You are on page 1of 14

ACARA V

IDENTIFIKASI PERIFITON

Oleh :

Kelompok 2:

Nama anggota
Asisten :

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2015
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah perairan merupakan kawasan yang sangat penting untuk berbagai

keperluan dan aktifitas dalam bidang perikanan, pariwisata, industri dan sebagainya.

Suatu perairan laut dapat dikatakan kaya akan sumberdaya perairan jika perairan

tersebut memiliki kesuburan yang tinggi yang dapat dilihat dari nilai produktifitas

perairannya (Aryawati, 2011). Produktivitas perairan yaitu, kemampuan suatu perairan

menghasilkan bahan organik dalam suatu runtutan rantai makanan yang saling

berhubungan dalam jaring-jaring makanan. Salah satu organisme yang hidup di

ekosistem perairan tawar adalah perifiton. Perifiton merupakan salah satu organisme

produsen penting yang berperan terhadap produktivitas primer perairan umum

khususnya perairan sungai dan rawa (Fatah, 2011 dalam Marini, 2013).

Perifiton merupakan produser anorganik primer yang menduduki tempat utama

dalam pembentukan makanan di perairan sehingga komunitas ini sangat berperan

penting dalam kelangsungan hidup biota perairan. Selain dimanfaatkan sebagai pakan

alami, perifi ton juga dapat dijadikan sebagai bioindikator perairan. Secara alami

perifiton bersifat tetap dan menempel pada akar tumbuhan, bebatuan, kayu, dan benda-

benda dalam air lainnya sehingga memiliki kecenderungan lebih banyak menerima

polutan dari area tersebut dibandingkan dengan hidrobiota yang lain. Perifiton tumbuh

atau menempel pada substrat, tetapi tidak melakukan penetrasi ke dalam substrat

tersebut (Weitzel, R. L., 1979 dalam Marini, 2013) Organisme yang terdapat pada air

yang telah tercemar berbeda dengan yang terdapat pada air yang belum tercemar

(Georgudaki, J.H, 2003 dalam Marini, 2013).


1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui nilai kepadatan dan kelimpahan

perifiton yang terdapat pada perairan kolam.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kolam

Kolam merupakan sakah satu bentuk peraian menggenang (lentik) yang di

dalamnya selalu terdapat komponen biotik dan komponen abiotic yang saling

berinteraksi mempengaruhi antara satu sama lainnya. Menurut Odum (1970), kolam

merupakan daerah perairan yang terkecil dimana zona litoralnya relative besar

sedangkan zona limnetic dan zona profundalnya lebih kecil atau tidak ada. Kolam

berdasarkan cahaya dibedakan menjadi tiga zona yaitu, zona fotik, zona kompensasi dan

zona afotik. Zona fotik adalah daerah dimana cahaya dapat menembusnya dan

merupakan daerah fotosintesis. Zona kompensasi merupakan daerah dimana laju

respirasi dan laju fotosintesis berjalan dengan seimbang, sedangkan zona afotik adalah

daerah dimana cahaya matahari tidak dapat mencapainya dan proses fotosintesis tidak

dapat terjadi (Koesbiono, 1991).

2.2. Organisme Perifiton

Perifiton atau aufwuchs (Suin, 1999) adalah organisme air yang tumbuh atau

hidup pada permukaan benda yang berada di dalam air seperti kayu, tumbuhan, batu dan

lain sebagainya. Organisme yang termasuk ke dalam perifiton diantaranya adalah

protozoa, algae, bakteri dan mikroorganisme lain yang hidupnya melekat. Dikemukakan

pula bahwa algae yang melekat pada batu-batuan dan makrofita air merupakan

makrokopis perifiton. Perifiton dikelompokkan menjadi :

a. Epifiton (perifiton yang hidupnya menempel pada tumbuhan)

b. Epizoon (perifiton yang hidupnya menempel pada hewan)

c. Epilithon (perifiton yang hidup menempel pada batu)

d. Epixilon (perifiton yang hidup pada tanaman yang mati)


Beberapa alga yang adalah anggota dari plankton, tetapi ditemukan di komunitas

perifiton yang sering terjebak di akar tanaman, seperti diatom sentris. Namun, diatom

sentris ditemukan dalam komunitas perifiton yang terjebak oleh jaringan yang terbentuk

dari akar tanaman (Inyang, 2014). Komunitas perifiton memainkan peran penting di

dalam perairan, tidak hanya sebagai penting produsen primer dan sumber energi untuk

trofik yang lebih tinggi tingkat, tetapi juga dengan mempengaruhi perputaran nutrisi dan

transfer nutrisi antara bentik dan zona pelagis (Saikia, 2011 dalam Saikia, 2013).

Perifiton merupakan organisme yang dapat digunakan sebagai bio-indikator pencemaran

air karena ada beberapa jenis perifiton yang sangat sensitive dan toleran terhadap

pencemaran bahan organic. Wardoyo (1982), dalam Widyowati (2004), menyatakan

bahwa kesuburan perairan ditentukan oleh kemampuan perairan tersebut untuk

menghasilkan bahan organik dan bahan anorganik. Salah satu caranya yaitu dengan

mengukur kelimpahan plankton.


III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi Praktikum

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam sampling perifiton adalah :

Tabel 1. Alat Praktikum


No. Nama Alat Merk Fungsi
Untuk melihat
1. Mikroskop Olympus sample perifiton
dengan perbesaran
Tempat sample
2. Botol Sampel -
perifiton
Meneteskan air
3. Pipet Tetes -
sampel
Membantu
4. Micro Glass - pengamatan
dengan mikroskop
Untuk mengambil
5. Kamera Xiaomi
gambar
Membantu
6. Cover Glass - pengamatan
dengan mikroskop
Menyikat substrat
7. Sikat Gigi Formula untuk melepaskan
perifiton
8. Kalkulator Casio Perhitungan
Mengukur volume
9. Gelas Ukur Pyrex (biomassa)
perifiton
Membantu
10. Buku Identifikasi - Identifikasi
perifiton
Mencatat hasil
11. Alat Tulis Sinar Dunia
praktikum
3.1.2.Bahan

Bahan yang digunakan adalah sampel perifiton adalah :

Tabel 2. Bahan Praktikum


No. Nama Bahan Merk Fungsi
1. Air Sampel - Merendam spesimen
Mengawetkan
2. Formalin -
spesimen
Sampel Batu
Sebagai substrat
3. Sampel Batang -
perlekatan perifiton
Sampel Tanaman
Sampel yang akan
4. Perifiton -
diamati

3.2. Metode Praktikum

3.2.1. Pengambilan Sample Perifiton

Sampel perifiton diambil dengan cara mengambil substrat (tumbuhan, ranting

kayu, dan batu) dengan metode brush sampler (Georgudaki, J.H, 2003 dalam Marini

2013). Batu yang telah diduga banyak mengandung perifiton akan diukur volumenya.

Perhitungan volume batu adalah dengan menyiapakan gelas ukur yang telah diisi air

terlebih dahulu 100 mL lalu dimasukan sampel batu tersebut dan lihat penambahan

volumenya, sesuai rumus :

W = Wt Wo

Keterangan :
W = Biomassa (mg)
Wt = Berat basah media pada awal (mg)
Wo = Berat basah media pada akhir (mg)

3.2.2.Perhitungan Kepadatan Perifiton


Kepadatan =

Keterangan :
K = Kepadatan perifiton (ind/ cm2)
N = Jumlah perifiton yang diamati
As = Luas substrat yang dikerik untuk perhitungan perifiton (25 cm2)
At = Luas penampang permukaan cover glass (324 mm2)
Ac = Luas amatan (1.11279 mm2)
Vt = Volume botol sampel (30 mL)
Vs = Volume sample dalam preparat (3 tetes) (0,15 mL)

3.2.3.Perhitungan Kelimpahan Perifiton

1 1 1 1
=
2 2

Kelimpahan = N x F

Keterangan :
N = Jumlah plankton rataan pada setiap preparat
Q1 = Luas gelas penutup (324 mm2)
Q2 = Luas lapang pandang (1.11279 mm2)
V1 = Volume air dalam botol penampung (25 mL)
V2 = Volume air di bawah gelas penutup (3 tetes) (0,15 mL)
P = Jumlah lapang pandang
W = Biomassa (mL)

3.3. Analisis Data

Data perifiton yang diperoleh ditabulasikan secara singkat dan jelas dibandingkan

dan dijelaskan data perifiton antar perlakuan.

3.4. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 16 Mei 2017. Pengambilan sampel

dilakukan di kolam. Pengamatan sampel dilakukan di Laboratorium Manajemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Jenderal Soedirman.
IV. PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Kolam

05.00 11.00 17.00


D
D D
Kelo O Kedal DO DO
p Su O p Su Kecer O p Su Kecer
mpok a aman ter ter
H hu gel H hu ahan gel H hu ahan
w (cm) ang ang
ap ap
al
6 6
1 3 7 28 56 3,2 3,6 , 30 51 1,6 0,8 , 30 -
5 5
6
1, 1,5
2 7 26 77 2 , 28 1,6 1,8 7 28 -
72 2
5
6 6
2, 3,8 1,9
3 7 26 64 1,6 2,4 , 26 45 , 28 -
27 7 4
5 5
6 6
28 29
4 2 7 64,6 1,6 1,4 , 30 0,4 0,2 , -
,3 ,3
5 5
6 6
2, 2.3 0.7
5 7 26 30 1.8 , 29 30 1,4 , 28 -
1 6 2
5 5
6 6
1, 23 1,0 27 1,0 1,7
6 7 65,67 0,2 , 63,3 , 27 -
4 ,5 6 ,3 2 6
5 5

Tabel 2. Keragaman, Dominansi, dan Kemerataan Perifiton Kolam

Stasiun Keragaman Dominansi Kemerataan


1 1,928 0,036 0,877
2 1,504 0,235 1,933
3 1,933 0,134 2,026
4 1,449 0,303 1,715
5 2,246 0,99 2,082
6 1,826 0,198 1,914
4.2 Pembahasan

Hasil identifikasi perifiton yang ditemukan di perairan Kolam diperoleh total 11


jenis perifiton yang terdiri dari kelompok Bacillariophyta, Chlorophyta, Xanthophyta.
Menurut Chindah et. al. (2006) pola struktur komunitas Bacillariophyceae,
Chlorophyceae, Euglenophyceae dan Chianophyceae cenderung umum ditemukan pada
sistem air tawar dengan kategori gangguan terbatas. Jenis jenis perifiton yang
ditemukan pada stasiun 2 antara lain Microcystis sp , Microspora sp Surirella sp
Oscillatoria sp dan Phormidium, Stasiun 5 merupakan satsiun yang paling bnyak
ditemukan perifiton hasl ini mugnkin dipengaruhi adanya unsur hara yang cukup pada
kolam khsuusnya stasiun 5 sehingga perifiton tumbuh optimal pada stasiun tersebut.

Welch (1980) mengemukakan bahwa keberadaan perifiton Bacillariophyceae


sering mendominasi dan kelimpahannya sangat besar kecuali pada perairan yang
berlumpur. Komposisi perifiton yang ada di perairan kolam pengamatan sangat
dipengaruhi oleh kualitas kimiawi perairan dan keberadaan unsur hara, terutama yang
dapat menunjang pertumbuhan perifiton, seperti nitrat dan pospat.

Kualitas perairan kolam, seperti ditunjukkan Tabel 1, secara umum dapat


mendukung kehidupan biota akuatik, khususnya perifiton. Konsentrasi DO secara
umum berkisar antara 3,00 3,60 mg/L. Menurut Evenson et al. (2008) konsentrasi
oksigen terlarut dalam 100% saturasi di perairan tawar alami berkisar antara 7,56 mg/L
pada suhu 30 0C dan 14,62 mg/L pada suhu 00C. Sementara pH perairan secara umum
berkisar antara 7,83 8,94 dengan rata-rata 8,40. Kondisi ini masih dalam kisaran pH
perairan alami dan kondisi ideal bagi biota akuatik (pH = 7 8,5; Effendi, 2003).
Menurut Wetzel (1979) kondisi pH dapat menentukan dominasi fitoplankton, seperti
alga biru tumbuh optimal pada pH netral cenderung basa dan kurang baik
pertumbuhannya pada pH asam (pH < 6), sedangkan kelompok chrysophyta pada
umumnya berkembang optimal pada kisaran pH 4,5 8,5, dan secara umum pH netral
dapat mendukung keanekaragaman jenis diatom.

Suhu berperan sebagai pengatur proses metabolisme dan fungsi fisiologis


organisme, sehingga suhu berperan terhadap percepatan atau perlambatan pertumbuhan
dan reproduksi alga. Dari Tabel 1 terlihat bahwa secara umum suhu perairan kolam
berkisar antara 26 30 oC. Berbanding dengan stasiun 5 dimana paling banyak
ditemukan perifiton memiliki kisaran suhu sebesar 26-29 oC. Menurut Welch (1980)
kondisi tersebut masih dalam kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan kelompok
diatom (20 30 oC) dan kelompok Chlorophyta (30 35 oC).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman perifiton yang ditemukan di perairan


kolam pengamatan berkisar antara 0,218-0,310 dengan rata rata indeks keanekaragaman
0,214. Indeks keanekaragaman pada stasiun 1 sebesar 1,928 menurut klasifikasi Wilhm
& Doris (1968) dikategorikan dalam keanekaragaman rendah (<1), yaitu penyebaran
tiap jenis perifiton yang ditemukan dan kestabilan komunitas dalam kondisi sedang,
sehingga komunitas perifiton yang ada memiliki kecenderungan mudah berubah (labil).
Nilai keragaman tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 2,246 dibuktikan dengan
jumlah spesies yang ditemukan mencapai 17 spesies.

Nilai indeks keseragaman yang diperoleh sebesar 1,933berdasarkan kategori


Odum (1971) termasuk tinggi (nilai indeks mendekati 1), menunjukkan perifiton yang
ditemukan pada setiap lokasi sampling relatif mirip, tidak ada spesies yang
mendominasi dalam perairan tersebut. Sedangkan nilai keseragaman tertinggi pada
stasiun 5 sebesar 2,082 yang artinya pada stasiun ini jenis jenis yang ditemukan
beragaman dan tidak adanya dominansi salah satu spesies.

Hasil perhitungan indeks dominansi diperoleh indeks dengan kisaran 0,036.


Menurut Odum (1971) nilai indeks dominansi yang cenderung kecil menunjukkan
tidak ada jenis perifiton dominan yang ditemukan di perairan kolam, dan kondisi
struktur komunitas yang ditemukan cenderung stabil. Stasiun merupakan stasiun
dengan nilai dominansi terendah dibanding stasiun lainnya. Kelimpahan perifiton secara
umum menunjukkan terjadi penyebaran yang merata. Hal ini bisa memberikan
indikasi tidak adanya dominansi jenis pada stasiun pengamatan.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perifiton yang ditemukan dari perairan kolam pengamatan sebanyak 11 jenis


perifiton yang terdiri dari kelompok Bacillariophyta, Chlorophyta dan Xanthophyta.
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman termasuk sedang, sementara indeks
keseragaman termasuk tinggi dan cenderung tidak ada jenis yang dominan. Kondisi ini
dipengaruhi oleh kualitas air itu sendiri, dimana memiliki cukup unsur hara bagi
pertumbuhan perifiton.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut akan unsur hara yang terdapat pada
peraiarn kolam tersebut yang mempengaruhi pertumbuhan perifito dan memdukung
produktivitas perairan kolam.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal 1992. Diatom Perifiton pada Subtrat Buatan di Sungai Cimahi Jawa Barat.
Hasil Tesis tidak dipublikasikan, Program Pasca Sarjana Institut
Teknologi Bandung.
APHA 1995. Standard methods for the examination of water and wastewater. 19th
Edition. American Public Health Association/ American Water Work
Association/Water Environment Federation Washington. Dc. USA:
1100 pp.
Bellinger EG, Sigee DC. 2009. Freshwater Algae, Wiley-Blackwell, 271 pp. Biggs
BJF,
Kilroy C, 2000. Stream Periphyton Monitoring Manual. The New Zealan Ministry
For The Environment. NIWA, Christchuch. 226 pp. Bojsen, BH;
Jacobsen, D. 2003. Effects of deforestation on macroinvertebrate
diversity and assemblage structure in Ecuadorian Amazon streams.
Archiv fur Hydrobiologie. Vol 158, no. 3, pp. 317-342.
Boyd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing. Auburn
University Agricultural Experiment Station. Alabama, USA. 359 p.
Brower JE, Zar JH, Von Ende C N. 1990. Field and Laboratory Methods For
General Ecology. Third Edition. Wm. C. Brown Publisher. USA. P
22 33. Cascallar, L; Mastranduono, P; Mosto, P; Rheinfeld, M;
Santiago, J; Tsoukalis, C;
Wallace, S. 2003. Periphytic algae as bioindicators of nitrogen inputs in lakes.
Journal of Phycology. Vol. 39, no. 1, pp. 7-8.
Chindah, A.C., Braide, S.A. Obianefo, F. And Obunwo, C.C. (2006), Water quality
and periphyton community of a stream system receiving municipal
waste discharges in Rivers State, Niger Delta, Nigeria. Estud. Bio,
28(4), 73-89.
Davis ML, Cornwell DA. 1991. Introduction to Environmental Engineering.
Second edition. Mc Graw Hill, Inc., New York. 822 p. Eaton, Andrew
D, Clesceri, Lenore S, Rice, Eugene W, Greenburg, Arnold E,
Franson,
Mary Ann H. 1995. Standard methods for the examination of water and wastewater
(19th Edition), Baltimore, Maryland: American Public Health
Association, 1325 p.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 258 p.
Evenson Mark, Gervino Nick, Bruce Henningsgaard, Hafiz Munir, Mike Trojan,
Jim Ziegler 2008. Dissolved Oxygen TMDL Protocols and Submittal
Requirements, Minnesota Pollution Control Agency. 115 p.
Finlay, JC; Khandwala, S; Power, ME. 2002. Spatial scales of carbon flow in a river
food web. Ecology. Vol. 83, no. 7, pp. 1845-1859. Goldman CR,
Horne AJ. 1983. Limnology. Mc Graw Hill International Book
Company. New York. 464 p. Johnson, L.R. & Merritt, R. (2011). Phylum
Xanthophyta (Tribophyta) (Yellowgreen algae). Order Vaucheriales.
In: The freshwater algal flora of the British Isles. An identification
guide to freshwater and terrestrial algae. Second edition. (John, D.M.,
Whitton, B.A. & Brook, A.J. Eds), pp. 336-345. Cambridge:
Cambridge University Press.
Jorgensen SE. 1980. Lake Management Water Development, Supply and
Management, Developments in Hydrobiology. Vol. 14. Pergamon
Press. Oxford. UK.
Krebs, C. J. 1989. Ecologycal Methodology. Harper Collins Publisher, Inc. New
York. P 57-367.
Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W. B. Sounder Co.
Philadelphia. 574p.
Sen Bulet, Mehmet Tahir Alp, Feray Sonmes, Mehmet Ali Turan Kocer and Osgur
Canpolat. 2013. Relationship of Algae to Water Pollution and Waste
Water Treatment. Intech. an open access chapter distributed under the
terms of the Creative Commons Attribution License
(http://creativecommons.org/ licenses/by/3.0). 20 pp. Ter Braak CJF,
Verdonschot PFM. 1995. Canonical Correspondence Analysis and Related
Multivariate Methods in Aquatic Ecology, Aquatic Science 57 (3):
255-288.
Welch EB. 1980. Ecological effect of wastesater. Cambridge University Press. New
York. 337p.
Wetzel RL. 1979. Periphyton measurements and applications. Pages 3-33 in R. L.
Wetzel (editor). Methods and measurements of periphyton com-
munities: a review. ASTM STP 690. American Society for Testing
and Pennsylvania. Materials, hiladelphia, Wilhm JL, Doris TC. 1968.
Biological parameters for water quality criteria. BioScience 18:477-
481.

You might also like