Professional Documents
Culture Documents
n j
auanpust
aka
IM adeJ
u l
iana,JodiSi
dhar
taLoekman
Bagi
an/
SM F I
lmuPenyaki
t Dal
am FK Unud/
RS Sangl
ah,Denpasar
SUM M ARY
COM PLI
CATI
ONSAFTER RENAL TRANSPLANTATI
ON
Renaltr
ansplantat
ioni
sthet
akeoverofkidneyf
rom heal
thyper
sonandt
h enbet
ransplantedt
otheotherper
sonwhohas
sever
eandper
manentkidneyf
u nct
iondisorder
.Renalt
ransplantat
ioni
sthemostef
fect
ivet
reat
mentfort
ermi
n alst
ageofchronic
kidneydisease.Thesurvivalofpat
ientswhounder
wentr
enalt
ransplantat
iondependonsomef
act
o r
sincl
u dingscr
eeningof
pat
ients,pret
ransplantat
ionmanagement,surger
ytechnicandmanagementofpat
ientsaf
terr
enaltr
ansplantat
ion.Compli
cat
ions
af
terr
enalt
ransplantat
iondevidet
osurger
ycompli
cat
ionsandnonsurger
y(medical
)compli
cat
ions.Surger
ycompli
cat
ionsar
e
mayorcompli
cat
ionsuchasbleedingandanaest
esi
o ndrugef
fectandt
h eothercompli
cat
ionsduet
otr
ansplantat
ionprocess.
Medicalcompli
cat
ionsarer
e j
ect
ion(
h yperacute,acuteandchronicr
e j
ect
ion),i
n f
e ct
ion,cardiovasculardisease,anemi
a,
hyper
tensi
on,di
abet
esmel
lit
us,di
sli
pidemi
a,hyper
h omocyst
einemi
a,mal
ignancy,l
ymphoprol
ifer
ati
vedi
seaseandpsychol
ogi
cal
ef
fect
.Rej
ect
ioni
sthemosti
mport
antcompli
cat
ion.Ifhyper
acuter
eject
ionocured,kidneyt
ransplantmustbet
akeovert
oavoid
moresever
esyst
emi
cinfl
ammat
ionr
espon.New gener
ati
o nofhumanized IL-2 receptor antibody,dacl
izumab(
zenapax)can
decr
easet
h ei
n ci
d entofhyper
acuter
eject
ion.Acuter
eject
ioncanbet
reat
ed wi
thst
eroid,pol
ycl
onalantil
ymphocyte globul
in,
monocl
onalantibody OKT3andplasmaexchange.Chronicr
eject
ionwasdif
ficultt
otr
eat
.Immunosupresi
o nagenhavenomuch
r
o l
ebecausedest
royedwer
eoccured.Pr
eventi
o nj
u stt
omanager
iskf
act
o r
sandt
h enwai
ttheothert
ransplantat
ion.Fort
h eot
her
compli
cat
ions,themanagementbasedonet
iologyandt
h et
y peofcompli
cat
ion.
PENDAHULUAN t
ransplantasiginjaldengant
o t
aldonorcadaver588dan
3
282donorhi
dup.DiIndonesi
asej
akt
ahun1977 hi
ngga
Tr
anspl
ant
asigi
njaladal
ah pengambi
langi
njal s
e kar
angbar
u mampu menger
jakans
e ki
tar300l
ebi
h
dar
i t
ubuhs
e s
e orangkemudi
andi
cangkokkankedal
am t
ranspl
ant
asi
.Hali
nidi
sebabkankar
enaI
n donesi
amasi
h
4
t
ubuhorangl
ainyangmengal
amigangguanf
u ngsigi
njal menerapkan si
stem donorhidup. DiBal
i,sel
ama
yangber
atdanper
manen.Saati
n i
,tr
ansplantasiginjal enambel
ast
ahunt
erakhi
r46pasi
en(35orangl
aki
-laki
merupakant
erapipil
ihanpadagagalginjalkronik dan11 orangper
empuan)penyaki
tgi
njalst
adi
umakhi
r
s
tadi
um akhi
ryangmampumember
ikankual
itashi
dup menj
a l
a ni t
ranspl
a nt
a si gi
njal,sebagi
a n besar
menj
adinormalkembal
i.
1
di
a nt
a ranya di
kerj
a kan di l
uar negeri dengan
5
Tr
ansplanlat
asiginjaltel
ahbanyakdil
aksanakan menggunakandonorcadaver
.
disel
u r
u hdunia,sej
u ml
ahl
ebihdar
i 20.
000orangt
iap Padadasar
n yat
u j
u anutamat
ransplantasiginjal
t
ahun
2
. DiSi
n gapurat
elahdil
akukanl
ebihdari842 adal
ahunt
ukmeni
ngkat
kankual
itashi
dupdanhar
apan
Kompli
k asiPaskaTr
a nsplantasiGi
n j
al
79
I M ade Jul
iana,Jodi Sidharta Loekman
hidup bagi penderita gagal ginjal. Kelangsungan hidup pengaruh substansial terhadap morbiditas dan mortalitas.
pasien-pasien transplantasi ginjal ditentukan oleh Komplikasi urologi muncul pada 4% - 8% pasien dan
6
beberapa faktor diantaranya adalah skrining penderita, komplikasi vaskular 1% - 2 % . Komplikasi vaskular
persiapan pratransplantasi, pendekatan bedah yang meliputi stenosis arteri renalis, infark, fistula
diambil pada waktu transplantasi dan penatalaksanaan arteriovenus, pseudoaneurisma, dan trombosis vena
penderita paska transplantasi termasuk penggunaan obat- renalis. Komplikasi nonvaskular meliputi obstruksi
obat imunosupresif. Pada makalah ini hanya diuraikan uretra, kebocoran urin, penimbunan cairan peritransplan
mengenai perawatan dan komplikasi yang sering terjadi (hematom, limfokel, abses, infeksi), komplikasi
6-8
paska transplantasi ginjal. gastrointestinal dan herniasi.
PERAW ATAN PASKA TRANSPLANTASI GINJAL (kebocoran urin atau obstruksi) terjadi pada bulan
Pasien dengan transplantasi ginjal dirawat di terjadi pada pelvis renalis, u r e t e r, atau dari
tempat terpisah dari pasien lain karena rentan terhadap ureteroneocystostomy site yang berhubungan dengan
infeksi. Jumlah pengunjung harus dibatasi, di beberapa nekrosis ureter akibat insufisiensi vaskular atau
pusat transplantasi ginjal, bunga dan buah tidak diijinkan peningkatan tekanan urin karena obstruksi. Obstruksi
2
karena bisa menjadi tempat bersarangnya bakteri. urin terjadi hampir pada 2 % pasien dan biasanya terjadi
Masa rawat inap di rumah sakit tergantung pada dalam 6 bulan pertama paska transplantasi, lokasi yang
seberapa baik ginjal telah bekerja dan terjadinya paling sering adalah di tempat implantasi ureter ke dalam
komplikasi. Dialisis mungkin diperlukan untuk beberapa kandung kencing. Lebih dari 90 % stenosis ureter terjadi
hari atau minggu sampai ginjal berfungsi cukup untuk pada ureter 1/3 distal. Penyempitan pada ureteroves
ical
menjaga tubuh dalam keseimbangan kimia yang baik. unction dapat disebabkan oleh jaringan parut akibat
j
Rata-rata tinggal adalah 2-4 minggu tetapi dapat 2-3 iskemia atau rejeksi, kesalahan teknik dalam
8
bulan. Beberapa pasien dipulangkan lebih awal karena ureteroneocys tomy atau akibat kingking.
tos
risiko infeksi di rumah sakit. Mereka perlu kembali tiap Stenosis arteri renalis biasanya muncul dalam
2
hari sebagai pasien rawat jalan selama 2-3 bulan. tahun pertama setelah transplantasi, bisa berlokasi di
KOMPLIKASI PASKA TRANSPLANTASI GINJAL setelah anastomosis. Infark ( trombosis arteri renalis
Komplikasi yang mungkin terjadi paska anastomosis, kingking arteri atau adanya flap intimal.
transplantasi ginjal dapat digolongkan menjadi dua Penderita menjadi anuri dan terjadi pembengkakan serta
6
golongan yaitu komplikasi bedah dan medik. ketegangan di atas graft.
Selain komplikasi bedah besar (perdarahan, efek Disamping itu dapat juga terjadi esofagitis, gastritis
pembiusan), dapat timbul masalah khusus sehubungan hemoragik, obstruksi dan perforasi usus, serta herniasi.
dengan proses transplantasi ginjal. Komplikasi post Prevalensi komplikasi ini bervariasi tergantung dari
operatif t e rg a n t u n g pada prosedur bedah yang pendekatan yang diambil saat penempatan graft apakah
digunakan. Komplikasi urologi dan vaskular mempunyai intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Perlengketan
cerna. Herniasi bisa terjadi melalui defek peritoneal jaringan. Pasien menderita panas, lekositosis dan
8,9
transplan. memproduksi sedikit urin atau tidak sama sekali. Urin
Imaging ( USG, retrograded pyelografi, mengandung berbagai elemen seluler termasuk eritrosit.
arteriografi, Doppler US, CT scan) memiliki peranan Trombosis dengan kerusakan endotel dan nekrosis sering
yang sangat penting untuk mengevaluasi komplikasi ini terlihat pada penolakan hiperakut. Resipien
10,11
dan merupakan tuntunan dalam pemberian terapi. menunjukkan gangguan imunologik berat dengan
Komplikasi medik yang paling penting adalah menunjukkan adanya endapan IgG dan C3 di dalam
reaksi penolakan atau rejeksi. Disamping itu, terdapat dinding kapiler glomerulus dan peritubulus serta agregasi
14
pula sejumlah komplikasi lain yang perlu mendapat trombosit yang menyumbat lumen kapiler.
perhatian pada pasien-pasien paska transplantasi ginjal. Bila timbul rejeksi hiperakut, maka ginjal
17
PENOLAKAN ATAU REJEKSI respon inflamasi sistemik yang lebih berat. Akhir-akhir
Sistem imun berperan pada proses penolakan. ini diperkenalkan humanized IL-2 receptor antibody
Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th (T helper) generasi baru, daclizumab (Zenapax), dapat mengurangi
15-16
resipien yang mengenal antigen MHC allogenic dan secara signifikan insiden rejeksi hiperakut. Tran HTB
15
imunitas humoral (antibodi). Sel tersebut akan et al. melaporkan penambahan daclizumab pada
merangsang sel Tc (T citotoxic) yang juga mengenal regimen cyclosporine, prednisone dan/atau azathioprine
antigen MHC allogenic dan membunuh sel sasaran. yang merupakan standar imunosupresif telah berhasil
Kemungkinan lain adalah bahwa makrofag dikerahkan mencegah rejeksi akut. Daclizumab diberikan 2 mg/kg
ke tempat transplan atas pengaruh limfokin dari sel Th berat badan secara intravena dalam 12 jam transplantasi
sehingga menimbulkan kerusakan. Reaksi tersebut diikuti 1 mg/kg per hari tiap malam keempat. Antibodi
serupa dengan yang terjadi pada reaksi hipersensitivitas lain yang juga dipergunakan sebagai profilaksis adalah
tipe IV dari Gell dan Coombs. Reaksi rejeksi dapat basiliximab (Simulect), a chimeric (human and mouse)
12,13
terjadi segera (hiperakut), akut dan kronik. monoclonal antibody.Basiliximab yang diberikan pada
16
1. Rej
eksi hiperakut signifikan dibandingkan dengan placebo.
transplantasi dan sering terjadi intraoperatif. Rejeksi ini Rejeksi akut terlihat pada resipien yang
14
jarang terjadi. sebelumnya tidak tersensitisasi terhadap transplan. Hal
Rejeksi hiperakut disebabkan oleh reaksi antibodi ini merupakan penolakan umum yang sering dialami
resipien yang terbentuk pratransplantasi akibat resipien yang menerima transplan yang mismatch atau
sel endotel pembuluh darah ginjal transplan. Antibodi yang kurang dalam usaha mencegah penolakan. Insiden
tersebut mengaktifkan komplemen yang menimbulkan penolakan akut berkisar 60 - 75 % dari transplantasi
17
edema dan perdarahan interstisial dalam jaringan ginjal pertama kali.
hari dan tersering pada 3 bulan pertama paska ginjal sehingga terjadi penyempitan lumen pembuluh
transplantasi. Resipien mendadak demam, badan lemah, darah. Hasilnya adalah iskemia renal, hipertensi, atrofi
hipertensi dan oligouria disertai peninggian kadar tubuler, fibrosis interstisial dan atrofi glomeruler. Namun
kreatinin darah, dan penurunan nilai test kliren kreatinin. belum ada bukti apakah penurunan fungsi graft dalam
Ginjal transplan menjadi edema yang mengiritasi selaput beberapa tahun berdasarkan mekanisme yang sama pada
pelvis. Pemeriksaan histopatologik menunjukkan Penolakan kronik terjadi perlahan setelah periode
infiltrasi difus sel mononukleus yang disertai edema dan waktu yang lama dan mungkin tidak ada simtom yang
perdarahan di dalam jaringan interstisial. Kadang- tampak. Gejala gagal ginjal terjadi perlahan-lahan dan
kadang disertai infiltrasi sel polimorfonukleus, destruksi progresif. Hal ini kadang-kadang timbul sesudah
pembuluh darah, dan proliferasi sel endotel dengan pemberian imunosupresan dihentikan. Infeksi yang ada
trombosis mikrovaskular. Kadar interleukin-2 plasma akan mempermudah timbulnya penolakan kronik.
pratransplantasi berkorelasi positif dengan insiden Penolakan kronik juga sulit diobati, imunosupresi saat
rejeksi akut, dan peninggian kadar interleukin-2 paska ini tidak banyak berguna oleh karena kerusakan sudah
transplantasi yang bermakna merupakan prediktor terjadi, dan pencegahan ditujukan terutama untuk
14
terjadinya rejeksi akut. Chen dan kawan-kawan mengatasi faktor risiko yang ada. Jika ginjal berhenti
membuktikan bahwa ekspresi reseptor interleukin-2 berfungsi, pasien dapat kembali didialisis dan menunggu
Penolakan akut dapat dihambat dengan steroid, pengalaman di bidang transplantasi ginjal maka outcome
antilimfosit globulin poliklonal, dan antibodi jangka pendek seperti kelangsungan hidup(survival)
monoklonal OKT3. Rejeksi akut yang refrakter terhadap allograft dan pasien dalam 12 bulan pertama dari tahun
obat-obat ini mungkin memerlukan plasma exchange ke tahun terus membaik, serta kejadian rejeksi paska
17
untuk membersihkan antibodi dari transplan. transplantasi semakin dapat ditekan (Gambar 1 dan 2).
3. Rejeksi kronik
hiperlipidemia dan penyakit ginjal rekuren. Pemeriksaan living donor allografts and their recipients, adjusted for age, sex,
graft dan pasien penerima transplantasi ginjal baik dari menekan respon imun paska transplantasi ginjal antara
donor cadaver maupun donor hidup dalam 12 bulan lain:azathioprin, mycophenolat mofetil, glukokortikoid,
pertama terus membaik dari tahun ke tahun, namun cyclosporine, tacrolimus dan sirolimus. Karena rejeksi
donor hidup tetap lebih superior. akut paling besar terjadi pada periode awal paska
1,18-20
infeksi, dan keganasan.
Gambar 2. Annual incidences of early acute rejection, late acute
Sebagian besar regimen imunosupresif
rejection, and delayed graft function. Note that although rejection
rates have fallen dramatically, rates of delayed graft function remain menggabungkan glukokortikoid, calcineurin inhibitor
unchanged. The latter reflects nonimmunological variables such as
(CNI) dan antiproliferatif agent karena triple therapy
ischemia times and use of suboptimal cadaveric donors. Adapted
Infeksi pada pasien paska transplantasi ginjal baik (CMV) jarang terjadi dalam satu bulan pertama paska
yang berhubungan dengan prosedur transplantasi transplantasi. Secara keseluruhan infeksi yang
maupun yang disebabkan oleh pathogen oportunis dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur secara berturut-
mempengaruhi fungsi ginjal dan hasil transplantasi turut sekitar 50%, 30%, 5% kasus. Pada 15 % kasus,
ginjal. Keberhasilan transplantasi ginjal bergantung pada infeksi tersebut disebabkan oleh polimikroba.
21
keseimbangan antara immunosupresi yang memadai Virus sitomegalo adalah penyebab utama infeksi
untuk mencegah terjadinya rejeksi ginjal transplan dan virus pada resipien transplantasi ginjal. Infeksi CMV
pemeliharaan kompetensi imune pada taraf yang pada resipien transplantasi ginjal lebih sering
memadai untuk melindungi resipien terhadap infeksi. menimbulkan gejala yang tidak jarang cukup berat,
Sebagai akibat pemakaian obat yang menekan fungsi bahkan dapat menjadi fatal. Infeksi disebut primer jika
sel T, resipien transplantasi ginjal menunjukkan terjadi pada resipien yang sebelum transplantasi adalah
peninggian risiko terhadap infeksi oleh berbagai seronegatif, dan disebut sekunder jika sebelum
pathogen intraseluler seperti virus, protozoa, bakteri dan transplantasi adalah seropositif, yang dapat terjadi karena
21
jamur. reakivasi virus yang laten atau sebagai akibat terjadinya
Insiden infeksi yang letal dan nonletal menurun reinfeksi. Sumber utama infeksi CMV primer adalah
terutama disebabkan oleh peningkatan pengalaman, ginjal transplan yang menyebabkan insiden infeksi virus
perbaikan dalam metode organ procurement dan seleksi CMV pada 63 % resipien yang sebelumnya adalah
yang lebih baik tentang jenis dan saat terjadinya infeksi. Pada penyakit CMV yang berat, harus segera
Pemakaian antibiotik profilaktik untuk mengurangi dilakukan investigasi dan pengobatan empiris. Virus
insiden infeksi luka, pelaksanaan biopsi ginjal secara bisa dideteksi di darah, cairan jaringan dengan rapid
tertutup, pemeriksaan ultrasonografi di daerah ginjal shell-vial culture, antigen assay, atau PCR. Virus dapat
transplan yang lebih sering, dan pemberian bolus juga dideteksi pada jaringan dengan pemeriksaan teknik
prednisolon dosis tinggi untuk terapi rejeksi yang lebih imunohistokemistri. Konsentrasi CMV yang rendah atau
jarang, serta kebijakan dalam hal tidak terlalu berlebihan bahkan negatif pada darah tepi tidak menyingkirkan
dalam mempertahankan ginjal transplan yang tak kemungkinan adanya keterlibatan organ (terutama GIT);
berfungsi lagi merupakan faktor-faktor yang ikut oleh karena itu endoskopi, bronkoskopi atau
berperan pada perbaikan hal tersebut di atas. Walaupun pemeriksaan yang lain mesti dilakukan sesuai dengan
demikian, infeksi tetap merupakan penyebab penting simtom dan sign yang muncul. Pada infeksi CMV, selain
baik bagi mortalitas maupun bagi penurunan ketahanan jenis dan dosis obat imunosupresif dikurangi juga
hidup ginjal transplan. Pada resipien yang mengalami diberikan obat antivirus spesifik biasanya gansiklovir
infeksi paska transplantasi ketahanan hidup 3 tahun atau valgansiklovir secara parenteral, dan jika perlu,
21
ginjal transplan menurun dari 81 % menjadi 76 %. ditambah immunoglobulin secara intravena.
1,21
Infeksi bakteri yang terjadi dalam satu bulan Jenis infeksi yang lain adalah pneumocystosis,
pertama paska transplantasi dapat terjadi pada saluran umumnya muncul pada tahun pertama setelah
kemih, saluran nafas, tempat luka operasi, dan akses transplantasi (meskipun bukan pada bulan pertama)
vaskular yang dapat menyebabkan septisemia. Infeksi tetapi bisa juga muncul terlambat, terutama jika
pneumonia yang muncul akibat infeksi P carinii adalah 15 tahun setelah transplantasi ginjal diduga 23%, 15 %
1
demam, sesak nafas dan batuk yang tidak produktif. Pada dan 15 %. Faktor-faktor risiko untuk kondisi ini
thorak foto dijumpai interstitial-alveolar infiltrate pada merupakan komponen penting dalam penatalaksanaan
kedua lapangan paru. Deteksi kuman dilakukan dengan paska-transplantasi (tabel 2).
Spesimen bisa dari sputum, bronchoalveolar lavage atau Tabel 2. Putative risk factors for cardiovascular disease
1
atovaquone dan pentamidine.
23
et al. pada sebuah studi observasional yang melibatkan
Anemia
1200 pasien transplantasi antara tahun 1988 -2003 di
transplantasi. Pengelolaan anemia paska transplantasi pada pasien hipertensi paska- transplantasi akibat
sesuai dengan panduan untuk pasien dengan PGK; pemberian calcineurin inhibitor. Pendekatan non-
difokuskan pada kekurangan besi dan penggunaan farmakologik seperti menurunkan berat badan,
1
eritropoitin. mengurangi intake sodium dan alkohol serta olah raga
24
Hipertensi transplantasi.
1
adalah 60 sampai 80 %. Penyebabnya meliputi Diabetes melitus
penggunaan steroid, CNI, penambahan berat badan, Diabetes melitus masih merupakan penyebab
disfungsi allograft, penyakit native kidney dan yang terbanyak penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat dan
kurang umum adalah transplant renal artery stenosis. di seluruh dunia. Epidemi diabetes tipe 2 nampaknya
Komplikasi hipertensi paska-transplantasi adalah akan lebih meningkatkan insiden dan prevalensi penyakit
peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, ginjal stadium akhir. Walaupun kelangsungan hidup
1,24
dan kegagalan allograft. (survival) resipien diabetes lebih pendek dibandingkan
Hipertensi harus ditatalaksana secara agresif pada resipien non-diabetes, tetapi transplantasi masih
semua resipien. Adapun target tekanan darah adalah memberikan survival yang lebih baik/menguntungkan
sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII yaitu 130/80 dibandingkan pasien diabetes yang menjalani dialisis dan
1 1
mmHg. Sedapat mungkin terapi ditujukan langsung masih berada dalam daftar tunggu (waiting list).
terhadap faktor penyebab terjadinya hipertensi. Pada Pasien diabetes dengan penyakit ginjal kronis
pasien muda dengan native kidney induced hypertension stadium akhir merupakan kandidat untuk kidney-
hipertrofi jantung) nefrektomi merupakan pilihan. Pada dicangkokkan secara simultan atau bertahap (pancreas
ateri stenosis, transluminal balloon angioplasty dan after kidney [ ). Survival allograft pankreas pada
PAK]
operasi bypass dapat dikerjakan dengan hasil baik. Dosis cara terakhir lebih buruk dibandingkan transplantasi
24
steroid dan CNI dikurangi bila memungkinkan. simultan tetapi perbedaan ini tidak menyolok. Lebih jauh
Terapi farmakologis tergantung pada efek spesifik PAK menghasilkan outcome ginjal transplan yang lebih
yang diinginkan sesuai keadaan klinis penderita dan baik dan komplikasi bedah lebih kecil. Sekarang
beratnya derajat hipertensi. Obat bisa diberikan dalam presentasi transplantasi pankreas dengan prosedur PAK
bentuk tunggal atau kombinasi dengan obat lainnya. Jika makin meningkat. Perbaikan teknik bedah dan
terdapat bukti adanya kelebihan volume vaskuler maka penggunaan imunosupresan meningkatkan survival
diuretik merupakan pilihan. Beta blocker digunakan bila allograft pankreas. Terdapat bukti-bukti bahwa pada
dijumpai hipertensi dengan penyakit jantung iskemik, pasien tertentu mortalitas umum dan kardiovaskuler
alpha blocker ideal untuk pasien tua dengan hipertrofi berkurang dengan transplantsi ginjal-pankreas
1
prostat. Obat-obat yang bekerja sentral seperti Clonidine dibandingkan hanya transplantasi ginjal.
cocok untuk pasien diabetes dengan hipotensi postural Transplantasi ginjal merupakan faktor risiko
akibat neuropati otonom. ACE inhibitor dan angiotensin diabetes. Sekitar 15 20 % resipien transplantasi
II receptor blocker mempunyai keunggulan dalam berkembang menjadi DM. Sesudah transplantasi ginjal
mengurangi tekanan intraglomerular dan proteinuria. yang sukses, banyak pasien tanpa riwayat masalah gula
intake makanan, dan penambahan berat badan. Faktor Konsentrasi homosistein dalam darah yang
risiko terjadinya diabetes paska transplantasi adalah meningkat pada pasien-pasien yang mendapat dialisis,
umur tua, etnik nonwhite, penggunaan steroid dan CNI akan menurun setelah transplantasi tetapi tidak sampai
dosis tinggi.
1,18,19
Sampai saat ini belum ada konsensus normal. Sebuah studi prospektif menemukan
tentang diagnosis dan terapi DMPT (Diabetes Melitus hiperhomosisteinemia pada 70 % pasien transplantasi
Paska Transplantasi) yang optimal dan masih memakai ginjal, dan hiperhomosisteinemia merupakan faktor
kriteria WHO, ADA dan I D F. DMPT dapat risiko independen untuk kejadian kardiovaskular. Tidak
mengakibatkan komplikasi serius baik terhadap organ ada rekomendasi mengenai pemberian terapi vitamin B
yang dicangkokkan maupun terhadap harapan hidup untuk menurunkan hiperhomosisteinemia pada resipien
pasien hingga memerlukan transplntasi ulang. transplantasi. Efek dari obat immunosupresif terhadap
1
konsenstrasi homosistein plasma, masih belum jelas.
Dislipidemia
60 % dan 35 %. Sebagian besar disebabkan oleh steroid, trasplantasi ginjal lebih tinggi diabandingkan dengan
1
CNI (cyclosporine lebih sering daripada tacrolimus), dan pasien-pasien dialisis dan populasi umum. Relative risk
sirolimus.
1
kejadian kanker paska transplantasi ginjal ditunjukkan
terapi dengan obat, mengurangi dosis steroid dan Tabel 3. Relative risk of cancer following primary
mengganti cyclosporine dengan tacrolimus. Statin cadaveric kidney transplantation (N = 8881) compared
merupakan drug of choice pada resipien transplantasi with an age-matched australian population, 1963-2002*
dengan CNI); hindari penggunaan penghambat sitokrom *Adapted from Chapman and Webster
P450, hindari fibrat; periksa secara periodik serum
Nonmelanotic skin cancers are not included but the cumulative
risk of skin cancer 20 years aftertransplantation in Australia is
creatinin dan test fungsi hati. Fibrat diberikan dengan greater than 50%.
ekstra hati-hati untuk pasien-pasien yang mendapat statin
meningkat pada resipien transplantasi ginjal. Pertama, Resipien pediatrik 4) Peggunaan intensif
1,16
imunospresi mengakibatkan terjadinya proliferasi yang imunosupresan.
tidak terkontrol dari virus-virus onkogenik dan Terapi meliputi pengurangan atau penghentian
menghambat mekanisme tumor surveillance yang imunosupresif dikombinasi dengan terapi antiviral,
normal. Kedua, ada bukti eksperimental bahwa CNI radioterapi, kemoterapi dan pembedahan. Belakangan
mempunyai efek tumor-promoting melalui efeknya telah dikembangkan biological immune modifiers seperti
terhadap produksi growth factor . Ketiga, faktor dari interferon dan IL-6, immunotherapy dengan virus-
resipien sendiri yang berhubungan dengan penyakit specific T cells, dan eliminasi B cells menggunakan
1
ginjal primer (penyalahgunaan analgetik, infeksi rituximab suatu anti-CD 20 monoclonal antibody.
1
neoplasia. Dampak psikologis kegagalan graft
faktor yang paling penting meningkatkan kejadian mengalami kegagalan transplan dalam 5 tahun pertama.
keganasan sehingga untuk mencegah kanker adalah Late graft failure sebagian besar terjadi akibat nefropati
1,14-16
dengan mengurangi pemakaian imunosupresan. kronik, dan pada porsi yang lebih kecil bisa akibat late
Pencegahan primer dan sekunder terhadap keganasan acute rejection, terutama di-induce oleh compliance yang
25
payudara, paru dan saluran cerna dan urogenital buruk terhadap obat-obat imunosupresif.
(mammography, penghentian rokok, endoskopi dan Dew et al. melaporkan bahwa 60 % dari review
pemeriksaan servix pada pasien wanita) studi menemukan peningkatan fungsi fisik, sosial, dan
direkomendasikan. Sedangkan untuk kanker kulit psikologis setelah transplantasi ginjal, dan 100%
resipien disarankan untuk mengurangi paparan sinar menemukan peningkatan kualitas hidup. Sejalan dengan
matahari dengan menggunakan pakaian pelindung, itu, Bremer et al. dalam observasinya terhadap 489
pemakaian s u n s c re e n pada bagian tubuh yang penderita mendapatkan bahwa mereka yang kembali
terekspose. Lesi kulit premaligna harus diterapi dengan menjalani dialisis setelah mengalami kegagalan graft
1
cryotherapy atau eksisi bedah. memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan
Secara umum, bila terjadi kanker maka pasien-pasien dialisis yang tidak pernah mengalami
25
imunosupresi harus dikurangi. Pada beberapa kasus, kegagalan seperti tersebut di atas.
akan terjadi rejeksi terhadap graft tetapi risk dan benefit Kegagalan graft dapat memprovokasi reaksi
untuk melajutkan imunosupresan harus dipertimbangkan negative dari penderita. Reaksi terhadap kegagalan graft
kasus per kasus. dan pengaruhnya pada kualitas hidup bervariasi di antara
Insiden kumulatif penyakit lymphoproliferatif keadaan depresi, kemarahan dan kebencian terhadap
pada resipien paska- transplantasi ginjal antara 1 % - 5 team transplantasi, bahkan pada beberapa individu ada
%. Lebih dari 90 % kasus adalah berupa LNH dan usaha-usaha bunuh diri. Walaupun demikian, lebih dari
sebagian besar merupakan B-cell origin. Sebagian besar dua pertiga penderita menginginkan untuk
25
kasus muncul 24 bulan pertama setelah transplantasi. retransplantasi.
1996;12:60-4.
komplikasi bedah dan medik. Komplikasi bedah meliputi
komplikasi bedah besar seperti perdarahan dan efek obat- 9. Archibald SD, Jirsch D W, Bear RA.
obat anastesi dan komplikasi lain yang berhubungan Gastrointestinal complications of renal
1. Magee CC, Pascual M. Update in renal 11. Akbar SA, Jafri SZA, Amendola MA, Madrazo
transplantation. Arch Intern Med 2004;164:1373- BL, Salem R, Bis KG. Complications of renal
2. Sja
bani HM, Asdie HAH, Bayupurnama P. 12. Baratawidjaja KG. Penolakan hiperakut, akut dan
Selintas tentang transplantasi ginjal. Yogyakarta: kronik. Dalam: Baratawidjaja KG, editor.
Yayasan transplantasi Organ Yogyakarta, 1996;1- Imunologi dasar. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
3. Thye WK. Renal transplantation. clinical 13. Carpenter CB, Milford EL, Sayegh MH.
2004.p.90-3.
15. Tran HTB, Acharya MK, Mckay DB, Sayegh MH,
Carpenter CB,Auchincloss H, Kirkman RL, 22. Kim SY, Lee SJ, Chang YK, Choi BS, Yang CW,
Milford EL. Avoidance of cyclosporine in renal Kim YS et al. Tuberculosis in renal transplant
transplantation: e ff e c t s of daclizumab,
recipients: can fluoroquinolone replace rifampin?
200;11:1903-9.
European Dialysis and Transplant Association
Nephrol 1999;10:1366-80.
23. Fazelzadeh A, Mehdizadeh A, Rais-Jalali GA,
17. Transplant rejection. Available from: file://G:/ Ostovan MA. Pretransplant cardiac investigation in
th A s s o c i a t i o n ( E R A - E D TA ) , G l a s g o w, U n i t e d
Hospital, Adelaide, Australia. 13 Asian
19. Halloran P, Melk A. Immunosupressive agents used 24. Rao VK. Managemet of hypertension following
in transplantation. In: Johnson RJ, Feenally J, renal transplantation. Indian J Nephrol 2001;11:1-5