Professional Documents
Culture Documents
ACARA I
PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH
Oleh:
Destomi Nurlian
NIM A1L013153
Rombongan 2
A. Latar Belakang
kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus
selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga
sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk menjaga kualitas benih
tersebut, maka peranan pengujian kemurnian benih menjadi sangat penting dan
harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih
Pengujian benih, salah satunya adalah pengujian mutu fisik benih. Pengujian
mutu fisik benih dapat dilakukan melalui analisis kemurnian benih. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan sampel yang mewakili lot benih yang kemudian
dipisahkan antara kotoran dan benih tanaman lain untuk dihitung persentasenya
dan dapat dihitung persentase kemurnian benihnya. Benih murni merupakan salah
satu komponen dalam pengujian benih sangat penting dalam menghasilkan benih
yang berkualitas tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji
diambil dari fraksi benih murni. Benih murni yang merupakan salah satu
komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih yang
berkualitas tinggi.
Pengujian mutu benih, yang meliputi pengujian mutu fisik, genetis dan
2
fisiologis,merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan.
tolak ukur yang berbeda-beda. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih
dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan
pengujian benih.
Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi
benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya
identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada
dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoron (ISTA). Istilah
kualitas benih yang ditafsirkan secara umum adalah harus mewakili penampilan
standard minimum sebagai dasar dari klasifikasi atau penuntun pengukuran untuk
3
B. Tujuan
membedakan benih murni, biji tanaman lain, kotoran benih dan menghitung
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
benih/ serasah, atau beih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya kemurnian
tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung persentase dari ketiga
komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yangmewakili
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan.
Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yang
persentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin
diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran. Jika hasil dari
sample untuk pengujian kadar air dan viabilitas benih dapat diambilkan dari
dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil,
mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pecahan
benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan
5
dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang
oleh interaksi sifat genetik komoditas yang diusahakan dan kondisi agroekologik
lahan dan pengusahaannya. Karena sangat sulit menganalisis semua faktor yang
diantaranya yang dianalisis. Bagi produsen benih, tujuan teknik agronomis dalam
memproduksi benih adalah menghasilkan benih dengan mutu dan jumlah yang
produksi benih yang digunakan, yang pada dasarnya merupakan produk penelitian
dan pengembangan atau pengalaman produsen benih atau petani dari komoditas
contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Namun
benih akan tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin
penggunaan benih yang benar-benar murni, bersih dan tidak tercampur dengan
komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata
lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai
spesies benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. Untuk
6
analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu
benih murni, benih spesies lain, benih gulma dan bahan lain atau kotoran
(Kartasapoetra, 1986).
memelihara kemurnian dan multi benih dari varietas unggul agar dapat
1. Pengujian Lapang
2. Pengujian di Laboratorium
benih.
7
III. METODE PRAKTIKUM
Soedirman.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meja pemurnian, pinset,
petridish, timbangan listrik. Bahan yang digunakan adalah benih padi (20 gram).
C. Prosedur Kerja
2. Bahan yang disiapkan berupa campuran antara benih murni, benih varietas
lain dan kotoran benih dan kemudian bahan ditimbang sebagai bobot awal.
3. Contoh benih di periksa di atas meja pemurnian dan dipisahkan antara benih
ditimbang bobotnya.
benih varietas lain, dan kotoran benih. Presentasi benih murni adalah (100% -
8
6. Hasil perhitungan dimasukan ke dalam tabel.
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
10
B. Pembahasan
benih/serasah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya kemurnian
tanaman lain, dan kotoran benih yangselanjutnya dihitung presentase dari ketiga
komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yangmewakili
dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain,
dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen
benih tersebut. Benih murni adalah segala macam biji-bijian dan merupakan
jenis/spesies yang sedang diuji. Termasuk dalam kategori benih masak dan utuh,
benih yang berukuran kecil, mengkerut dan tidak masak, benih yang telah
berkecambah sebelum diuji, pecahan atau potongan benih yang berukuran lebih
dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan
benih itu termasuk ke dalam spesies yang dimaksud biji yang terserang penyakit
dan bentuknya masih dapat dikenali. Kotoran benih adalah benih dan bagian dari
benih serta bahan/material lain yang ukuran bagian dari benih yang ikut terbawa
dalam contoh. Dalam hal ini termasuk benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat
bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga, pecahan benih tidak seperti ukuran
11
normal, cangkang benih, kulit benih, sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting,
berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-
bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih. Pengujian
kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang
didasarkan pada berat komponen pengujian. Benih murni yang merupakan salah
satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih
Kemurnian benih ditentukan oleh jumlah material yang tidak diinginkan hadir
dalam benih murni. Kontaminan seperti biji gulma berbahaya, biji tanaman yang
tidak diinginkan atau bahan lembam tidak hanya meningkatkan biaya produksi,
tetapi juga secara substansial mengurangi kualitas dan kuantitas panen. Dengan
komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata
lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai
12
species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. Untuk
analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu
benih murni, benih species lain, benih gulma dan bahan lain atau kotoran. Dengan
murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.
adanya pengujian kemurnian benih sehingga kita bisa menanam suatu varietas
tertentu dengan baik tanpa adanya kekhawatiran tercampur dengan varietas lain,
dan juga dengan adanya pengujian kemurnian benih maka dapat diperoleh benih
murni yang baik dan berkualitas sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
a. Menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji
b. Identitas dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat
dalam contoh.
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan,
produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah untuk memelihara kemurnian dan
mutu dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.
13
Sertifikasi benih merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian.
Program sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara kemurnian dan multi benih
dari varietas unggul agar dapat menyediakan secara kontinu kepada petani.
Sertifikasi sangat berhubungan dengan kemurnian benih karena benih yang lolos
tersebut sudah terpenuhi maka benih tersebut akan keluar sertifikatnya dan sudah
boleh diedarkan dipasaran. Tanpa adanya pengujian kemurnian benih maka benih
tersebut tidak akan mendapat serifikat, karena antara sertifikasi dan uji kemurnian
pemerintah yang bertugas dalam segala halyang terkait sertifikasi benih yang di
Segala macam aspek perijinan sertifikasi benih harus melalui lembaga BPSB.
produsen dengan beberapa syarat. Hal yang harus disertakan dalam perijinanini
adalah varietas benih yang akan diproduksi, luas areal lahan peta lahan, sejarah
14
lahan, tanggal tanam serta tanggal semai. Permohonan ini setidaknya
2. Pemeriksaan lapang
a. Pemeriksaan Pendahuuan
BPSB untuk mengetahui lokasi dari pertanaman yang akan menjadi calon
yang melebihi syarat ketentuan, maka tidak dinyatakan lolos menjadi benih
bersertifikat.
yaitu untuk memeriksa adanya CVL atau tidak. Apabila terdapat CVL,
tanaman di lahan apakah sudah siap dipanen atau belum. Apabila sudah
15
mecapai masak fisiologis maka tanaman apat dipanen. Pemeriksaan ini juga
diikuti dengan pemeriksaan alat yang akan digunakan untuk panen guna
3. Pemeriksaan Laboratorium
panen. Pemeriksaan laboratorium mencakup uji genetis, uji fisiologis dan uji
fisis. Apabila calon benih memenuhi persyaratan, maka dapat dinyatakan lulus.
4. Pengawasan Penjualan
harus menjual benih sesuai dengan auran yang ada. Produsen harus
menyertakan label sertifikat setiap 5kg benih. Produsen juga tidak boleh
memberikan sanksi.
kemurnian ini dilakukan dengan cara memilih benih murni dari kotoran-kotoran
yang lainnya baik itu kotoran benih maupun varietas yang lainnya, dalam
pelaksanaanya dilakukan pemilihan satu persatu benih-benih yang ada diatas meja
ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram. Pengujian
16
benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh
pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil
Hal ini sudah sesuai dengan yang dipraktikumkan yaitu memisahkan benih
ini dilakukan dengan cara memilih benih murni dari kotoran-kotoran yang lainnya
baik itu kotoran benih maupun varietas yang lainnya, dalam pelaksanaanya
dilakukan pemilihan satu persatu benih-benih yang ada diatas meja pemurnian
dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, varietas lain dan
dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram. Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan didapatkan data yaitu bobot awal dalam pengujian
pemurnian benih adalah 21,215 gram. Berat komponen dari benih murni, varietas
lain dan kotoran benih secara berturut-turut adalah 11,43 gram, 6,77 gram, 3,015
14,211%.
17
Menurut Kamil (1979) bahwa daya kecambah benih yang baik untuk
kecambah benih dibawah 80% maka benih tersebut tidak layak dipergunakan
sebagai bahan perbanyakan tanaman. Benih yang baik digunakan sebagai bahan
perbanyakan tanaman maksimal memiliki kotoran benih lain 2%, kotoran benih
2%, benih rerumputan 1% dan kemurnian benih minimal 90%. Daya kecambah
18
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
1. Kemurnian benih adalah persentase berat benih murni yang terdapat dalam
suatu contoh kerja benih / contoh benih. Untuk mengetahui kemurnian suatu
2. Benih murni meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui
lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama. Kotoran atau benda mati
merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa
benih padi varietas lain (VL) sebesar 6,77 gram dan berat kotoran benih (KB)
sebesar 3,015 gram serta berat benih murni adalah 11,43 gram. Sedangkan
presentase benih murni (BM) 53,876%, varietas lain (VL) 31.911% dan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih.
Rajawali. Jakarta.
Setyastuti, P. 2004. Kajian Suhu Ruang Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 11 No. 1,2004: 22-3.
20
LAMPIRAN
21