Professional Documents
Culture Documents
Amalan yang Bisa Dilakukan Wanita Haid Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil)
tidak boleh menyentuh mushaf seluruhnya ataupun hanya
sebagian. Inilah pendapat para ulama empat madzhab.
Islam tidaklah melarang umatnya untuk beribadah, selama Dalil dari hal ini adalah firman Allah Taala,
tidak melanggar aturan. Karena setiap manusia dituntut
untuk menjalankan ibadah selama hayat masih dikandung
badan. Allah menegaskan dalam firman-Nya,
Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan (QS. Al Waqiah: 79)
Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu
Al-Yaqin. (QS. Al-Hijr: 99) Dalil lainnya adalah sabda Nabi alaihish shalaatu was
salaam,
Para ulama tafsir sepakat bahwa makna Al-Yaqin pada
ayat di atas adalah kematian.
Tak terkecuali wanita haid. Islam tidaklah melarang Tidak boleh menyentuh Al Quran kecuali engkau dalam
mereka untuk melakukan semua ibadah. Sekalipun kondisi keadaan suci. (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya,
datang bulan, membatasi ruang gerak mereka untuk beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
melakukan amalan ibadah. Wanita haid masih bisa
melakukan amalan ibadah, selain amalan yang dilarang Kelima, Itikaf
dalam syariat, diantaranya;
Pendapat yang berbeda dalam hal ini adalah madzhab
Zahiriyah.
Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula
puasa? Itulah kekurangan agama si wanita.(Muttafaqun
alaih, HR. Bukhari no. 1951 dan Muslim no. 79) Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat
mayoritas ulama bahwa wanita haid tidak boleh melakukan
Itikaf. Dalilnya, firman Allah,
Kedua, puasa
Sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu
Said radhiyallahu anhu di atas.
Keenam, hubungan intim
Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang Allah Taala berfirman,
berhaji selain dari melakukan thawaf di Kabah hingga
engkau suci. (HR. Bukhari no. 305 dan Muslim no. 1211)
Keempat, menyentuh mushaf Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
(hubungan intim dengan) wanita di waktu haid. (QS. Al
Baqarah: 222).
Selain enam jenis ibadah di atas, masih banyak amalan Berkata Syeikh Al-Albany:
ibadah yang bisa dilakukan wanita haid. Diantaranya,
1. Membaca Al-Quran tanpa menyentuh lembaran
mushaf. InsyaaAllah, ini pendapat yang lebih kuat.
2. Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten
Al-Qurannya. Karena benda semacam ini tidak
dihukumi Al-Quran. Sehingga, bagi wanita haid yang
ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Quran,
sementara dia tidak memiliki hafalan, bisa
Hadist ini menunjukkan bolehnya wanita yang haid
menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet
membaca Al-Quran, karena membaca Al-Quran termasuk
atau semacamnya.
amalan yang paling utama dalam ibadah haji, dan nabi
3. Berdzikir dan berdoa. Baik yang terkait waktu tertentu,
shallallahu alaihi wa sallam telah membolehkan bagi
misalnya doa setelah adzan, doa seusai makan, doa
Aisyah semua amalan kecuali thawaf dan shalat, dan
memakai baju atau doa hendak masuk WC, dll.
seandainya haram baginya membaca Al-Quran tentunya
4. Membaca dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti
akan beliau terangkan sebagaimana beliau menerangkan
memperbanyak tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha
hukum shalat (ketika haid), bahkan hukum membaca Al-
illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya.
Quran (ketika haid) lebih berhak untuk diterangkan karena
Ulama sepakat wanita haid atau orang junub boleh
tidak adanya nash dan ijma yang mengharamkan,
membaca dzikir. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no.
berbeda dengan hukum shalat (ketika haid). Kalau
25881)
beliau shallallahu alaihi wa sallam melarang Aisyah dari
5. Belajar ilmu agama, seperti membaca membaca buku-
shalat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum
buku islam. Sekalipun di sana ada kutipan ayat Al-
membaca Al-Quran (ketika haid) ini menunjukkan bahwa
Quran, namun para ulama sepakat itu tidak dihukumi
membaca Al-Quran ketika haid diperbolehkan, karena
sebagaimana Al-Quran, sehingga boleh disentuh.
mengakhirkan keterangan ketika diperlukan tidak
6. Mendengarkan ceramah, bacaan Al-Quran atau
diperbolehkan, sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu
semacamnya.
ushul fiqh, dan ini jelas tidak samar lagi, walhamdu lillah.
7. Bersedekah, infak, atau amal sosial keagamaan
(Hajjatun Nabi hal:69).
lainnya.
8. Menyampaikan kajian, sekalipun harus mengutip ayat
Al-Quran. Karena dalam kondisi ini, dia sedang Namun jika orang yang berhadats kecil dan wanita haid
berdalil dan bukan membaca Al-Quran. ingin membaca Al-Quran maka dilarang menyentuh
mushhaf atau bagian dari mushhaf, dan ini adalah
Dan masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa menjadi pendapat empat madzhab, Hanafiyyah (Al-
sumber pahala bagi wanita haid. Karena itu, tidak ada Mabsuth 3/152), Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil hal: 17-
alasan untuk bersedih atau tidak terima dengan kondisi 18), Syafiiyyah (Al-Majmu 2/67), Hanabilah (Al-
haid yang dia alami. Mughny 1/137).
2. Hukum Wanita Haid Membaca Al-Quran Mereka berdalil dengan firman Allah taalaa:
)79: (
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah wanita
yang haid boleh membaca Al-Quran atau tidak? Dan yang
kuat wallahu alam- diperbolehkan bagi wanita yang Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.
sedang haid untuk membaca Al-Quran karena tidak
adanya dalil yang shahih yang melarang.
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan mushaf yang kita dilarang menyentuhnya adalah
Bahkan dalil menunjukkan bahwa wanita yang haid boleh termasuk kulitnya/sampulnya karena dia masih menempel.
membaca Al-Quran, diantaranya sabda Adapun memegang mushhaf dengan sesuatu yang tidak
Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam kepada menempel dengan mushhaf (seperti kaos tangan dan yang
Aisyah radhiyallahu anha yang akan melakukan umrah sejenisnya) maka diperbolehkan.
akan tetapi datang haid:
Berkata Syeikh Bin Baz:
Kemudian berhajilah, dan lakukan apa yang dilakukan
oleh orang yang berhaji kecuali thawaf dan shalat.(HR.Al-
Bukhary dan Muslim, dari Jabir bin Abdillah)
Boleh bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al- Namun sekali lagi, tidak boleh bagi orang yang berhadats
Quran menurut pendapat yang lebih shahih dari 2 kecil menyentuh mushaf secara langsung.
pendapat ulama, karena tidak ada dalil yang melarang,
namun tidak boleh menyentuh mushhaf, dan boleh
memegangnya dengan penghalang seperti kain yang 3. Bolehkah Memotong Kuku ketika Junub?
bersih atau selainnya, dan boleh juga memegang kertas Diantara keyakinan yang tersebar di masyarakat, bahwa
yang ada tulisan Al-Quran (dengan menggunakan orang junub tidak boleh potong kuku, gunting rambut, atau
penghalang) ketika diperlukan (Fatawa Syeikh Bin Baz mengeluarkan darah, atau kegiatan apapun yang
24/344). menyebabkan sebagian badannya terpisah. Karena
semua anggota badannya akan dikembalikan di akhirat,
Ketiga: dan kembali dalam kondisi junub. kemudian semua
Yang lebih utama adalah membaca Al-Quran dalam anggota badan itu akan menuntut untuk dimandikan.
keadaan suci, dan boleh membacanya dalam keadaan
tidak suci karena hadats kecil. Keyakinan semacam ini tidak hanya tersebar di Indonesia,
tapi menyebar di tengah kaum muslimin di berbagai
Dan ini adalah kesepakatan para ulama. penjuru dunia. Terkait keyakinan ini, ketua lembaga fatwa
al-Azhar Mesir masa silam, Syaikh Athiyah Shaqr, telah
membantah keyakinan ini dalam kitabnya Ahsanul Kalam fi
Berkata Imam An-Nawawy: al-Fatwa wa al-Ahkam. Beliau menegaskan,
Kaum muslimin telah bersepakat atas bolehnya membaca Keyakinan semacam ini sama sekali tidak ada dalilnya,
Al-Quran untuk orang yang tidak suci karena hadats kecil, yang melarang orang untuk potong kuku atau rambut
dan yang lebih utama hendaknya dia berwudhu. (Al- ketika junub. Tidak pula ada dalil yang menyebutkan
Majmu, An-Nawawy 2/163). bahwa anggota badan yang terpisah akan menuntut
dimandikan pada hari kiamat.
Diantara dalil yang menunjukan bolehnya membaca Al-
Quran tanpa berwudhu adalah hadist Ibnu Abbas ketika Kemudian, Syaikh Athiyah menyebutkan beberapa alasan
beliau bermalam di rumah bibinya Maimunah radhiyallahu bahwa keyakinan ini justru bertentangan dengan dalil
anha (istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), beliau shahih. Diantaranya, sabda Nabi shallallahu alaihi wa
berkata: sallam tentang orang junub,
Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis, baik ketika
masih hidup maupun sudah mati.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidur sampai
ketika tiba tengah malam, atau sebelumnya atau
sesudahnya, beliau bangun kemudian duduk dan Kemudian, keterangan ulama tabiin, Atha bin Abi Rabah,
mengusap muka dengan tangan beliau supaya tidak
mengantuk, kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari
surat Ali Imran. (HR.Al-Bukhary)
Orang junub boleh bekam, memotong kuku, memotong
Di dalam hadist ini Rasulullah shallallahu alaihi wa rambut, meskipun belum berwudhu. (Shahih Bukhari,
sallam membaca Al-Quran setelah bangun tidur, sebelum 1/65).
beliau berwudhu.
Imam Al-Bukhary telah meletakkan hadist ini di beberapa
bab di dalam kitab beliau (Shahih Al-Bukhary) diantaranya Sumber: http://www.onislam.net/arabic/ask-the-
di bawah bab: scholar/8240/44100-2004-08-01%2017-37-04.html
Karena itu, tidak masalah memotong kuku, rambut, atau Kemudian perlu diketahui bahwa anggota badan yang
bagian tubuh manapun ketika junub. Lebih-lebih jika hanya wajib ditutupi ketika belum lepas, dia wajib ditutupi setelah
sebatas meludah. lepas.
4. Wanita Haid Dilarang Keramas? Sebagai contoh, rambut wanita. Sebelum lepas dari kepala
pemiliknya, termasuk aurat. Demikian pula setelah lepas
Kami tidak menjumpai satupun dalil yang melarang wanita dari pemiliknya. Karena itu, ketika rontok atau dipotong,
haid mandi keramas. Sementara kita tahu bahwa mandi harus dijauhkan dari pandangan lelaki yang bukan
keramas termasuk kebutuhan manusia. Andai ini dilarang mahram. Sebagaimana ketika belum dipotong. Harus
untuk dilakukan ketika haid, tentu Rasulullah shallallahu diperhatikan hal ini.
alaihi wa sallam akan melarangnya.
5. Rambut Rontok Wanita Termasuk Aurat? Bagian ini yang diperselisihkan ulama. Mayoritas ulama
melarang wanita haid duduk lama di masjid, meskipun
untuk kajian islam. Sementara sebagian ulama
membolehkan wanita masuk masjid. Diantara alasannya,
Dalil pertama: Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari,
bahwa di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallamada
seorang wanita berkulit hitam yang tinggal di masjid.
Sementara, tidak terdapat keterangan bahwa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan wanita ini
untuk meninggalkan masjid ketika masa haidnya tiba.