Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Avicennia marina.............................................................................. 3
2.2 Morfologi Avicennia marina............................................................. 4
2.3 Habitat Avicennia marina................................................................. 6
2.4 AdaptasiAvicennia marina................................................................ 7
2.5 ManfaatAvicennia marina................................................................. 8
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
2
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
3
1.2.2 Bagaimana adaptasi tanaman Avicennia marina?
1.3 Tujuan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
5
sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan
terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun
berwarna kuning, tidak berbulu (Duke, 2006).
2.2 Morfologi Avicennia marina
6
daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh
tumbuhan ini memiliki umur yang terbatas, yang pada akhirnya akan runtuh
dan meninggalkan batang. Pada waktu akan runtuh warna daun akan
berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi kecoklatan.
Perbedaan ini juga terlihat pada daun yang masih muda dan daun yang telah
dewasa. Daun yang muda biasanya berwarna keputih-putihan, ungu,
ataupun kemerahan, sedangkan daun dewasa warnanya hijau sesungguhnya
(Tjitrosoepomo, 2007).
Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung
runcing atau membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas,
abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang
terasa asin (Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan
tersebut); pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun
terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas. Bentuk daun elliptical-
lanceolata atau ovate-elliptica pj= 7 cm (Wijayanti, 2008).
2. Batang
Batang dari Avicennia marina mempunyai cabang-cabang horizontal
yang menunjukkan pertumbuhan yang terus-menerus. Kulit batang halus
berwarna keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak.
Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi
tulang dengan permukaan licin hingga pecah-pecah vertikal, biasanya
seperti serpihan, diameter batang bisa mencapai 40 cm lebih (Wijayanti,
2008).
3. Akar
Avicennia marina memiliki akar berupa akar nafas (pneumatofora).
Pada Avicennia pneumatofora merupakan cabang tegak dari akar
horizontal yang tumbuh di bawah tanah. Pada tumbuhan ini bentuknya
seperti pensil atau pasak dan umumnya hanya tumbuh setinggi 30 cm,
yang muncul dari substrat serupa paku yang panjang dan rapat dan muncul
ke atas lumpur di sekililing pangkal batangnya. Di teluk Botany, Sidney
dapat dijumpai Avicennia marina dengan pneumatofora setinggi lebih dari
7
28 m, meskipun kebanyakan tingginya hanya sekitar 4 m (Ng dan
Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).
4. Bunga
Susunan seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul diujung
tandan, bau menyengat dan banyak nectar. Terletak di ujung tangkai atau
di ketiak daun dekat ujung. Bunga-bunga duduk (sessile), membulat
ketika kuncup, berukuran kecil antara 0,3-1,3 cm, berkelamin dua, kelopak
5 helai, mahkota kebanyakan 4 (jarang 5 atau 6) helai, kebanyakan kuning
atau jingga kekuningan dengan bau samar-samar, benang sari kebanyakan
4, terletak berseling dengan mahkota bunga (Noor, 2006).
5. Buah dan Biji
Pada buah berupa kapsul yang memecah (dehiscent) menjadi dua,
1-4 cm panjangnya, hijau abu-abu, berbulu halus di luarnya; Vivipar,
dimana biji berkecambah saat buahnya belum gugur, masih melekat di
rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu
terjatuh atau tersangkut di lumpur (Kartawinata, 1979).
8
tumbuh pada tapak yang berlumpur dalam, tepi sungai, daerah kering. Tipe
iklim A,B dan C dengan temperatur berkisar 29-30C.
A. marina ditemukan dari hilir ke zona estuaria menengah di semua
daerah pasang surut . Pertumbuhan optimal terjadi pada salinitas 0-30 ppt. A.
marina adalah spesies perintis pada habitat lumpur yang baru terbentuk
dengan proporsi pasir yang tinggi, namun tampaknya tidak tumbuh pada
lumpur murni. A. marina adalah spesies yang sangat kuat dalam kondisi
alami dan beregenerasi dengan cepat, baik sebagai individu maupun sebagai
spesies. A. marinamerupakanspesies yang memiliki toleransi yang tinggi
terhadap kondisi hypersaline (Duke, 2010).
9
3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut,
dengancaramengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif
danmembentuk jaringanhorisontal yang lebar. Di samping
untukmemperkokoh pohon, akar tersebut jugaberfungsi untuk
mengambil unsur hara dan menahan sedimen.
10
bahwa kandungan vitamin B sebesar 2,64 mg/100 g, vitamin C nya
sebesar 15,32 mg/100 g, serat sebanyak 8,7% dan karbohidrat sebanyak
13% dan kandungan mineral yang tinggi sehingga pemanfaatannya sesuai
sebagai sumber hijauan pada pakan ternak. Sumber serat bermanfaat
untuk pakan ternak dan karbohidrat sebagai sumber energi bagi hewan
ternak. Senyawa mineral yang teridentifikasi pada daun adalah kalsium,
kalium, dan natrium dalam jumlah yang tinggi. Adanya mineral makro
tersebut, dapat memperkaya kandungan nutrisi pakan ternak (Kusmana et
al., 2009).
3. Bioformalin; diperoleh dengan menyuling daun api-api. Hasil
penyulingan dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang
alami (Duke, 1983).
4. Sebagai Obat. Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar dan
obat anti fertilitas tradisional oleh masyarakat pantai. Hampir seluruh
bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan seperti akar, kulit batang, daun,
bunga atau biji, bahkan eksudat tanamannya (zat nabati yang secara
spontan keluar, dikeluarkan, atau diekstrak dari jaringan sel tanaman).
Hasil penelitian yang dilakukan dengan pemberian tingkatan dosis ekstrak
daun api-api (A. marina) yang diberikan pada kebuntingan hari ke 6-15
tidak dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan resorpsi embrio mencit
(tikus). Wijayanti (2009) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun api-
api (A. marina) dengan dosis 2,5 gram/kg berat badan yang diberikan 6-
15 hari setelah terjadinya konsepsi dapat mengakibatkan penurunan berat
dan panjang badan janin mencit (Musmusculus). Berdasarkan penelitian
ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun api-api per oral dengan
dosis 2,5 gram/kg berat badan pada kebuntingan hari ke 6-15 mampu
menghambat pertumbuhan janin mencit. Meskipun ini masih pada taraf
uji coba pada tikus dan belum diujikan cobakan pada satwa yang lebih
besar tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusmana et al. (2009)
melaporkan bahwa senyawa aktif yang diidentifikasi dari Avicennia
marina tidak memperlihatkan senyawa yang diketahui memiliki aktivitas
tokolitik maupun yang secara langsung bertindak sebagai agen
11
kontrasepsi tetapi teridentifikasi lebih bersifat antibiotik maupun
antimikroba.
5. Sebagai kayu bakar untuk rumah tangga dan pembakaran kapur. Belum
ada hasil penelitian yang menyatakan secara pasti berapa nilai kalori dari
kayu api-api kecuali nilai kalori kayu dari A. officinalis yang mempunyai
nilai kalori sebesar 4,528 kal/gram (Soeroyo, 1987), Akan tetapi
masyarakat pesisir biasa menggunakan kayu dari api-api sebagai kayu
bakar. Kayu A. marina juga dapat digunakan sebagai tiang layar dan rusuk
perahu serta menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi.
6. Sebagai tanaman penyerap racun. Dari hasil penelitian Balai Penelitian
dan Konsultasi Industri Surabaya diketahui bahwa pohon Api-api
(Avicennia marina) memiliki pengaruh dalam penanggulangan materi
toksik lain di antaranya dengan melemahkan efek racun melalui
pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk
mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga
mengurangi toksisitas logam tersebut. Pengenceran dengan penyimpanan
air di dalam jaringan biasanya terjadi pada daun dan diikuti dengan
terjadinya penebalan daun (sukulensi). Ekskresi juga merupakan upaya
yang mungkin terjadi, yaitu dengan menyimpan materi toksik logam berat
di dalam jaringan yang sudah tua seperti daun yang sudah tua dan kulit
batang yang mudah mengelupas, sehingga dapat mengurangi konsentrasi
logam berat di dalam tubuhnya. Metabolisme atau transformasi secara
biologis (biotransformasi) logam berat dapat mengurangi toksisitas logam
berat. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
pengikatan dan penurunan daya racun, karena diolah menjadi bentuk-
bentuk persenyawaan yang lebih sederhana. Proses ini dibantu dengan
aktivitas enzim yang mengatur dan mempercepat jalannya proses tersebut.
7. Sebagai tanaman perintis/reklamasi. Avicennia sp. adalah jenis bakau
yang biasanya tumbuh pada tempat yang dekat dengan laut, dapat tumbuh
pada substrat yang berpasir, berbatu hingga berlumpur. Mempunyai
toleransi yang tinggi pada salinitas air laut dari yang rendah hingga 30%
12
13
III. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15