Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
RIZKA HANDAYANI
22020112140093
A.12.1
JURUSAN KEPERAWATAN
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Konsep Rasa Aman dan
Nyaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah kami.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan
adanya rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan.
(diagnosa keperawatan edisi 8 Linda Jual 1998). Setiap individu pernah
mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu, dan setiap individu juga memiliki
cara masing-masing untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasakan. Apabila
seseorang merasakan nyeri maka perilakunya akan berubah, hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, persepsi dan
kebudayaan yang berbeda-beda.
Nyeri berhubungan erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan
faktor utama yang menyebabkan ketidaknyamanan pada individu. Pada
sebagian besar klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau
rangsangan yang cukup kuat. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk
menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien.
Perawat memberikan motivasi, dorongan, dan dukungan baik spiritual
maupun psikologis dengan terlebih dahulu mengkaji respon nyeri yang
dirasakan klien.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
a. Karakteristik Nyeri
Awitan dan Durasi
Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Awitan nyeri yang berat dan mendadak lebih mudah
dikaji daripada nyeri yang bertahap.
Lokasi
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan
semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
Keparahan
Klien sering kali diminta untuk mendiskripsikan nyeri sebagai yang
ringan, sedang, atau parah. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri
terasa menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan.
Kualitas
Seringkali klien mendeskripsikan nyeri sebagai sensasi remuk, berdenyut,
tajam, atau tumpul. Nyeri yang klien rasakan seringkali tidap dapat
dijelaskan.
Pola Nyeri
Perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang
menyebabkan nyeri, seperti gerakan fisik, meminum kopi, atau urinasi.
Perawat juga meminta klien mendemontrasikan aktivitas yang
menimbulkan respon nyeri, misalnya batuk, atau membalikkan tubuh
dengan cara tertentu.
Lansia
Pada masa ini, mereka cenderung akan merasakan nyeri sebagai suatu
bagian dari proses penuaan, dapat mengalami penurunan dan sensasi
terhadap nyeri, dapat menahan keluhan nyeri karena takut pengobatan,
dapat menjelaskan nyeri dengan cara berbeda, dapat menganggap bahwa
mengakui atau menunjukkan rasa nyeri merupakan suatu hal yang tidak
dapat diterima.
c. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri dimulai dengan adanya stimulus penghasil nyeri yang
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki
medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam massa berwarna abu abu (substansia grisea) di medula
spinalis.
Nyeri Viseral (Nyeri Dalam) Nyeri dari otot polos dan organ.
Faktor Pengaruh
Faktor Fisiologis
Umur Anak-anak mengalami kesulitan untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas
kesehatan. Sementara lansia cenderung memendam nyeri yang
dialami, karena mereka menganggap nyeri merupakan akibat
alamiah dari proses penuaan.
Faktor Sosial
Perhatian Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun.
Polusi Air : kontaminasi terhadap danau, sungai, dan aliran air, yang
biasanya disebabkan oleh polutan yang dihasilkan industri.
3. Risiko asfiksia
Penurunan kemampuan motorik
Bantal yang terletak di atas tempat tidur bayi
Ventilasi alat pemanas yang tidak tepat
4. Risiko trauma
Kontak dengan udara dingin yang ekstrem
Obstruksi jalan nafas
5. Gngguan proses pikir
Kehilangan memori
Kesulitan tidur
Efek ssamping obat
6. Perubahan manajemen pemeliharaan rumah
Keuangan yang tidak memadai
Perubahan fungsi kognitif
7. Defisit pengetahuan
Salah interpretasi informasi
Tidak terbiasa dengan tindakan pencegahan untuk anak-anak
8. Risiko perubahan suhu tubuh
Paparan terhadap lingkungan panas atau dingin yang ekstrem
Mekanisme kontrol suhu tubuh yang tidak matang.
Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi merupakan hal yang mendasar dalam melakukan
intervensi keperawatan. Kebanyakan nyeri neuromuskuloskeletal dapat
dikurangi dengan pengaturan posisi yang optimal. Nyeri akan bertambah
parah apabila posisi yang ada pada klien tidak dalam posisi kesejajaran.
1. Istirahat
Istirahat merupakan hal yang pertama dilakukan pada klien yang
sedang mengalami nyeri dengan harapan suplai darah dapat lebih
banyak dikirimkan pada jaringan yang nyeri.
2. Atur Posisi Fisiologis
Pengaturan fisiologis akan membantu meningkatkan aliran darah pada
jaringan yang mengalami iskemia akibat penekanan atau kesalahan
posisi. Pengaturan posisi fisiologis sangat menentukan penurunan
resepsi nyeri yang dirasakan klien dengan trauma pada tulang.
3. Atur Posisi dengan Fiksasi atau Imobilisasi
Pada beberapa kondisi klinik, pengaturan posisi dengan melakukan
fiksasi atau imobilisasi harus dilakukan. Hal ini disebabkan apabila
tidak dilakukan maka respons nyeri akan bertambah parah. Kondisi-
kondisi akibat trauma musculoskeletal dengan kerusakan fragmen
tulang harus dilakukan fiksasi sementara dengan menggunakan bidai
agar tidak terjadi kompresi atau penekanan dari saraf yang sedang
mengalami trauma.
Teknik Relaksai
1. Relaksasi Otot Sekeletal
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri pascaoperasi (Smeltzer, 2002). Ini mungkin karena
relative kecilnya peran otot otot skeletal dalam nyeri pascaoperasi
atau kebutuhan klien untuk melakukan teknik relaksasi tersebut agar
efektif. Klien yang sudah mengetahui tentang teknik relaksasi
mungkin hanya perlu diingatkan untuk menggunakan teknik tersebut
untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri.
2. Relaksasi Napas Abdomen
Teknik relaksai yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
frekuensi lambat dan berirama. Klien dapat memejamkan matanya dan
bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat
dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama
setiap inhalasi dan ekshalasi.
Kompres
Terapi es dan panas dapat meredakan nyeri yang efektif pada beberapa
keadaan. Terapi es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak
nyeri dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera. Terapi es
dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensivitas reseptor
nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses
inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera
setelah cedera terjadi. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah
ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan
mempercepat penyembuhan. Terapi es maupun panas harus digunakan
dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera
kulit.
Manajemen Sentuhan
1. Masase Terapeutik Perkutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum yang dipusatkan
pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi
reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seprti reseptor
nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui system control
desenden. Masase dapat membuat klien lebih nyaman karena masase
membuat otot berelaksasi.
2. Sentuhan Terapeutik
Sentuhan terapeutik meliputi penggunaan tangan untuk secara sadar
memberikan dampak distraksi dan dukungan perilaku pada klien yang
mengalami nyeri. Sifat analgesik pada sentuhan terapeutik yaitu
menciptakan respons relaksasi yang bersifat umum.
3. Distraksi
Klien yang merasa bosan atau diisolasi hanya memikirkan nyeri yang
dirasakan sehingga klien mempersepsikan nyeri tersebut dengan lebih
akut. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal lain dan dengan
demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi memberikan
pengaruh paling baik pada jangka waktu yang singkat, hanya
berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur
invasif atau saat menunggu kerja analgesik.
4. Alih Fokus Perhatian
Teknik distraksi dengan alih fokus perhatiann pada sesuatu selain nyeri
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap kognitif
efektif lainnya. Distraksi dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan stimulasi
yang ditransmisikan ke otak lebih sedikit. Keefektifan distraksi
tergantung dari kemampuan klien untuk menerima dan
membangkitkan input sensorik selain nyeri.
5. Dukungan Orang Tua atau Terdekat
Kunjungan dari keluarga dan teman-teman sangat efektif dalam
meredakan nyeri. Pada anak-anak peran dukungan orang tua di sekitar
klien sangat membantu dalam menurunkan reseptor nyeri.
Manajemen Lingkungan
Menurunkan stimulus eksternal selain stimulus nyeri merupakan
intervensi dalam manajemen lingkungan. Manajemen lingkungan tersebut
meliputi:
Lingkungan yang tenang dapat membantu klien dalam meningkatkan
pelaksanaan metode distraksi secara efektif.
Pengaturan linen dan tempat tidur, dengan mengganti linen yang basah
atau kotor, meluruskan linen yang berkerut di tempat tidur dapat
membantu menurunkan stimulus nyeri.
Pengaturan selang (drainase), dengan posisi yang tepat baik posisi
klien berbaring ataupun duduk akan mengurangi stimulus nyeri.
Pengaturan fiksasi dan balutan, dengan mengurangi fiksasi yang
terlalu ketat kecuali pada balutan atau fiksasi dengan indikasi untuk
menekan dapat mengurangi stimulus nyeri. Mengganti balutan yang
basah tau kotor akan mengurangi sensasi baud an rasa yang kurang
enak pada klien dengan adanya kerusakan integritas jaringan.
Lingkungan kondusif tidak panas, menurunkan stimulus nyeri lainnya.
Kondisi ruangan yang panas akan memberikan dampak pada
peningkatan laju metabolisme basal yang energinya sangat diperlukan
dalam mengatasi nyeri akibat dari iskemia lokal.
Lingkungan dengan privasi terkontrol, dapat membantu klien dalam
meningkatkan kemampuan distraksi efektif.
Dukungan Perilaku
Dukungan perilaku merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan
memberikan klien informasi tentang respons fisiologis (misalnya tekanan
darah atau ketegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap
respons tersebut.
Imijinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif
tertentu. Untuk menjelaskan teknik dan waktu pada klien dibutuhkan
waktu yang banyak. Biasanya klien diminta untuk mempraktikkan
imajinasi terbimbing selama lima menit, tiga kali sehari. Banyak klien
mulai mengalami efek rileks dari imajinasi terbimbing saat pertama kali
mereka mencobanya. Imajinasi terbimbing hanya digunakan sebagai
tambahan dari bentuk pengobatan yang telah terbukti, sampai riset
menunjukkan apakah teknik ini efektif atau tidak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri adalah suatu keadaan individu yang tidak nyaman atau perasaan
yang tidak menyenangkan. Nyeri dialami oleh setiap individu, dimana masing-
masing individu memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi rasa nyeri yang
mereka rasakan. Perbedaan tersebut disebakan karena ada banyak faktor yang
mempengaruhi nyeri, baik itu faktor fisiologis, faktor sosial, faktor spiritual,
faktor psikologik, dan faktor budaya. Perawat menggunakan berbagai intervensi
untuk menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey, Shirlee Snyder, et all. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis
Kozier & ERB. Jakarta : EGC.
Kee, Joyce L., & Hayes E.R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, SKM. Cayatin, Nurul, S.kep,Ns. 2007. Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Praktek. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A., & Perry A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas modul kebutuhan rasa aman dan
nyaman yang saya susun adalah karya sendiri. Saya menyatakan tidak melakukan
plagiatisme dan isi dari tugas modul kebutuhan rasa aman dan nyaman ini sesuai
dengan hasil studi literature yang telah saya lakukan.