You are on page 1of 7

Percobaan II

ANALISIS KADAR VITAMIN C

I. Tujuan Percobaan
Menetukan kadar vitamin C sampel dengan metode Jacobs.

II. Dasar Teori


Vitamin merupakan golongan senyawa organic sebagai pelengkap
makanan yang sangat diperlukan oleh tubuh. Vitamin memiliki peran sangat
penting untuk pertumbahan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi tubuh
lainnya agar metabolism berjalan dengan normal (Winarno, 1997).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B dan C.
Sedangakan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam
lemak (Godam, 2006).
Kebanyakan vitamin yang larut dalam air bertindak sebagai batu
bangunan oleh koenzim, contohnya asam askorbat (vitamin C). Sebagai gizi
diperlukan bagi hewan menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C adalah
vital dalam pembentukan dari kolagen protein strruktural (Thenawijaya, 1982).
Vitamin C disebut juga asam askorbat, struktur kimianya terdiri dari
rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah
bereaksi dengan O2 diudara menjadi asam dehidroaskorbat merupakan vitamin
yang paling sederhana (Safaryani dkk, 2007).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga
dikenal nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C
termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai
radikal bebas ekstraseluler. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam (Girindra, 1993).
Asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi
asam L dehidroaskorbat. Asam L dehidroaskorbat secara kimia sangat lebih
dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L diketogulonat
yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi. Reaksi metabolisme C dapat
terlihat sebagai berikut :

Gambar reaksi metabolisme vitamin C (Girindra, 1993).


Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi
dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu
menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamin
ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga
mampu menangkal nitrit penyebab kanker (Arbianto, 1993).
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan,
nyeri otot, atau gangguan syaraf. Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan
anemia, sering mengalami infeksi dan kulit kasar. Sementara kelebihan vitamin
C dapat menyebabkan diare (Arbianto, 1993).
Makanan yang mengandung vitamin C umumnya adalah buah-buahan
dan sayuran. Buah yang mengandung vitamin C tidak selalu berwarna kuning,
misalnya pada jambu biji yang merupakan buah dengan kandungan vitamin C
paling tinggi yang dapat dikonsumsi (Hiskia, 1990).
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan,
terutama buah-buahan segar, karena itu vitamin C sering disebut Fresh Food
Vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin Cnya. Buah
jeruk, baik yang dibekukan maupun yang dikalengkan/ kemasan merupakan
sumber vitamin C tinggi. Salah satu minuman yang digunakan adalah sirup
ABC dengan berat 525 ml (Anonim, 2017).
III. Alat dan Bahan
A. Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain :
1. Buret 5. Kertas saring
2. Erlenmeyer 6. Corong
3. Gelas ukur 7. Pipet volume
4. Pipet tetes

B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain :
1. Minuman kemasan bervitamin (3 jenis)
2. Indikator Amilum 1 %
3. Larutan iodium 0,01 N

IV. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapkan sampel minuman kemasan sari sari buah. Bila sampel keruh atau
berupa suspense saring dengan menggunakan kertas saring. Pisahkan filtrat
yang bening.
2. Ambil 10 ml filtrate dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 125 ml,
tambahkan 2 ml indikator amilum dan tambahkan akuades 20 ml.
3. Titrasi dengan larutan standar iodium 0,01 sampai terbentuk warna biru.
Tirasi dilakukan secara duplo (2x).
4. Lakukan titrasi yang sama untuk filtrate yang dipanaskan.

V. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini, adalah sebagai berikut :

No Volume I2 yang digunakan dalam titrasi Volume


Sampel
. I II rata-rata
1. Sirup ABC
30,5 28,3 29 4
(jeruk)

VI. Pembahasan
Adapun pembahasan yang didapatkan dari praktikum di atas adalah
sebagai berikut :
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan
rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan Kristal
putih, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192oC. Senyawa ini bersifat
reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C mudah larut dalam air (1
gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 gram
larut 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin). Dan tidak larut dalam
benzene, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya (Khomsom, 2010).
Pada percobaan penentuan kadar vitamin C secara titrasi iodium
(Jacobs), sampel yang digunakan adalah sirup ABC rasa jeruk. Hal pertama
yang dilakukan adalah sampel disaring dengan menggunakan kertas saring,
kemudian filtrate yang telah disaring dan berwarna kuning jernih dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 ml indikator amilum 1% yang
bertujuan sebagai indikator penanda adanya titik akkhir pada titrasi.
Metode iodium paling banyak digunakan, karena murah, sederhana dan
tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai
iodium sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum
sebagai indikatornya (Day dan Underwood, 1981).
Menurut Sastrohamidjojo (2005), amilum akan bereaksi dengan larutan
iodi dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru yang
akan terlihat pada konsentrasi iodi yang sangat rendah. Reaksi yang terjadi
antara amilum dengan larutan I2 adalah :
Selanjutnya ditambahkan 20 ml akuades lalu lakukan titrasi dengan
larutan standar I2 0,01 N. Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam
Erlenmeyer berubah warna dari warna kuning jernih menjadi warna biru. Warna
biru yang dihasilkan merupakan reaksi antara larutan iodin dengan amilum
menjadi iod-amilum yang menandakan bahwa proses filtrasi telah mencapai
titik akhir.
Menurut Hiskia (1990), pada proses titrasi, setelah semua vitamin C
beraksi dengan larutan iodi, maka kelebihan iodium akan dideteksi oleh amilum
yang menjadikan larutan berwarna biru. Reaksi vitamin C dengan iodium
adalah sebagai berikut :

C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2I- + 2H+


Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali (duplo) dan diperoleh hasil tidak
terjadi perubahan warna sampel dari warna orange jernih menjadi warna biru,
baik pada titrasi pertama yaitu 30,5 ml maupun titrasi kedua yaitu 28,3 dengan
volume rata-rata yaitu 29,4 ml.
Menurut Mulyono (2005), salah satu faktor penyebab kesalahan pada
titrasi iodium (Jacobs) adalah penggunaan indikator amilum yang terjadi ruusak
atau sudah dalam keadaan tidak segar. Menurut Mulyono (2005), menambahkan
bahwa indikator amilum mudah terurai oleh bakteri, sehingga untuk membuat
larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau
penambahan suatu pengawet.
Menurut Harjadi (1986), analisis asam askorbat (vitamin C) dapat
dilakukan dengan metode lain, contohnya analisis dengan cyclic voltrametri
(cv). Keuntungan dari metode ini adalah analisis langsung dilakukan oleh alat
instrumen sehingga lebih praktis dan kemungkinan kesalahan dapat
diminimalisir.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum kali ini, maka dapat
disimpulkan bahwa penentuan kadar vitamin C pada sampel sirup ABC dengan
menggunakan metode iodium (Jacobs) didapatkan hasil pada titrasi pertama
yaitu 30,5 ml, sedangkan pada titrasi kedua yaitu 28,3 dan didapatkan volume
rata-ratanya yaitu 29,4 ml. Pada titrasi pertama dan kedua tidak terjadi
perubahan warna dari warna orange jaernih menjadi warna biru, sehingga hasil
tersebut dapat dikatakan tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan.

VIII. Catatan Khusus dari Praktikan


Praktikan mengharapkan agar penyediaan alat dan bahan dalam
laboratorium lebih lengkap lagi dan dalam keadaan yang tidak rusak sehingga
praktikan dapat menggunakannya dan juga agar tidak mempengaruhi hasil pada
saat melakukan praktikum.

IX. Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Minuman Kemasan Bervitamin. (online).


http://www.scribd.com. Diakses tanggal 22 April 2017
Arbianto, Purwo. 1993.Biokimia Konsep-konsep Dasar. Kimia FMIPAITB :
Bandung.
Day, R. A dan A. L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke
empat. Penerbit Erlangga : Yogyakarta.
Girindra, A. 1993. Biokimia 1. Gramedia : Jakarta.
Godam. 2006. Pengertian dan Definisi Vitamin. (online).
http://kidshealth.org/kid/stay-healty/food/vitamin.html. Diakses
tanggal 22 April 2017.
Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia : Jakarta.
Hiskia, Achmad. 1990. Kimia Larutan. Jurusan Kimia Fakultas MIPA ITB :
Bandung.
Khomsam, Ali. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo
Persada : Yogyakarta.
Mulyono, HAM. 2005. Kamus Kimia. Bumi Aksara : Jakarta.
Safaryani, Murhayati, Sri Haryanti, dan Henda Dwi Hastuti. 2007. Pengaruh
Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Penurunan Kadar Vitamin C
Brokoli. Buletin Anatomi dan Fisiolog, vol.XV,No. 2 : Semarang.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. UGM Press : Yogyakarta.
Thenawijaya, Meiji. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga : Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia : Jakarta.

You might also like