You are on page 1of 8

ACARA 3

PENGUKURAN KADAR KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI/BOD (Biochemical Oxygen


Demand) DALAM PERAIRAN

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar KOB/BOD dalam air.
2. Hari/Tanggal : 08 Juni 2016
3. Tempat : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi tergantung dari
jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh
air minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan
baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada
pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang
pada air sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada
permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda
ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda pula (Mukono, 2006
: 11).

Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan
fotosintesis yang menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan dari akan
larut di dalam air. Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air
melalui proses difusi yang secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi
oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri,
kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah
larutan limbah yang terlarut di dalam air, selain itu suhu air dan tekanan udara juga
dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air dikarenakan
tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air (Mulia,
2005 : 15).
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya
sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh
mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga
menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari
itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam
air organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut
di dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri
penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan
daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri
susu, industri keju dan mentega), bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan
limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan lain sebagainya
(Susilawaty, 2011 : 34).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Botol Winkler 250 ml
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Gelas ukur 100 ml
d. Statif dan Klem
e. Biuret
f. Pipet tetes

2. Bahan
a. Na2S2O3 0,025 N
b. H2SO4 pekat
c. Indicator amilum
d. Aquades

D. Cara kerja
Tanpa pengenceran
1. Siapkan 2 buah botol winkler 250 ml kemudian masing-masing diisi sampel air hingga
penuh. Botol oksigen langsung diukur oksigen terlarutnya sebagai DO (lihat
pengukuran DO), botol diinkubasi selama 5 hari sebagai BOD5. Pengukuran oksigen
terlarut seperti pada pengukuran DO melalui dengan Na2S2O3 0,025 N.
2. Botol diinkubasi dalam BOD incubator selama 5 hari pada 200C.
3. Setelah 5 hari segera diukur oksigen terlarutnya sebagai DO5.
4. Hitung kadar BOD dengan rumus berikut:
BOD = DO0 DO5
E. Hasil Pengamatan
NO. LOKASI DO0 DO5 BOD
1. Gunung Sari 25,2 44,8 -19,6

F. Analisis data
Perhitungan
Diketahui : Volume titran DO0 = 6,3 ml
Volume titran DO5 = 5,6 ml
N Na2S2O3 hari pertama = 0,025 x 2= 0,05 N
N Na2S2O3 hari kelima = 0,05 x 2 = 0,1 N
Ditanya : BOD = . ?
Dijawab : BOD = DO5-DO0
Na2S2O3 X 8 X 1000
DO0 = 100
6,3 0,05 8 1000
= 100
2520
= 100

= 25,2 mgO2/l
Na2S2O3 X 8 X 1000
DO5 = 100
5,6 0,1 8 1000
= 100
4480
= 100

= 44,8 mgO2/l
Jadi, nilai BOD = DO0-DO5
= 44,8 25,2
= - 19,6 mgO2/l

G. Pembahasan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis
(KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-
proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air sedangkan angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat
organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan
tingkat pencemaran air lingkungan sedangkan nilai DO yang biasanya diukur dalam
bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu
badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki
kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut telah tercemar. Jika BOD suatu air tinggi maka dissolved oxygen (DO)
menurun karena oksigen yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri.
Perlakuan awal pada percobaan ini yaitu sampel air yang telah diambil pada
hari pertama diukur oksigen terlarutnya (DO) pada percobaan sebelumnya telah
dilakukan dengan diperolehnya nilai DO sebesar 25,2. Sisa sampel air diinkubasi
selama 5 hari dengan suhu 20oC untuk pengujian DO hari ke-5, botol sampel harus
ditutup dengan tutup botol agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat
mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel. Dalam prakteknya dilaboratoriurn,
biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu
persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian
dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total
(SAWYER & MC CARTY, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat
mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi.
Sebagaiman diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi
menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD.
Untuk menentukan BOD, terlebih dahulu diukur DO nya (DO 0 hari),
sementara sampel yang lainnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20C, selanjutnya
setelah 5 hari diukur DO nya (DO 5 hari). Sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari
diberikan tambahan larutan 1 ml MnSO4 dalam botol yang berisi sampel. Penambahan
MnSO4 ini berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan
teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Selanjutnya menambahkan larutan alkali-iodida-
azida dengan cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet ke dalam larutan agar
tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan ini sangat
beracun. Penambahan pereaksi alkali-iodida-azida ini berfungsi sebagai katalisator
karena zat organik sangat sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan beberapa saat
hingga terbentuk endapan cokelat. Setelah terbentuk endapan cokelat, larutan
kemudian dipindahkan kedalam gelas kimia kemudian menambahkan larutan asam
sulfat pekat (H2SO4) yang berfungsi untuk melarutkan endapan.
Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan menitrasi larutan dengan
menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) pada larutan cokelat kekuningan kemudian
menambahkan indikator amilum (kanji) hingga berwarna hijau tua. Indikator kanji ini
berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada pada larutan alkali-
iodida-azida karena warna ungu kehitaman kompleks patiiod berperan sebagai uji
kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam dari pada
dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Kemudian titrasi
dilanjutkan hingga warna ungu kehitaman itu hilang. Berdasarkan analisis data yang
didapatkan nilai DO0 sebesar 25,2 dan nilai DO5 sebesar 44,8. Sedangkan nilai BOD
yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan
menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi.sehingga
didapatkan nilai BOD sebesar 19,6 mgO2/l tidak ada sesuai dengan parameter BOD
karena nilai terendah adalah 0 dimana nilai 0 saja tingkat pencemaran paling rendah.
Nilai negatif yang didapatkan ini kemungkinan disebabkan karena penggunaan
konsentrasi Na2S2O3 pada penentuan DO0 tidak sama dengan pada saat penentuan
DO5, dimana pada penentuan DO5 konsentrasi Na2S2O3 yang digunakan adalah 0,1
N sedangkan pada saat penentuan DO0 konsentrasi Na2S2O3 yang digunakan adalah
0,05 N. Perbedaan penggunaan konsentrasi ini sangat berpengaruh karena akan
menyebabkan nilai yang dihasilkan sangat jauh perbedaannya. Jika tidak adanya
kesalaha pada saat penentuan DO5 menggunakan konsentrasi Na2S2O3 sama dengan
penentuan DO0 sebesar 50,4 maka nilai BOD yang akan diperoleh sekitar 5,6 mgO2/l.
Nilai BOD 5,6 mgO2/l ini jika berdasarkan nilai parameter BOD yang diperoleh
menandakan pada sampel air sungai memiliki tingkat pencemaran yang rendah.
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen
yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi
aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi.
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaranair buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang
digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik
yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang
ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara
luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi
air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu,
hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini
penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya
berkisar 9 ppm pads suhu 20C

H. Kesimpulan
1. Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB)
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air sedangkan angka BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)
hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
dalam air.
2. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang
bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah
tercemar.
3. Jika BOD suatu air tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen yang
terlarut tersebut digunakan oleh bakteri.
4. Analisis data yang didapatkan BOD untuk tingkat pencemaran perairan rendah
dimana hasil yang didapatkan pada analisis data adalah 5,6 mgO2/l yang sesuai
dengan parameter BOD tingkat pencemaran rendah 0-10. Hal ini penting diperhatikan
mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pads suhu
20C.
DAFTAR PUSTAKA

Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mukono. H. J. 2006 Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University


Press.

Susilawaty, Andi, dkk. 2011. Panduan Praktikum Kesehatan Lingkungan. Makassar:


Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
LAMPIRAN
1. Sampel air + 1 ml MnSO4 + 1 ml KOH-KI

(endapan berwarna cokelat)

2. Sampel + 1 ml H2SO4

(cokelat kekuningan dengan endapan larut)

3. Sampel + 3-5 tetes indikator amilum

(hijau tua)

4. Sampel dititrasi dengan Na2S3O3 0,05 N

(warna hijau tua hilang dan larutan menjadi putih jernih)

You might also like