksi Industri Tekstil
47
celup benang, bagian garansi mutu, bagian teknik industri dan bagian
a. Bagian spinning
yang merata beberapa jenis kapas. Dari proses ini dihasilkan Lap
Silver.
b. Bagian Weaving
1. Seksi Persiapan
benang tate pada mesin Warper dan pengkanjian benang tate yang
anyaman benang tate pada Dropper, Herdo dan Osa sesuai dengan
2. Seksi Penenunan
order yang diterima. BKP menerima order dari kantor Jakarta yang
d. Bagian Dyeing
bagian pemrosesan kain yang terakhir mulai dari bahan baku kapas
1. Seksi Sarashi
dengan pesanan.
2. Seksi Pencelupan
Tugas seksi ini adalah kain yang berasal dari seksi persiapan
4. Seksi Hozen
semua mesin produksi dapat beroperasi dengan baik. Seksi ini juga
a. Seksi Laborat
standar internasional.
benang ini terdapat dua seksi yaitu seksi celup benang itu sendiri dan
dari hasil spinning sehingga dapat dilakukan proses celup pada seksi
celup benang.
(bagian dyeing/pencelupan).
1. Seksi Pemeriksaan
Tugas seksi ini adalah menerima kain hasil tenunan dari seksi
2. Seksi Make-Up
h. Bagian Utility
meliputi penyediaan sumber energi listrik, uap air panas, air bersih,
Tugas seksi ini adalah mengolah sisa-sisa air pencelupan baik celup
dan celup benang, sehingga pada saat air terbuat dibuang kesungai
listrik, uap air panas, pengaturan suhu ruangan (AC) serta air bersih.
53
3. Seksi Maintenace
4. Seksi Bangunan
282
153
105
53 44 47 48
112 15 208 2322 14
6 1 2 63 58
Laki-Laki Perempuan
Grafik 2.1
dari dua sumber yaitu akibat kegiatan manusia ataupun karena sebab
maupun industri. Sedangkan sebab alami salah satunya adalah karena erupsi
gunung berapi.
Pencemaran udara ini dihasilkan oleh polutan atau zat pencemar udara
PM10, PM5 dan PM2,5 . Polutan ini kemudian akan terdeposisi di atmosfer
tergantung dari ukuran polutan tersebut dan juga karena faktor lingkungan
lainnya seperti suhu, kelembapan, curah hujan, dan kecepatan arah angin.
ruangan atau lebih dikenal dengan istilah Indoor Air Pollution /IAP.
Pencemaran udara dalam ruangan diantaranya berasal dari asap rokok, asap
nyamuk. Polutan yang berada di udara atau atmosfer ini kemudian dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan. Jika polutan ini
55
perilaku dari individu itu sendiri. Karakteristik individu diantara lain adalah
umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, masa kerja, lama pajanan, tingkat
diukur dalam penelitian adalah kadar debu total, umur, jenis kelamin, masa
kerja, bagian kerja, tingkat pendidikan, perilaku merokok dan lama pajanan.
tahapan pengolahan bahan baku yaitu kapas mentah dan poliester menjadi
56
57
penyakit begitu pun sebaliknya. Kemudian umur juga dinilai sebagai faktor
resiko penyakit, seperti bayi, balita, lansia dan sebagainya. Umur terlalu
kerja menunjukkan tempat kerja yang lebih berdebu dan dapat meningkatkan
inspirasi.
seberapa besar debu yang telah memasuki saluran pernapasan pekerja dan
kesehatan pada individu tersebut. Sehingga jika lama pajanan melebihi batas
Jenis Kelamin
Masa kerja
Bagian Kerja
Tingkat Pendidikan
Perilaku Merokok
Lama Pajanan
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
59
depkes)
(KEPMENKES RI
No.1405/MENKES/SK/XI/200
2).
penduduk responden.
pengumpulan data.
tahun dilakukannya
pengumpulan data.
<Jam kerja
normal
4. SMA
5. Diploma/PT
BAB IV
METODE PENELITIAN
62
63
Tugas dari seksi ini adalah menyiapkan benang dari hasil pemintalan
orang diteliti.
1. Observasi
di departemen pemintalan .
64
tangan)
sebelumnya.
65
udaranya).
saringnya.
3. Kuesioner
jenis kelamin, umur, bagian kerja, tingkat pendidikan, masa kerja, lama
4. Data Sekunder
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh untuk mengukur variabel gejala ispa,
kadar debu total, umur, jenis kelamin, masa kerja, bagian kerja, lama
1. Menyunting data
berada di lapangan.
2. Mengkode data
3. Memasukkan data
4. Membersihkan data
Tahap terakhir yaitu melakukan pengecekan ulang pada data yang telah
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat.
nya adalah gejala ISPA ringan dan variabel independennya adalah kadar
debu total, umur, masa kerja, bagian kerja, jenis kelamin, lama pajanan,
gejala ISPA ringan, kadar debu total, umur, jenis kelamin, masa kerja,
HASIL
hal ini ditunjukkan oleh lebih dari setengah responden yaitu sebanyak
68
69
a. Umur
10,013 tahun.
b. Masa Kerja
Tabel 5.1
Distribusi Gejala ISPA Ringan, Kadar Debu Total, Umur,
Masa Kerja, Jenis Kelamin, Pendidikan, Bagian Kerja,
Perilaku Merokok dan Lama Pajanan Pekerja non-shift
Pemintalan PT.Unitex
Variabel Mean Median SD Min- Total
Maks n %
Gejala ISPA Ringan
Ya 31 57,4
Tidak 23 42,6
Kadar Debu Total
(mg/m3)
Blowing & Carding 379,4 53,7
Ring Spinning 188,6 46,3
Umur 36,19 34,50 10,01 19-55
Masa Kerja 12,92 12 8,517 1-32
Jenis Kelamin
Laki-Laki 40 74,1
Perempuan 14 25,9
Pendidikan
SD 1 1,9
SMP 13 24,1
SMK 13 24,1
SMA 25 46,3
D3/PT 2 3,7
Bagian Kerja
Ring Spinning 25 46,3
Combing & Drawing 17 31,5
Blowing & Carding 12 22,2
Perilaku Merokok
(Indeks brinkman)
0 34 63
1-199 13 24,1
200-599 6 11,1
600 1 1,9
Lama Pajanan
<8 jam 45 83,3
8 jam 9 16,7
c. Jenis Kelamin
d. Pendidikan
e. Bagian Kerja
22,2%.
f. Perilaku Merokok
24,1 %.
g. Lama Pajanan
bekerja lebih dari sama dengan jam kerja normal atau 8 jam.
188,6 mg/m3.
73
Tabel 5.2
Distribusi Gejala ISPA Ringan menurut Kadar Debu Total Pada
Pekerja non-shift Pemintalan PT.Unitex
a. Umur
sebesar 59,3%.
b. Masa Kerja
memiliki masa kerja <12 tahun memiliki gejala ISPA ringan, jika
sebesar 48,1%.
74
Tabel 5.3
Distribusi Gejala ISPA Ringan menurut Umur, Masa Kerja,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Bagian Kerja, Perilaku Merokok
dan Lama Pajanan Pekerja non-shift Pemintalan PT.Unitex
c. Jenis Kelamin
pekerja laki-laki.
d. Pendidikan
e. Bagian Kerja
f. Perilaku Merokok
yang dihisap per batang per hari dengan lama merokok dalam
199 lebih banyak yang mengalami gejala ISPA ringan yaitu sebesar
g. Lama Pajanan
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pekerja yang memiliki lama
PEMBAHASAN
2. Pada pengukuran kadar debu total, ketika alat sudah dipasang dan
dinyalakan ternyata pada sore hari sekitar jam 14.30 alat pengukur di
optimal.
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
77
78
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau
stres. Bakteri dan virus penyebab ISPA di udara bebas akan masuk dan
hidung. Pada stadium awal, gejalanya berupa panas, kering dan gatal dalam
hidung, yang kemudian diikuti oleh bersin terus menerus, hidung tersumbat
dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala (Halim, 2000).
gejala penyakit pernapasan adalah batuk, dahak, sesak napas dan mengi.
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands) dan
sel goblets oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat,
ringan oleh Depkes yaitu batuk tanpa pernapasan cepat, pilek, serak, sesak
yang disertai atau tanpa disetai panas dan demam, serta keluar cairan dari
telinga. Jika pekerja mengalami salah satu atau lebih dari gejala diatas
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik
di dalam maupun diluar gedung debu sering dijadikan salah satu indikator
2002).
80
kadar debu total atau juga dikenal sebagai partikulat tersuspensi total (TSP)
(1976) dalam Sintorini (2002) debu yang terhirup oleh sistem pernapasan
alat pengukur debu yaitu High Volume Sampler atau HVS. Pengukuran di
ring spinning dan blowing carding adalah sebesar 188,6 g/m3 dan 379,4
g/m3.
g/m3. Studi terhadap pekerja tekstil yang dilakukan Roach dan Schilling
biologis tubuh dengan kadar debu total di tempat kerja. Kemudian mereka
juga menyebutkan jika kadar debu total maksimal di tempat kerja yang
masih dalam batas aman bagi kesehatan adalah 100 g/m3. Standar ini
81
untuk debu yang kasat mata banyak terdapat terutama di lantai-lantai area
kerja dan ventilasi udara. Karena di tempat ini terjadi pengolahan kapas
terdapat vakum otomatis yang berjalan mengitari mesin dan ruangan kerja.
Selain itu, terdapat alat pompa angin yang digunakan untuk menyingkirkan
paparan debu terhadap gangguan pernapasan. Hal ini diperkuat oleh data
tempat kerja yang lebih aman sebenarnya telah diterapkan oleh PT.Unitex
yaitu dengan memasang alat penghisap debu otomatis, alat pompa angin dan
pelindung diri terhadap debu pada pekerja seperti masker juga harus sesuai
maka semakin banyak alveoli yang rusak dan daya tahan tubuh semakin
tahun dan nilai tengah nya 34,50 tahun. Sedangkan standar deviasinya
sebesar 10,01 tahun. Rentang antara umur pekerja cukup besar yaitu mulai
dari usia dewasa muda hingga dewasa tua. Hal ini disebabkan hampir semua
usia mereka mendaftar kerja di PT.Unitex adalah usia setelah lulus sekolah.
tinggi, mereka akan bekerja di bagian office atau kantor perusahaan, bukan
di tempat produksi. Jika ada dari mereka kerja di bagian tempat produksi
kasus untuk pekerja di PT.Unitex yang memiliki keahlian khusus dan telah
84
paparan terhadap kadar debu total. Semakin lama pekerja terpapar dengan
masa kerja yang bervariasi yaitu ada yang baru bekerja selama satu tahun
hingga mencapai 32 tahun. Dengan rata-rata masa kerja sebesar 12,92 tahun
dan nilai tengah nya 12 tahun. Sedangkan standar deviasinya sebesar 8,517
tahun. Hal ini juga mungkin disebabkan oleh letak PT.Unitex yang berada di
memadai.
85
pada pria dan wanita. Perbedaan insiden penyakit menurut jenis kelamin,
dapat timbul karena bentuk anatomis, fisiologis dan sistem hormonal yang
produksi seperti pemintalan. Selain itu pekerjaan yang dilakukan juga cukup
berat dan berhubungan dengan mesin. Mungkin karena hal tersebut lebih
perilaku selain dari sikap dan tindakan. Perilaku seseorang kemudian dapat
orang atau 46,3%, kemudian disusul oleh lulusan SMK dan SMP yang
atau 3,7%.
dengan sistem kerja dan tata cara kerja di tempat kerja setelah beberapa
karena itu terdapat pekerja yang memiliki latar belakang pendidikan SMK.
menjadi tiga bagian kerja, blowing carding, combing drawing dan ring
combing drawing. Pada bagian ini dilakukan penyisiran serat, pelurusan dan
di pemintalan mulai dari blowing carding hingga ring spinning adalah debu.
kerja blowing carding dan combing drawing kapas masih dalam keadaan
bagian ring spinning jumlah mesin lebih banyak namun jenis mesin
46,3%. Combing & drawing sebesar 31,5% dan paling sedikit pekerja yang
berdasarkan sistem kerja dan wilayah kerja yaitu ring spinning dan blowing
kegiatan dan beban kerja yang berbeda-beda ditiap bagian kerja. Seperti
jumlah mesin yang ada di tiap bagian kerja dan jumlah tahapan kerja yang
Asap rokok merupakan zat iritan yang dapat menyebabkan infeksi pada
oleh karena itu perilaku merokok merupakan salah satu faktor resiko ISPA
(Suryo, 2010).
dan bronkhitis kronis. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan
berbagai gangguan sistem pernapasan seperti kanker paru, gejala iritan akut,
pernapasan.
laki-laki atau sekitar 50% nya memiliki perilaku merokok. Adapun sebesar
24,1% merupakan perokok ringan (IB 1-199), 11,1% perokok sedang (IB
juga dapat menimbulkan resiko kesehatan pada perokok pasif (pekerja yang
tidak merokok tapi menghirup asap perokok). Adapun hal yang telah
Jikalau ada pekerja yang melanggar, yaitu merokok di tempat yang tidak
seharusnya akan menerima sanksi dan teguran keras dari pihak P2K3
PT.Unitex.
Lama pajanan debu merupakan salah satu faktor resiko yang dapat
Karena semakin lama paparan maka debu yang menumpuk semakin banyak
Dalam penelitian ini lama pajanan pada pekerja dibagi menjadi dua
kategori yaitu diatas sama dengan jam kerja normal, dan dibawah jam kerja
normal.
penelitian diketahui sebagian besar pekerja memiliki jam kerja diatas sama
dengan jam kerja normal yaitu 85,3%. Dan yang memiliki jam kerja
90
dibawah normal adalah sebesar 16.3%. Hal yang dapat dilakukan untuk
pekerja.
BAB VII
7.1 Simpulan
dilakukan di dua titik yaitu di bagian ring spinning dan blowing carding.
masa kerja, bagian kerja, tingkat pendidikan, perilaku merokok dan lama
paparan.
34,5 tahun.
91
92
sebesar 46%.
pendidikan tinggi.
4. Gejala ISPA ringan menurut kadar debu total dan karakteristik individu
pekerja
a. Dari pekerja yang terkena paparan debu 188,6 mg/m3 (pekerja ring
7.2 Saran
telah dilakukan.
ISPA di perusahaan.
misalnya debu.
2. Jika ada keluhan sakit dan mulai timbulnya gejala sebaiknya tidak
pernapasan lainnya.
95
Alemu, Kassahun, Abera Kumie dan Gail Davey. 2010. Byssinosis and other
Ambarwati dkk. 2007. Rancang Bangun Alat Pemisah Serabut dengan Biji Kapuk.
Amerika Serikat. 2010. National Ambient Air Quality Standards by United State
Arief, Muhammad Latar. 2013. Lingkungan Kerja Faktor Debu. Fakultas Ilmu
Jakarta
Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christiany Effendy. 2004. Keperawatan Medikal
Barus, Nerseri. 2005. Prevalensi dan Pola Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
23 Januari 2014.
Dharmage. 2009. Risk Factors of Acute Lower Tract Infections in Children Under
Saluran Pernapasan Akut pada Anak. Dirjen P2PM Depkes RI. Jakarta
Depkes. 2004. Kawasan tanpa rokok. Pusat Promkes. Depkes RI. Jakarta
Jakarta
Depkes RI. 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Depkes RI. Jakarta
http://www.epd.gov.hk/epd/english/environmentinhk/air/air_quality/aq_ann
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta. Penerbit Kanisius
Fitria, Laila et al. 2008. Kualitas Udara Dalam Ruang Perpustakaan Universitas
Vol 12 No2.
Florencia, Dinda Anggun. 2013. Pengaruh Pajanan Debu Urea Terhadap Infeksi
Utama.
KBBI. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus versi online dalam
http://kbbi.web.id/udara
Blackwell Press.
Fungsi Paru (VC,FV dan FEV1) Pada Pembuat Kasur di Desa Banjakerta
Press. Surabaya.
Lung Function Among Textile Workers At Kano Textile Mills, Kano Nigeria.
Neil, Schachter. 2011. Respiratory Effects and Other Disease Patterns in Textile
Nugrahaeni, S.F.S, 2004. Analisis Faktor Resiko Kadar Debu Organik di Udara
Paudyal dkk. 2010. Exposure Dust and Endotoxin in Textile Processing Workers.
BPLHD Jawa Barat. 2007. Laporan Akhir : Pemantauan Kualitas Udara dengan
Pradika, Zenis Dulkan. 2011. Pengaruh Paparan Debu Total di Tempat Kerja
Unitex. Bogor
Purigiwati, Astiti. 2010. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Pengukur Total
Putranto, R. 2007 . Pajanan Debu Kayu (PM10) dan Gejala Penyakit Saluran
http://www.nepjol.info/index.php/HREN/article/view/7132. Nepal
Sintorini, MM. 2002. Hubungan Antara Kadar PM10 Udara Ambien dengan
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit EGC. Jakarta
Sormin, Kety Rohani. 2012. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Pekerja yang
Terpajan Debu Kapas dengan Kejadian ISPA di PT. Unitex Tahun 2011.
Sumamur. 1991. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Haji Mas Agung.
Jakarta
Pustaka. Yogyakarta
Tim Dosen Biologi. Biologi Dasar. Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Yogyakarta
WHO. 2010. The WHO Air Quality Guideline, World Health Organization 2006.
Wuninggar, Nur Roshita. 2002. Hubungan Paparan Debu dengan Kejadian ISPA
Dipenogoro Semarang.
KEMENTERIAN AGAMA
UNTVERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN )
I IIL. SYAR]F HIDAYATT]LLAH JAKARTA
gTI I FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
mik,
,/
Widjajakusumah, AIF,., PFK
Tembusan:
1. Dekan FKIK
Lampiran 2 : Kuesioner
Saya Alya Mutiara Basti, Mahasiswi Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan
penelitian tentang ANALISIS KADAR DEBU TOTAL (TSP) TERHADAP RESIKO ISPA PADA
PEKERJA DEPARTEMEN PEMINTALAN DI PT.UNITEX BOGOR. Adapun penelitian ini ditujukan
sebagai alat pengumpulan data primer untuk kegiatan skripsi peneliti.
Kami berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian kami dengan menjawab semua
pertanyaan yang ada di kuisioner ini. Informasi yang anda berikan akan kami jaga kerahasiaannya. Jika
anda bersedia di mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Data Responden
1. Nomor responden : ____________________________
2. Nama responden : ____________________________
3. Hari/tanggal pengamatan : ____________________________
, , 2014
Responden
(...............................................)
Lampiran 2 : Kuesioner
KP3 Nomor
Hp/Telp.Rumah/Email
(Pilih salah satu)
KP4 Alamat
A.7 Apakah anda menghisap atau pernah menghisap asap a. Tidak sama
dari rokok? sekali
b. Sedikit
c. Sedang
d. Dalam-
dalam
B.1 Apakah anda bekerja penuh waktu (30 jam atau lebih a. Ya
per minggu atau 8 jam perhari dalam waktu 6 bulan b. Tidak
atau lebih?
B.2 Apakah anda pernah bekerja lembur (>8jam perhari) a. Ya
dalam seminggu terakhir? b. Tidak
Lampiran 2 : Kuesioner
Umur ,
Masa Kerja
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
Hasil Univariat
1. Gejala ISPA
3. Umur
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
4. Masa Kerja
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
5. Jenis Kelamin
6. Tingkat Pendidikan
7. Bagian Kerja
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
8. Perilaku Merokok
9. Lama Pajanan
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
Distribusi gejala ISPA ringan menurut kadar debu dan karakteristik individu
pekerja
2. Umur
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
3. Masa Kerja
4. Jenis Kelamin
5. Bagian Kerja
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
6. Tingkat Pendidikan
7. Perilaku Merokok
Lampiran 4 : Hasil Analisis SPSS
8. Lama Pajanan