You are on page 1of 6

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN

I. Konsep Kebutuhan rasa aman nyaman


A. Defenisi kebutuhan rasa aman dan nyaman.
1. Keamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram. Kebutuhan akan keselamatan atau
keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik.
Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang
mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau
hanya imajinasi (mis, penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya). Dalam
konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan
memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan
memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan
akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. Kebutuhan
keamanan terdiri dari:
a. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan di rumah adalah sistem pemanasan yang
tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai
sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
b. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien. Jika
kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi
dengan lambat.
c. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.

2. Kenyamanan
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup
empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang
mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya
gejala dan tanda pada pasien.
B. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang di maksud adalah nosiceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,
hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat merubah zat kimiawi
seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang
dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
C. Faktor yang mempengaruhi perubahan rasa aman nyaman
a. Usia dan Perkembangan
b. Gaya Hidup
c. Mobilitas dan Status Kesehatan
d. Perubahan Sensori-Persepsi
e. Kesadaran Kognitif
f. Status Emosi
g. Kemampuan Komunikasi
h. Kesadaran terhadap Keamanan
i. Faktor Lingkungan
D. Macam - macam nyeri
Nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot.
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam
beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.

II. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan kebutuhan aman nyaman


A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Keamanan
Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal
yang memberi kontribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan
pelayanan kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap
keamanan klien dan lingkungan
a. Kenyamanan
P (Paliatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri
Q (Qualitatif) : Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat
R (Regio) : Daerah perjalan nyeri
S (Severe ) : Keparahan atau intensitas nyeri
T (Time ) : Lama waktu serangan atau frequensi nyeri
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
b. Perilaku : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi
c. Expresi wajah
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
b. Laboratorium
c. EEG
d. USG
e. ECG
f. Rontgen
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1: Nyeri
1. Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan
2. Batasan karakteristik :
a. Laporan secara verbal atau non verbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
d. Gerakan melindungi
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)

3. Faktor yang berhubungan :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
C. Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri

NOC :

Pain Level
Pain control
Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

NIC :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
R: untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Obsevasi tanda-tanda vital
R : untuk mengetahui keadaan umum pasien
3. Lakukan manajemen nyeri keperawatan : atur posisi fisiologis
R : Akan meningkatkan oksigen ke jaringan yang mengalami peradangan
4. Istirahatkan klien
R: istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan suplai
darah pada jaringan yang mengalami peradangan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R : analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
D. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
merespon rangsangan nyeri diantaranya:
S : Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0-1 (0-10)
O : Pasien terlihat tidak meringis kesakitan, tanda-tanda vital sign pasien
normal
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

You might also like