You are on page 1of 21

ACARA I

EKSTRAKSI MINYAK KELAPA DAN MINYAK BIJIAN

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Acara I Ekstraksi Minyak Kelapa dan Minyak
Bijian adalah :
1. Mahasiswa mengetahui cara ekstraksi minyak dengan beberapa metode.
2. Mahasiswa dapat menghitung randemen minyak yang dihasilkan saat ekstraksi.
B. Tinjauan Pustaka
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang telah dikonsumsi di
daerah negara tropis selama ribuan tahun. Minyak kelapa dapat diperoleh dari
daging buah kelapa segar atau dari kopra. Proses untuk membuat minyak kelapa
dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses basah (wet process), karena
pada proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi minyak. Sedangkan
pembuatan minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal dengan proses kering
(dry process). Pada waktu daging buah kelapa diparut, sel- selnya akan rusak dan
isi sel dengan mudah dikeluarkan dalam wujud emulsi berwarna putih yang
dikenal dengan santan. Santan demikian mengandung minyak sebanyak 50 %.
Santan merupakan emulsi minyak di dalam air yang agak stabil. Emulsifikasinya
kadang-kadang bersama-sama protein dan karbohidrat. Sisa minyak yang lain
dapat diperoleh dengan penambahan air dan pemerasan kedua dan ketiga.
Komposisi kimia daging buah kelapa adalah sebagai berikut: air (50 %), minyak
(34 %), Abu (2,2 %), serat (3 %), protein (3,5 %), karbohidrat (7,3 %)
(Krishna et al., 2009).
Minyak atau lemak bersifat tidak larut dalam semua pelarut berair, tetapi
larut dalam pelarut organik seperti misalnya : petroleum eter, dietil eter, alkohol
panas, khloroform dan bensena. Dimana asam lemak rantai pendek sampai
panjang rantai atom karbon sebanyak delapan bersifat larut dalam air. Makin
panjang rantai sehingga akan terbentuk gugus karboksil yang tidak bermuatan.
Kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut non-polar seperti petroleum.
Asam lemak jenuh sangat stabil terhadap oksidasi, akan tetapi asam lemak tidak
jenuh sangat mudah terserang oksidasi. Dimana lemak tidak dapat meleleh pada
satu titik suhu, akan tetapi lemak akan menjadi lunak pada suatu interval suhu
tertentu. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lemak merupakan campuran
gliserida dan masing-masing gliserida mempunyai titik cair sendiri-sendiri
(Tranggono dan Setiaji, 1989).
Lemak dan minyak hampir terdapat dalam semua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak seringkali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan
bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas,
seperti minyak goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega dan
margarin. Di samping itu penambahan lemak dimaksudkan untuk menambah
kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan. Lemak hewani
mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol sedangkan lemak nabati
mengandung fitosterol dan lenih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh
sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno, 1997).
Minyak kemiri di Eropa diolah sekitar 90%. Kandungan gizi minyak
kemiri energik tinggi kaya lemak dan protein, ini adalah sumber berharga serat,
fitonutrien, dan antioksidan seperti Vitamin. Bagian lipid merupakan komponen
utama dariminyak kemiri. Kandungan lipid lebih dari 60 % dari minyak kemiri.
Minyak kemiri adalah sumber dari beberapa nutrisi bioaktif seperti tokoferol.
kadar lemak dan proporsi komponen asam lemak (terutama rasio antara oleat dan
asam linoleat) sangat penting untuk evaluasi kualitas minyak kemiri. Asam lemak
tak jenuh (UFA), antioksidan, seperti tokoferol, dan unsur-unsur mineral, besi,
mangan dan tembaga, yang terlibat dalam tengik. Oleh karena itu, kultivar dengan
rendah jenuh atau rasio jenuh, rendah senyawa pro oksidan, kaya anti oksidan dan
rendah dalam kegiatan enzimatik, harus lebih disukai, karena mereka
meminimalkan pasca panen kualitas, kemasan dan pendinginan biaya
(Bacchetta, 2013).
Kacang tanah merupakan sumber makanan penting dari lipid dan protein
di negara-negara berkembang serta maju, dan minyak kacang salah satu minyak
utama yang diperlukan manusia. Minyak kacang tanah mengandung 76-82 % asam
lemak tidak jenuh, yang terdiri dari 40-45 % asam oleat dan 30-35 % asam
linoleat. Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan
kadar asam miristat sekitar 5 persen. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan
menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara
hidrogenasi atau dengan penambahan antioksidan. Dalam minyak kacang tanah
terdapat persenyawaan tokoferol yang merupakan antioksidan alami dan efektif
dalam menghambat proses oksidasi minyak kacang tanah (Sharma et al., 2002).
Minyak kelapa dihasilkan setelah proses ekstraksi santan dan mungkin
masih mengandung hingga 24 % kandungan minyak. Minyak kelapa merupakan
bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah
kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku
industri, atau sebagai minyak goreng. Untuk industri kecil yang terbatas
kemampuan permodalannya, disarankan mengekstrak minyak dari daging buah
kelapa segar. Cara ini mudah dilakukan dan tidak banyak memerlukan biaya.
Kelemahannya adalah lebih rendahnya rendemen yang diperoleh. Santan kelapa
merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air. Bila
santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya
dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan minyak. Bagian yang kaya
dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan minyak
disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim berada
pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah (Sulaiman et al., 2013).
Ada 2 metode ekstraksi minyak kelapa, yaitu dengan metode ektraksi dari
kopra dan ektraksi menggunakan santan dengan menggunakan air mendidih.
Ektraksi dari kopra dipakai dalam skala besar di perindustrian minyak kelapa
(perdagangan minyak kelapa) dan ektraksi menggunakan santan dengan
menggunakan air mendidih digunakan dalam skala kecil di home industry atau
ukm. Minyak kelapa yang dihasilkan dari home industry dianggap lebih bagus
kualitasnya daripada minyak yang di hasilkan oleh pabrik. Seperti, minyak kelapa
home insdutry mempunyai bau yang lebih enak dan mempunyai umur simpan
yang lama sementara minyak kelapa yang dihasilkan oleh pabrik mempunyai bau
yang netral dan mempunyai umur simpan yang lebih pendek daripada minyak
kelapa home industry. Itu diperlihatkan dari formasi peroksidanya pada minyak
kelapa home industry mempunyai kandungan yang lebih rendah daripada minyak
kelapa pabrik (Seneviratne, 2005).
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya nilai rendemen antara lain
teknologi budidaya. Bahan baku diperoleh secara asalan, tidak memperhatikan
keunggulan tanaman, ketahanan tanaman terhadap hama, dan penyakit serta
varietasnya. Yang kedua yaitu cara penanganan bahan. Cara penanganan bahan
terhadap bahan baku yang tidak tepat memicu rendahnya rendemen minyak yang
dihasilkan. Penanganan bahan sehabis dipanen hanya dilakukan penjemuran yang
terlalu lama, akibatnya kadar minyak turun karena kandungan minyak pada
tanaman banyak yang menguap. Perbandingan bahan yang disuling juga
berpengaruh terhadap rendemen yang diperoleh. Yang ketiga yaitu alat dan metode
dalam penyulingan. Petani umumnya tidak mengenal metode-metode yang baik
dan benar dalam melaksanakan penyulingan, seberapa hasil panen yang diperoleh,
langsung disuling. Akibatnya rendemen yang dihasilkan rendah. Yang keempat
yaitu tanah dan iklim yang kurang sesuai (Yuhono, 2007).
C. Metodologi
1. Alat
a. Alat pengempa
b. Alat penumbuk
c. Alumunium foil
d. Gelas ukur
e. Kompor
f. Saringan
g. Spatula
h. Timbangan
i. Wadah plastik
j. Wajan
2. Bahan
a. Kacang tanah
b. Kelapa basah
c. Kelapa kering
d. Kemiri
e. Lemak ayam
f. Lemak sapi
3. Cara Kerja (Flowchart)

a. Ekstraksi minyak kelapa secara basah, dengan pemanasan

Gambar 1.1 Ekstraksi minyak kelapa secara basah, dengan pemanasan

b. Ekstraksi minyak kelapa secara kering


Gambar 1.2 Ekstraksi minyak kelapa secara kering

c. Ekstraksi lemak ayam

Gambar 1.3 Ekstraksi lemak ayam


d. Ekstraksi lemak sapi

Gambar 1.4 Ekstraksi lemak sapi

e. Ekstraksi minyak kacang tanah

Gambar 1.5 Ekstraksi kacang tanah


f. Ekstraksi kemiri

Gambar 1.6 Ekstraksi kemiri


D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.1 Hasil Ekstaksi Minyak
Ke
Sampel Berat awal (g) Berat minyak (g) Randemen (%)
l
1,6 Kelapa basah 2500 218,02 8,721
2 Kelapa kering 2500 226,5 9,060
3 Lemak ayam 750 285 38,000
4 Lemak sapi 750 608,1 81,080
5 Kacang tanah 3000 28,18 0,939
7 Kelapa basah 2500 145,26 5,810
8 Kelapa kering 2500 188,22 7,528
9 Lemak ayam 750 286,31 38,175
10 Lemak sapi 750 659,95 87,993
11 Kacang tanah 3000 33,19 1,106
12 Kemiri 1000 98,44 9,884

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapatdi alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan
minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan
minyak mempunyaipolaritas yang sama dengan pelaut tersebut. Lemak dan
minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol,yang berarti triester
dari gliserol. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester . Hasil
hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantaihidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabang (Herlina dan Ginting, 2002).
Ciri-ciri suatu lemak dan minyak dapat terlihat meliputi sifat fisika serta
kimia. Sifat fisik lemak dan minyak antara lain, fish flavor yang terbentuk dari
trimetil-amin dari lecitin lemak dan minyak, bobot jenis dapat ditentukan melalui
temperatur kamar, Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak
(coastor oil) sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,
karbondisulfida dan pelarut halogen dan titik didih asam lemak semakin
meningkat dengan bertambahnya rantai karbon. Sedangkan sifat kimia lemak dan
minyak meliputi esterifikasi berguna mengubah asam lemak bebas menjadi ester,
hidrolisa mengubah minyak dan lemak menjadi asam lemak bebas, oksidasi terjadi
karena adanya minyak dan lemak kontak dengan oksigen, penyabunan,
hidrogenasi dan pembentukan keton (Herlina dan Ginting, 2002).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu
dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama
(Mukhriani, 2014).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat,
heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam suatu
bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi harus
memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting
adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya suatu bahan
akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya (Sudarmadji et al., 1989)
sehingga akan mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan. Metode
ekstraksi yang digunakan diduga juga mempengaruhi sifat fisikokimia dari ekstrak
tersebut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan satu tahap ekstraksi maupun bertingkat.
Pada ekstraksi satu tahap hanya digunakan satu pelarut untuk ekstraksi, sedang
pada ekstraksi bertingkat digunakan dua atau lebih pelarut (Septiana, 2012).
Ekstraksi merupakan salah satu metoda pemisahan zat terlarut dengan pelarutnya
berdasarkan titik didih pelarut. Ekstraksi Maserasi merupakan cara ekstraksi yang
paling sederhana. Bahan simpilisia yang digunakan dihaluskan berupa serbuk
kasar, dilarutkan dengan bahan pengekstraksi. Soxhletasi merupakan cara
ekstraksi yang dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet dengan pelarut
polar berdasarkan titik didihnya. Pemilihan metode maserasi pada penelitian ini
dikarenakan senyawa katekin rentan terhadap panas sehingga tidak baik
menggunakan metode soxhlet. Hal ini didukung oleh penelitian Cheong dkk
(2005) bahwa konsentrasi senyawa katekin mengalami penurunan pada metode
soxhlet dibandingkan dengan metode maserasi (Damanik dkk, 2014).
Terdapat beberapa metode ekstraksi yaitu masherasi, Ultrasound-Assisted
Solvent Extraction, perkolasi, soxhlet serta ruflux dan destilasi uap. Maserasi
merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik
untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan
banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan
beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit
diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil. Ultrasound -
Assisted Solvent Extraction merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan
menggunakan bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah
yang berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound.
Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga
menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan
peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan meningkatkan hasil ekstraksi.
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya).
Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes
perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa
dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam
perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain
itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.
Metode soxhlet dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas
labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan
suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah
proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih.
Pada ekstraksi metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu
yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik
didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki
proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial
(campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi
dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini
adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (Mukhriani, 2014).
Pemanasan atau penyangraian pada biji-bijian dimaksudkan untuk
mengkoagulasikan protein dalam biji sehingga diharapkan diperoleh rendemen
minyak yang lebih besar, di samping itu pemanasan atau penyangraian juga
digunakan untuk menurunkan kadar air sehingga mengurangi terjadinya hidrolisis
atau kerusakan minyak (Matthaus, 2012). Tujuan penyangraian adalah
mempermudah pengupasan kulit dan membentuk aroma seperti pada penyangraian
kacang-kacangan, membentuk cita rasa dan bau seperti pada penyangraian kopi
dan cokelat atau membentuk tekstur yang diinginkan seperti pada penyangraian
kerupuk pasir. Pada proses penyangraian terjadi inaktivitas enzim, mikroba, dan
senyawa-senyawa antinutrisi (Pudjogunarto, 2011).
Penumbukan dapat berarti sebagai pengecilan ukuran yaitu proses
penghancuran atau pemotongan suatu bentuk padatan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil oleh gaya mekanik. Bahan padat (solid) bisa dihancurkan dengan
delapan atau sembilan cara, tetapi hanya empat cara yang umum diterapkan pada
mesin-mesin pengecilan ukuran. Keempat cara itu adalah kompresi, pukulan, atrisi
(attrition), dan pemotongan (cutting). Pada umumnya, kompresi digunakan pada
pengecilan ukuran padatan yang keras, pukulan digunakan untuk bahan padatan
yang kasar, setengah kasar, dan halus. Atrisi digunakan untuk memperoleh produk-
produk yang sangat halus, sedangkan pemotongan untuk menghasilkan produk
dengan bentuk dan ukuran tertentu, halus atau kasar
(McCabe dan Smith, 1976). Selain itu menurut Brennan et al (1974), pengecilan
ukuran bertujuan untuk membantu proses ekstraksi, memperkecil bahan sampai
dengan ukuran tertentu dengan maksud tertentu, memperbesar luas permukaan
bahan untuk proses lebih lanjut, dan membantu proses pencampuran.
Randemen merupakan perbandingan jumlah minyak yang dihasilkan dari
ekstraksi tanaman aromatik. Satuan yang digunakan adalah (%). Semakin tinggi
nilai randemen menunjukkan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan semakin besar.
Peningkatan rendemen jumlah minyak yang dihasilkan dapat dilakukan dengan
dua pendekatan. Faktor yang harus diperhatikan untuk tetap mendapatkan nilai
tinggi setelah proses ektraksi untuk mempertahankan mutu minyak
(Armando, 2009).
Pada praktikum acara 1 ekstraksi minyak kelapa dan minyak bijian
menggunakan 5 metode ekstraksi diantaranya ekstraksi minyak secara basah,
dengan pemanasan, ekstraksi minyak kelapa secara kering, ekstraksi lemak ayam,
ekstraksi lemak sapi dan ekstraksi kacang tanah dengan menggunakan bahan-
bahan diantaranya kelapa parut, lemak ayam, lemak sapi dan kacang tanah. Pada
metode pertama, ekstraksi minyak secara basah, dengan pemanasan dilakukan
dengan cara pertama menimbang kelapa parut seberat 2,5 kg setelah itu dilakukan
pengektraksian dengan penambahan 1.000 ml air dengan penambahan sedikit demi
sedikit sehingga dihasilkan santan setelah menjadi santan dipanaskan dengan api
kecil dan diaduk secara terus-menerus hingga seluruh air menguap dan dihasilkan
minyak dan blondo. Minyak dan blondo ini dipisahkan dengan cara penyaringan
setelah didapatkan hasilnya, minyak tersebut dipindahkan ke dalam gelas ukur,
dilakukan penimbangan dan menghitung randemen. Pada metode kedua, ektraksi
minyak kelapa secara kering dilakukan dengan cara pertama penimbangan bahan
sebanyak 2,5 kg kelapa parut setelah itu dilakukan penyangraian dengan
menggunakan api kecil hingga kelapa parut kering, kelapa parut kering yang sudah
disangrai dilakukan pengepresan hingga minyak yang dihasilkan keluar, minyak
dipindahkan ke dalam gelas ukur untuk ditimbang dan hitung randemennya. Pada
metode ketiga,estraksi lemak ayam dilakukan dengan cara, menimbang berat
lemak ayam sebanyak 750 gram dan dipanasakan menggunakan api kecil sambil
diaduk, setelah didapatkan minyak dari lemak ayam hasil tersebut dipindahkan ke
dalam gelas ukur untuk penimbangan berat akhir dan perhitungan randemen. Pada
metode keempat,estraksi lemak sapi dilakukan dengan cara, menimbang berat
lemak sapi sebanyak 750 gram dan dipanasakan menggunakan api kecil sambil
diaduk, setelah didapatkan minyak dari lemak sapi hasil tersebut dipindahkan ke
dalam gelas ukur untuk penimbangan berat akhir dan perhitungan randemen. Pada
metode kelima, ektraksi kacang tanah digunakan bahan sebanyak 3 kg, kacang
tanah tersebut disangrai dengan menggunakan api kecil hingga kering atau kondisi
kacang tanah sudah siap untuk dilakukan pengepresan. Kacang tanah yang sudah
siap dilakukan pengepresan untuk mendapatkan hasil minyaknya. Minyak kacang
tanah dipindah kedalam gelas ukur untuk dilakukan penimbangan dan perhitungan
randemen. Pada metode keenam, ektraksi kemiri digunakan bahan sebanyak 1 kg,
kemiri tersebut disangrai dengan menggunakan api kecil hingga kering atau
kondisi kemiri sudah siap untuk dilakukan pengepresan. Kemiri yang sudah siap
dilakukan pengepresan untuk mendapatkan hasil minyaknya. Minyak kemiri
dipindah kedalam gelas ukur untuk dilakukan penimbangan dan perhitungan
randemen.
Berdasarkan Tabel 1.1 Hasil Ekstraksi Minyak dapat kita lihat bahwa
urutan randemen yang tertinggi hingga ke rendah adalah lemak sapi sebesar
81.080 %, lemak ayam 38,000 %, kelapa kering 9,060 %, kelapa basah sebesar
8,721 % dan kacang tanah sebesar 0,939 %. Pada hasil praktikum minyak kelapa
dihasilkan randemen sekitar 8-9 % sedangkan menurut Suhardiyono (1988)
komposisi minyak pada kelapa sekitar 34%. Hasil ini tidak sesuai teori disebabkan
karena beberapa faktor seperti, penggunaan alat press yang masih manual sehingga
hasil tidak diperoleh maksimal, perlatan kurang memadai dan belum steril
sehingga dapat mempengaruhi hasil randemen akhir minyak tersebut. Untuk
sampel kacang tanah randemen yang dihasilkan sebesar 0,939 % berbeda dengan
teori Salunkhe (1985) bahwa kacang tanah umumnya mengandung kandungan
lemak antara 40,0 50,0%. Hasil ini tidak sesuai dengan teori disebabkan karena
pada saat penggorengan kacang belum matang sepenuhnya sehingga pada saat
pengepresan hasil minyak yang didapatkan tidak sesuai. Selain itu komposisi
minyak pada kacang tanah dipengaruhi oleh varietas, lokasi geografis dan kondisi
pertumbuhan Pada praktikum kali ini terdapat penyimpangan yang terjadi pada
sampel kacang tanah. Menurut teori Salunkhe (1985) kacang tanah mengandung
kandungan lemak antara 40,0 50,0% tetapi pada praktikum kali ini kancang
tanah mempunyai randemen paling kecil diantara semua sampel, hal ini
dikarenakan pada saat penggorengan kacang tanah belum matang secara
keseluruhan sehingga pada proses penumbukan dan proses pengepresan minyak
hasil yang didapat tidak bias maksimal.
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya nilai rendemen antara lain
teknologi budidaya. Bahan baku diperoleh secara asalan, tidak memperhatikan
keunggulan tanaman, ketahanan tanaman terhadap hama, dan penyakit serta
varietasnya. Yang kedua yaitu cara penanganan bahan. Cara penanganan bahan
terhadap bahan baku yang tidak tepat memicu rendahnya rendemen minyak yang
dihasilkan. Penanganan bahan sehabis dipanen hanya dilakukan penjemuran yang
terlalu lama, akibatnya kadar minyak turun karena kandungan minyak pada
tanaman banyak yang menguap. Perbandingan bahan yang disuling juga
berpengaruh terhadap rendemen yang diperoleh. Yang ketiga yaitu alat dan metode
dalam penyulingan. Petani umumnya tidak mengenal metode-metode yang baik
dan benar dalam melaksanakan penyulingan, seberapa hasil panen yang diperoleh,
langsung disuling. Akibatnya rendemen yang dihasilkan rendah. Yang keempat
yaitu tanah dan iklim yang kurang sesuai (Yuhono, 2007).

E. Kesimpulan
1. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah ekstraksi minyak kelapa
secara basah dengan pemanasan, ekstraksi minyak kelapa secara pengeringan,
ekstraksi lemak ayam dan lemak sapi dengan cara pemanasan dan ekstraksi
kacang tanah dengan pemanasan.
2. Randemen yang dihasilkan dari tertinggi sampai terendah pada praktikum kali
ini adalah pada sampel lemak sapi sebesar 81.080 %, lemak ayam 38,000 %,
kelapa kering 9,060 %, kelapa basah sebesar 8,721 % dan kacang tanah sebesar
0,939 %. Mahasiswa mengetahui cara ekstraksi minyak dengan beberapa
metode.
DAFTAR PUSTAKA

Armando, Rochim. 2009. Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Penebar


Swadaya. Jakarta
Bacchetta. 2013. Fatty Acids And Alpha-Tocopherol Composition In Hazelnut
(Corylus Avellanal.): A Chemometric Approach To Emphasize The Quality Of
European Germplasm. Journal Of Euphytica.
Brennan JG. 1974. Food Engineering Operations. London: Applied Science Publ.
Ltd.
Cheong, Won Jo., Park, Moon Hee., Kang, Gyoung Won., Ko, Joung Ho and Yo Jin
Seo. 2005. Determination of Catechin Compounds in Korea Green Tea
Infusions Under Various Extraction Conditions by High Performance Liquid
Chromatography. International Journal of Food and Science, Vol. 26, No.5,
Page. 747-754.
Damanik, Desta Donna Putri., Surbakti, Nurhayati dan Rosdanelli Hasibuan. 2014.
Ekstraksi Katekin Dari Daun Gambir (Uncana gambir roxb) Dengan Metode
Maserasi. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 3, No. 2, Hal. 10-14.
Herlina, Netti dan Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. USU Digital
Library: Medan.
Krishna, Gopala., Raj, Gaurav., Bhatnagar, Ajit Singh., Kumar, Prasanth P.K and
Preeti Chandrashekar 2009. Coconut Oil Chemistry, Production and Its
Applications. Indian Coconut Journal. Page 15-16. India.
Matthaus, Bertrant. 2012. Oil Technology. Max Rubner-Institute. Department for
Lipid Research. Vol, 02. Germany.
McCabe, W.L. Smith dan J.C. Smith 1976. Unit Operation of Chemical Engineering.
McGraw Hill Book Kogokhusa Ltd. Tokyo.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa Dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan, Vol.7, No.2, Hal. 361-367.
Pudjogunarto, Wartoyo Suwadi. 2011. Agronomi Tanaman Kakao. UNS-Press.
Surakarta.
Salunkhe, O. K., S. S. Kadam dan J. K. Chevan, 1985. Postharvest Biotecnology of
Food Legume. CRC-Press Inc, Florida.
Seneviratne, Kapila N and D.M.S Dissanyake. 2005. Effect Of Method Of Extraction
On The Quality Of Coconut Oil. Journal Science University. Page 63-72.
Septiana, Aisyah Tri dan Ari Asnani. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput
Laut Coklat (Sargassum duplicatum) Menggunakan Berbagai Pelarut Dan
Metode Ekstraksi. Jurnal AGROINTEK, Vol. 6, No.1, Hal 22-25.
Sharma, Aparna., Khare, S.K and M.N. Gupta. 2002. Enzyme-Assisted Aqueous
Extraction of Peanut Oil. Journal of Chemistry Department, Vol, 79. No, 3.
Page 215-216. India.
Sudarmadji S, B Haryono, dan Suhardi. 1989. Analisis untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suhardiyono, L. 1994. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius.
Yogyakarta.
Sulaiman, Sarina., Aziz, A.R. Abdul dan Mohamed Kheireddine Aroua. 2013.
Optimization and Modeling of Extraction of Solid Coconut Waste Oil. Journal
of Food Engineering. Vol, 114. Page 228-229. Malaysia.
Tranggono & B. Setiaji. 1989. Biokimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.
Yogyakarta
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yuhono, J.T., Suhirman, Shinta. 2007. Strategi Peningkatan Rendemen Dan Mutu
Minyak Dalam Agribisnis Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat Dan
Aromatik.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Kelompok 1 :
minyak yang dihasilkan ( g ) x 100 218,02
Randemen= 100
berat awal bahan ( g ) 2500

8,721

Kelompok 2 :
minyak yang dihasilkan ( g ) x 100 226,5
Randemen= 100
berat awal bahan ( g ) 2500

9,060

Kelompok 3 :
minyak yang dihasilkan ( g ) x 100 285
Randemen= 100
berat awal bahan ( g ) 750

38,000

Kelompok 4 :
minyak yang dihasilkan ( g ) x 100 608,1
Randemen= 100
berat awal bahan ( g ) 750

81,080

Kelompok 5 :
minyak yang dihasilkan ( g ) x 100 28,18
Randemen= 100
berat awal bahan ( g ) 3000

0,939

DOKUMENTASI
Gambar 1.7 Kelapa parut Gambar 1.8 Penyangraian kelapa
parut hingga kering

Gambar 1.9 Pengempaan kelapa Gambar 1.10 Hasil minyak kelapa


kering untuk mendapatkan minyak kering

You might also like