Professional Documents
Culture Documents
Mataram (ANTARA News) - TNI Angkatan Udara (AU) tetap mengerahkan beragam
pesawat untuk memantau perkembangan di perairan blok Ambalat, Kalimantan Timur,
meski tidak ada indikasi pelanggaran kewilayahan.
"Pemantauan Ambalat merupakan tugas rutin yang dibebankan Mabes TNI kepada
Koopsau (Komando Operasional Angkatan Udara) sepanjang tahun, dan kami kerahkan
beragam pesawat untuk tugas pengintaian itu," kata Panglima Koopsau (Pangkoopsau) II
Marsekal Muda (Marsda) TNI Yushan Sayuti, di Mataram, Selasa.
Sayuti mengatakan, secara rutin pihaknya terus melaksanakan patroli dan pengamanan di
kawasan Ambalat sebagai operasi udara yang berkelanjutan sepanjang tahun.
Pesawat yang dilibatkan dalam operasi Ambalat meliputi pesawat Boeing 737 dan Sukhoi
Su-27/30 MK yang selalu stanby on call (siaga terbang) di Lanud Sultan Hasanudin,
Makassar.
"Boeing 737 dan Sukhoi dikerahkan dari Lanud Hasanudin, sementara pesawat tempur
F16 atau F5 dikerahkan dari Balikpapan," ujarnya.
Menurut Sayuti, pesawat-pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia itu disiagakan di Skadron
Udara 11 Lanud Hasanuddin Makassar.
Empat dari 16 pesawat tempur Sukhoi itu terdiri atas dua jenis SU-27 (satu awak) dan
dua SU-30 (dua awak) yang sudah dilengkapi persenjataan canggih seperti peralatan
bombing (pembom), roket dan stroffing (peluru tajam). Konflik di Ambalat ini terjadi
menyusul klaim Malaysia atas wilayah itu.
Berdasarkan data Ditjen Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, kawasan
Ambalat mempunyai kandungan minyak yang sangat besar, diperkirakan mencapai 700
juta hingga satu miliar barel, sementara kandungan gasnya diperkirakan lebih dari 40
triliun kaki kubik (TCF).
Klaim pihak Malaysia itu ditolak mentah-mentah oleh Pemerintah Indonesia yang merasa
lebih dulu menguasai wilayah itu, apalagi sebelumnya Indonesia juga telah memberikan
konsesi pengelolaan migas blok Ambalat kepada perusahaan Italia, ENI, serta Blok East
Ambalat bagi perusahaan Amerika Serikat (AS) Unocal.
Kasus tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak karena kedua belah
pihak sempat mengerahkan kekuatan angkatan bersenjata di kawasan sengketa.
Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 130 prajurit Korps Marinir TNI AL yang
tergabung dalam Satuan Tugas Ambalat X, akhir pekan ini, berangkat ke Perairan
Ambalat dengan menggunakan KRI Teluk Lampung-540.
"Personel Satgasmar dengan Komandan Satgas Lettu Marinir Imam Syafi`i itu berangkat
dari dermaga D Koarmatim Surabaya, Sabtu (2/1)," kata staf Dinas Penerangan Korps
Marinir, Serda Mar Kuwadi di Surabaya, Minggu.
"Satgas Ambalat X akan menempati lima pos yakni Pos Sei Bajau, Pos Sei Taiwan, Pos
Balansiku, Pos Sembaring, dan Pos Bambangan," katanya.
Kelima pos itu berada di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur yang
berbatasan langsung dengan Malaysia.
Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra telah melepas keerangkatan
prajurit Korps Marinir dalam Satgasmar Ambalat X itu dengan upacara resmi di lapangan
apel Yonif-1 Marinir, Tanjung Perak, Surabaya, pada 28 Desember 2009.
"Komandan Pasmar-1 menyatakan tugas yang diemban Satgas Ambalat itu sangat mulia,
karena operasi yang dilaksanakan di perairan Ambalat untuk mempertahankan wilayah
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," katanya, mengutip
pernyataan Danpasmar-1.