You are on page 1of 5

1.

Amalan yang Bisa Dilakukan Wanita Haid Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil)
tidak boleh menyentuh mushaf seluruhnya ataupun hanya
sebagian. Inilah pendapat para ulama empat madzhab.
Islam tidaklah melarang umatnya untuk beribadah, selama Dalil dari hal ini adalah firman Allah Taala,
tidak melanggar aturan. Karena setiap manusia dituntut
untuk menjalankan ibadah selama hayat masih dikandung
badan. Allah menegaskan dalam firman-Nya,


Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan (QS. Al Waqiah: 79)
Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu
Al-Yaqin. (QS. Al-Hijr: 99) Dalil lainnya adalah sabda Nabi alaihish shalaatu was
salaam,
Para ulama tafsir sepakat bahwa makna Al-Yaqin pada
ayat di atas adalah kematian.

Tak terkecuali wanita haid. Islam tidaklah melarang Tidak boleh menyentuh Al Quran kecuali engkau dalam
mereka untuk melakukan semua ibadah. Sekalipun kondisi keadaan suci. (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya,
datang bulan, membatasi ruang gerak mereka untuk beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
melakukan amalan ibadah. Wanita haid masih bisa
melakukan amalan ibadah, selain amalan yang dilarang Kelima, Itikaf
dalam syariat, diantaranya;

Inilah adalah pendapat mayoritas ulama dari madzhab


Pertama, shalat Maliki, Syafii, dan Hambali. Sementara madzhab Hanafi
menyatakan bahwa itikaf wanita haid tidak sah, karena
Dari Abu Said radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi mereka mempersyaratkan orang yang Itikaf harus dalam
wa sallam bersabda, keadaan puasa di siang harinya. Sementara wanita haid,
tidak boleh puasa.






Pendapat yang berbeda dalam hal ini adalah madzhab
Zahiriyah.
Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula
puasa? Itulah kekurangan agama si wanita.(Muttafaqun
alaih, HR. Bukhari no. 1951 dan Muslim no. 79) Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat
mayoritas ulama bahwa wanita haid tidak boleh melakukan
Itikaf. Dalilnya, firman Allah,
Kedua, puasa




Sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu

Said radhiyallahu anhu di atas.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat,


Ketiga, thawaf di kabah sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
Aisyah pernah mengalami haid ketika berhaji. Kemudian mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali
Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan panduan sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi(QS. An-Nisa:
kepadanya, 43).



Keenam, hubungan intim

Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang Allah Taala berfirman,
berhaji selain dari melakukan thawaf di Kabah hingga
engkau suci. (HR. Bukhari no. 305 dan Muslim no. 1211)

Keempat, menyentuh mushaf Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
(hubungan intim dengan) wanita di waktu haid. (QS. Al
Baqarah: 222).
Selain enam jenis ibadah di atas, masih banyak amalan Berkata Syeikh Al-Albany:
ibadah yang bisa dilakukan wanita haid. Diantaranya,

1. Membaca Al-Quran tanpa menyentuh lembaran
mushaf. InsyaaAllah, ini pendapat yang lebih kuat.
2. Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten
Al-Qurannya. Karena benda semacam ini tidak
dihukumi Al-Quran. Sehingga, bagi wanita haid yang
ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Quran,
sementara dia tidak memiliki hafalan, bisa
Hadist ini menunjukkan bolehnya wanita yang haid
menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet
membaca Al-Quran, karena membaca Al-Quran termasuk
atau semacamnya.
amalan yang paling utama dalam ibadah haji, dan nabi
3. Berdzikir dan berdoa. Baik yang terkait waktu tertentu,
shallallahu alaihi wa sallam telah membolehkan bagi
misalnya doa setelah adzan, doa seusai makan, doa
Aisyah semua amalan kecuali thawaf dan shalat, dan
memakai baju atau doa hendak masuk WC, dll.
seandainya haram baginya membaca Al-Quran tentunya
4. Membaca dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti
akan beliau terangkan sebagaimana beliau menerangkan
memperbanyak tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha
hukum shalat (ketika haid), bahkan hukum membaca Al-
illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya.
Quran (ketika haid) lebih berhak untuk diterangkan karena
Ulama sepakat wanita haid atau orang junub boleh
tidak adanya nash dan ijma yang mengharamkan,
membaca dzikir. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no.
berbeda dengan hukum shalat (ketika haid). Kalau
25881)
beliau shallallahu alaihi wa sallam melarang Aisyah dari
5. Belajar ilmu agama, seperti membaca membaca buku-
shalat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum
buku islam. Sekalipun di sana ada kutipan ayat Al-
membaca Al-Quran (ketika haid) ini menunjukkan bahwa
Quran, namun para ulama sepakat itu tidak dihukumi
membaca Al-Quran ketika haid diperbolehkan, karena
sebagaimana Al-Quran, sehingga boleh disentuh.
mengakhirkan keterangan ketika diperlukan tidak
6. Mendengarkan ceramah, bacaan Al-Quran atau
diperbolehkan, sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu
semacamnya.
ushul fiqh, dan ini jelas tidak samar lagi, walhamdu lillah.
7. Bersedekah, infak, atau amal sosial keagamaan
(Hajjatun Nabi hal:69).
lainnya.
8. Menyampaikan kajian, sekalipun harus mengutip ayat
Al-Quran. Karena dalam kondisi ini, dia sedang Namun jika orang yang berhadats kecil dan wanita haid
berdalil dan bukan membaca Al-Quran. ingin membaca Al-Quran maka dilarang menyentuh
mushhaf atau bagian dari mushhaf, dan ini adalah
Dan masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa menjadi pendapat empat madzhab, Hanafiyyah (Al-
sumber pahala bagi wanita haid. Karena itu, tidak ada Mabsuth 3/152), Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil hal: 17-
alasan untuk bersedih atau tidak terima dengan kondisi 18), Syafiiyyah (Al-Majmu 2/67), Hanabilah (Al-
haid yang dia alami. Mughny 1/137).

2. Hukum Wanita Haid Membaca Al-Quran Mereka berdalil dengan firman Allah taalaa:

)79: (

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah wanita
yang haid boleh membaca Al-Quran atau tidak? Dan yang
kuat wallahu alam- diperbolehkan bagi wanita yang Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.
sedang haid untuk membaca Al-Quran karena tidak
adanya dalil yang shahih yang melarang.
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan mushaf yang kita dilarang menyentuhnya adalah
Bahkan dalil menunjukkan bahwa wanita yang haid boleh termasuk kulitnya/sampulnya karena dia masih menempel.
membaca Al-Quran, diantaranya sabda Adapun memegang mushhaf dengan sesuatu yang tidak
Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam kepada menempel dengan mushhaf (seperti kaos tangan dan yang
Aisyah radhiyallahu anha yang akan melakukan umrah sejenisnya) maka diperbolehkan.
akan tetapi datang haid:
Berkata Syeikh Bin Baz:


Kemudian berhajilah, dan lakukan apa yang dilakukan
oleh orang yang berhaji kecuali thawaf dan shalat.(HR.Al-
Bukhary dan Muslim, dari Jabir bin Abdillah)
Boleh bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al- Namun sekali lagi, tidak boleh bagi orang yang berhadats
Quran menurut pendapat yang lebih shahih dari 2 kecil menyentuh mushaf secara langsung.
pendapat ulama, karena tidak ada dalil yang melarang,
namun tidak boleh menyentuh mushhaf, dan boleh
memegangnya dengan penghalang seperti kain yang 3. Bolehkah Memotong Kuku ketika Junub?
bersih atau selainnya, dan boleh juga memegang kertas Diantara keyakinan yang tersebar di masyarakat, bahwa
yang ada tulisan Al-Quran (dengan menggunakan orang junub tidak boleh potong kuku, gunting rambut, atau
penghalang) ketika diperlukan (Fatawa Syeikh Bin Baz mengeluarkan darah, atau kegiatan apapun yang
24/344). menyebabkan sebagian badannya terpisah. Karena
semua anggota badannya akan dikembalikan di akhirat,
Ketiga: dan kembali dalam kondisi junub. kemudian semua
Yang lebih utama adalah membaca Al-Quran dalam anggota badan itu akan menuntut untuk dimandikan.
keadaan suci, dan boleh membacanya dalam keadaan
tidak suci karena hadats kecil. Keyakinan semacam ini tidak hanya tersebar di Indonesia,
tapi menyebar di tengah kaum muslimin di berbagai
Dan ini adalah kesepakatan para ulama. penjuru dunia. Terkait keyakinan ini, ketua lembaga fatwa
al-Azhar Mesir masa silam, Syaikh Athiyah Shaqr, telah
membantah keyakinan ini dalam kitabnya Ahsanul Kalam fi
Berkata Imam An-Nawawy: al-Fatwa wa al-Ahkam. Beliau menegaskan,

Kaum muslimin telah bersepakat atas bolehnya membaca Keyakinan semacam ini sama sekali tidak ada dalilnya,
Al-Quran untuk orang yang tidak suci karena hadats kecil, yang melarang orang untuk potong kuku atau rambut
dan yang lebih utama hendaknya dia berwudhu. (Al- ketika junub. Tidak pula ada dalil yang menyebutkan
Majmu, An-Nawawy 2/163). bahwa anggota badan yang terpisah akan menuntut
dimandikan pada hari kiamat.
Diantara dalil yang menunjukan bolehnya membaca Al-
Quran tanpa berwudhu adalah hadist Ibnu Abbas ketika Kemudian, Syaikh Athiyah menyebutkan beberapa alasan
beliau bermalam di rumah bibinya Maimunah radhiyallahu bahwa keyakinan ini justru bertentangan dengan dalil
anha (istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), beliau shahih. Diantaranya, sabda Nabi shallallahu alaihi wa
berkata: sallam tentang orang junub,




Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis, baik ketika
masih hidup maupun sudah mati.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidur sampai
ketika tiba tengah malam, atau sebelumnya atau
sesudahnya, beliau bangun kemudian duduk dan Kemudian, keterangan ulama tabiin, Atha bin Abi Rabah,
mengusap muka dengan tangan beliau supaya tidak
mengantuk, kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari
surat Ali Imran. (HR.Al-Bukhary)
Orang junub boleh bekam, memotong kuku, memotong
Di dalam hadist ini Rasulullah shallallahu alaihi wa rambut, meskipun belum berwudhu. (Shahih Bukhari,
sallam membaca Al-Quran setelah bangun tidur, sebelum 1/65).
beliau berwudhu.
Imam Al-Bukhary telah meletakkan hadist ini di beberapa
bab di dalam kitab beliau (Shahih Al-Bukhary) diantaranya Sumber: http://www.onislam.net/arabic/ask-the-
di bawah bab: scholar/8240/44100-2004-08-01%2017-37-04.html

Dalil lainnya adalah hadis dari Aisyah radhiyallahu anha,


bahwa ketika Aisyah mengikuti haji bersama
Nabishallallahu alaihi wa sallam, beliau mengalami haid di
Bab Membaca Al-Quran setelah hadats dan selainnya Mekkah. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa
sallambersabda kepadanya,
Berikut jawaban yang disampaikan Dr. Ahmad al-Hajji
anggota Majlis Ulama Kuwait dan dewan pengawas
Ensiklopedi Fiqh Kuwait
Tinggalkan umrahmu, lepas ikatan rambutmu dan ber-
sisir-lah (HR. Bukhari 317 dan Muslim 1211)

.
Kita bisa perhatikan, Rasulullah shallallahu alaihi wa

sallam memerintahkan Aisyah yang sedang haid untuk

menyisir rambutnya. Padahal beliau baru saja datang dari
.
perjalanan. Sehingga kita bisa memastikan akan ada
rambut yang rontok. Namun Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam tidak menyuruh Aisyah untuk menyimpan Bagian dari sunah, mengubur semua bagian yang terpisah
rambutnya yang rontok untuk dimandikan setelah suci dari jasad manusia, seperti kuku, rambut, atau kulit.
haid. Sebagai bentuk memuliakan manusia. Kecuali kotoran.

Karena itu, tidak masalah memotong kuku, rambut, atau Kemudian perlu diketahui bahwa anggota badan yang
bagian tubuh manapun ketika junub. Lebih-lebih jika hanya wajib ditutupi ketika belum lepas, dia wajib ditutupi setelah
sebatas meludah. lepas.

4. Wanita Haid Dilarang Keramas? Sebagai contoh, rambut wanita. Sebelum lepas dari kepala
pemiliknya, termasuk aurat. Demikian pula setelah lepas
Kami tidak menjumpai satupun dalil yang melarang wanita dari pemiliknya. Karena itu, ketika rontok atau dipotong,
haid mandi keramas. Sementara kita tahu bahwa mandi harus dijauhkan dari pandangan lelaki yang bukan
keramas termasuk kebutuhan manusia. Andai ini dilarang mahram. Sebagaimana ketika belum dipotong. Harus
untuk dilakukan ketika haid, tentu Rasulullah shallallahu diperhatikan hal ini.
alaihi wa sallam akan melarangnya.

Mungkin alasannya adalah, kramas bisa menyebabkan


6. Bolehkah Wanita Haid Ikut Kajian di
rambut rontok. Dan menurut mereka menyebabkan rambut Masjid?
rontok secara sengaja hukumnya terlarang. Padahal Tidak ada yang melarang manusia untuk
aturan semacam ini tidak memiliki landasan dalil. beribadah. Sampaikan dia dalam kondisi berhalangan
karena haid atau nifas. Karena bagian dari sifat
Kemudian, di sana terdapat fatwa ulama yang Pemurahnya Allah, Dia syariatkan beraneka ragam jenis
menegaskan bahwa wanita haid dibolehkan melakukan ibadah bagi hamba-Nya. Diantara hikmah adanya hal ini,
kramas. Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang
hukum wanita haid melakukan kramas ketika haid. 1. Mereka bisa melakukan banyak ketaatan kepada Allah
Jawaban beliau, secara bergantian. Sehingga bolak-baliknya manusia,
selalu dalam keataatan kepada Allah.
. 2. Manusia tidak bosan karena melakukan satu jenis
ibadah.
3. Bagi orang yang berhalangan ibadah tertentu, dia bisa
melakukan ibadah lainnya.
Wanita haid yang membilas kepalanya dengan air
(keramas) ketika haid hukumnya tidak terlarang. Adapun Haid dan nifas bukan penghalang untuk melakukan
pendapat mereka yang menyatakan bahwa tidak boleh ibadah. Ada banyak aktivitas ibadah yang bisa dilakukan
wanita haid mandi keramas, ini pendapat yang tidak benar. oleh wanita yang sedang haid atau nifas.
Wanita haid boleh mencuci kepalanya (keramas) dan
badannya.
Mendengarkan kajian islam, atau mendengarkan bacaan
(murattal) al-Quran, terasuk ibadah. Dan mendengarkan
Majmu Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin, jilid 11, Bab: haid kajian atau murattal, tidak disyaratkan harus suci dari
hadats besar maupun kecil. Orang bisa melakukannya
sekalipun dalam kondisi haid atau nifas.

Bagaimana jika di masjid?

5. Rambut Rontok Wanita Termasuk Aurat? Bagian ini yang diperselisihkan ulama. Mayoritas ulama
melarang wanita haid duduk lama di masjid, meskipun
untuk kajian islam. Sementara sebagian ulama
membolehkan wanita masuk masjid. Diantara alasannya,
Dalil pertama: Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari,
bahwa di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallamada
seorang wanita berkulit hitam yang tinggal di masjid.
Sementara, tidak terdapat keterangan bahwa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan wanita ini
untuk meninggalkan masjid ketika masa haidnya tiba.

Dalil kedua: Ketika melaksanakan haji, Aisyah mengalami


haid. Kemudian, Nabi shallallahu alaihi wa
sallammemerintahkan beliau untuk melakukan kegiatan
apa pun, sebagaimana yang dilakukan jamaah haji, selain
tawaf di Kabah. Sisi pengambilan dalil: Nabi shallallahu
alaihi wa sallam hanya melarang Aisyah untuk tawaf di
Kabah dan tidak melarang Aisyah untuk masuk masjid.
Riwayat ini disebutkan dalam Shahih Bukhari.

Dalil ketiga: Disebutkan dalam Sunan Said bin Manshur,


dengan sanad yang sahih, bahwa seorang tabiin, Atha bin
Yasar, berkata, Saya melihat beberapa sahabat
Nabi shallallahu alaihi wa sallam duduk-duduk di masjid,
sementara ada di antara mereka yang junub. Namun,
sebelumnya, mereka berwudhu. Sisi pemahaman dalil:
Ulama meng-qiyas-kan (qiyas:analogi) bahwa status junub
sama dengan status haid; sama-sama hadats besar.

Dalil keempat: Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu


anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallampernah berkata kepadanya, Ambilkan sajadah
untukku di masjid! Aisyah mengatakan, Saya sedang
haid. Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Sesungguhnya, haidmu tidak berada di
tanganmu. (HR. Muslim). Sebagian ulama menjadikan
hadis ini sebagai dalil tentang bolehnya wanita haid masuk
masjid.

Imam al-Albani pernah ditanya tentang hukum mengikuti


kajian di masjid bagi wanita haid. Jawaban beliau,

Ya, mereka boleh kajian di sana. Karena haid tidak


menghalangi wanita untuk menghadiri majlis ilmu,
meskipun di masjid. Karena masuknya wanita ke dalam
masjid di satu waktu, tidak ada dalil yang melarangnya.
(Silsilah Huda wa an-Nur, volume: 623).

You might also like