You are on page 1of 27

MAKALAH

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

DISUSUN OLEH :

RIZKA HANDAYANI

22020112140093

A.12.1

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Konsep Rasa Aman dan
Nyaman.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah kami.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Semarang, 03 September 2012

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan
adanya rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan.
(diagnosa keperawatan edisi 8 Linda Jual 1998). Setiap individu pernah
mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu, dan setiap individu juga memiliki
cara masing-masing untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasakan. Apabila
seseorang merasakan nyeri maka perilakunya akan berubah, hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, persepsi dan
kebudayaan yang berbeda-beda.
Nyeri berhubungan erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan
faktor utama yang menyebabkan ketidaknyamanan pada individu. Pada
sebagian besar klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau
rangsangan yang cukup kuat. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk
menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien.
Perawat memberikan motivasi, dorongan, dan dukungan baik spiritual
maupun psikologis dengan terlebih dahulu mengkaji respon nyeri yang
dirasakan klien.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui karakteristik nyeri.


2. Untuk mengetahui miskonsepsi tentang nyeri pada setiap rentang usia.
3. Untuk mengetahui fisiologi nyeri.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis nyeri.
5. Untuk mengetahui reaksi fisiologis terhadap nyeri.
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri.
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan
lingkungan.
8. Untuk mengetahui faktor resiko yang dapat terjadi pada individu terkait
dengan keamanan.
9. Untuk mengetahui faktor resiko berdasarkan pada tingkat perkembangan
bayi sampai lansia yang terkait dengan keamanan.
10. Untuk mengetahui data-data yang diperlukan saat pengkajian nyeri.
11. Untuk mengetahui temuan-temuan yang biasa ditemukan saat melakukan
pemeriksaan fisik pada klien nyeri.
12. Untuk mengetahui temuan-temuan apa sajakah yang biasa ditemukan saat
melakukan kajian tentang keamanan lingkungan.
13. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan terkait dengan pemenuhan rasa
aman dan nyaman.
14. Untuk mengetahui yang menjadi indikator hasil yang diharapkan dalam
perencanaan klien dengan pemenuhan rasa aman dan nyaman.
15. Untuk mengetahui cara-cara yang diperlukan untuk mempersiapkan
lingkungan yang aman dan nyaman sesuai dengan tahapan usia.
16. Untuk mengetahui intervensi keperawatan terkait dengan nyeri.
17. Untuk mengetahui intervensi keperawatan terkait keamanan pada klien.

BAB II
PEMBAHASAN
a. Karakteristik Nyeri
Awitan dan Durasi
Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Awitan nyeri yang berat dan mendadak lebih mudah
dikaji daripada nyeri yang bertahap.
Lokasi
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan
semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
Keparahan
Klien sering kali diminta untuk mendiskripsikan nyeri sebagai yang
ringan, sedang, atau parah. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri
terasa menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan.
Kualitas
Seringkali klien mendeskripsikan nyeri sebagai sensasi remuk, berdenyut,
tajam, atau tumpul. Nyeri yang klien rasakan seringkali tidap dapat
dijelaskan.
Pola Nyeri
Perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang
menyebabkan nyeri, seperti gerakan fisik, meminum kopi, atau urinasi.
Perawat juga meminta klien mendemontrasikan aktivitas yang
menimbulkan respon nyeri, misalnya batuk, atau membalikkan tubuh
dengan cara tertentu.

b. Miskonsepsi Nyeri pada Setiap Rentang Usia


Bayi
Bayi dapat merasakan nyeri dengan meningkatkan sensivitasnya dengan
cara menangis, tetapi bayi yang lebih tua cenderung akan menghindari
nyeri seperti berbalik, dan melawan secara fisik.
Toddler dan Pra Sekolah
Pada usia ini, mereka mampu mengembangkan kemampuan untuk
menjelaskan nyeri, intensitas, serta lokasinya. Sering berespons dengan
menangis dan marah, mereka menganggap nyeri sebagai suatu hukuman,
mereka akan merasa sedih, mereka dapat mempelajari ada perbedaan
gender dalam mengungkap[pkan nyeri, dan mereka merasa ada orang
yang akan bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakannya.
Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah mencoba berani untuk mengalami nyeri, member
rasionalisasi sebagai upaya untuk menjelaskan rasa nyeri, mereka akan
dapat mendengarkan penjelasan, usia ini juga dapat menunjukkan lokasi
dan menjelaskan nyeri. Pada nyeri menetap, anak dapat mengalami regresi
ke tahap perkembangan sebelumnya.
Remaja
Mereka mungkin akan lambat merasakan dan menyadari nyeri, mengakui
nyeri atau menyerah dapat dianggap sebagai suatu kelemahan, mereka
tidak akan menunjukkan nyeri itu kepada temannya karena ingin dianggap
berani.
Dewasa
Pada masa dewasa, perilaku yang ditunjukkan ketika mengalami nyeri
berbasis pada gender yang dipelajari sewaktu kecil, mereka menggunakan
nyeri sebagai keuntungan untuk mendapatkan perhatian, takut terhadap
makana nyeri akan mencegah beberapa pasien untuk mengambil tindakan.

Lansia
Pada masa ini, mereka cenderung akan merasakan nyeri sebagai suatu
bagian dari proses penuaan, dapat mengalami penurunan dan sensasi
terhadap nyeri, dapat menahan keluhan nyeri karena takut pengobatan,
dapat menjelaskan nyeri dengan cara berbeda, dapat menganggap bahwa
mengakui atau menunjukkan rasa nyeri merupakan suatu hal yang tidak
dapat diterima.

c. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri dimulai dengan adanya stimulus penghasil nyeri yang
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki
medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam massa berwarna abu abu (substansia grisea) di medula
spinalis.

Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel sel saraf inhibitor,


mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan ke korteks serebri. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebri,
maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersepsikan nyeri.

Pada saat impuls nyeri sampai ke medula spinalis menuju ke batang


otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian
dari respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri
yang superfisial menimbulkan reaksi flight or fight yang merupakan sindrom
adaptasi umum.

Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom


menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus,
berat, dalam, dan secara tipikal melibatkan organ organ viseral, sistem saraf
parasimpatis menghasilkan suatu aksi.

Respons fisiologis terhadap nyeri dapat sangat membahayakan


individu. Kecuali pada kasus kasus nyeri traumatik yang berat, yang
menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu mencapai
tingkat adaptasi seperti tanda tanda fisik kembali normal. Dengan demikian,
klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu memperlihatkan tanda tanda
fisik.

d. Jenis Jenis Nyeri

Jenis Nyeri Definisi

Nyeri terjadi mendadak dan memberikan


Nyeri Akut
respons terhadap pengobatan.
Nyeri menetap selama > 6 bulan dan sulit
Nyeri Kronik
untuk diobati atau dikendalikan.
Nyeri dari daerah permukaan seperti kulit dan
Nyeri Superfisial
selaput mukosa.

Nyeri Viseral (Nyeri Dalam) Nyeri dari otot polos dan organ.

Nyeri Somatik Nyeri dari otot rangka, ligament dan sendi.

e. Reaksi Fisiologis Terhadap Nyeri

Respons Penyebab atau Efek


Stimulasi Simpatik
Dilatasi saluran Menyebabkan peningkatan asupan oksigen.
bronkiolus dan
peningkatan frekuensi
pernapasan. Menyebabkan peningkatan transpor
Peningkatan frekuensi oksigen.
denyut jantung. Meningkatkan tekanan darah disertai
Vasokontriksi perifer
perpindahan suplai darah dari perifer dan
(pucat, peningkatan
visera ke otot otot seklet dan otak.
tekanan darah). Menghasilkan energi tambahan.
Peningkatan kadar
glukosa darah. Mengontrol temperature tubuh selama
Diaforesis stres.
Mempersiapkan otot untuk melakukan
aksi.
Peningkatan ketegangan
Memungkinkan penglihatan yang lebih
otot
baik.
Dilatasi pupil
Membebaskan energi untuk melakukan
aktivitas dengan lebih cepat.
Penurunan motilitas
saluran cerna
Stimulasi Parasimpatik
Pucat Menyebabkan suplai darah berpindah dari
perifer
Akibat keletihan
Ketegangan otot
Akibat stimulasi vegal
Penurunan denyut jantung
dan tekanan darah
Pernapasan yang cepat Menyebabkan pertahanan tubuh gagal
dan tidak teratur akibat stres nyeri yang terlalu lama
Mual dan muntah Mengembalikan fungsi saluran cerna
Kelemahan dan kelelahan Akibat pengeluaran energi fisik

f. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor Pengaruh
Faktor Fisiologis
Umur Anak-anak mengalami kesulitan untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas
kesehatan. Sementara lansia cenderung memendam nyeri yang
dialami, karena mereka menganggap nyeri merupakan akibat
alamiah dari proses penuaan.

Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif


Kelelahan
dan menurunkan kemampuan koping.

Pria dan wanita tidak berbeda dalam berespons terhadap nyeri.


Gen

Seorang klien yang mengalami cedera medulla spinalis,


neuropati perifer, kemungkinan kurang merasakan nyeri
Fungsi neurologik
daripada klien yang mempunyai neurologis normal.

Faktor Sosial
Perhatian Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun.

Apabila individu sejak sering mengalami nyeri tanpa pernah


Pengalaman sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas atau
bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu
mengalami nyeri, dengan jenis yang sama berulang-ulang,
tetapi kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan, akan lebih
mudah bagi individu tersebut untuk menginterpretasikan
sensasi nyeri. Apabila seorang klien tidak pernah merasakan
nyeri, maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping
terhadap nyeri.
Nyeri dihubungkan dengan kepatuhan dan rasa bersalah,
Faktor Spiritual banyak yang memandang nyeri kronik sebagai suatu cara untuk
menebus dosa-dosa mereka.
Faktor Psikologik
Kecemasan Kecemasan (ansietas) meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.

Jenis koping Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian


maupun keseluruhan / total. Klien seringkali menemukan
berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik
dan psikologis nyeri.
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan
Faktor Budaya
dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

g. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keamanan Lingkungan


Oksigen
Karbon monoksida hasil pembakaran yang berikatan dengan oksigen, akan
mencegah terbentuknya oksihemoglobin dan akhirnya akan mengurangi
persediaan oksigen yang diberikan ke seluruh jaringan tubuh.
Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disimpan dengan tepat, atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi yang tidak bersih, akan meningkatkan
risiko terjadi infeksi dan keracunan makanan pada klien.
Suhu
Pemaparan udara yang sangat dingin dalam waktu lama menyebabkan
radang dingin (frostbite) dan hipotermia. Sedangkan pemaparan terhadap
panas yang ekstrem dapat menyebabkan heatstroke (sengatan terik
matahari) atau heat exhaustion (udara yang panas).
Kelembaban
Jika kelembaban relatifnya tinggi, maka kelembaban kulit akan
terevaporasi dengan lambat. Jadi, pada cuaca panas, lembab, orang akan
merasa tidak nyaman pada lembab dan panas. Jika kelembaban relatifnya
rendah, maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan cepat.
Polusi
Polusi Udara : kontaminasi terhadap atmosfer.

Polusi Air : kontaminasi terhadap danau, sungai, dan aliran air, yang
biasanya disebabkan oleh polutan yang dihasilkan industri.

Polusi Suara : terjadi bila tingkat bunyi pada lingkungan menyebabkan


ketidaknyamanan bagi penghuni di lingkungan tersebut.

h. Faktor Risiko pada Individu Terkait dengan Keamanan


Gaya Hidup
Orang yang mengemudikan atau menjalankan mesin saat berada di bawah
pengaruh substansi kimia, mengerjakan pekerjaan yang berbahaya, akan
berisiko cedera. Sementara orang yang mengalami stres, cemas,
kelemahan lebih cenderung mengalami kecelakaan.
Mobilisasi
Imobilisasi menyebabkan bertambahnya bahaya fisiologis dan emosional
bagi klien, yang nantinya akan menyebabkan pembatasan mobilisasi dan
kemandirian yang lebih lanjut.
Kerusakan Sensorik
Klien yang mengalami gangguan visual, pendengaran, atau komunikasi,
lebih berisiko cedera di komunitas. Klien seperti itu tidak mampu
merasakan bahaya yang mungkin terjadi dan tidak mampu
mengungkapkan kebutuhan mereka untuk mendapatkan bantuan.
Kesadaran terhadap Keamanan
Beberapa klien tidak menyadari tindakan pencegahan untuk keamanan,
misalnya menyimpan obat-obatan jauh dari jangkauan anak-anak tau
membaca tanggal kadaluarsa pada makanan.

i. Faktor Risiko Berdasarkan Tingkat Perkembangan


Bayi
Cedera merupakan penyebab terbesar kematian anak-anak yang berusia
lebih dari 1 tahun dan penyebab kematian dan kecacatan yang lebih besar
daripada penyakit lain.
Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah lebih berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di luar
rumah dan lingkungan sekitar rumahnya, maka mereka lebih berisiko
cedera yang disebabkan oleh orang lain.
Remaja
Pertentangan identitas menyebabkan remaja mengalami rasa malu, takut
dan cemas, yang mengakibatkan ia tidak dapat berfungsi di rumah,
sekolah, atau dalam kelompok teman sebayanya. Sebagai usaha untuk
melepaskan tekanan akibat perubahan fisik dan psikososial dari teman
sebayanya, mereka akan beralih ke obat-obatan yang dapat meningkatkan
terjadinya kecelakaan.
Orang Dewasa
Ancaman terhadap keamanan orang dewasa biasanya berhubungan dengan
kebiasaan gaya hidup. Misalnya, klien yang menggunakan alkohol secara
berlebihan lebih besar berisiko mengalami kecelakaan kendaraan
bermotor. Orang dewasa yang mengalami tingkat stres yang tinggi lebih
besar kemungkinan mengalami kecelakaan atau penyakit, misalnya sakit
kepala, gangguan saluran cerna, dan infeksi.
Lansia
Perubahan fisiologis yang terjadi selama proses penuaan meningkatkan
risiko klien untuk jatuh dan mengalami jenis kecelakaan lain seperti luka
bakar dan kecelakaan mobil.

j. Data Data yang Diperlukan untuk Pengkajian Nyeri dan Keamanan


Lingkungan
1. Pengkajian Nyeri
a. Lokasi
b. Skala Intensitas atau Tingkat Nyeri
c. Kualitas Nyeri
d. Pola
e. Faktor Presipitasi
f. Faktor yang Meringankan
g. Gejala Terkait
h. Respons Perilaku Dan Fisiologis
i. Respons Afektif
j. Efek Nyeri pada Aktivitas Sehari-Hari
k. Sumber Koping
2. Pengkajian Keamanan Lingkungan
Faktor risiko yang dihadapi dalam komunitas dan lembaga pelayanan
kesehatan.

k. Temuan Temuan yang Didapat Saat Pemeriksaan Fisik pada Klien


dengan Nyeri
1. Vokalisasi
Mengaduh
Menangis
Sesak napas
Mendengkur
2. Ekspresi Wajah
Meringis
Menggeletukkan gigi
Mengernyitkan dahi
Menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata atau
mulut dengan lebar
Menggigit bibir
3. Gerakan Tubuh
Gelisah
Imobilisasi
Ketegangan otot
Peningkatan gerakan jari dan tangan
Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
Gerakan melindungi bagian tubuh
4. Interaksi Sosial
Menghindari percakapan
Menghindari kontak sosial
Penurunan rentang perhatian
l. Temuan Temuan yang Didapat Saat Pengkajian Keamanan
Lingkungan
Eksterior Rumah
Trotoar tidak rata
Anak tangga dalam kondisi yang tidak baik
Interior Rumah
Ada lampu yang dinyalakan pada malam hari
Suhu dan kelembaban berada dalam rentang tidak normal
Dapur
Tombol pada kompor tidak dapat dibaca dengan baik
Cairan pembersih dan pemutih tidak disimpan dengan aman
Kamar Mandi
Tidak tersedia fasilitas untuk mencuci tangan
Keset kamar mandi belum aman
Kamar Tidur
Cahaya siang dan malam hari tidak adekuat
Klien mempunyai telpon di dekat tempat tidurnya

m. Diagnosa Keperawatan yang Terkait Rasa Aman dan Nyaman


1. Risiko cedera
Perubahan mobilisasi
Penataan lingkungan fisik di rumah
2. Risiko keracunan
Kontaminasi zat kimia pada makanan atau air
Penyimpanan obat-obatan yang mudah dijangkau oleh anak-anak
Penurunan penglihatan

3. Risiko asfiksia
Penurunan kemampuan motorik
Bantal yang terletak di atas tempat tidur bayi
Ventilasi alat pemanas yang tidak tepat
4. Risiko trauma
Kontak dengan udara dingin yang ekstrem
Obstruksi jalan nafas
5. Gngguan proses pikir
Kehilangan memori
Kesulitan tidur
Efek ssamping obat
6. Perubahan manajemen pemeliharaan rumah
Keuangan yang tidak memadai
Perubahan fungsi kognitif
7. Defisit pengetahuan
Salah interpretasi informasi
Tidak terbiasa dengan tindakan pencegahan untuk anak-anak
8. Risiko perubahan suhu tubuh
Paparan terhadap lingkungan panas atau dingin yang ekstrem
Mekanisme kontrol suhu tubuh yang tidak matang.

n. Indikator Hasil yang Diharapkan

1. Nyeri dapat berkurang atau hilang


2. Klien menjadi lebih tenang dan lebih merasa nyaman
3. Klien dapat mengendalikan perilakunya
4. Klien dapat mengontrol emosinya

o. Cara - Cara Mempersiapkan Lingkungan yang Aman dan Nyaman pada


Klien Sesuai Tahapan Usia
1. Bayi, Todler, dan Prasekolah
Jauhkan tempat bayi dari benda-benda beracun, kecil, dan tajam. Tutup
stop kontak listrik dengan tutup pelindung. Pindahkan kantong plastik dari
dalam rumah.
2. Anak Usia Sekolah
Jangan biarkan anak-anak menjalankan alat-alat listrik saat mereka
sendirian dan ajarkan anak menggunakan perlengkapan yang aman saat
bermain.
3. Remaja
Anjurkan remaja untuk kursus mengemudi mobil. Informasikan tentang
bahaya penggunaan alkohol dan obat-obatan.
4. Dewasa
Hindari hal-hal yang membuat stres dan rujuk klien untuk mengikuti
manajemen stres.
5. Lansia
Anjurkan klien untuk memeriksakan penglihatan dan pendengaran secara
teratur untuk mengurangi risiko kecelakaan akibat gangguan pendengaran
dan penglihatan.

p. Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Nyeri


Ringkasan Intervensi Keperawatan pada Saat Nyeri

Intervensi Nyeri Independen Intervensi Nyeri Kolaboratif


Pengaturan Posisi Kolaboratif Terapi Nyeri
1. Istirahat
Farmakologi
2. Atur posisi fisiologis
3. Atur posisi dengan fiksasi atau Analgesik
Rute Pemberian
imobilisasi 1. Rute parenteral
Teknik Relaksasi 2. Rute oral
1. Relaksasi otot skeletal 3. Rute rektal
2. Relaksasi napas abdomen dengan 4. Rute transdermal
frekuensi lambat dan berirama 5. Rute intraspinal
Kompres
1. Kompres es
2. Kompres panas
Manajemen Sentuhan
1. Masase perkutaneus
2. Sentuhan terapeutik
3. Distraksi
4. Alih fokus perhatian
5. Dukungan orang tua atau terdekat
Manajemen Lingkungan
1. Lingkungan tenang
2. Lingkungan kondusif tidak panas
3. Lingkungan dengan privasi
terkontrol
Dukungan Perilaku
Imajinasi Terbimbing
Intervensi Nyeri Independen

Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi merupakan hal yang mendasar dalam melakukan
intervensi keperawatan. Kebanyakan nyeri neuromuskuloskeletal dapat
dikurangi dengan pengaturan posisi yang optimal. Nyeri akan bertambah
parah apabila posisi yang ada pada klien tidak dalam posisi kesejajaran.
1. Istirahat
Istirahat merupakan hal yang pertama dilakukan pada klien yang
sedang mengalami nyeri dengan harapan suplai darah dapat lebih
banyak dikirimkan pada jaringan yang nyeri.
2. Atur Posisi Fisiologis
Pengaturan fisiologis akan membantu meningkatkan aliran darah pada
jaringan yang mengalami iskemia akibat penekanan atau kesalahan
posisi. Pengaturan posisi fisiologis sangat menentukan penurunan
resepsi nyeri yang dirasakan klien dengan trauma pada tulang.
3. Atur Posisi dengan Fiksasi atau Imobilisasi
Pada beberapa kondisi klinik, pengaturan posisi dengan melakukan
fiksasi atau imobilisasi harus dilakukan. Hal ini disebabkan apabila
tidak dilakukan maka respons nyeri akan bertambah parah. Kondisi-
kondisi akibat trauma musculoskeletal dengan kerusakan fragmen
tulang harus dilakukan fiksasi sementara dengan menggunakan bidai
agar tidak terjadi kompresi atau penekanan dari saraf yang sedang
mengalami trauma.
Teknik Relaksai
1. Relaksasi Otot Sekeletal
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri pascaoperasi (Smeltzer, 2002). Ini mungkin karena
relative kecilnya peran otot otot skeletal dalam nyeri pascaoperasi
atau kebutuhan klien untuk melakukan teknik relaksasi tersebut agar
efektif. Klien yang sudah mengetahui tentang teknik relaksasi
mungkin hanya perlu diingatkan untuk menggunakan teknik tersebut
untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri.
2. Relaksasi Napas Abdomen
Teknik relaksai yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
frekuensi lambat dan berirama. Klien dapat memejamkan matanya dan
bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat
dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama
setiap inhalasi dan ekshalasi.
Kompres
Terapi es dan panas dapat meredakan nyeri yang efektif pada beberapa
keadaan. Terapi es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak
nyeri dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera. Terapi es
dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensivitas reseptor
nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses
inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera
setelah cedera terjadi. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah
ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan
mempercepat penyembuhan. Terapi es maupun panas harus digunakan
dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera
kulit.
Manajemen Sentuhan
1. Masase Terapeutik Perkutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum yang dipusatkan
pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi
reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seprti reseptor
nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui system control
desenden. Masase dapat membuat klien lebih nyaman karena masase
membuat otot berelaksasi.
2. Sentuhan Terapeutik
Sentuhan terapeutik meliputi penggunaan tangan untuk secara sadar
memberikan dampak distraksi dan dukungan perilaku pada klien yang
mengalami nyeri. Sifat analgesik pada sentuhan terapeutik yaitu
menciptakan respons relaksasi yang bersifat umum.
3. Distraksi
Klien yang merasa bosan atau diisolasi hanya memikirkan nyeri yang
dirasakan sehingga klien mempersepsikan nyeri tersebut dengan lebih
akut. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal lain dan dengan
demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi memberikan
pengaruh paling baik pada jangka waktu yang singkat, hanya
berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur
invasif atau saat menunggu kerja analgesik.
4. Alih Fokus Perhatian
Teknik distraksi dengan alih fokus perhatiann pada sesuatu selain nyeri
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap kognitif
efektif lainnya. Distraksi dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan stimulasi
yang ditransmisikan ke otak lebih sedikit. Keefektifan distraksi
tergantung dari kemampuan klien untuk menerima dan
membangkitkan input sensorik selain nyeri.
5. Dukungan Orang Tua atau Terdekat
Kunjungan dari keluarga dan teman-teman sangat efektif dalam
meredakan nyeri. Pada anak-anak peran dukungan orang tua di sekitar
klien sangat membantu dalam menurunkan reseptor nyeri.
Manajemen Lingkungan
Menurunkan stimulus eksternal selain stimulus nyeri merupakan
intervensi dalam manajemen lingkungan. Manajemen lingkungan tersebut
meliputi:
Lingkungan yang tenang dapat membantu klien dalam meningkatkan
pelaksanaan metode distraksi secara efektif.
Pengaturan linen dan tempat tidur, dengan mengganti linen yang basah
atau kotor, meluruskan linen yang berkerut di tempat tidur dapat
membantu menurunkan stimulus nyeri.
Pengaturan selang (drainase), dengan posisi yang tepat baik posisi
klien berbaring ataupun duduk akan mengurangi stimulus nyeri.
Pengaturan fiksasi dan balutan, dengan mengurangi fiksasi yang
terlalu ketat kecuali pada balutan atau fiksasi dengan indikasi untuk
menekan dapat mengurangi stimulus nyeri. Mengganti balutan yang
basah tau kotor akan mengurangi sensasi baud an rasa yang kurang
enak pada klien dengan adanya kerusakan integritas jaringan.
Lingkungan kondusif tidak panas, menurunkan stimulus nyeri lainnya.
Kondisi ruangan yang panas akan memberikan dampak pada
peningkatan laju metabolisme basal yang energinya sangat diperlukan
dalam mengatasi nyeri akibat dari iskemia lokal.
Lingkungan dengan privasi terkontrol, dapat membantu klien dalam
meningkatkan kemampuan distraksi efektif.
Dukungan Perilaku
Dukungan perilaku merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan
memberikan klien informasi tentang respons fisiologis (misalnya tekanan
darah atau ketegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap
respons tersebut.

Imijinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif
tertentu. Untuk menjelaskan teknik dan waktu pada klien dibutuhkan
waktu yang banyak. Biasanya klien diminta untuk mempraktikkan
imajinasi terbimbing selama lima menit, tiga kali sehari. Banyak klien
mulai mengalami efek rileks dari imajinasi terbimbing saat pertama kali
mereka mencobanya. Imajinasi terbimbing hanya digunakan sebagai
tambahan dari bentuk pengobatan yang telah terbukti, sampai riset
menunjukkan apakah teknik ini efektif atau tidak.

Intervensi Nyeri Kolaboratif

Kolaboratif Terapi Nyeri Farmakologi


Beberapa agen farmakologi digunakan untuk menangani nyeri. Semua
agen tersebut memerlukan resep dokter. Keputusan perawat, dalam
penggunaan obat-obatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi
farmakologi, membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang
mungkin dilakukan.
Analgesik
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri.
Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat
dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam
penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, adanya
kekhawatiran klien mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan
kesalahan dalam menggunakan analgesik narkotik, dan pemberian obat
yang kurang dari yang diresepkan.

Rute Pemberian Analgesik


1. Rute Parenteral
Pemberian analgesik parenteral (rute intramuscular, intravena, atau
subkutan) menghasilkan efek yang lebih cepat disbanding pemberian
oral, tetapi durasi efeknya lebih pendek. Pemberian parenteral dapat
juga diindikasikan jika klien tidak diperbolehkan masukkan per oral
atau klien mengalami muntah-muntah. Jika oabt diberikan melalui rute
intramuskular, obat memasuki aliran darah secara perlahan dan
dimetabolisme secara lambat.
2. Rute Intravena
Pemberian medikasi analgesik dengan rute intravena (IV) lebih
nyaman bagi klien dan puncak kadar serum serta hilangnya nyeri
terjadi lebih cepat. Karena mencapai puncak lebih cepat (biasanya
dalam beberapa menit) dan dimetabolisme dengan cepat, dosis IV
yang dibutuhkan akan lebih kecil dan diresepkan pada interval yang
lebih pendek dibandingkan dosis IM.
3. Rute Subkutan
Rute subkutan untuk infuse analgesik opioid (narkotik) digunakan
untuk klien dengan nyeri berat seperti nyeri kanker. Rute ini
khususnys berguna bagi klien dengan akses intravena yang terbatas
yang tidak mampu menggunakan medikasi oral dank lien-klien yang
menangani nyerinya di rumah. Dosis opioid yang dapat diinfuskan
melalui jalur ini terbatas karena volume kecil yang dapat diberikan
pada satu waktu ke dalam jaringan subkutan.
4. Rute Oral
Cara pemberian melalui rute oral mudah, non-invasif, dan tidak
menyakitkan seperti pada injeksi. Nyeri berat dapat dihilangkan
dengan narkotik oral jika dosisnya cukup tinggi. Agar efektif, dosis
harus diubah karena obat-obat diabsorpsi pada kecepatan yang berbeda
tergantung dari rute pemberian. Pada klien dengan penyakit terminal
dan nyeri berkepanjangan, dosis secara bertahap dapat ditingkatkan
sesuai dengan perkembangan penyakit. Jika dosis yang lebih tinggi ini
ditingkatkan secara bertahap, obat ini biasanya memberikan peredaan
nyeri tambahan tanpa menyebabkan dpresi pernapasan atau sedasi.
Jika rute pemberian diganti dari rute parenteral menjadi rute oral
dengan dosis yang tidak sebanding kekuatannya, dosis oral yang lebih
kecil dapat mengakibatkan reaksi putus obat dan nyeri kambuh lagi.
5. Rute Rektal
Pemberian melalui rute rektal diindikasikan untuk klien yang tidak
mampu menggunakan obat-obat melalui rute lainnya dan diindikasikan
bagi klien dengan masalah perdarahan seperti hemophilia.
6. Rute Transdermal
Rute transdermal digunakan untuk mencapai kadar opioid yang
konsisten dalam serum melalui absorpsi obat melalui kulit.

q. Intervensi Keperawatan Terkait Keamanan pada Klien


1. Membaca petunjuk yang ada saat memberikan susu formula pada bayi.
Sebagian susu formula harus diencerkan dengan air. Karena penggunaan
susu formula yang tidak diencerkan menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit pada bayi baru lahir.
2. Menggunakan besi penjaga jendela untuk semua jendela yang ada di
rumah. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak jatuh ke luar jendela.
3. Mengajarkan anak menggunakan perlengkapan yang aman saat bermain
dan belajar karena anak perlu belajar beberapa perlengkapan yang
digunakan untuk barmain dan perlengkapan untuk belajar dan penggunaan
yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera.
4. Mengajarkan anak cara mengendarai sepeda yang aman dan tanggung
jawab saat pergi dengan menggunakan sepeda, hal ini dilakukan agar anak
dapat mentaati rambu lalu lintas atau mengidentifikasi lokasi yang aman
untuk bermain sepeda.
5. Menganjurkan remaja untuk mengikuti aktivitas di masyarakat karena
remaja memerlukan pengawasan dari orang dewasa, namun tetap
memerlukan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya dengan
aman.
6. Memberikan pendidikan seks pada remaja karena banyak remaja yang
melakukan hubungan seksual.
7. Merujuk klien untuk mengikuti kursus manajemen stres dan memberikan
petunjuk perubahan gaya hidup, karena efek stres dan pola gaya hidup
menyebabkan risiko keamanan yang berarti bagi klien dewasa.
8. Menganjurkan klien untuk memeriksakan penglihatan dan pendengaran
secara teratur. Hal ini untuk menurunkan terjadinya kecelakaan mobil dan
kecelakaan pejalan kaki.
9. Menganjurkan klien untuk mendaftarkan diri pada kursus olahraga dan
menjaga diri agar tetap aktif, karena olahraga dapat mempertahankan
kekuatan dan fleksibilitas otot.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri adalah suatu keadaan individu yang tidak nyaman atau perasaan
yang tidak menyenangkan. Nyeri dialami oleh setiap individu, dimana masing-
masing individu memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi rasa nyeri yang
mereka rasakan. Perbedaan tersebut disebakan karena ada banyak faktor yang
mempengaruhi nyeri, baik itu faktor fisiologis, faktor sosial, faktor spiritual,
faktor psikologik, dan faktor budaya. Perawat menggunakan berbagai intervensi
untuk menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien.

B. Saran

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat seharusnya


memahami fisiologi nyeri dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri. Selain
itu, perawat juga harus mampu memahami hal-hal yang diperlukan dalam
proses pengkajian nyeri dan tindakan untuk mengatasi nyeri pada klien.
Sehingga apabila perawat dihadapkan dalam situasi yang berhubungan dengan
nyeri, perawat dapat menerapkannya dalam proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey, Shirlee Snyder, et all. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis
Kozier & ERB. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L., & Hayes E.R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal, SKM. Cayatin, Nurul, S.kep,Ns. 2007. Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Praktek. Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A., & Perry A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas modul kebutuhan rasa aman dan
nyaman yang saya susun adalah karya sendiri. Saya menyatakan tidak melakukan
plagiatisme dan isi dari tugas modul kebutuhan rasa aman dan nyaman ini sesuai
dengan hasil studi literature yang telah saya lakukan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila terbukti


melakukan plagiatisme saya bersedia menerima sanksi dalam bentuk apapun.

You might also like