You are on page 1of 15

Avicennia marina

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada


Mata Kuliah Biologi Mangrove Semester Genap
KELOMPOK

Noor Mustaroh (24020112140125)


Uswatun Chasanah (24020113120006)
M. Alam D. (24020113120013)
Ikhsanti Maliya (24020113120053)
Shafira Purwadhani (24020113120063)
Moonica D.R (24020113140076)
Jeanny Sharani (24020113140080)
Evananda Waskita N (24020113140087)
Bagus Hadi (24020113140089)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Avicennia marina.............................................................................. 3
2.2 Morfologi Avicennia marina............................................................. 4
2.3 Habitat Avicennia marina................................................................. 6
2.4 AdaptasiAvicennia marina................................................................ 7
2.5 ManfaatAvicennia marina................................................................. 8
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13

2
I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia sebagai negara kepulauan tropis terbesar memiliki


keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, dimana salah satu sumberdaya
hayati yang potensial adalah hutan mangrove. Dari 15,9 juta ha luas hutan
mangrove dunia, sekitar 3,7 juta ha atau 24%-nya berada di Indonesia
sehingga Indonesia memiliki kekayaan mangrove yang termasuk salah satu
tertinggi di dunia (Bengen, 2003).
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang
unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan
pulau-pulau kecil serta merupakan sumber daya alam yang sangat potensial.
Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Fungsi
ekonomi hutan mangrove di antaranya sebagai penyedia kayu, daun-daunan
sebagai bahan baku obat-obatan dan lain-lain. Fungsi ekologis sebagai
penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi
berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan, dan tsunami,
penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya. Tomlinson
(1986) membagi flora mangrove menjadi 3 elemen, yaitu elemen mangrove
mayor, elemen mangrove minor dan elemen mangrove asosiasi. Elemen
mayor adalah mangrove yang hanya hidup pada daerah mangrove, secara
alami hanya terdapat pada ekosistem mangrove dan tidak ditemukan di
komunitas teresterial/ darat. Elemen mayor juga memiliki peran utama dalam
struktur komunitas vegetasi mangrove dan memiliki kemampuan untuk
membentuk tegakan murni (pure stand).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah dari


makalah ini yaitu:

1.2.1 Bagaimana ekofisiologi tanaman Avicennia marina?

3
1.2.2 Bagaimana adaptasi tanaman Avicennia marina?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui ekofisiologi tanaman Avicennia marina.

1.3.2 Mengetahui adaptasi tanaman Avicennia marina.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Avicennia marina


Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Asteridae
Ordo: Lamiales
Famili: Verbenaceae
Genus: Avicennia
Spesies: Avicennia marina (www.plantamor.com)

Avicennia marina adalah salah satu jenis mangrove yang masuk ke


dalam kategori mangrove mayor. Status tersebut menyebabkan A. marina
hampir selalu ditemukan pada setiap ekosistem mangrove. Masyarakat
mengenal A. marina sebagai api-api putih. Kebanyakan jenisnya merupakan
jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon-pohon api-
api yang tumbang atau rusak dapat segera tumbuh kembali, sehingga
mempercepat pemulihan tegakan yang rusak. Akar napas api-api yang padat,
rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur serta
berbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga
menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan
teritip (Halidah, 2014).

Avicennia marina merupakan pelopor dari spesies mangrove, yang


mungkin paling luas dari semua mangrove, mulai luas di seluruh indo-pasifik
bagian Barat. berupa belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar,
dengan ketinggian pohon mencapai 30 meter dan tumbuh di atas lumpur
berpasir, pada bagian tepi menjorok ke laut. Ada yang unik dari populasi ini,
dimana lebih toleran terhadap dingin (di daerah Australia misalnya) (Duke,
2006).
Avicennia marina memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan
berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan

5
sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan
terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun
berwarna kuning, tidak berbulu (Duke, 2006).
2.2 Morfologi Avicennia marina

Avicennia marina juga di kenal dengan nama api-api. Api-api juga


memiliki nama daerah seperti kayu kendeka, kayu ting (Manado), kibalanak
(Sunda), api-api brayu, api-api kacang, bogem (Jatim), peape (Madura). Di
Indonesia, api-api memiliki sejumlah nama, di antaranya mangi-mangi, sia-
sia, boak, koak, merana pejapi, papi, atau nyapi (Halidah, 2014). Pohon api-
api memiliki beberapa ciri, antara lain memiliki akar napas yakni akar
percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar
horizontal yang terbenam di dalam tanah. Reproduksinya bersifat
kryptovivipary, yaitu biji tumbuh keluar dari kulit biji saat masih
menggantung pada tanaman induk, tetapi tidak tumbuh keluar menembus
buah sebelum biji jatuh ke tanah. Buah berbentuk bulir seperti mangga, ujung
buah tumpul dan panjang 1 cm, daun berbentuk elips dengan ujung tumpul
dan panjang daun sekitar 7 cm, lebar daun 3-4 cm, permukaan atas daun
berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawah berwarna hijau abu-abu dan
suram. Bentuknya semak atau pohon dengan tinggi 12 m dan kadang-kadang
mencapai 20 m, memiliki akar napas yang berbentuk seperti pensil, bunga
bertipe majemuk dengan 8-14 bunga setiap tangkai. Bentuk buah seperti
kacang, tumbuh pada tanah berlumpur, daerah tepi sungai, daerah kering serta
toleran terhadap salinitas yang sangat tinggi.
1. Daun
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya
terdapat pada batang saja dan tidak pernah pada bagian tubuh tumbuhan
yang lainnya. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun
dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat di atas daun yang
merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).
Daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-

6
daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh
tumbuhan ini memiliki umur yang terbatas, yang pada akhirnya akan runtuh
dan meninggalkan batang. Pada waktu akan runtuh warna daun akan
berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi kecoklatan.
Perbedaan ini juga terlihat pada daun yang masih muda dan daun yang telah
dewasa. Daun yang muda biasanya berwarna keputih-putihan, ungu,
ataupun kemerahan, sedangkan daun dewasa warnanya hijau sesungguhnya
(Tjitrosoepomo, 2007).
Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung
runcing atau membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas,
abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang
terasa asin (Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan
tersebut); pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun
terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas. Bentuk daun elliptical-
lanceolata atau ovate-elliptica pj= 7 cm (Wijayanti, 2008).

2. Batang
Batang dari Avicennia marina mempunyai cabang-cabang horizontal
yang menunjukkan pertumbuhan yang terus-menerus. Kulit batang halus
berwarna keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak.
Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi
tulang dengan permukaan licin hingga pecah-pecah vertikal, biasanya
seperti serpihan, diameter batang bisa mencapai 40 cm lebih (Wijayanti,
2008).
3. Akar
Avicennia marina memiliki akar berupa akar nafas (pneumatofora).
Pada Avicennia pneumatofora merupakan cabang tegak dari akar
horizontal yang tumbuh di bawah tanah. Pada tumbuhan ini bentuknya
seperti pensil atau pasak dan umumnya hanya tumbuh setinggi 30 cm,
yang muncul dari substrat serupa paku yang panjang dan rapat dan muncul
ke atas lumpur di sekililing pangkal batangnya. Di teluk Botany, Sidney
dapat dijumpai Avicennia marina dengan pneumatofora setinggi lebih dari

7
28 m, meskipun kebanyakan tingginya hanya sekitar 4 m (Ng dan
Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).
4. Bunga
Susunan seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul diujung
tandan, bau menyengat dan banyak nectar. Terletak di ujung tangkai atau
di ketiak daun dekat ujung. Bunga-bunga duduk (sessile), membulat
ketika kuncup, berukuran kecil antara 0,3-1,3 cm, berkelamin dua, kelopak
5 helai, mahkota kebanyakan 4 (jarang 5 atau 6) helai, kebanyakan kuning
atau jingga kekuningan dengan bau samar-samar, benang sari kebanyakan
4, terletak berseling dengan mahkota bunga (Noor, 2006).
5. Buah dan Biji
Pada buah berupa kapsul yang memecah (dehiscent) menjadi dua,
1-4 cm panjangnya, hijau abu-abu, berbulu halus di luarnya; Vivipar,
dimana biji berkecambah saat buahnya belum gugur, masih melekat di
rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu
terjatuh atau tersangkut di lumpur (Kartawinata, 1979).

2.4 Habitat Avicennia marina


Marina tumbuh tersebar di sepanjang pantai Afrika Timur dan
Madagaskar hingga ke India, Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan, Thailand,
seluruh kawasan Malesia, Kepulauan Solomon, New Caledonia, Australia dan
bagian utara New Zealand. Sebagai bagian dari komunitas hutan mangrove,
pohon api-api biasanya tumbuh di tepi atau dekat laut. Pohon ditemukan pula
tumbuh di rawa-rawa air tawar, tepi pantai berlumpur daerah mangrove,
hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi. Hal ini disebabkan
karena Jenis tanaman A. marina toleran terhadap salinitas sangat tinggi.
Memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-
surut. Beberapa hasil penelitian diketahui bahwa A. marina dapat tumbuh
pada substrat yang berpasir kasar, halus maupun lumpur yang dalam
(Halidah, 2013 dan Kusmana et al., 2003). Jenis A. marina tumbuh pada
ketinggian tempat 0-50 m dari permukaan laut, memiliki tekstur ringan dan

8
tumbuh pada tapak yang berlumpur dalam, tepi sungai, daerah kering. Tipe
iklim A,B dan C dengan temperatur berkisar 29-30C.
A. marina ditemukan dari hilir ke zona estuaria menengah di semua
daerah pasang surut . Pertumbuhan optimal terjadi pada salinitas 0-30 ppt. A.
marina adalah spesies perintis pada habitat lumpur yang baru terbentuk
dengan proporsi pasir yang tinggi, namun tampaknya tidak tumbuh pada
lumpur murni. A. marina adalah spesies yang sangat kuat dalam kondisi
alami dan beregenerasi dengan cepat, baik sebagai individu maupun sebagai
spesies. A. marinamerupakanspesies yang memiliki toleransi yang tinggi
terhadap kondisi hypersaline (Duke, 2010).

2.5 Adaptasi Avicennia marina


Vegetasi mangrove memiliki adaptasi anatomi dalam meresponberbagai
kondisi ekstrim tempat tumbuhnya seperti adanya kelenjar garam pada
golongan secreter dan kulit yang mengelupas pada golongan non-secreter
sebagai tanggapan terhadap lingkungan yang salin. Sistem perakaran yang
khas dan lentisel sebagai tanggapan terhadap tanah yang jenuh air. Struktur
dan posisi daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari
dan suhu yang tinggi.

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap


lingkungan. Bengen (2003), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :
1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove
memiliki bentuk perakaran yang khas: (1) bertipe cakar ayam yang
mempunyai pneumatofora (misalnya : Avecennia spp., Xylocarpus., dan
Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe
penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora
spp.).
2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi:Memiliki sel-sel khusus
dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam, Berdaun kuat dan
tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan
garam dan Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk
mengurangi penguapan.

9
3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut,
dengancaramengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif
danmembentuk jaringanhorisontal yang lebar. Di samping
untukmemperkokoh pohon, akar tersebut jugaberfungsi untuk
mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

2.6 Manfaat Avicennia marina


Beberapa hasil penelitian menjelaskan beberapa manfaat tanaman A.
marina antara lain :
1. Sebagai bahan makanan, buah A. marina dapat dibuat keripik seperti
kacang kapri dan rasanya gurih serta renyah seperti emping melinjo. Dari
hasil penelitian menunjukkan komposisi hasil analisis dari bagian
tanaman api-api menunjukkan bahwa bagian biji tanaman mengandung
protein sebanyak 10,8% dan karbohidrat sebanyak 21,4%, sehingga biji
tanaman tersebut dapat dijadikan alternatif sebagai bahan pangan. Protein
dapat dimanfaatkan dalam tubuh sebagai sumber nutrisi sel untuk tumbuh
dan berkembang. Di lain pihak, karbohidrat dapat digunakan sebagai
sumber energi bagi tubuh. Dengan sedikitnya kandungan lemak pada biji,
maka kecil kemungkinan untuk mendapatkan kandungan vitamin larut
lemak (A, D, E, dan K). Sebaliknya kandungan air yang tinggi pada biji
api-api memungkinkan untuk mendapatkan kandungan vitamin larut air
(B dan C) lebih besar. Hasil uji terhadap kadar vitamin B dan C pada biji
A. marina menunjukkan hasil yang lebih tinggi, yaitu vitamin B pada biji
sebesar 3,74 mg/100 g bahan dan vitamin C nya sebesar 22,24 mg/100 g
bahan. Kandungan kedua vitamin ini menunjukkan bahwa biji sebagai
bahan pangan ternyata juga dapat memenuhi kebutuhan sebagian vitamin
B dan C yang diperlukan oleh tubuh (Kusmana et al., 2009).
2. Makanan ternak; Daun digunakan untuk pakan ternak unta di wilayah
sekitar Laut Merah, India dan Australia (Duke, 1983). Pada daerah-daerah
pantai di Indonesia daun api-api juga dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai pakan kambing. Hasil analisis daun A. marina menunjukkan

10
bahwa kandungan vitamin B sebesar 2,64 mg/100 g, vitamin C nya
sebesar 15,32 mg/100 g, serat sebanyak 8,7% dan karbohidrat sebanyak
13% dan kandungan mineral yang tinggi sehingga pemanfaatannya sesuai
sebagai sumber hijauan pada pakan ternak. Sumber serat bermanfaat
untuk pakan ternak dan karbohidrat sebagai sumber energi bagi hewan
ternak. Senyawa mineral yang teridentifikasi pada daun adalah kalsium,
kalium, dan natrium dalam jumlah yang tinggi. Adanya mineral makro
tersebut, dapat memperkaya kandungan nutrisi pakan ternak (Kusmana et
al., 2009).
3. Bioformalin; diperoleh dengan menyuling daun api-api. Hasil
penyulingan dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang
alami (Duke, 1983).
4. Sebagai Obat. Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar dan
obat anti fertilitas tradisional oleh masyarakat pantai. Hampir seluruh
bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan seperti akar, kulit batang, daun,
bunga atau biji, bahkan eksudat tanamannya (zat nabati yang secara
spontan keluar, dikeluarkan, atau diekstrak dari jaringan sel tanaman).
Hasil penelitian yang dilakukan dengan pemberian tingkatan dosis ekstrak
daun api-api (A. marina) yang diberikan pada kebuntingan hari ke 6-15
tidak dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan resorpsi embrio mencit
(tikus). Wijayanti (2009) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun api-
api (A. marina) dengan dosis 2,5 gram/kg berat badan yang diberikan 6-
15 hari setelah terjadinya konsepsi dapat mengakibatkan penurunan berat
dan panjang badan janin mencit (Musmusculus). Berdasarkan penelitian
ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun api-api per oral dengan
dosis 2,5 gram/kg berat badan pada kebuntingan hari ke 6-15 mampu
menghambat pertumbuhan janin mencit. Meskipun ini masih pada taraf
uji coba pada tikus dan belum diujikan cobakan pada satwa yang lebih
besar tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusmana et al. (2009)
melaporkan bahwa senyawa aktif yang diidentifikasi dari Avicennia
marina tidak memperlihatkan senyawa yang diketahui memiliki aktivitas
tokolitik maupun yang secara langsung bertindak sebagai agen

11
kontrasepsi tetapi teridentifikasi lebih bersifat antibiotik maupun
antimikroba.
5. Sebagai kayu bakar untuk rumah tangga dan pembakaran kapur. Belum
ada hasil penelitian yang menyatakan secara pasti berapa nilai kalori dari
kayu api-api kecuali nilai kalori kayu dari A. officinalis yang mempunyai
nilai kalori sebesar 4,528 kal/gram (Soeroyo, 1987), Akan tetapi
masyarakat pesisir biasa menggunakan kayu dari api-api sebagai kayu
bakar. Kayu A. marina juga dapat digunakan sebagai tiang layar dan rusuk
perahu serta menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi.
6. Sebagai tanaman penyerap racun. Dari hasil penelitian Balai Penelitian
dan Konsultasi Industri Surabaya diketahui bahwa pohon Api-api
(Avicennia marina) memiliki pengaruh dalam penanggulangan materi
toksik lain di antaranya dengan melemahkan efek racun melalui
pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk
mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga
mengurangi toksisitas logam tersebut. Pengenceran dengan penyimpanan
air di dalam jaringan biasanya terjadi pada daun dan diikuti dengan
terjadinya penebalan daun (sukulensi). Ekskresi juga merupakan upaya
yang mungkin terjadi, yaitu dengan menyimpan materi toksik logam berat
di dalam jaringan yang sudah tua seperti daun yang sudah tua dan kulit
batang yang mudah mengelupas, sehingga dapat mengurangi konsentrasi
logam berat di dalam tubuhnya. Metabolisme atau transformasi secara
biologis (biotransformasi) logam berat dapat mengurangi toksisitas logam
berat. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
pengikatan dan penurunan daya racun, karena diolah menjadi bentuk-
bentuk persenyawaan yang lebih sederhana. Proses ini dibantu dengan
aktivitas enzim yang mengatur dan mempercepat jalannya proses tersebut.
7. Sebagai tanaman perintis/reklamasi. Avicennia sp. adalah jenis bakau
yang biasanya tumbuh pada tempat yang dekat dengan laut, dapat tumbuh
pada substrat yang berpasir, berbatu hingga berlumpur. Mempunyai
toleransi yang tinggi pada salinitas air laut dari yang rendah hingga 30%

12
13
III. KESIMPULAN

Avicennia marina adalah tumbuhan mangrove yang memiliki nama


lokal api-api putih. Mangrove ini merupakan pelopor dari spesies
mangrove, yang mungkin paling luas dari semua mangrove. Tumbuhan ini
memiliki bentuk akar nafas, susunan bunga seperti trisula dengan bunga
bergerombol muncul diujung tandan, batang bercabang horizontal, dan
daun yang merupakan daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata,
dan berujung runcing atau membulat. Banyak manfaat yang dapat
diperoleh dari mangrove Avicennia marina yaitu dapat digunakan sebagai
bahan makanan karena mengandung banyak vitamin, makanan ternak,
bioformalin, obat, karena dapat menyerap racun, selain itu dapat
digunakan sebagai kayu bakar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. G. 2003. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem


Mangrove. PKSPL. IPB. Bogor
Duke, N., Kathiresan, K., Salmo III, S.G., Fernando, E.S., Peras, J.R.,
Sukardjo, S., Miyagi, T., Ellison, J., Koedam, N.E., Wang, Y., Primavera,
J., Jin Eong, O., Wan-Hong Yong, J. & Ngoc Nam, V. 2010. Avicennia
marina. The IUCN Red List of Threatened Species 2010:
e.T178828A7619457. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2010-
2.RLTS.T178828A7619457.en. Downloaded on 30 May 2017.
Duke, N.C. 2006. Australias Mangroves: The authoritative guide to
Australias mangrove plants. Brisbane: University of Queensland
Duke. J. A. 1983. Avicennia marina (Forsk.Vierch). Handbook Of Energy
Crops. Unpublieshed.
Halidah dan H. Kama. 2013. Penyebaran alami Avicennia marina (Forsk)
Vierh dan Sonneratia Alba Smith pada Substrat pasir di Desa Tiwoho,
Sulawesi Utara. Indonesian Rehabilitation Forest Journal, 1 (1) 51-58.
Bogor.
Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove yang Kaya
Manfaat. Info teknis EBONI Jurnal, 11 (1) 37- 44. Makassar.
http://www.plantamor.com/database/database-tumbuhan/daftar-
tumbuhan_i618?genus-page=all&src=1&skw=Avicennia
%20marina&g=Avicennia&s=marina
Kartawinata, K. 1979. Status pengetahuan hutan bakau di Indonesia.
Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove. Jakarta: MAP LON LIPI
Kusmana, C., Onrizal dan Sudarmadji. 2003. Jenis-jenis pohon Mangrove di
Teluk Bintuni Papua. Fakultas kehutanan IPB dan PT. Bintuni Utama
Murni Wood Industries.
Kusmana,C., A. Suryani, Y. Hartati dan P. Oktadiyani. 2009. Pemanfaatan
jenis pohon Mangrove api-api (Avicennia spp.) sebagai bahan pangan dan
Obat-obatan. IPB. Indonesia Wetlands. Species Mangrove.
Lovelock, C. 1993. Field Guide to the Mangroves of Queensland.
Queensland: Australian Institute of Marine Science.
http://www.aims.gov.au
Noor, Rusila Yus. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor :
PHKA/WI-IP, Bogor
Soeroyo. 1987. Peranan Hutan mangrove secara Ekonomi. Prosiding Seminar
Ekonomi Maritim I. Jakarta :Yayasan Dewaruci.
Tomlinson. 1986. The Botany of Mangrove, New York : Cambridge
University Press
Wijayanti, E.D. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia
Marina) terhadap Resorpsi Embrio, Berat Badan dan Panjang Badan Janin
Mencit (Mus musculus). Journal.unair.ac.id.

15

You might also like