Professional Documents
Culture Documents
BAB IV
Bak Ekualisasi
Air Limbah (Bak Pengendapan Grit Chamber
Pertama)
Bak Pengendapan
Oxidation Ditch I/II Distribution Box I
Kedua
Lumpur Lumpur
Bak Pengering
Distribution Box II Lumpur
Lumpur
Lumpur
Bak Pengendapan
Kolam Indikator Lumpur Kering
Akhir
Gudang
Badan Air Penyimpanan
Sementara
Setelah dari bak kontrol limbah-limbah cair perusahaan yang berada pada
dataran yang lebih rendah dari IPAL akan dikumpulkan terlebih dahulu di rumah
pompa, pada bagian ini limbah dikumpulkan untuk mengatur debitnya agar tidak
terjadi air limbah yang memasuki bak ekualisasi tidak berlebihan.
Bak ekualisasi adalah tempat awal limbah masuk ke IPAL PIER, pada bagian
ini limbah diendapkan untuk memisahkan pengotor yang berupa padatan dengan
cara mengendapakan zat pengotor yang memiliki massa jenis yang lebih besar dan
memisahkan zat yang memiliki massa rendah yang berada di permukaan. Lalu
untuk limbah yang mengapung akan dipisahkan dengan mengalirkan sisi atas kolam
ke aliran samping bak equalisasi. Untuk waktu tinggal limbah cair pada bak
equalisasi kurang lebih 2-5 jam karena pengendapannya dengan gaya gravitasi dan
jika terlalu lama maka akan terjadi pembusukan pada bagian ini dan menimbulkan
bau busuk.
Air limbah yang lolos dari Bak Ekualisasi akan menuju Grit Chamber. Grit
Chamber memiliki fungsi yang sama dengan sedimentasi tapi pada bagian ini
mengendapkan partikel-partikel kecil yang tidak mengendap pada proses
sebelumnya seperti pasir pasir yang masih ada di dalam air limbah tersebut.
Dari Grit Chamber air limbah di alirkan ke bak pengendapan, alat yang
digunakan pada bak pengendapan kedua adalah clarifier. Prinsip kerja alat ini
adalah dengan mengendapkan pengotor berupa padatan seperti lumpur atau pasir
yang masih terbawa dengan gaya gravitasi dan endapan tersebut dikumpulkan ke
tengah clarifier oleh scrapper bridge yang terus berputar. Lumpur dan pasir yang
mengendap di bawah clarifier akan dialirkan ke bak pengering lumpur untuk
mengurangi kadar air lumpur. Kecepatan putar scrapper bridge adalah 45 menit
untuk satu putaran penuh.
Air limbah yang telah di pisahkan lumpur dan pasirnya oleh Bak Pengendap
Kedua akan dialirkan ke Oxidation Ditch I dan II namun sebelum dialirkan ke
Oxidation Ditch air limbah harus melalui Distribution Box I terlebih dahulu untuk
menyesuaikan debit air limbah karena tiap Oxidation Ditch memiliki batas debit
tertentu.
Oxidation Ditch adalah tempat penyuplai oksigen kedalam air limbah dan
tempat penguraian kandungan limbah oleh lumpur aktif, di dalam lumpur aktif ini
terdapat banyak sekali mikroorganisme. Mikroorganisme ini berfungsi untuk
mengurai kandungan limbah/bahan kimia yang ada pada air limbah.
IPAL PIER memiliki 4 kolam Oxidation Ditch, tetapi hanya 2 Oxidation
Ditch saja yang digunakan untuk mengolah limbah di kawasan PIER karena
kapasitas air limbah yang diproses dirasa masih cukup dengan hanya menggunakan
2 Oxiddation Ditch. Pada Oxidation Ditch ini air limbah akan di beri asupan oksigen
dengan 4 buah Mammoth Rotor dan waktu tinggal air limbah biasanya sekitar 20-
24 jam.
Setelah dari Oxidation Ditch air limbah yang telah tercampur dan terurai oleh
lumpur aktif langsung dialirkan ke Distribution Box II untuk mengatur debit air
limbah yang masuk ke Bak Pengendapan Terakhir.
Selain berfungsi untuk mengatur debit air limbah ke pengendapan akhir,
Distribution Box II juga digunakan untuk mengumpulkan lumpur-lumpur yang
telah dipisahkan dari air limbah yang telah diendapkan di bak pengendapan akhir.
Distribution box ini juga sangat penting untuk mengatur jumlah lumpur yang
digunakan dan untuk memisahkan lumpur aktif yang telah mati atau tidak bisa
digunakan lagi. Lumpur aktif yang masih bisa digunakan akan dialirkan kembali ke
oxidation ditch I/II untuk mengurai air limbah yang masuk ke IPAL PIER dan untuk
lumpur aktif yang telah mati akan dibawa ke bak pengering lumpur untuk
mengurangi kadar airnya.
Sebelum air limbah dibuang ke badan air, terlebih dahulu air di alirkan ke
kolam indikator untuk mengetahui bagaimana dampak air limbah terhadap biota air.
Oleh karena itu indikator yang di gunakan pada kolam ini adalah ikan, agar kita
bisa dengan mudah mengetahui air buangan kita berbahaya atau tidak dengan
melihat ikan akan mati atau tidak jika berada pada air yang telah di proses tersebut.
Bak Pengering Lumpur adalah tujuan akhir lumpur atau pengotor yang tidak
digunakan. Di sini lumpur akan di keringkan beberapa hari dengan cara
membiarkan lumpur terkena sinar matahari beberapa hari hingga kering. Setelah
lumpur cukup kering lumpur akan di pindahkan ke Gudang Penyimpanan Lumpur
Gudang ini adalah tempat semua lumpur kering dikumpulkan, semua lumpur
yang ada disini tidak bisa dibuang langsung ke alam karena lumpur yang telah di
gunakan dalam proses masih mengandung bahan-bahan berbahaya dan termasuk
limbah B3, oleh karena itu lumpur ini nantinya akan di kirimkan ke PPLI Bogor
untuk di proses oleh pihak PPLI agar tidak mencemari lingkungan. Jadwal
pengirimannya bergantung jumlah lumpur yang telah dikumpulkan, jika sudah
cukup banyak maka akan dikirim ke PPLI Bogor, namun biasanya bisa 1-2kali
dalam seminggu.
Dari kegiatan harian yang kami lakukan di lokasi KP kami ada beberapa
analisa yang kita lakukan dan mendapat hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.1,
hasil analisa ini merupakan hasil analisa pada 13 september 2016
4.2.2 Pembahasan
Dari hasil analisa di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
kandungan air limbah yang akan dibuang harus memenuhi baku mutu yang
ditetapkan oleh PIER agar tidak menyebabkan kerusakan ekosistem di sekitar
daerah pembuangan limbah tersebut.
Tabel 4.2 Parameter Standar Buangan Air Limbah
Suhu 40o C
Jumlah padatan
2000 mg/L
terlarut
Jumlah padatan
400 mg/L
tersuspensi
Dari parameter kandungan air limbah yang sudah ditentukan di Tabel 4.2
adapun beberapa dampak akibat kandungan limbah yang melebihi parameter,
antara lain:
NH4 atau ammonia adalah bahan kimia yang bersifat racun bagi
mahkluk hidup, oleh karena itu jika dalam kandungan tinggi bahan ini dapat
menyebabkan sesak nafas bagi manusia dan hewan karena ammonia mudah
menguap dalam suhu ruang, tetapi untuk kadar rendah ammonia jika dalam
air dapat teroksidasi menjadi NO3 yang bertindak sebagai nutrient untuk
pertumbuhan ganggang secara eksesif, namun oksidasi ammonia
membutuhkan oksigen terlarut yang tinggi.
PO4 atau Fosfor dan NO3 atau Nitrat merupakan nutrient bagi
mikrobiologi dan tumbuhan air, karena kedua unsur tersebut biasanya
digunakan untuk fotosintesis tumbuhan dan nutrient utama mikrobiologi
yang membantu perkembangan mereka. Tetapi tingginya kadar Fosfor dan
Nitrat dapat merusak ekosistem secara tidak langsung, karena jika
kandungan Fosfor dan Nitrat maka akan terjadi pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme dan tumbuhan air yang tidak terkendali
yang dapat menyebabkan hewan air keracunan yang diakibatkan oleh zat
toksin yang dihasilkan fitoplankton( genus Dinoflagelata) dan menurunnya
kadar oksigen terlarut akibat meledaknya jumlah mikroorganisme dan
tumbuhan air.