Professional Documents
Culture Documents
PAPER
AMBLIOPIA
Disusun oleh:
ARJUMARDI AZRAH K. HARAHAP
120100044
Supervisor:
dr. Hj. Aryani A. Amra ,M.Ked(Oph), Sp.M(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Ambliopia
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj.
Aryani A. Amra, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran dalam penyusunan
makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan informasi
mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan Ambliopia. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam proses
pembelajaran serta diharapkan mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.LatarBelakang ................................................................................ 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2
2.1. Defenisi..................................................................................... 2
2.2. Epidemiologi ............................................................................ 2
2.3. Patofisiologi .............................................................................. 3
2.4. Klasifikasi ................................................................................. 7
2.5. Diagnosis .................................................................................. 9
2.6. Penatalaksanaan ........................................................................ 17
2.7. Komplikasi dari Penatalaksanaan ............................................. 21
2.8. Rekurensi .................................................................................. 22
2.9. Prognosis .................................................................................. 22
BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25
LAMPIRAN
ii
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Mata normal dan Mata Ambliopia ................................................. 6
Gambar 2. Pemeriksaan dengan Gambar Wright ............................................. 11
Gambar 3. Balok Interaktif pada kartu Snellen ................................................ 12
Gambar 4. Simbol LEA.................................................................................... 12
Gambar 5. Tes Filter Densiti Normal .............................................................. 13
Gambar 6. Fiksasi Pada Mata Ambliopia ........................................................ 15
Gambar 7. Visuskop ......................................................................................... 16
Gambar 8. Tes Tutup Alternan Bilateral .......................................................... 17
Gambar 9. Adhesive Patch ............................................................................... 17
Gambar 10. Annisa Fun Patches ...................................................................... 18
iii
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Ambliopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia
(penglihatan). Dikenal juga dengan lazy eye atau mata malas. Ambliopia
merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa-apa dan pasien
melihat sangat sedikit, ambliopia merupakan penurunan kemampuan penglihatan
yang disebabkan oleh perkembangan penglihatan yang abnormal. Menurut
Vaughan, ambliopia merupakan penurunan ketajaman penglihatan tanpa adanya
penyakit organikpada mata yang dapat dideteksi.
Ambliopia adalah penurunan kemampuan penglihatan unilateral atau
bilateral yang telah dikoreksidengan kacamata, namun ketajaman penglihatan
(juga disebut sebagai ketajaman visual penglihatan yang dikoreksi) tidak dapat
dikaitkan dengan mata atau sistem penglihatan secara langsung. Ambliopia juga
ditandai dengan kegagalan perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
penglihatan.
2.2. Epidemiologi
Secara epidemiologi, didapatkan hasil yang berbada terhadap prevalensi
timbulnya Ambliopia. Pada beberapa literatur, ambliopia terjadi pada 2% dari
seluruh populasi, yang mana merupakan masalah penglihatan yang paling sering
timbul pada anak-anak. Menurut penelitian Wilson, ambliopia terjadi pada 3-
5% masalah kesehatan global, yang menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan
masalah kesehatan yang besar.
Di Amerika Utara, didapatkan Ambliopiadengan prevalensi 2% -4% dan
bertanggung jawab atas lebih banyak kasus penglihatan unilateral-onset bawaan
daripada semua penyebab lainnya digabungkan.Selain itu, kondisi ini adalah
penyebab paling umum dari gangguan penglihatan unilateral pada orang dewasa
usia kurang dari 60 tahun. Prevalensi ambliopia meningkat pada anak-anak
dengan riwayat keluarga mengalami ambliopia, anak-anak yang lahir prematur,
2
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
2.3. Patofisiologi
Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi. Terdapat
beberapa periode penting untuk mencapai tingkat kematangan. Periode pertama
yang paling menentukan ialah 6 bulan pertama kehidupan, kemudian sampai 2
tahun, berikutnya sampai 5 tahun. Sesudah 5 tahun masih ada perkembangan,
tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia 9 tahun. Selama masa ini sistem
penglihatan peka terhadap faktor ambliopiagenik yaitu deprivasi cahaya, kurang
fokusnya alat optik dan strabismus.2
3
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
4
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
5
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
6
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
2.4. Klasifikasi
Didapatkan beberapa jenis dalam penentuan klasifikasi ambliopia. Secara
garis besar, ambliopia dibedakan atas 3 kategori, yaitu :
1. Ambliopia strabismik, dimana hal ini disebabkan oleh mata juling.
2. Ambliopia refraktif, dibagi dalam beberapa subdivisi :
Ambliopia anisometropik, dimana terdapat perbedaan besar pada kelainan
refraksi pada kedua mata
Ambliopia meridional, dimana terdapat derajat astigmatisme yang
signifikan
Ambliopia ametropik, dimana terdapat derajat astigmatisme yang sangat
besar pada kedua mata sehingga kedua mata tidak dapat menerima gambar
dengan kualitas yang baik.
3. Ambliopia yang dstimulasi deprivasi, contohnya, oleh karena katarak atau
ptosis.
7
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
2. Fiksasi eksentrik
Fiksasi eksentrik mengacu pada penggunaan regio nonfoveal retina terus
menerus untuk penglihatan monokular oleh mata ambliopia. Fiksasi eksentrik
terdapatr sekitar 80% dari penderita ambliopia. Fiksasi eksentrik ringan (derajat
minor), hanya dapat dideteksi dengan uji khusus, seperti visuskop, banyak
dijumpai pada penderita strabismik dan hilangnya tajam penglihatan ringan.
Secara klinis terbukti adxanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi dengan
melihat refleks kornea pada mata ambliopia tidak pada posisi sentral, dimana ia
memfiksasi cahaya dengan mata dominan ditutup. Umumnya tajam penglihatan
adalah 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Penggunaan regio nonfoveal untuk
fiksasi tidak dapat disimpulkan sebagai penyebab utama menurunnya penglihatan
pada mata yang ambliopia. Mekanisme fenomena ini masih belum diketahui.
3. Ambliopia anisometropik
Terbanyak kedua setelah ambliopia strabismik adalah ambliopia
anisometropik, terjadi ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang
menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus. Jika
bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan
karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka terjadi
rintangan untuk fusi. Fovea mata yang lebih ametropik akan menghalangi
pembentukan bayangan (form vision). Kondisi ini diperkirakan sebagai efek
langsung dari bayangan kabur pada perkembangan tajam penglihatan pada mata
yang terlibat, dan sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau inhibisi yang
serupa (tapi tidak harus identik) dengan yang terjadi pada ambliopia strabismik.
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D) dapat
menyebabkan ambliopia ringan. Myopia anisometropia ringan ( < - 3 D) biasanya
8
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
4. Ambliopia imometropia
Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak
dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri. Dimana
walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan
normal. Tajam penglihatan membaik sesudah koeksi lensa dipakai pada suatu
periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopia tipe ini yaitu, hilangnya
penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi
abnormal binokular bukan merupakan faktor penyebab. Mekanismenya hanya
karena akibat bayangan retina yang kabur saja. Pada ambliopia isometropia,
bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam hal
kejelasan/kejernihan dan ukurannya.
5. Ambliopia deprivasi
Istilah lama ambliopia ex anopsia atau disude amblyopia sering masih
digunakan untuk ambliopia deprivasi, dimana sering disebabkan oleh kekeruhan
media kongenital atau dini, akan menyebabkan terjadinya penurunan
pembentukan bayangan yang akhirnya menimbulkan ambliopia. Bentuk ambliopia
ini sedikit dijumpai namun merupakan yang paling parah dan sulit diperbaiki.
Ambliopia bentuk ini lebih parah pada kasus unilateral dibandingkan bilateral
dengan kekeruhan identik. Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital
padat/total yang menenmpati daerah sentral dengn ukuran 3mm atau lebih, harus
dianggap dapat menyebabkan ambliopia berat. Kekeruhan lensa yang sama terjadi
pada usia diatas 6 tahun lebih tidak berbahaya.Ambliopia oklusi adalah bentuk
ambliopia deprivasi disebabkan karena penggunaan penutup mata yang berlebihan
9
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
2.5. Diagnosis
Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak
dapat dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi yang
dapat menyebabkan ambliopia.
Anamnesis
Anamnesis yang tepat membantu untuk mendiagnosa pasien ambliopia,
beberapa tanda pada mata ambliopia adalah:
- Berkurangnya pernlihatan satu mata
- Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding
- Hilangnya sensitivitas kontras
- Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik
- Adanya anisokoria
- Akomodasi mata menurun.
Bila menemui pasien ambliopia, ada empat pertanyaan yang harus
ditanyakan, yaitu :
1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan ambliogenik? (seperti strabismus,
anisometropia, dll)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang
menderita strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan
predisposisi seorang anak menderita ambliopia.Frekuensi strabismus yang
diwariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensiesotropia diantara saudara
sekandung, dimana pada orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%.
Jika salah satu orang tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%.
10
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
Pemeriksaan Ambliopia
Uji Ketajaman Penglihatan
11
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
12
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
Keterangan :
A. Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata
yang ambliopik selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya.
B. Tanpa filter pasien bisa membaca 20/40
C. Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris)
pada ambliopia fungsional
D. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau lebih pada kasus-kasus
ambliopia organik.
13
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
14
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
15
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
Visuskop
Gambar 7. Visuskop
Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan
terjadi pada pasien pasien dengan ambliopia kongenital keduabelah mata dan
dalam hal ini pada penyakit makula bilateral dalam jangka lama.Misalnya bila
kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata
yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi bayangan.
Tes visuskop akan menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah
mata.
16
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
2.6. Penatalaksanaan
17
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka
sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak
opak , atau Annisas Fun Patches dapat juga menjadi alternatif full-time patching
bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching
baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan
binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung
dalam hal penglihatan binokular.
Ada suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi selama 1
minggu untuk setiap tahun usia, misalnya penderita ambliopia pada mata kanan
berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi
kembali.Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang
baik.
18
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain,
patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama
dengan patching 6jam/hari pada ambliopia sedang / moderate (tajam penglihatan
lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam studi ini, patching
19
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
20
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :
Derajat ambliopia
21
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
2.8. Rekurensi
Ketika terapi ambliopia tidak dilanjutkan setelah satu periode terapi yang
berhasil, hampir 25% dari pasien menunjukkan rekurensi dengan berbagai derajat
keparahan, dimana dapat dikoreksi dengan pendekatan terapi yang baru.
Penerapan regimen maintenance seperti patching 1-3 jam per hari, penalisasi optik
dengan pengaburan, atau penalisasi farmakologik dengan atropine 1-2 hari per
minggu dapat mencegah kejadian berulang. Setelah maintenance dilakukan, terapi
harus dilanjutkan sampai ketajaman penglihatan stabil. Hal ini membutuhkan
monitoring selama 8-10 tahun. Selama penglihatan stabil, jarak follow up dapat di
longgarkan sampai 6 bulan. Peningkatan ketajaman penglihatan dapat diperoleh
pada kebanyakan anak usia 7-12 tahun dipertahankan setelah penghentian
regimen.3
22
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
2.9. Prognosis
23
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
BAB 3
KESIMPULAN
24
PAPER NAMA : ARJUMARDI AZRAH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100044
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
DAFTAR PUSTAKA
5. Ilyas, Yulianti; Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima; Strabismus; Amliopia; 2015
p. 264-272
11. Sharanjeet, et.al; Patching Therapy in Patients with Strabismic Amblyopia and
Refractive Amblyopia; Sains Malaysiana; 2011
16. Friedberg, Rapuano; The Wills Eye Manual; Office and Emergency Room
Diagnosis and Treatment of Eye Disease; Amblyopia; p 149-153
25