You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN

ACARA II
PENGARUH PEMUPUKAN DAN POLA PENGAIRAN YANG BERBEDA
TERHADAP PERTUMBHAN DAN HASIL TANAMAN

Semester:

Genap 2015/2016

Oleh:

Nama : Hilda Ari Suryanti

NIM : A1L114047/ 12

Rombongan : 23

PJ Asisten : Rizka Fari

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM AGROEKOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah merupakan media tumbuh dan penyedia unsur hara bagi tanaman.

Adanya ketersediaan unsur hara didalam tanah merupakan salah satu faktor yang

mendukung pertumbuhan tanaman disamping faktor fisik dan biologi tanah.

Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara, sangat ditentukan oleh

kualitas dan jumlah bahan organik dalam mengikat partikel-partikel tanah

(Hardjowigeno, 1987).

Pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada persediaan unsur hara,

yang cukup dan seimbang tetapi juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah

yang baik.Sifat fisik tanah berpengaruh langsung terhadapperakaran tanaman, air

dan udara tanah, yang kemudian mempengaruhi aspek-aspek biologi dan kimia

tanah.Pentingnya sifat fisik tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering

tidak disadari karena kesuburan tanah dititikberatkan pada segi kesuburan

kimianya, maka perlu dilakukan pemupukan (Sukarno, 1995).

Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah, tanpa

penambahan haraproduksi pertanian akan semakin menurun. Hal ini disebabkan

ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah

secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, air

limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara

pemberian pupukakan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga

mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari (Djaenuddin, 2003).


Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, selain unsur hara semua

tumbuhan memerlukan air sebagai salah satu dari beberapa faktor pertumbuhan.

Tingkat respon tanaman terhadap air dipengaruhioleh jenis tanaman dan

sistem perakaran saat terjadi kekurangan air pada periode pertumbuhan

(Supriyadi, 2006). Sulistyono (2007), menyatakan bahwa kebutuhan air

tanaman didefinisikan sebagai volume air yang d i p e r l u k a n u n t u k

mencukupi kebutuhan air tanaman selain yang berasal dari

curah hujan.

Air m u t l a k dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk

pertumbuhan. Besarnya kebutuhan air tanaman untuk setiap pertumbuhan

ditentukan oleh tingkat pertumbuhan, faktor iklim dan jenis tanaman (Riyanti,

2011).Frekuensi penyiraman akan mempengaruhi kapasitas lapang dari

tanah serta mempengaruhi sifatfisika-kima tanah maupun pertumbuhan

tanaman. Tanah merupakan perantara penyedia unsur hara, dimanaunsur hara

tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan air sebagai pelarut unsur hara

(Hardjowigeno, 1995).

B. Tujuan

Mengetahui pola pertumbuhan dan hasil tanaman dengan pemberian dosis

pupuk makro NPK yang berbeda dan volume pemberian air yang berbeda.
II. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pratikum meliputi benih jagung manis, kacang

hijau, pupuk kandang, pupuk NPK dan air. Sedangkan alat yang digunakan dalam

praktikum meliputi polibag, timbangan, selang air, ember, saringan 5 mm, mistar,

oven, label dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja
1. Persiapan
a. Tanah diambil di daerah sekitar kampus dengan volume sesuai dengan

kebutuhan.
b. Pengeringan dilakukan selama 1-2 hari setelah itu disaring dengan saringan

ukuran 5 mm.
c. Polibag disiapkan ukuran 5 kg, benih jagung manis, dan kacang hijau,

selang air dan ember.


2. Pelaksanaan
a. Polibag disusun secara teratur yang telah diisi tanah berdasarkan kombinasi

pemupukan dan pemberian air yang berbeda serta setiap perlakuan, diulang

tiga kali.
b. Setiap polibag diisi dengan benih jagung, kedelai dan kacang hijau sebanyak

2 butir.
c. Setelah satu minggu disisakan satu tanaman saja per polibag, setelah itu

dilakukan pemupukan NPK sesuai dosis rekomendasi.


d. Perlakuan diberikan dalam 2 faktor yaitu : Pemupukan NPK dan Pemberian

Air.
i. Volume air diberikan dengan interval yang sama 3 hari sekali
A1 = diberi air dengan volume 100 ml air/polibag.
A2 = diberi air dengan volume 200 ml air/polibag.
A3 = diberi air dengan volume 300 ml air/polibag.
ii. Dosis pupuk NPK
P1 = pupuk NPK 100% dosis rekomendasi
P2 = pupuk NPK 50% dosis rekomendasi
P3 = pupuk NPK 25% dosis rekomendasi
P4 = pupuk NPK 0% dosis rekomendasi
e. Pemeliharaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan antara lain kebutuhan air

serta pengendalian gulma, hama dan penyakit.


f. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi tanaman antara lain

tinggi tanaman, bobot kering tajuk akar dan luas daun.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Produktivitas kacang hijau sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara

lain tempat tumbuh, ketersediaan air dan iklim. Kacang hijau banyak ditanam

disawah dan ladang yang bertanah lembab dan cukup mendapatkan sinar

matahari. Untuk itu agar tanaman kacang hijau dapat menghasilkan biji yang

maksimal maka diperlukan pengetahuan syarat tumbuhnya. Menurut Purwono

(2005) syarat tumbuh tanaman kacang hijau terdiri atas jenis lahan dan ketinggian,

iklim yang sesuai dan kebutuhan air.

Kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, kacang

hijau dapat tumbuh baik dengan curah hujan 50-200 mm/bulan. Ketinggian tanah

yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah 500 - 750 mdpl. Suhu yang sesuai

dengan pertumbuhan kaacang tanah berkisar antara 20-28oC. Hal ini

menggambarkan bahwa tanaman kacang hijau baik ditanam pada daerah dataran

rendah, untuk kelembaban udara diharapkan berkisar antara 65%-75%. Adanya

hujan yang sering turun akan mengakibatkan penigkatan kelembaban udara yang

terlalu tinggi, hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman kacang hijau.
Kondisi yang dijabarkan dapat disimpulkan bahwa tanaman kacang hijau

baik dibududayakan ketika masuk musim kemarau. Penanaman jenis legumenosa

pada lahan pertanian dapat memperbaiki sifat biologi, kimia dan fisik tanah. Pada

dasarnya tanaman legum akan bersimbiosis dengan jenis-jenis bakteri

menguntungkan seperti rhizobium, sehingga tanah akan mengalami perbaikan

dengan bantuan dari mikroba-mikroba tersebut. Tanaman akan tumbuh optimal

pada media tanam yang cocok untuk tanaman tersebut. Kacang hijau memiliki

speseifikasinya sendiri yaitu dengan tanah yang gembur dan ringan. Tingkat

keasaman tanah berkisar antara 6,7. Tanaman kacang hijau membutuhkan cukup

air. Bila tanaman kacang hijau kekurangan air akan mengakibatkan pertumbuhan

yang kerdil dan produksi akan menurun (Idawanni, 2015).

Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu komoditas

pertanian yang disukai oleh masyarakat karena rasanya enak, mengandung

karbohidrat, protein dan vitamin yang tinggi serta kandungan lemak yang rendah.

Menurut Oktavianus (2010) jagung baik ditanam awal musim hujan atau

menjelang musim kemarau, curah hujan ideal 85-200 mm/bln dan harus merata,

pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Suhu

optimum 23-30C. Jagung manis tidak memerlukan persyaratan tanah khusus,

namun akan memberikan produksi optimum pada tanah yang gembur, suburdan

kaya humus. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan

tanah kurang dari 8%, dan jika melebihi 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan

teras terlebih dahulu.Ketinggian optimum antara 50-600 dpl.


Respon fisiologis dan morfologis pada tanaman jagung terhadap perbedaan

pemberian dosis pupuk yaitu dapat diliat dari tinggi tanaan, indeks luas daun,

panjang tongkol per tanaman. Adanya perbedaan pemberian dosis pupuk (NPK

mutiara) tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Menurut

Hardiman (2013) menyatakan bahwaadanya perbedaan pemberian pupuk dengan

hasil yang sama rata (tidak berbeda nyata) maka dapat dikatakan bahwa

kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman masih terpenuhi.

Respon terhadap indeks luas daun menunjukkan potensi tanaman dalam

melakukan fotosintesis yang secara angsung mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Pada daun yang luas maka lebih maksimal pula

penyerapan cahayanya. Menurut Wahyudin (2015) menyatakan bahwa faktor yang

dapat mempengaruhi indeks luas daun antara lain adalah jarak tanam dan

penyediaan unsur hara nitrogen. Jarak tanam secara langsung dapat

mempengaruhi kerapatan populasi suatu tanaman. Respon terhadap panjang

tongkol tanaman jagung meunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hasil

yang terbentuk pada tongkol tanaman jagung berukuran kecil. Berdasarkan

penelitian Adisarwanto (1999) yang dikutip Suhendar (2011) pembentukan

tongkol yang kurang atau tidak sempurna dapat disebabkan oleh kurangnya unsur

P. Pembentukan tongkol tidak sempurna bisa mengakibatkan tongkol yang

berukuran kecil, barisan biji tidak beraturan serta biji kurang berisi. Pembentukan

tongkol dapat mempengaruhi produksi jagung yang berupa pipilan kering.

Respon fisiologis dan morfologis pada tanaman kacang hijau terhadap

perbedaan pemberian dosis pupuk yaitu pada tinggi tanaman menhasilkan


pertumbuhan yang relatif sama, sehingga dapat dikatakan dosis berbeda masih

mampu memenuhi kebutuhan tanaman. Kebutuhan hara yang sudah terpenuhi,

pertumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Hal ini sesuai dengan pendapatLakitan (2007), bahwa pertumbuhan dan

perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Respon

jumlah bintil akar pada tanaman kacang hijau berkaitan dengan adanya serapan

kandungan unsur nitrogen. Menurut Rosmarkam (2002), kadar nitrogen yang

tinggi dalam tanah tidak terlalu mempengaruhi jumlah dan bintil akar. Nitrogen

dalam bentuk amonium dan nitrat yang diberikan dalam jumlah banyak umumnya

dapat mengurangi terbentuknya bintilakar dan fiksasi N2 oleh bintil akar. Pada

beberapa leguminosa, senyawa nitrogendalam jumlah kecil memang sering

diperlukan untuk mengatasi kekurangan nitrogen pada awal pertumbuhan sebelum

tanaman dapat mengandalkan kebutuhan nitrogen dari fiksasi N2 oleh bintil akar.

Moelyohadi(2012) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila

unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup dan

seimbang didalam media tanam.Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dari

suatu pemupukan perlu diperhatikan beberapa faktor yang ikut menentukan

efisiensi penggunaan pupuk yaitu : (1) sifat dan ciri tanah, (2) sifat dan kebutuhan

tanaman, (3) pola pertanian, (4) jenis pupuk dan sifatnya, (5) dosis pupuk, (6)

waktu pemupukan, (7) metode atau cara pemupukan (Khair, 2013).

Respon fisiologis dan morfologis pada tanaman (jagung dan kacang hijau)

terhadap perbedaan pemberian volume air adan diperlihatkan pada dua macam

tanggapan (Salisbury, 1995) yaitu :


1. Tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung

pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat

meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran

daun untuk mengurangi transpirasi, dan


2. Tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk menghambat

kehilangan air lewat transpirasi.

Pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk dan volume air berdasarkan

hasil analisis yaitu berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang

akar, bobot tongkol dan panjang tongkol. Berdasarkan hasil analisis pengaruh

perlakuan dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung.

Pada setiap perlakuan memiliki kecenderungan tinggi tanaman yang relatif tidak

jauh berbeda yaitu berkisar 136,046 cm. Hal ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan sudah cukup baik. Tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun.

Semakin besar tinggi tanaman, maka jumlah daun semakin besar pula. Jumlah

daun semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman. Tinggi

tanaman juga mempengaruhi diameter batang. Semakin besar tinggi tanaman,

maka diameter batang semakin besar dan sebaliknya (Bara, 2 ).Selain itu pada

jumlah daun, panjang akar, panjang tongkol dan bobot tongkol tidak berpengaruh

nyata terhadap pemberian dosis pupuk yang berbeda. Jumlah daun pada ketiga

perlakuan memiliki nilai yang relatif sama yaitu 10 dan 11.Menurut (Handayani,

2003) hal ini diduga berkaitan dengan faktor genetik yang terdapat dalam tanaman

jagung. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan.

Jumlah daun akan mencapai puncaknya dan kemudian tetap konstan sampai mulai

terjadinya proses penuaan. Penyebab penuaan umumnya dianggap karena adanya


mobilisasi dan redistribusi mineral dan nutrisi organik ke daerah pemakaian yang

lebih kompetitif, seperti daun muda, buah, cabang, dan akar. Pada tanaman

jagung, setelah menghasilkan 10 sampai 12 daun, 4 sampai 5 daun

mengeringakibat penuaan.

Pada fase vegetatif, tinggi tanaman akan terus meningkat pada umur tertentu

kemudian pertumbuhannya akan terhenti. Pemberian pupuk urea yang

mengandung nitrogen berperan dalam merangsang pertumbuhan secara

keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen juga

berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam

proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentukan protein, lemak, dan

berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2008).

Pemberian dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar,

dalam hal ini hasil yang diperoleh memiliki nilai relatif tidak berbeda jauh yaitu

41, 933 48,411. Panjang tongkol memiliki nilai yang tidak berpengaruh nyata

terhadap dosis pupuk. Sehingga dengan pemberian dosis pupuk dengan persentase

terkecil sampai terbesar pun tidak berpengaruh terhadap panjang tongkol tanaman

jagung. Begitu pun pada bobot tongkol yang tidak berpengaruh nyata terhadap

dosis pupuk. Menurut Bara (2000) bahwa bobot tongkol tanaman jagung dapat

ditingkatkan dengan menaikkan dosis pupuk kandang. Dosis air tidak memiliki

pengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar,

panjang tongkol dan bobot tongkol. Namun berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman dengan perlakuan paling baik yaitu A1 dan A2.


Interaksi antara dosis pupuk dan dosis air tidak berpengaruh secara nyata

terhadap jumlah daun, panjang akar, tinggi tanaman, bobot tongkol daan panjang

tongkol. Hal ini dapat disebabkan oleh kedua faktor yaitu dosis air dan dosis

pupuk yang belum menunjukkan adanya kerja sama untuk mendukung

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Peranan dari salah satu faktor atau

peranan dari masimg-masing perlakuan saling menetralisir sehingga interaksi

kedua perlakuan yang diuji tidak mempengaruhipola aktifitas tanaman secara

keseluruhan.

Berdasarkan hasil analisis uji DMRT pada semua variabel pengamatan,

terdapat perlakuan terbaik dari setiap variabel. Pada perlakuan dosis air dengan

variabel tinggi tanaman didapatkan perlakuan terbaik pada dosis air A1 dengan

volume 100 ml air/polibag dan A2 dengan volume 200 ml air/polibag.Jumlah

daun memiliki perlakuan terbaik yaitu pada dosis air A3 yaitu volume 300 ml

air/polibag dengan jumlah daun 10,5. Panjang akar memiki perlakuan terbaik pada

dosis air A3 yaitu 300 ml air/polibag dengan panjang akar 50,65 cm. Bobot

tongkol dengan perlakuan terbaik yaitu pada dosis air A3 yaitu 300 ml air/polibag

dengan bobot sebesar 18,5625 gram. Sedangkan pada panjang tongkol diperoleh

perlakuan terbaik pada dosis air A2 yaitu 200 ml air/polibag dengan panjang

tongkol 6,533 cm.

Perlakuan dosis pupuk pada variabel tinggi tanaman didapatkan perlakuan

terbaik P3 yaitu 25% dosis rekomendasi dengan tinggi tanaman 139,122 cm.

Adapun jumlah daun dengan perlakuan terbaik yaitu pada dosis pupuk P1 dimana

berjumlah 11 helai daun. Panjang akar tanaman jagung diperoleh perlakuan


terbaik pada dosis pupuk P3 yaitu 25% dosis rekomendasi dengan panjang akar

48,411 cm. Bobot tongkol diperoleh perlakuan terbaik pada dosis pupuk P2 yaitu

50% dosis rekomendasi dengan bobot 16,289 gram. Panjang tongkol dengan

perlakuan terbaik pada dosis P2 yaitu 50% dosis rekomendasi.

Adanya interaksi antara dosis air dengan dosis pupuk menghasilkan

perlakuan terbaik pada variabel tinggi tanaman yaitu A2P3 dengan panjang

158,267 cm. Sedangkan pada jumlah daun diperoleh perlakuan terbaik yaitu A2P1

dengan jumlah 11,467. Panjang akar diperoleh perlakuan terbaik yaitu pada A3P2

dengan panjang akar 62,33 cm. Bobot tongkol diperoleh perlakuan terbaik pada

perlakuan A2P2 yaitu sebesar 30,683 gram. Sedangkan pada panjang tongkol

diperoleh perlakuan terbaik pada yaitu A1P2 dengan panjang 9,02 cm.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan

dan hasil tanaman dengan pemberian dosis pupuk makro NPK yang berbeda dan

volume pmebrian air yang berbeda memiliki pengaruh terhadap tanaman yaitu

terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot tongkol dan panjang

tongkol. Perlakuan dosis air A1, A2, dan A3 tidak berpengaruh terhadap jumlah

daun, panjang akar, panjang tongkol, dan bobot tongkol. Namun berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman dengan perlakuan paling baik yaitu A1 dan A2.

Perlakuan dosis pupuk P1, P2, P3 dan P4 tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman, jumlah daun, panjang akar, panjang tongkol dan bobot tongkol. Interaksi

perlakuan dosis pupuk dan dosis air tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun, panjang akar, tinggi tanaman, bobot tongkol dan panjang tongkol.

B. Saran

Diharapkan setiap praktikan dalam melakukan pemeliharaan tanaman lebih

diintensifkan dalam penyiraman tanaman pada polibag yang disesuaikan dengan

dosis rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bara, Aria. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi Pemberian
Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea Mays L) di
Lahan Kering. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Djaenuddin.2003.Pengaruh Pola Pengairan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai. UNBRAW Press, Malang.
Hanafiah, K.A., 2010. Rancangan Percobaan. Rajawali Pers. Jakarta.
Hardjowigeno, 1987. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Jagung.
UGM press, Yogyakarta.
Idawanni. 2015. Bertanaman Kacang Hijau. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerin
Pertanian.
Khair, Hadriman, dkk. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
(Zea mays L.) terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk
Organik Cair Plus. Jurnal Agrium. 18 (1) : 13-15.
Lingga, P. dan Marsono., 2009. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Moelyohadi, Yopie, dkk. 2012. Pemanfaatan Berbagai Jenis Pupuk Hayati pada
Budidaya Tanaman Jagung(Zea mays. L) Efisien Hara di Lahan Kering
Marginal. Jurnal Lahan Suboptimal. 1 (1) : 31-39.
Oktaviasnus, A., dkk. 2010. Teknologi Budidaya Jagung Manis. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, Riau.
Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau : Teknik Budidaya di Berbagai
Kondisi Lahan dan Musim. Penebar Swadaya, Depok.
Soekarno,1995. Pengaruh Pemupukan Pada Tanaman Jagung dan
Kedelai.Kanisus, Jakarta.
Suhendar, Deden. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk N,P,K dan Jenis Pupuk Organik
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea maysL.) Hibrida P-
12 di Jatinangor. Sumedang.
Sulistyono.2006.Pengaruh Pemberian Air yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kedelai.Presindo,Jakarta.
Supriyadi.2006.Pengairan dan Pemupukan yang Berbeda pada kedelai dan Jagung
terhadap Pertumbuhan dan Hasilnya.Citra Ayu, Surabaya.

You might also like