You are on page 1of 31

P A P E R NAMA : ARJUMARDI AZRAH

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

PAPER

AMBLIOPIA

Disusun oleh:
ARJUMARDI AZRAH K. HARAHAP
120100044

Supervisor:
dr. Hj. Aryani A. Amra ,M.Ked(Oph), Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2017
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Ambliopia
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj.
Aryani A. Amra, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran dalam penyusunan
makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan informasi
mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan Ambliopia. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam proses
pembelajaran serta diharapkan mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2017

Penulis

i
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.LatarBelakang ................................................................................ 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2
2.1. Defenisi..................................................................................... 2
2.2. Epidemiologi ............................................................................ 2
2.3. Patofisiologi .............................................................................. 3
2.4. Klasifikasi ................................................................................. 7
2.5. Diagnosis .................................................................................. 9
2.6. Penatalaksanaan ........................................................................ 17
2.7. Komplikasi dari Penatalaksanaan ............................................. 21
2.8. Rekurensi .................................................................................. 22
2.9. Prognosis .................................................................................. 22
BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25
LAMPIRAN

ii
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Mata normal dan Mata Ambliopia ................................................. 6
Gambar 2. Pemeriksaan dengan Gambar Wright ............................................. 11
Gambar 3. Balok Interaktif pada kartu Snellen ................................................ 12
Gambar 4. Simbol LEA.................................................................................... 12
Gambar 5. Tes Filter Densiti Normal .............................................................. 13
Gambar 6. Fiksasi Pada Mata Ambliopia ........................................................ 15
Gambar 7. Visuskop ......................................................................................... 16
Gambar 8. Tes Tutup Alternan Bilateral .......................................................... 17
Gambar 9. Adhesive Patch ............................................................................... 17
Gambar 10. Annisa Fun Patches ...................................................................... 18

iii
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ambliopia dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eye), adalah
berkurangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata walaupun sudah
dengan koreksi kaca mata terbaik tanpa ditemukan kelainan struktur pada mata
maupun lintasan penglihatan bagian belakang. Ambliopia disebabkan oleh
pengalaman penglihatan yang abnormal pada awal kehidupan yang dihasilkan
dari salah satu dari hal berikut: strabismus; kelainan refraksi antara kedua mata
yang berselisih jauh (anisometropia) atau kelainan refraksi antara kedua mata
yang tinggi (isometropia); atau kekurangan stimulus.
Ambliopia adalah masalah dalam penglihatan yang hanya mengenai 2-3%
populasi, tapi bila tidak ditatalaksana dengan baik akan sangat merugikan
nantinya bagi penderita. Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya, dan
dapat menjadi kelainan yang bersifat permanen. Kenyataan ini sangat
menyedihkan karena, pada prinsipnya, gangguan penglihatan yang paling
ambliopik pun dapat dicegah atau reversibel dengan deteksi tepat waktu dan
intervensi yang tepat. Anak-anak dengan ambliopia atau berisiko untuk ambliopia
harus diidentifikasi pada usia muda, karena prognosisnya baik bila pengobatan
yang diberikan berhasil. Penapisan memainkan peran penting dalam mendeteksi
ambliopia dan masalah penglihatan lain pada usia dini dan dapat dilakukan di
layanan primer sehingga memungkinkan dokter layanan primer untuk membantu
mengkoordinasikan perawatan pasien tersebut, atau pada penapisan masalah
penglihatan berbasis komunitas. Penapisan ulangpenting untuk terus memeriksa
perkembangan masalah penglihatan dan membantu dalam mendeteksi hasil
positif palsu. Namun konsensus mengenai metode terbaik dan usia yang tepat
untuk penapisan belum disepakati.

1
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi
Ambliopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia
(penglihatan). Dikenal juga dengan lazy eye atau mata malas. Ambliopia
merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa-apa dan pasien
melihat sangat sedikit, ambliopia merupakan penurunan kemampuan penglihatan
yang disebabkan oleh perkembangan penglihatan yang abnormal. Menurut
Vaughan, ambliopia merupakan penurunan ketajaman penglihatan tanpa adanya
penyakit organikpada mata yang dapat dideteksi.
Ambliopia adalah penurunan kemampuan penglihatan unilateral atau
bilateral yang telah dikoreksidengan kacamata, namun ketajaman penglihatan
(juga disebut sebagai ketajaman visual penglihatan yang dikoreksi) tidak dapat
dikaitkan dengan mata atau sistem penglihatan secara langsung. Ambliopia juga
ditandai dengan kegagalan perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
penglihatan.

2.2. Epidemiologi
Secara epidemiologi, didapatkan hasil yang berbada terhadap prevalensi
timbulnya Ambliopia. Pada beberapa literatur, ambliopia terjadi pada 2% dari
seluruh populasi, yang mana merupakan masalah penglihatan yang paling sering
timbul pada anak-anak. Menurut penelitian Wilson, ambliopia terjadi pada 3-
5% masalah kesehatan global, yang menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan
masalah kesehatan yang besar.
Di Amerika Utara, didapatkan Ambliopiadengan prevalensi 2% -4% dan
bertanggung jawab atas lebih banyak kasus penglihatan unilateral-onset bawaan
daripada semua penyebab lainnya digabungkan.Selain itu, kondisi ini adalah
penyebab paling umum dari gangguan penglihatan unilateral pada orang dewasa
usia kurang dari 60 tahun. Prevalensi ambliopia meningkat pada anak-anak
dengan riwayat keluarga mengalami ambliopia, anak-anak yang lahir prematur,

2
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

dan mereka yang memiliki anak keterlambatan perkembangan. Di Cina,


menurut data bulan Desesmber tahun 2005, sekitar 3-5% anak menderita
ambliopia.
Di Indonesia, prevalensi ambliopia pada siswa kelas I Sekolah Dasar (SD)
di Kotamadya Bandung pada tahun 1989 adalah sebesar 1,56%. Penelitian tentang
ambliopia pada 54.260 siswa SD di 13 kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) pada tahun 2005. Penelitian tersebut menggunakan kriteria ambliopia yaitu
visus dengan koreksi terbaik 20/30, dan terdapat paling sedikit perbedaan
pembacaan 2 baris optotipe Snellen antara mata kanan dan kiri, menggunakan
teknik crowding phenomenon, neutral density filter, dan tidak ditemukannya
kelainan organik.Hasil dari penelitian ini ternyata hanya menemukan prevalensi
ambliopia sebesar 0,32%. Penelitian mengenai ambliopia pada 2.268 siswa SD
usia 7-13 tahun di Yogyakarta pada tahun 2008 mendapatkan hasil prevalensi
ambliopia sebesar 1,5%, di daerah pedesaan sebesar 0,98% dan di daerah
perkotaan sebesar 1,93%, dengan penyebab ambliopia terbanyak pada studi
tersebut adalah anisometropia yaitu sebesar 44,4%. Penelitian mengenai
ambliopia pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan terhadap kelompok
umur lainnya sejauh ini belum dilakukan di Indonesia.
Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak menunjukkan perbedaan. Usia
terjadinya ambliopia yaitu pada periode kritis dari perkembangan mata. Resiko
meningkat pada anak yang perkembangannnya terlambat, prematur atau memiliki
riwayat keluarga menderita ambliopia.

2.3. Patofisiologi
Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi. Terdapat
beberapa periode penting untuk mencapai tingkat kematangan. Periode pertama
yang paling menentukan ialah 6 bulan pertama kehidupan, kemudian sampai 2
tahun, berikutnya sampai 5 tahun. Sesudah 5 tahun masih ada perkembangan,
tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia 9 tahun. Selama masa ini sistem
penglihatan peka terhadap faktor ambliopiagenik yaitu deprivasi cahaya, kurang
fokusnya alat optik dan strabismus.2

3
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Sistem penglihatan saat lahir belum sempurna dengan tajam penglihatan 1


per tak terhingga. Perkembangan tajam penglihatan berlangsung selama bulan
pertama kehidupan. Retina, nervus optikus dan korteks visual mulai berkembang
pada umur 1 minggu. Mielinisasi saraf optik, perkembangan korteks visual dan
pertumbuhan badan genikulatum lateral berlangsung selama dua tahun pertama
kehidupan. Fovea yang merupakan bagian dari retina yang paling sensitif,
berkembang sempurna pada umur 4 tahun. Rangsangan penglihatan penting untuk
perkembangan penglihatan yang normal. Perkembangan jaras penglihatan di
sistem saraf pusat membutuhkan otak yang menerima bayangan dengan jelas dan
seimbang. Berbagai proses yang mempengaruhi atau menghambat perkembangan
jaras penglihatan pada otak dapat menimbulkan ambliopia.2 Lebih lanjut, waktu
yang dibutuhkan untuk terjadinya ambliopia ketika periode kritis lebih singkat
pada ransang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisometropia.(AA0)
(jurnal patofisiologi). Periode kritis tersebut adalah :
1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6),
yaitu pada saat lahir sampai usia 3-5 tahun
2. Periode yang beresiko tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi, yaitu
di usia beberapa bulan hingga usia 7-8 tahun
3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak
terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia
dewasa.

4
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Tabel 1. Perkembangan Penglihatan Milestones.

Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan


daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Secara umum,
ambliopia dipercayai akibat dari stimulus foveal atau retina perifer yang inadekuat
(disuse), atau interaksi binocular abnormal yang menyebabkan input visual yang
berbeda dari foveae. Ada dua bentuk dasar stimulasi abnormal: (1) distorsi pola
(pattern distortion) seperti gambaran biru pada retina dan (2) supresi kortikal
(cortical suppression) seperti penekanan konstan pada satu mata.
Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat
belum jelas, studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada
binatang dan percobaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia telah
memberi beberapa masukan, pada binatang percobaan menunjukkan gangguan
sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/ besar yang diakibatkan pengalaman
melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan
kemampuan dalam menganggapi ransangan pada satu atau kedua mata. Dan sel
yang masih responsif fungsinya pada tahap akhir akan menurun. Kelainan juga
terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih belum
dapat disimpulkan.2,3,8,10

5
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama


interaksi kompetitif antar jalur penglihatan dikedua mata pada visual korteks
untuk berkembang hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir tapi
mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus
belajar bagaimana untuk harus fokus dan bagaimana cara menggunakan kedua
mata secara bersamaan.3
Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua
mata. Bila bayangan kabur pada satu mata atau bayangan tersebut tidak sama pada
kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan
dapat memburuk. Bila hal ini terjadi otak akan mematikan mata yang tidak fokus
dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk melihat. 2,3,8,10
Pada ambliopia yang dicetuskan oleh gangguan nervus optik, kadang tidak
terdiagnosis secara langsung, seperti hipoplasia ringan pada nervus optik.
Biasanya akan terdeteksi pada usia yang lebih dewasa saat pemeriksaan yang
lebih kooperatif dapat dilakukan. Kemungkinan adanya gangguan nervus optikus
atau gangguan pada retina harus selalu dipertimbangkan pada anak-anak dengan
ambliopia yang tidak respon dengan terapi.2,3,8,10

Gambar 1. Mata normal dan mata ambliopia


Sumber : Handbook of Pediatric Strabismus and Amblyopia hal. 117

6
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

2.4. Klasifikasi
Didapatkan beberapa jenis dalam penentuan klasifikasi ambliopia. Secara
garis besar, ambliopia dibedakan atas 3 kategori, yaitu :
1. Ambliopia strabismik, dimana hal ini disebabkan oleh mata juling.
2. Ambliopia refraktif, dibagi dalam beberapa subdivisi :
Ambliopia anisometropik, dimana terdapat perbedaan besar pada kelainan
refraksi pada kedua mata
Ambliopia meridional, dimana terdapat derajat astigmatisme yang
signifikan
Ambliopia ametropik, dimana terdapat derajat astigmatisme yang sangat
besar pada kedua mata sehingga kedua mata tidak dapat menerima gambar
dengan kualitas yang baik.
3. Ambliopia yang dstimulasi deprivasi, contohnya, oleh karena katarak atau
ptosis.

Ambliopia juga dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan


gangguan/kelainan yang menjadi penyebabnya.
1. Ambliopia strabismik
Ambliopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang berdeviasi
konstan. Konstan, tropia yang tidak berkaitan (nonalternating, khususnya
esodeviasi) sering menyebabkan ambliopia signifikan. Ambliopia umumnya tidak
terjadi bila terdapat fiksasi yang bergantian, sehinggga masing-masing mata
mendapat jalan/akses yang sama ke pusat penglihatan yang lebih tinggi, atau bila
deviasi strabismus berlangsung intermitten maka akan ada suatu periode interaksi
binokular yang normal sehingga kesatuan sistem penglihatan tetap terjaga
baik.
Ambliopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau
terhambatnya interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu
(fusi) ndari kedua mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan
kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan respon
terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.

7
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan


binokular ini tampaknya merupakan faktor utama terjadinya ambliopia strabismik,
namun pengaburan bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai,
dapat juga menjadi faktor tambahan.

2. Fiksasi eksentrik
Fiksasi eksentrik mengacu pada penggunaan regio nonfoveal retina terus
menerus untuk penglihatan monokular oleh mata ambliopia. Fiksasi eksentrik
terdapatr sekitar 80% dari penderita ambliopia. Fiksasi eksentrik ringan (derajat
minor), hanya dapat dideteksi dengan uji khusus, seperti visuskop, banyak
dijumpai pada penderita strabismik dan hilangnya tajam penglihatan ringan.
Secara klinis terbukti adxanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi dengan
melihat refleks kornea pada mata ambliopia tidak pada posisi sentral, dimana ia
memfiksasi cahaya dengan mata dominan ditutup. Umumnya tajam penglihatan
adalah 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Penggunaan regio nonfoveal untuk
fiksasi tidak dapat disimpulkan sebagai penyebab utama menurunnya penglihatan
pada mata yang ambliopia. Mekanisme fenomena ini masih belum diketahui.

3. Ambliopia anisometropik
Terbanyak kedua setelah ambliopia strabismik adalah ambliopia
anisometropik, terjadi ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang
menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus. Jika
bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan
karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka terjadi
rintangan untuk fusi. Fovea mata yang lebih ametropik akan menghalangi
pembentukan bayangan (form vision). Kondisi ini diperkirakan sebagai efek
langsung dari bayangan kabur pada perkembangan tajam penglihatan pada mata
yang terlibat, dan sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau inhibisi yang
serupa (tapi tidak harus identik) dengan yang terjadi pada ambliopia strabismik.
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D) dapat
menyebabkan ambliopia ringan. Myopia anisometropia ringan ( < - 3 D) biasanya

8
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

tidak menyebabkan ambliopia, tapi miopia tinggi unilateral (- 6 D) sering


menyebabkan ambliopia berat. Bgitu nuga dengan hyperopia tinggi unilateral (+ 6
D).

4. Ambliopia imometropia
Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak
dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri. Dimana
walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan
normal. Tajam penglihatan membaik sesudah koeksi lensa dipakai pada suatu
periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopia tipe ini yaitu, hilangnya
penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi
abnormal binokular bukan merupakan faktor penyebab. Mekanismenya hanya
karena akibat bayangan retina yang kabur saja. Pada ambliopia isometropia,
bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam hal
kejelasan/kejernihan dan ukurannya.

5. Ambliopia deprivasi
Istilah lama ambliopia ex anopsia atau disude amblyopia sering masih
digunakan untuk ambliopia deprivasi, dimana sering disebabkan oleh kekeruhan
media kongenital atau dini, akan menyebabkan terjadinya penurunan
pembentukan bayangan yang akhirnya menimbulkan ambliopia. Bentuk ambliopia
ini sedikit dijumpai namun merupakan yang paling parah dan sulit diperbaiki.
Ambliopia bentuk ini lebih parah pada kasus unilateral dibandingkan bilateral
dengan kekeruhan identik. Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital
padat/total yang menenmpati daerah sentral dengn ukuran 3mm atau lebih, harus
dianggap dapat menyebabkan ambliopia berat. Kekeruhan lensa yang sama terjadi
pada usia diatas 6 tahun lebih tidak berbahaya.Ambliopia oklusi adalah bentuk
ambliopia deprivasi disebabkan karena penggunaan penutup mata yang berlebihan

9
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

2.5. Diagnosis
Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak
dapat dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi yang
dapat menyebabkan ambliopia.
Anamnesis
Anamnesis yang tepat membantu untuk mendiagnosa pasien ambliopia,
beberapa tanda pada mata ambliopia adalah:
- Berkurangnya pernlihatan satu mata
- Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding
- Hilangnya sensitivitas kontras
- Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik
- Adanya anisokoria
- Akomodasi mata menurun.
Bila menemui pasien ambliopia, ada empat pertanyaan yang harus
ditanyakan, yaitu :
1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan ambliogenik? (seperti strabismus,
anisometropia, dll)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang
menderita strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan
predisposisi seorang anak menderita ambliopia.Frekuensi strabismus yang
diwariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensiesotropia diantara saudara
sekandung, dimana pada orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%.
Jika salah satu orang tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%.

10
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Pemeriksaan Ambliopia
Uji Ketajaman Penglihatan

Pemeriksaan perkembangan tajam penglihatan diperlukan dalam


mendiagnosis maupun mencegah timbulnya ambliopia. Banyak pemeriksaan yang
dapat dilakukan seperti uji crowding phenomena, dimana pasien diminta
membaca kartu Snellen yang dibuka satu per satu atau yang diisolasi, kemudian
isolasi huruf dibuka dan pasien diminta untuk melihat ke baris yang sama.bila
terjadi penurunan penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka disebut
fenomena crowding pada mata tersebut dan mata tersebut mengalami
ambliopia. Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf
yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut.
Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada
kedua fungsi tadi, selalu subnormal. Penderita ambliopia sulit untuk
mengidentifikasi huruf yangtersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf
yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok disekitar huruf
tunggal. Pada anak pra-sekolah, kartu Snellen dapat digantikan dengan gambar
Allen, gambar LEA, HOTV, permainan huruf E dan gambar Wright. Pada
gambar Wright fungsinya sangat mirip dengan kartu Snellen karena dapat
mengetahui ketajaman terhadap dua titik. Ketajaman visual sebaiknya diukur
secara berkala pada anak usia 2 sampai 3 tahun.

Gambar 2. Pemeriksaan dengan Gambar Wright

Sumber Handbook of Pediatric Strabismus and Amblyopia hal. 117

11
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Gambar 3. Balok Interaktif pada Kartu Snellen


Sumber Amblyopia Repository USU hal.10

Gambar 4. Simbol LEA


Sumber Amblyopia Repository USU hal. 10

Uji Densiti Filter Netral


Dasar uji adalah diketahuinya bahwavpada mata yang ambliopia secara
fisiologik berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata
ambliopia dilakukan uji penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan
(memakai filter densiti netral) tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.

Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan


sehingga tajam penglihatan pada mata normal menurun 50% pada mata ambliopia
tidak ada atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan
sebelumnya.

12
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Dibuat terlebih dahulu gabungan filter (kodak # 96,N.D.2.00 dengan 0,50)


sehingga tajam penglihatan pada mata yang normal turun dari 20/20 menjadi
20/40 atau turun 2 baris pada kartu pemeriksaan gabungan filter tersebut ditaruh
pada mata yang diduga ambliopia.

Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan


berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata a,bliopia organik
maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan filter tersebut. Keuntungan
tes ini bisa, digunakan untuk screening secara cepat sebelum, dikerjakan terapi
oklusi, apabila penyebab ambliopia tidak jelas.

Gambar 5. Tes Filter Densitas Netral

Sumber Amblyopia Repository USU hal.11

Keterangan :

A. Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata
yang ambliopik selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya.
B. Tanpa filter pasien bisa membaca 20/40
C. Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris)
pada ambliopia fungsional
D. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau lebih pada kasus-kasus
ambliopia organik.

13
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Uji Worths Four Dot


Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina
abnormal, supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai kacamata dengan
filter merah pada mata kanan dan filter biru mata kiri dan melihat objek 4 titik
dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, 1 putih. Lampu atau titik putih akan terlihat
merah oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat hanya dapat dilihat oleh mata
kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan
dilihat oleh mata juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak
normal. Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan
dominan, atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik 3 merah
dan 2 hijau yang bersilangan berarti mata dalam kedudukan ekstropia dan bila
tidak bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.

Menentukan Sifat Fiksasi


Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan
sentral terletak pada foveal, pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat
adalah daerah retina foveal hal ini sering dijumpai pada pasien dengan
strabismik ambliopia daripada anisometropik ambliopia. Fiksasi eksentrik
ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Tidak
cukup kiranya menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi refleks cahaya
korneal. Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan dapat
didokumentasi dengan kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup
alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral. 2

14
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Gambar 6. Fiksasi pada Mata Ambliopia


Sumber Handbook of Pediatric Strabismus and Amblyopia hal. 121

15
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Visuskop

Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang


memproyeksikan target fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup.
Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan pasien
mengarahkan pandagannya ke tanda bintik hitam osisi tanda asterisk di fundus
pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali untuk menentukan ukuran
daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi sentral, tanda asterisk terletak di fovea.
Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah
ekstrafoveal dari fiksasi retina.

Gambar 7. Visuskop

Sumber Amblyopia Repository USU hal. 16

Tes Tutup Alternan (Alternant Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik


Bilateral

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan
terjadi pada pasien pasien dengan ambliopia kongenital keduabelah mata dan
dalam hal ini pada penyakit makula bilateral dalam jangka lama.Misalnya bila
kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata
yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi bayangan.
Tes visuskop akan menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah
mata.

16
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Gambar 8. Tes Tutup Alternan Bilateral

Sumber Amblyopia Repository USU hal. 17

2.6. Penatalaksanaan

Saat ini, perawatan ambliopia yang paling umum digunakan mencakup


koreksi kesalahan refraksi dengan kacamata, menambal mata yang lebih baik dan
penaliasi mata yang lebih baik dengan atropin, bersamaan dengan penanganan
gangguan mendasar lainnya.

2.6.1. Oklusi Full Time


Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk
semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga. (Occlusion for all or all but
one waking hour),arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia dengan
cara penggunaan mata yang rusak. Biasanya penutup mata yang digunakan
adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial

Gambar 9. Adhesive patch

Sumber Sumber Amblyopia Repository USU hal. 19

17
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka
sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak
opak , atau Annisas Fun Patches dapat juga menjadi alternatif full-time patching
bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching
baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan
binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung
dalam hal penglihatan binokular.
Ada suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi selama 1
minggu untuk setiap tahun usia, misalnya penderita ambliopia pada mata kanan
berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi
kembali.Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang
baik.

Gambar 10. Annisas Fun Patches yang tidak memakai perekat


karena dapat disisipkan ke dalam kacamata. Sumber Amblyopia
Repository USU hal. 19

2.6.2. Oklusi Part-time


Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil
sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya
tergantung dari derajat ambliopia.Ambliopia Treatment Studies (ATS) telah
membantu dalam penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time.
Studi tersebut menunjukkan, pasien usia 3- 7 tahun dengan ambliopia berat
(tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120 ), full-time patching

18
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain,
patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama
dengan patching 6jam/hari pada ambliopia sedang / moderate (tajam penglihatan
lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam studi ini, patching

dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari. 1,9,11

Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau


tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing masing mata.
Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan
kemajuan.

2.6.3. Degradasi Optikal


Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan
kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi
lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi
(penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes
5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat
berakomodasi dan kabur bila melihat dekat dekat. ATS menunjukkan metode ini
memberi hasil yang sama efektifnya dengan patching untuk ambliopia sedang
(tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS tersebut dilakukan pada anak
usia 3 7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir
minggu (weekend) memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan pemberian
atropine harian yang dilakukan pada kelompok anak usia 3 7 tahun dengan
ambliopia sedang. Ada juga studi terbaru yang membandingkan atropine
dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun, menunjukkan atropine
merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang tadinya masih ragu ragu,
memilih atropine sebagai pilihan pertama daripada patching.

19
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi,


yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan
atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak
perlu sesering oklusi.

Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan


lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah
terjadinya efek samping farmakologik atropine. Keuntungan lain dari metode
atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak
strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan
penglihatan binokular.

Penatalaksanaan lainnya pada ambliopia meliputi langkah langkah berikut :

Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti


katarak
Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak
perlu ditunda tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan
pertama kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih
dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang
pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1- 2 minggu. Terbentuknya katarak
traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam
beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan.Yang mana
katarak traumatika itu sangat bersifat ambliopiogenik. Kegagalan dalam
menjernihkan media, memperbaiki optikal, dan penggunaan reguler mata
yang terluka, akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan,
selambatlambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.

20
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Koreksi kelainan refraksi


Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka
dapat diterapi dengan kacamata atau lensa kontak.Ukuran kaca mata untuk mata
ambliopia diberi dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia.Bila
dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila
memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.

Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung


menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi
seperti pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera
mungkin untuk menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya
lensa menjadi defisit optikal berat. Ambliopiaanisometropik dan ambliopia
isometropik akan sangat membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama
beberapa bulan.

Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi


penggunaan mata yang lebih baik

2.7. Komplikasi Dari Penatalaksanaan

Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya


ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko
tinggi dan harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up
pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1
minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun).
Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi

full-time, tapi follow-up reguler tetap penting.1

Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi


alternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu

baris antara kedua mata.

Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :

Derajat ambliopia

21
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

Pilihan terapeutik yang digunakan


Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih
Usia pasien

Semakin berat ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan


yang lebih lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan
ambliopia strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang
lebih berumur yang memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir
minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil.

Deteksi dini dan pengobatan penyakit mata anak-anak sangat penting.


Penyakit seperti katarak bawaan, retinoblastoma, dan glaukoma kongenital
memerlukan perawatan dini sejak masa bayi. Keterlambatan dalam diagnosis
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan ireversibel dan, pada kasus
retinoblastoma, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penderita bawaan katarak
yang diobati selama minggu-minggu pertama kehidupan memiliki relatif.
Prognosis bagus, sedangkan operasi dilakukan setelah 2 sampai 3 bulan dianggap
terlambat dan berhubungan dengan sosial ekonomi. Pada ambliopia skrining
sangat pentimg karena ambliopia dapat dicegah bila dilakukan tatalaksana awal
yang baik.

2.8. Rekurensi
Ketika terapi ambliopia tidak dilanjutkan setelah satu periode terapi yang
berhasil, hampir 25% dari pasien menunjukkan rekurensi dengan berbagai derajat
keparahan, dimana dapat dikoreksi dengan pendekatan terapi yang baru.
Penerapan regimen maintenance seperti patching 1-3 jam per hari, penalisasi optik
dengan pengaburan, atau penalisasi farmakologik dengan atropine 1-2 hari per
minggu dapat mencegah kejadian berulang. Setelah maintenance dilakukan, terapi
harus dilanjutkan sampai ketajaman penglihatan stabil. Hal ini membutuhkan
monitoring selama 8-10 tahun. Selama penglihatan stabil, jarak follow up dapat di
longgarkan sampai 6 bulan. Peningkatan ketajaman penglihatan dapat diperoleh
pada kebanyakan anak usia 7-12 tahun dipertahankan setelah penghentian
regimen.3

22
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

2.9. Prognosis

Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah


terapi oklusi pertama.Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus
normal dapat tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan
usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.

Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adalah sebagai berikut :

o Jenis Ambliopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan


kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia
strabismik prognosisnya palingbaik.
o Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka
prognosis semakinbaik.
o Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam
penglihatan awal pada mata ambliopia, maka prognosisnya juga semakin
baik.

23
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

BAB 3
KESIMPULAN

Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak


mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah
dikoreksi kelainan refraksinya. Anak-anak rentan menderita ambliopia hingga usia
7 tahun, biasanya unilateral, namun dapat juga bilateral. Kurangnya tajam
penglihatan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata. Penyebab pastinya belum
diketahui. Pertimbangkan adanya gangguan nervus optikus atau retina pada anak
ambliopia yang tidak respon dengan terapi. Ambliopia didiagnosis saat penurunan
ketajaman penglihatan tidak dapat dijelaskan berdasarkan abnormalitas
pemeriksaan fisik yang ditemukan. Ambliopia merupakan kelainan yang
reversibel dan akibatnya tergantung saat mulai dan lamanya. Penatalaksanaan
ambliopia meliputi adalah dengan terapi oklusi dan degradasi optikal,
menghilangkan yang menghalangi penglihatan seperti katarak, koreksi kelainan
refraksi yang signifikan, memaksa menggunakan mata yang lemah dengan
membatasi penggunaan mata yang sehat. Prognosis ambliopia tergantung pada
usia pasien, derajat, dan tipe ambliopia. Semakin awal ambliopia terjadi dan
semakin lambat terapinya, prognosisnya lebih buruk.

24
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 4 :


Amblyopia ; Section 6 ; Basic and Clinical Science Course; 2014 2015;
p.33-40

2. Wright, K.W; Handbook of Pediatric Strabismus and Amblyopia; Amblyopia;


2006; p. 108-125

3. Yen, K.G ; Emedicine medscape : Amblyopia.

4. Vaughan, Asbury; General Ophtalmology 17th Edition; Chapter 12


Strabismus; Amblyopia

5. Ilyas, Yulianti; Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima; Strabismus; Amliopia; 2015
p. 264-272

6. Khurana, A.K; Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition; 2007; p.174

7. Olver, Cassidy; Ophtalmology at a Glance; Strabismus; Amblyopia; 2005;


p.48-50

8. Bonacorsi, Berardi, Salo; Neural Circuits; Treatment of Amblyopia in The


Adult: Insights from a New Rodent Model of Visual Perceptual Learning;
2014

9. Wilson, Dorothy; Medical Bulletin; Vol. 12 No.9 : Amblyopia An Overview;


2007

10. Petroysan; American Optometric Association; Amblyopia : The


Pathophysiology Behind It and Its Treatment; 2015

11. Sharanjeet, et.al; Patching Therapy in Patients with Strabismic Amblyopia and
Refractive Amblyopia; Sains Malaysiana; 2011

12. Khalaj, et.al; The effect of amblyopia on educational activities of students


aged 9 15; J. Biomedical Science and Engineering; 2011

13. Widadi; Ambliopia pada Siswa Sekolah Menengah Pertama di Daerah


Istimewa Yogyakarta; Universitas Gadjah Mada; 2015

14. Siregar; Amblyopia; Universitas Sumatera Utara; 2009

15. Von Noorden; Amblyopia: A Multidisciplinary Approach; 1985

16. Friedberg, Rapuano; The Wills Eye Manual; Office and Emergency Room
Diagnosis and Treatment of Eye Disease; Amblyopia; p 149-153

25

You might also like