Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Alzheimer adalah penyakit pada otak yang menyebabkan masalah pada daya ingat,
daya piker, dan perilaku. Ia bukanlah bagian normal dari proses penuaan.
Alzheimer ialah bentuk demensia yang paling umum. Demensia sendiri ialah istilah
umum yang digunakan untuk menyatakan penurunan daya ingat dan kemampuan intelektual
lain yang cukup serius mengganggu kegiatan harian (Alzheimers Association, 2012).
Maka dapat disimpulkan bahwa Alzheimer adalah penyakit yang dialami oleh
individu yang berusia diatas 65 tahun ditandai dengan penurunan daya ingat, kognitif, dan
kepribadian sehingga menghambat aktivitas sehari-hari.
Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Usia
Faktor risiko yang paling banyak diketahui adalah pertambahan usia. Banyak
individu dengan penyakit ini berusia 65 tahun ke atas. Satu dari delapan orang pada
kelompok ini (lansia >65 tahun) mengalami Alzheimer. Sedangkan, hampir setengah
dari lansia berusia 85 tahun ke atas mengalami Alzheimer.
Riwayat keluarga dan genetic
Faktor risiko lain adalah riwayat keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa
mereka yang mempunyai orang tua ataupun saudara dengan Alzheimer lebih
cenderung akan mengalami Alzheimer daripada mereka yang tidak mempunyai
riwayat keluarga. Risiko meningkat jika lebih dari satu anggota keluarga mengalami
Alzheimer.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi 3 gen yang pasti berpegaruh pada
kejadian Alzheimer, tapi hanya sejumlah kecil orang (sekitar 1%)yang membawa gen
ini. Bentuk E4 dari gen apolipoprotein E (APOE-E4) dibawa oleh 25% individu dan
meningkatkan risiko Alzheimer, namun tidak memastikan bahwa individu tersebut
akan mengalami Alzheimer. Para ahli percaya bahwa kebanyakan kasus Alzheimer
disebabkan oleh kombinasi kompleks dari pengaruh genetik dan non-genetik.
Ras
Penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan ras Latin berisiko 1,5 kali lebih
besar terkena Alzheimer dibanding ras berkulit putih. Lansia Afro-Amerika dua kali
lebih berisiko dari pada ras berkulit putih.
Alasan perbedaan ini tidak terlalu dipahami, tetapi para peneliti percaya
bahwa rasio penyakit vaskuler yang tinggi (seperti diabetes, hipertensi dan
hiperkolesterolemia) pada kelompok ini juga berperan dalam angka kejadian
Alzheimer.
Faktor risiko lain
Penelitian terbaru muali menunjukkan petunjuk tentang faktor risiko lain yang
berpengaruh. Tampak korelasi yang kuat antara riwayat cedera kepala serius dengan
angka kejadian Alzheimer. Beberapa bukti kuat menunjukkan hubungan yang kuat
antara kesehatan otak dengan kesehatan jantung. Risiko perkembangan Alzheimer
tampak meningkat oleh berbagai kondisi yang merusak jantung dan pembuluh darah.
Ini termasuk, penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.
Studi organ otak menambah bukti kuatnya hubungan otak-jantung. Studi ini
menunjukkan bahwa plak dan pengecilan pada pembuluh darah yang menuju otak
sangat beresiko menyebabkan Alzheimer (Alzheimers Association, 2012).
Manifestasi Klinis
1. Stadium awal
Dapat dianggap sebagai pikun yang wajar, kurang berenergi dan seringkali tidak
disadari.
Mengulang kata.kata, salah menempatkan benda, kesulitan menyebutkan nama
untuk benda-benda yang sudah dikenal, tersesat di jalan yang biasa dilewati,
perubahan perilaku, kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya disukai,
kesulitan melakukan sesuatu yang bertujuan yang biasanya mudah dilakukan dan
kesulitan mempelajari informasi baru.
2. Stadium lebih lanjut
Gejala-geala makin jelas (masih dapat melakukan pekerjaannya sendiri, tetapi
memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas yang lebih sulit)
Melupakan detail mengenal peristiwa tertentu, melupakan peristiwa kehidupan
sendiri, tidak mengenali diri sendiri, halusinasi, argumentasi, perilaku agitasi,
waham, depresi, kesulitan dalam melakukan halhal dasar seperti menyiapkan
makanan dan menyetir.
3. Stadium akhir
Tidak dapat melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain.
Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada
penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak
berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein
besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada
korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah
fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane
neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi
fragmen fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang
menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel sel
glia yang akhirnya membentuk fibril fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat
larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta
menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan
respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor.
Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara
neurokimia kelainan pada otak.
Penatalaksaan Medis
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pengobatan simptomatik:
Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan
anti kolinesterase yang bekerja secara sentral.
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept),
galantamin (Razadyne), & rivastigmin.
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia
selama pemberian berlangsung
ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita
Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, HCl, dan nafsu makan.
Thiamin
Komplikasi
Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis penyakit Alzhaimer rumit karena tidak adanya uji definitif. Pemeriksaan
rutin yang biasanya dilakuakn meliputi pemeriksaan hitung sel darah lengkap dan
pemeriksaan elektrolit serum. CT scan mungkin memperlihatkan pelebaran ventrikel dan
atrofi korteks dan memastikan tidak terdapat tumor, abses otak, atau subdural hematoma
kronis yang dapat diatasi (Arif, 2011).
1. Riwayat kesehatan. Dokter akan menanyakan kondisi kesehatan secara umum dari
pasien dan masalah kesehatan sebelumnya. Dokter juga akan menanyakan adakah
masalah dalam menjalankan aktivitas tes harian. Jika memungkinkan, dokter ingin
bicara dengan anggota keluarga atau teman untuk mencari informasi.
2. Tes kesehatan dasar. Tes darah bisa dilakukan untuk membantu dokter untuk
mengetahui penyebab lain demensia, seperti gangguan tiroid atau defisiensi vitamin.
3. Tes genetik. Untuk Alzheimer pada tahap awal bisa dilakukan tes genetik. Dengan tes
darah dapat diketahui apakah seseorang membawa mutasi genetik yang dipercaya
berhubungan dengan Alzheimer, tapi tes ini tidak bisa memberikan kepastian apakah
orang tersebut akan terkena atau tidak dari Alzheimer.
4. Evaluasi status mental. Tes skrining memori, kemampuan memecahkan masalah,
rentang perhatian, kemampuan berhitung dan bahasa. Tes ini akan membantu dokter
untuk menganalisa masalah kognisi spesifik pasien. Contohnya, doter akan menguji
daya ingat masa lalu dan yang baru terjadi, dnegan bertanya Hari ini hari apa? atau
Kapan hari Kemerdekaan RI? Tes memori juga dilakukan dengan memberikan
daftar benda sehari-hari, lalu pasien diminta menyebutkan kembali 5 menit kemudian.
5. Tes neuropsikologik. Kadang-kadang dokter akan memberikan tes lebih lanjut
mengenai kemampuan memecahkan masalah, rentang perhatian, kemampuan
berhitung, dan bahasa. Hal ini snagat membantu dalam mendeteksi alzheimer dan
demensia lainnya secara dini. Dokter akan memberikan tes psikologis untuk
menentukan apakah kemampuan mental seseorang itu sesuai dengan pendidikan dan
usianya. Adanya keterlambatan mental yang terlihat selama tes neuropsikologis dapat
membantu dokter menentukan penyebab demensia.
6. Scan atau pemindaian otak. Dokter biasanya akan emngambil gambar otak dengan
alat pemindai otak. Ada beberapa metode pemindaian otak diantaranya, computerized
tomography (CT) scan, magnetic resonance imaging (MRI) scan dan positron
emission tomography (PET) scan. Dengan melihat gambar otak, dokter dapat
menentukan ada tidaknya abnormalitas pada otak. Para peneliti masih meneliti apakah
pemindaian otak dapat digunakan untuk mendeteksi resiko alzheimer pada orang
sehat sebelum gejalanya timbul.
7. Ktika cairan cerebrospinal dianalisa, dan terdapat peningkatan protein tertentu,
termasuk protein beta amyloid dapat mengindikasi bahwa seseorang itu terkena
alzheimer.
8. Dengan berkembangnya teknologi imaging yang semakin mudah diakses dan
digunakan, praktisi kesehatan dapat menggunakan CAT scans untuk memvisualisasi
mengecil atau mengerutnya otak. Otak dengan sulci (lekuka permukaan otak) yang
melebar, dan ventrikel cerebral yang membesar (ruang di dalam otak yang dipenuhi
oleh CSF)-semua karakteristik alzheimer (dan kelainan saraf lainnya).
9. Metode brain imaging juga bisa digunakan untuk mendapatkan informasi aliran darah
dan aktivitas metabolic berbagai bagian di dalam otak.
GANGGUAN PENDENGARAN PADA GERIATRI
Pada gangguan pendengaran tipe konduktif, transmisi gelombang suara tidak dapat
mencapai telinga dalam secara efektif. Beberapa penyebab tuli konduktif yaitu3:
1. Pada meatus akustikus eksterna : cairan (secret,air), benda asing, polip telinga, serumen.
2. Kerusakan membran timpani : perforasi, ruptur, sikatriks.
3. Dalam cavum timpani : kekurangan udara pada oklusi tuba, cairan(darah atau
hematotimpanum karena pada trauma kepala, secret pada otitis media baik akut maupun
kronis), tumor.
4. Pada osikula: gerakannya terganggu oleh sikatriks, mengalami destruksi karena otitis
media, oleh ankilosis stapes pada otosklerosis, adanya perlekatan-perlekatan dan luksasi
karena trauma maupun infeksi.
Pada telinga luar dan telinga tengah geriatri terjadi proses degenerasi yang dapat
menyebabkan perubahan atau kelainan berupa : berkurangnya elastisitas dan bertambah
besarnya ukuran daun telinga, atrofi dan bertambah kakunya liang telinga, penumpukan
serumen, membran timpani bertambah kaku, dan kekakuan sendi tulang-tulang pendengaran.1
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif, dapat
dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain
proses menua secara umum.5
Etiologi
Patogenesis
1. Degenerasi Koklea
Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek pada nilai potensial
endolimfe yang menurun menjadi 20mV atau lebih. Pada presbikusis terlihat gambaran khas
degenerasi stria yang mengalami penuaan, terdapat penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB
dan potensial endolimfe 20 mV (normal-90 mV).
2. Degenerasi Sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius meningkatkan nilai
ambang dengar atau compound action potensial (CAP). Fungsi input-output dari CAP
terefleksi juga pada fungsi input-output pada potensial saraf pusat, memungkinkan terjadinya
asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan penderita mengalami kurang pendengaran
dengan pemahaman bicara buruk.
3. Mekanisme Molekuler
Faktor Genetik
Stres oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stress oksidatif bertambah dan
menumpuk selama bertahuntahun yang akhirnya menyebabkan proses penuaan. Reactive
oxygen species (ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria mtDNA dan kompleks protein
jaringan koklea sehingga terjadi disfungsi pendengaran.
sel rambut koklea yang berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal. Terjadinya mutasi
menimbulkan defek dalam interaksi molekul ini dan menyebabkan gangguan pendengaran.
Klasifikasi
Beberapa teori mengatakan perubahan pada tipe sensori terjadi akibat akumulasi dari
granul pigmen lipofusin. Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis ini adalah terjadi penurunan
pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping). Gambaran konfigurasi menurut
Schuknecght, jenis sensori adalah tipe noise inducec hearing loss (NIHL). Banyak terdapat
pada laki-laki dengan riwayat bising.5
Gejala klinik
Diagnosis
Audiometri yang digunakan adalah audiometri nada murni dan audiometri tutur.
Penatalaksanaan