You are on page 1of 1

Amanat didalam Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 34 ayat (1)

disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara merupakan amanat yang
penuh dan syarat akan makna. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan
semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh Negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di
lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Kemiskinan sesungguhnya dapat disebabkan oleh keterbatasan kesempatan sebagian besar


rakyat Indonesia untuk mengakses sumber daya yang sebenarnya dapat berfungsi untuk menghasilkan
income (pendapatan), seperti keterbatasan modal dan asset untuk usaha dan keterbatasan akses terhadap
pelayanan sarana dan prasarana kesehatan dan sanitasi. Selain itu, tingginya tingkat kemiskinan di negara
kita juga disebabkan oleh rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Dalam kaitannya dengan kualitas SDM, tentu kita dapat melihat bagaimana kondisi dunia
pendidikan kita. Apakah usaha pemerintah untuk melakukan pemerataan dan memajukan dunia
pendidikan di negara kita sudah benar-benar terwujud. Seperti kebijakan sertifikasi guru yang telah
ditetapkan pemerintah. Karena nyatanya hingga kini banyak guru yang mengajar di sekolah (baik SD, SMP
maupun SMU) kualitas keilmuannya masih sangat memprihatinkan.

Meskipun para guru telah mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangan profesi guru. Lalu, bagaimana
kualitas SDM Indonesia akan meningkat, kalau SDM (tingkat keilmuan) gurunya saja masih rendah. Tentu
kondisi ini lagi-lagi akan menjadi kendala pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
Padahal pendidikan merupakan modal terpenting untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup rakyat
Indonesia. Maka tak salah kalau akhirnya Human Development Indeks (HDI) yang dikeluarkan oleh
lembaga-lembaga internasional menunjukkan bahwa posisi kualitas SDM Indonesia sangatlah rendah.
Penyebab kemiskinan lain adalah budaya atau etos kerja rakyat Indonesia yang kini sudah terdegradasi
oleh pengaruh perkembangan zaman. Kini, semangat untuk terus bekerja (melakukan apa saja) yang
penting bisa menghasilkan uang (penghasilan) dengan cara yang halal demi mencukupi kebutuhan hidup
keluarga telah beralih pada etos kerja yang menghalalkan segala macam cara. Dan kini, budaya atau etos
kerja itu telah mengalami penurunan dan beralih menjadi budaya malas yang tahunnya hanya meminta-
minta saja. Makanya kini tidak heran kalau para pengemis, pengamen dan anak-anak jalanan kian
menjamur di kota-kota besar dan merupakan suatu bukti bagaimana pola pikir masyarakat kita yang telah
terdegradasi.

Maraknya tindakan korupsi di berbagai lembaga pemerintahan kita juga merupakan penyebab lain,
mengapa tingkat kemiskinan belum juga dapat ditekan. Karena miliaran hingga triliunan uang negara yang
telah diselewengkan oleh berbagai pejabat di pemerintahan kita telah menimbulkan kerugian besar bagi
keuangan negara. Di satu sisi negara ingin mengentaskan kemiskinan dengan mengucurkan berbagai
aliran dana kepada rakyat miskin. Tetapi di sisi lain, ternyata banyak aliran dana yang malah
diselewengkan oleh pejabat-pejabat kita di pemerintahan hanya untuk kepentingan (memperkaya diri
sendiri). Seharusnya dana yang diselewengkan oleh para koruptor tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan perekonomian di negara kita, termasuk membantu rakyat miskin. Kemiskinan ini yang
akhirnya dimanfaatkan sebagai alat oleh oknum-oknum yang banyak kepentingan dalam hal terkait dengan
pencitraan. Contohnya adalah BLT (Bantuan Langsung Tunai).

You might also like