You are on page 1of 8

A.

ACARA
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dengan metode iodimetri (secara langsung).

B. PRINSIP
Oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi menjadi ion iodida.

C. TUJUAN
Mengetahui kadar vitamin C dalam sample yang dianalisa.

D. DASAR TEORI
Vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk
dalam golongan karbohidrat, protein, maupun lemak, dan terdapat dalam jumlah
yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting peranannya bagi beberapa
fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup serta pertumbuhan.
Vitamin tidak memberikan kalori dan tidak ikut menyusun jaringan tubuh tetapi
memberikan fungsi yang spesifik dalam tubuh.
Vitamin tersebut umumnya dapat dikelompokan ke dalam 2 golongan utama yaitu
vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi A, D, E, K dan vitamin yang larut
dalam air yang terdiri dari vitamin C dan B.
Vitamin larut lemak
o Vitamin A
Vitamin A (retinol) terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega
dan krim. Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung
karoten (misalnya beta karoten), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh
menjadi vitamin A.

o Vitamin D
Vitamin D dapat disintesis dalam tubuh manusia dan hewan, diaktifkan oleh sinar
matahari dan diangkut ke berbagai bagian tubuh untuk dimanfaatkan dan atau
disimpan dalam hati.
o Vitamin E
Vitamin E (-tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh
terhadap kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai radikal bebas.

o Vitamin K
Vitamin K adalah nama generik untuk beberapa bahan yang diperlukan dalam
pembekuan darah yang normal.

Vitamin larut air


o Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 diperlukan dalam sejumlah reaksi yang melibatkan enzim, termasuk
pelepasan energi dari gula. Sumber dari vitamin B1 adalah ragi, daging babi,
tanaman polong, dan gandum.

o Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B2 sangat penting dalam berbagai proses yang terjadi di dalam sel,
terutama yang menghasilkan energi dan metabolisme asam amino, sumber
makanan yang mengandung vitamin B2 adalah produk-produk olahan susu, daging,
ikan, dan unggas.

o Vitamin B3 (Niasin)
Niasin penting untuk metabolisme berbagai bahan dalam tubuh, bersifat tahan
panas, asam, alkali, oksidasi, vitamin ini banyak ditemukan dalam banyak bahan
makanan.

o Vitamin B5 (Asam pantotenat atau Vilantae)


Vitamin ini merupakan blok pembangun koenzim A yang sangat diperlukan untuk
metabolisme, banyak terdapat dalam tumbuhan hijau dan mikroorganisme kecuali
hewan tingkat tinggi.
o Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin ini diperlukan sebagai katalisator pada reaksi yang melibatkan asam amino
dalam sel darah, sel otak, dan sel kulit. Vitamin ini stabil terhadap panas dan asam.
Akan tetapi rusak dalam larutan alkali.

o Vitamin B7 (Biotin)
Adalah vitamin B yang diperlukan unutk metabolisme lemak dan karbohidrat,
biotin banyak ditemukan dalam berbagai makanan dan sumber yang mengandung
banyak biotin adalah hati, ginjal, pankreas, telur, susu, ikan, dan kacang-kacangan.

o Vitamin B9 (vitamin M atau vitamin N atau Asam folat atau folasin)


Fungsi asam folat (folasin) berkaitan dalam pembentukan salah satu komponen
DNA yang penting (timidin), asam folat sedikit larut dalam air, mudah dioksidasi
dalam larutan asam, peka terhadap sinar matahari.

o Vitamin B12 (Sinokobalalamin)


Vitamin B12 saling berkaitan dalam pembentukan sel darah merah dan dalam
pembentukan salah satu komponen DNA yang penting (timidin), vitamin ini tahan
terhadap panas, inaktif oleh cahaya, asam keras, dan larutan alkali.

o Vitamin C
Vitamin C banyak membantu dalam proses metabolisme energi, vitamin ini tidak
disimpan dalam tubuh, tetapi dikeluarkan dalam tubuh melalui urin dalam jumlah
kecil. Karena itulah, vitamin perlu dikonsumsi setiap hari umtuk mencegah
kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal.

Vitamin yang larut dalam lemak banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan
dan biji-bijian sumber minyak seperti kacang tanah, kacang kedelai, dan
sebagainya. Dan vitamin yang larut dalam air bergerak bebas dalam tubuh, darah,
limpa. Karena sifatnya yang larut dalam air, vitamin mudah rusak dalam
pengolahan dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh air sehingga keluar
dari bahan.
Vitamin mempunyai sifat fisis maupun kimiawi yang spesifik, maka cara
analisanya juga spesifik. Ada beberapa cara analisa vitamin yaitu cara kimiawi,
cara biologis maupun cara mikrobiologis.

E. ALAT DAN BAHAN


Alat
o Spatula
o Beaker glass 250 mL
o Neraca analitik
o Labu ukur 100 mL
o Corong gelas
o Batang pengaduk
o Pipet tetes
o Botol semprot
o Pipet ukur 10 mL
o Erlenmeyer 250 mL
o Gelas ukur 25 mL
o Buret coklat 25 mL
Bahan
o Sampel (ale-ale)
o Aquadest
o Amilum 1%
o Larutan I2 0,01 N

F. PROSEDUR
Menimbang 10 g sampel
Memasukkan ke dalam labu ukur dan mengencerkannya dengan aquadest sampai
tanda batas.
Memipet 10 mL filtrat kemudian memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Menambahkan 2 mL larutan amilum 1% dan bila perlu menambahkan 20 mL
aquadest.
Menitrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai larutan berwarna biru.
G. DATA PENGAMATAN
Standardisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3
No g KIO3 mL Na2S2O3 N Na2S2O3
1 0,1008 28,8 0,0981
Perhitungan :
Konsentrasi Na2S2O3
=
=
=
= 0,0981 N Na2S2O3

Standardisasi larutan I2
V1N1 = V2N2
2,5 x 0,0981 = 25 x N2
N = 0,0098 N
mL iod 0,01 N = 0,86 mg Vitamin C
mg asam askorbat =
= 0,98 x 0,88
= 0,8624 mg
Titrasi vitamin C (volume 100 mL)
No g Sampel mL I2 N I2 Fp % vit. C
1 10,0327 0,15 0,0098 10 12,9%
2 10,0327 0,1 0,0098 10 8,6%
Titrasi 1
% Vitamin C =
= 12,9 %

Titrasi 2
% Vitamin C =
= 8,6%
Titrasi vitamin C (volume 50 mL)
No g Sampel mL I2 N I2 Fp % vit. C
1 10,1243 0,2 0,0098 5 0,52
2 10,1243 0,2 0,0098 5 0,52
Titrasi 1
% Vitamin C =
= 0,52 %

H. PEMBAHASAN
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung) Penentuan ini dilakukan
dengan menggunakan larutan I2 0,01 N yang telah distandardisasi sebagai titrant.
Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman kemasan yang banyak
dijual di pasaran dengan merk dagang Ale-ale. Dalam kemasan minuman
disebutkan bahwa dalam minuman tersebut mengandung vitamin C.
Vitamin C atau asam askorabat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
molekul C6H8O6. Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, Vitamin C memiliki titik
cair 190-192oC, bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol
yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam
pelarut organic yang pada umumnya dapat melarutkan lemak.
Hal yang pertama kali dilakukan dalam analisa kuantitatif vitamin C adalah
standardisasi larutan I2 0,01 N proses ini dilakukan dengan menggunakan larutan
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3), larutan natrium tiosulfat juga sebelumnya telah
distandardisasi dengan menggunakan KIO3 sebagai baku primer. Berdasarkan hasil
praktikum dan perhitungan diketahui bahwa konsentrasi larutan I2 adalah 0,0098
N.
Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator. Seperti
yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh
I2 menjadi I-.
penentuan kadar vitamin C dengan metode titarsi iodimetri ini didasarkan pada
prinsip tereduksinya analat oleh I2 menjadi ion I-.
ARed + I2 Aoks + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang
merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya
tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada
penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.

Proses pengujian untuk sample ale-ale dilakukan dengan 2 kali pengenceran yaitu
100 mL dan 50 mL, dan masing-masing pengenceran dilakukan 2 kali pengujian
(duplo) sehingga saat praktikum dilakukan 4 kali titrasi, masing-masing 2 untuk
setiap pengenceran.
Hal tersebut dilakukan karena pada pengujian pertama dengan pengenceran 100 mL
volume I2 yang diperlukan sangat kecil, sehingga diperkirakan dengan jumlah
pengenceran yang tidak terlalu banyak, maka volume titrasi juga akan sedilit
bertambah.
Untuk sample dengan pengenceran 100 mL berat sample yang berhasil ditimbang
adalah 10,0327 g, sample ditimbang langsung dalam labu ukur dan diencerkan
dengan menggunakan aquadest sampai tanda batas.
Setelah sample ditimbang, selanjutnya sample dipipet sebanyak 10 mL dan
dimasukan dalam erlenmeyer, kemudian ditmabahkan amilum 1% sebagai
indikator, dan 20 mL aquadest, setelah itu dititrasi dengan menggunakan I2 0,01 N.
Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi
biru, warna biru yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa
proses titrasi telah mencapai titik akhir, indikator yang dipergunakan dalam analisa
vitamin C dengan metode iodimetri adalah larutan amilum. Berdasarkan hasil
praktikum dan perhitungan kadar vitamin C pada pengenceran 100 mL adalah 8,6%
dan 12,9%. Hasil tersebut tidak dapat dirata-ratakan karena selisih dari kedua nilai
tersebut cukup jauh.
Sedangkan pada proses titrasi pada pengenceran 50 mL, juga dilakukan 2 kali
(duplo) dan titik akhir juga ditandai dengan warna biru, berdasarkan hasil
praktikum dan perhitungan maka dapat diketahui bahwa kadar vitamin C dalam
sample pada pengenceran 50 mL adalah 8,52%.
Proses titrasi pada pengenceran 50 mL hasilnya sangat presisi dan akurasi, hal ini
dikarenakan volume titrant pada percobaan pertama dan yang kedua sama-sama
menghabiskan titrant sebanyak 2 mL.
Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil titrasi dari pengenceran
100 mL yaitu 8,6% dan dari pengenceran 50 mL yaitu 8,52%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil perhitungan kadar vitamin C 12,9% terjadi kesalahan, hal
tersebut dapat disebabkan karena terlewatnya titik akhir sehingga volume titrasi
meningkat, dapat pula disebabkan karena iod merupakan oksidator lemah sehingga
tidak dapat bereaksi terlalu sempurna.
Untuk menghindari hal tersebut, maka sering dibuat kondisi yang menggeser
kesetimbangan ke arah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH dan
menambahkan bahan pengkompleksan. Akan tetapi hal tersebut tidak dilakukan
saat praktikum.

I. KESIMPULAN
Pengujian kadar vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode
iodimetri, yaitu oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi menjadi ion iodida.
Pengujian dilakukan 2 kali dengan volume pengenceran 100 dan 50 mL, dan
masing-masing pengenceran dilakukan 2 kali pengujian (duplo).
Berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan, maka dapat diketahui bahwa pada
pengenceran 100 mL kadar dari vitamin C dalam sample adalah 8,6% dan 12,9%.
Sedangkan pada pengenceran 50 mL adalah 8,52%.
Dan untuk hasil akhir, nilai kadar vitamin C dalam minuman kemasan adalah pada
pengenceran 100 mL yaitu 8,6% dan pada pengenceran 50 mL yaitu 8,52%, hal ini
dikarenakan selisih dari ke 2 nilai tersebut tidak terlalu besar.
J. DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

http://nenyrahmawati.blogspot.co.id/2012/01/analisa-kadar-vitamin-c-dengan.html

You might also like