You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang
progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan
gangguan mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-
fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Sebagian
besar demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia
adalah suatu penyakit yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan
merupakan bagian normal dari proses penuaan
peningkatan jumlah kasus pada kelompok usia yang lebih muda (sekitar 40 -
50 tahun).
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh
seorang ahli psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia
mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami
gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat
tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak
koordinasi dan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak mengalami atropi
yang difus dan simetris, dan secara mikroskopis tampak bagian kortikal otak
mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.
Hal-hal yang dianggap dapat melindungi seseorang dari Alzheimer
adalah gen APO E2&3, pendidikan tinggi (aktivitas otak tinggi), pemakaian
Estrogen, dan penggunaan obat anti inflamasi. Meskipun penyebab belum
diketahui, namun gangguan mental demensia (kepikunan) ini telah dapat
ditatalaksana dengan baik melalui berbagai upaya.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Asuhan
Kebidanan Pada Pasien Alzheimer
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian Alzheimer
b. Mengetahui dan memahami Penyebab Alzheimer
c. Mengetahui dan memahami Tanda dan Gejala Alzheimer
d. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari alzheimer.
e. Bagaimana penatalaksanaan medis dari alzheimer.

1.3 Manfaat
a. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang diagnosa
Alzheimer
b. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang tindakan yang
dilakukan pada pasien Alzheimer
c. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa asuhan kebidanan pada
pasien Alzheimer

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan
gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan
kemampuan untuk merawat diri.( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan,
pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan
meningkatkan kemandirian penderita.(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun.
Alzheimer merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang
mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual,
penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumuen terjadi pada
orang tertentu pada usia 40 tahun.
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang
progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan
gangguan mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-
fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku.

2.2 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab


yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,
infeksi flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit
Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan
otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam
amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel
tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan

3
calcium intraseluler, kegagalan metabolism energy, adanya formasi radikal
bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyebab degenerasi neuron kolinergik pada penyakit Alzheimer tidak
diketahui. Sampai sekarang belum satupun penyebab penyakit ini diketahui,
tetapi ada tiga faktor utama mengenai penyebabnya, yaitu:
a. Virus lambat
Merupakan teori yang paling populer (meskipun belum terbukti)
adalah yang berkaitan dengan virus lambat. Virus-virus ini mempunyai
masa inkubasi 2-30 tahun sehingga transmisinya sulit dibuktikan.
Beberapa jenis tertentu dari ensefalopati viral ditandai oleh perubahan
patologis yang menyerupai plak senilis pada penyakit alzheimer.
b. Proses autoimun
Teori autoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar
antibodi-antibodi reaktif terhadap otak pada penderita penyakit alzheimer.
Ada dua tipe amigaloid (suatu kempleks protein dengan ciri seperti pati
yang diproduksi dan dideposit pada keadaan-keadaan patologis tertentu),
yang satu kompos isinya terdiri atas rantai-rantai IgG dan lainnya tidak
diketahui. Teori ini menyatakab bahwa kompleks antigen-antibodi
dikatabolisir oleh fagosit dan fragmen-fragmen imunoglobulin
dihancurkan didalam lisosom, sehingga terbentuk deposit amigaliod
ekstraseluler.
c. Keracunan aluminium
Teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium
bersifat neurotoksik, maka dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar
pada otak. Deposit aluminium telah diidentifikasi pada beberapa klien
dengan penyakit alzheimer, tetapi beberapa perubahan patologis yang
meyerupai penyakit ini berbeda dengan yang terlihat pada keracunan
aluminium. Kebanyakan penyelidik menyakini dengan alasan utama
aluminium merupakan logam yang terbanyak dalam kerak bumi dan
sistem pencernaan manusia tidak dapat mencernanya.
Predisposisi genetik juga ikut berperan dalam perkembangan
penyakit alzheimer. Diperkirakan 10-30% klien alzheimer mengalami tipe
yang diwariskan dan dinyatakan sebagai penyakit alzheimer
familiar(FAD).
Dipihak lain, benzodiazepin dibuktikan mengganggu fungsi
kognitif selain memiliki efek anti-ansietas, mungkin melalui reseptor
GABA yang menghambat pelepas muatan neuron-neuron kolinergik di

4
nukleus basalis. Terdapat bukti-bukti awal bahwa obat yang menghambat
reseptor GABA memperbaiki ingatan.

2.3 Tanda Dan Gejala


Gejala Alzheimer Berdasarkan National Alzheimer s Association
(2003), dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun)
- Lebih sering binggung dan melupakan informasi yang baru dipelajari.
- Diorintasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik.
- Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin.
- Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian misalnya
mudah tersinggung,mudah menuduh ada yang mengambil barangnya
bahkan menuduh pasangannya tidak setia lagi/selingkuh.
b. Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun)
- Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup sehari hari seperti makan
dan mandi.
- Perubahan tingkah laku misalnya : sedih dan emosi.
- Mengalami gangguan tidur.
- Keluyuran.
- Kesulitan mengenali keluarga dan teman(pertama-tama yang akan sulit
untuk dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya,
mulai dari nama, hingga tidak mengenali wajah sama sekali. Kemudian
bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui).
c. Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun)
- Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
- Kehilangan napsu makan, menurunya berat badan.
- Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh.
- Perubahan perilaku misalnya : Mudah curiga, depresi, apatis atau
mudah mengamuk

2.4 Komplikasi

5
a. Faktor Genetik
b. Faktor infeksi
c. Faktor lingkungan
d. Faktor imunologis
e. Faktor trauma
f. Faktor neurotransmiter

2.5 Terapi
a. Neuropatologi
Diagnosa definitive tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris
sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr)
b. Pemeriksaan neuropsikologis
Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi
pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungis konginitif umum dan mengetahui secara rinci pola deficit
yang terjadi. Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang
ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti
gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan
pengertian berbahasa.
c. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang berevolusi tinggi untuk melihat
kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer
antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain Alzheimer seperti
multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran
vertikel keduannya merupakan gambaran marker dominan yang sangat
spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada
demensia lainnya seperti multiinfark, Parkinson, binswanger sehingga kita
sukar untuk membedakan denagn penyakit Alzheimer. Penipisan

6
substansia alba serebri dan pembesaran vertikel berkorelasi dengan
beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental.
d. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang
pada penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada
lobus frontalis yang non spesifik.
e. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,
metabolisme 02, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat
menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan
kelainan fungsi kognisi dan selalu dan sesuai dengan hasil observasi
penelitian neuropatologi.
f. SPECT (Single Photon Emission Computet Tomography)
Aktivitas I.123 terendah pada refio parieral penderita Alzheimer. Kelainan
ini berkorelasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif.
Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
g. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita
Alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan
penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12,
Calcium, Posfort, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi
sifilis, screening antibody yang dilakukan secara selektif.
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena
penyebab dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan
suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang
menguntungkan.

1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk
pengobatan simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer

7
didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar
asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral
seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini
dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian
berlangsung. Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti
kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual pada organ normal
dan penderita Alzheimer.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2
ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan
neuronal pada nucleus basalis. Pemberian thiamin hidrochloryda dengan
dosis 3gr/hari selama tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan bermakna
terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang.
Tetapi pemberian 4000mg pada penderita Alzheimer tidak menunjukan
perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang
merupakan noradrenergik alpha 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal
1,2 mg peroral selama 4 mgg, didapatkan hasil yang kurang memuaskan
untuk memperbaiki fungsi kognitif.
5. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari
selama 4 mgg akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer
menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depressant
(aminitryptiline25-100 mg/hari).
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrate endogen yang disintesa didalam mitokondria
dengan bantuan enzim ALC transferace. Penelitian ini menunjukan bahwa
ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin
asetiltransferase.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengumpulan Data


S : SUBYEKTIF
Identitas :
Nama : Ny H
Umur : 27 Th
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Pie

Penanggung Jawab :
Nama suami : Tn R
Umur : 30 Th
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Desa Pie

3.2 Anamnesa
1. Data Subjektif ( Data Yang diperoleh dari pasien )
- Pasien sering mengalami masalah dalam mengingat detail dalam
pekerjaan
- Pasien Ia menjadi semakin keras kepala dan bahkan bersikap kasar
secara verbal dan fisik terhadap orang lain ketika ia merasa terganggu

9
- Pasien juga kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya
seperti mandi dan berpakain

2. Obyektif
Pemeriksaan umum :
- TTV TD : 100/70 mmhg
Pols : 80x/ menit
RR : 24x/ menit
Temp : 38 0c
- Pada pemeriksaan neurologis menunjukkanbahwa ia mengalami
disorientasi terhadap tempat dan waktu
- Ia mengalami kesulitan dalam tes ingatan sederhana, gagal mengingat
salah satu dari enam objek yang diperlihatkan padanya sepuluh menit
sebelumnya, tidak dapat mengingat nama orang tua atau saudara
kandungnya
- Dari hasil pemeriksaan neurologis tersebut pasien didiagnosa
menderita demensia tipe Alzheimer
- Bicaranya tidak jelas dan penuh dengan frase yang tidak berarti

3. Assasment
Ny. H Diagnosa Alzheimer

4. Perencanaan
- Perkenalkan namanya
- Buat jadwal kegiatan
- Pajang foto keluarga, teman, dan rumah
- Lakukan latihan memori yang sederhana
- Kaji orientasi pasien
- Panggil pasien dengan namanya
- Pemberi perwatan sebaiknya orang yang sama
- Lakukan pekerjaan yang mudah secara rutin
- Kaji derajat gangguan kemampuan atau kompetensi, munculnya
tingkah laku yang impulsif.
- Hilangkan atau minimalkan sumber bahaya dalam lingkungan.
- Alihkan perhatian pasien keitka berperilaku berbahaya
- Kenakan pakaian sesuai lingkungan fisik atau kebutuhan individu
- Lakukan pemantauan terhadap efek samping obat

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran
dan kecerdasanseseorang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran fungsi
intelektual dan emosionalsecara progresif dan perlahan sehingga mengganggu
kegiatan sosial sehari-hari. Menurut dr.Samino, SpS (K), Ketua Umum
Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), alzheimer timbulakibat terjadinya
proses degenerasi sel-sel neuron otak di area temporo-parietal dan
frontalis.Demensia Alzheimer juga merupakan penyakit pembunuh otak
karena mematikan fungsi sel-sel otak. Penyebab yang pasti belum diketahui.
Beberapa alternatif penyebab yang telahdihipotesa adalah intoksikasi logam,
gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusiudara/industri, trauma,
neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer.Dasar
kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerahspesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif dengan penurunan dayaingat secara progresif.
Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri,
merekasulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Cara
pencegahan penyakit alzheimer yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup
sehat misalnya berolahraga rutin, tidakmerokok dan tidak mengonsumsi
alkohol, mengonsumsi sayur dan buah segar karena inimengandung
antioksidan yang berfungsi mengikat radikal bebas yang akan
mampu merusaksel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental dengan tetap aktif
membaca dan memperkaya diridengan berbagai pengetahuan juga merupakan
salah satu bentuk pencegahan penyakitalzheimer.

11
4.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa kebidanan agar
dapat mengerti,memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit alzheimer
yang pada akhirnya mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi
menekan angka insidensi penyakit alzheimer ini.Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi tentang halyang terkait
dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih dalam
lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2002. Asuhan Keprawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi. 2002. Keperawatan Gerontik & Geriatik. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta : Sagung Seto

13

You might also like