Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan
Tujuan praktikum Acara III Transfer Massa Uap Air Selama
Pengeringan yaitu :
1. Memahami prinsip transfer massa uap air selama pengeringan.
2. Mengetahui laju transfer massa uap air selama pengeringan.
3. Mengetahui pengaruh bentuk dan ukuran bahan terhadap laju transfer
massa air selama pengeringan.
B. Tinjauan Pustaka
Pengeringan adalah suatu proses perpindahan kalor dan massa air
secara transien serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau
kimia yang dapat menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme
perpindahan kalor dan massa. Mekanisme pengeringan meliputi dua proses
perpindahan yaitu perpindahan kalor dan perpindahan massa uap air dengan
mengkondisikan udara pengering. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pengeringan antara lain; suhu dan kelembaban udara pengering yang
dialirkan, debit aliran udara pengering, kadar air awal bahan, bentuk, ukuran
dan jaringan sel bahan, bentuk kurva sorbsi-desorbsi bahan dan perlakuan/
cara pengeringan, yaitu secara kontinyu (pengeringan secara terus-menerus)
atau adanya tempering (penundaan antara waktu-waktu pengeringan
berlangsung) (Muhamadiah dkk, 2011).
Pengeringan adalah suatu metoda untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energy panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi
didalamnya. Mikroba dalam keadaan normal mengandung air kira-kira 80
persen. Air ini diperoleh dari makanan tempat mereka tumbuh. Jika air
dikeluarkan dari bahan pangan, maka air dalam sel bakteri juga akan keluar
dan bakteri tidak dapat berkembang biak. Bakteri dan kapang umumnya
membutuhkan kadar air yang lebih tinggi dari pada kapang, maka sering kita
jumpai kapang tumbuh pada makanan setengah kering dimana bakteri dan
ragi tidak dapat tumbuh, missal kapang dapat tumbuh pada roti yang sudah
basi, ikan asp, dendeng, dan lain-lainnya (Martini, 2011).
Pengeringan produk merupakan operasi penting dalam rantai
penanganan makanan. Esensi dasar pengeringan adalah untuk mengurangi
kadar air dari produk ke tingkat yang mencegah kerusakan dalam jangka
waktu tertentu waktu, biasanya dianggap sebagai periode penyimpanan yang
aman. Pengeringan dalam aplikasi adalah proses panas dan massa
perpindahan, melibatkan uap air dalam keadaan cair, pencampuran uap
dengan udara pengeringan dan menghapus uap dengan alami atau mekanis
membawa pergi campuran uap dan kelembaban. Panas yang cukup untuk
vapourisation produk kelembaban harus diberikan dengan mengurangi panas
yang masuk akal dari udara pengeringan atau dengan menerapkan panas
langsung ke produk dengan konduksi, radiasi, pemanasan dielektrik, beku-
kering dll (Eze, 2010).
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan panas
alami maupun panas buatan. Panas alam yang biasa digunakan pada proses
pengeringan ini, ialah dengan menggunakan panas matahari, misalnya dalam
pembuatan sale pisang, sale kesemek,atau kurma yang didatangkan dari
Negara padang pasir. Pengeringan dengan menggunakan panas buatan ialah
dengan alat pengering yang khusus dibuat untuk maksud tersebut.
Pengeringan pada dasarnya bertujuan untuk mengeluarkan air dengan cara
sedemikian rupa, sampai mencapai kadar air tertentu. Dengan sangat
terbatasnya kadar air, akan menyebabkan enzim-enzim tidak aktif dan atau
mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan. Untuk berhasilnya suatu usaha pengawetan hasil pertanian
dengan cara pengeringan, haruslah diperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor
tersebut meliputi keadaan bahan makanan yang akan dikeringkan, udara
disekelilingnya, terutama dalam pemilihan jenis, kondisi bahan, serta tingkat
kematangan yang tepat (Hudaya dan Dradjat, 1980).
Pemanas udara matahari adalah alat sederhana untuk memanaskan
udara dengan memanfaatkan energi matahari dan digunakan dalam berbagai
aplikasi yang memerlukan rendah sampai sedang suhu di bawah 80C, seperti
pengeringan tanaman dan pemanas ruangan. Proses Pengeringan memainkan
peran penting dalam pelestarian produk pertanian. Pengeringan didefinisikan
sebagai proses penghapusan kelembaban karena panas simultan dan
perpindahan massa. Ada dua jenis air yang ada dalam makanan, air terikat
secara kimia dan air terikat secara fisik. Dalam pengeringan, hanya air fisik
yang dihilangkan. Penerapan pengeringan di negara berkembang dapat
mengurangi kerugian pasca panen dan secara signifikan berkontribusi pada
ketersediaan pangan di negara-negara. Pengeringan tradisional, yang sering
dilakukan di tanah di udara terbuka, adalah metode yang paling luas
digunakan di negara berkembang karena merupakan metode yang paling
sederhana dan termurah (Bolaji, 2008).
Proses pengeringan pada umumnya terdiri dari dua periode utama
yaitu periode laju pengeringan tetap (constant rate period) dan periode laju
pengeringan menurun (falling rate period). Pemahaman akan hal ini akan
lebih mudah bila melihat kurva dari grafik hubungan kadar air dan laju
pengeringan selama proses pengeringan. Menurut penelitian sebelum periode
laju pengeringan tetap, terjadi periode pemanasan (warming-up period), laju
pada saat itu pengeringan meningkat. Periode laju pengeringan tetap terjadi
sampai air bebas di permukaan bahan telah hilang dan kemudian laju
pengeluaran air semakin berkurang. Kadar air pada saat laju pengeringan
berubah dari laju pengeringan tetap ke laju pengeringan menurun disebut titik
kritis (critical point). Laju pengeringan tetap terjadi pada awal proses
pengeringan produk biologi dengan kadar air lebih dari 70% basis basah. Laju
pengeringan menurun meliputi dua proses yaitu perpindahan air dari dalam
bahan ke permukaan dan perpindahan uap air dari permukaan bahan ke udara
di sekitarnya. Semakin besar luas permukaan yang dikeringkan dan semakin
besar selisih tekanan uap air permukaan dan udara maka laju pengeringan
semakin cepat (Harianto, 2008).
Lama proses pengeringan tergantung dari bahan yang dikeringkan dan
cara pemanasan. Jika suatu benda mengering, maka berlangsunglah 2 proses
yaitu: pemindahan panas untuk menguapkan cairan cairan yang terdapat
pada benda padat dan pemindahan massa yaitu dalam bentuk air bahan
(internal moisture) atau dalam bentuk uap (evaporated liquid). Pemotongan
atau pengirisan dapat dilakukan pada sayuran atau buah buahan, misalnya
sayuran umbi dipotong menjadi kubus kubus kecil, potongan panjang,
serpihan atau irisan. Faktor faktor yang mempengaruhi pengeringan
meliputi keadaan bahan makanan yang akan dikeringkan, udara di
sekelilingnya, perlakuan sebelum pengeringan dan alat pengering yang
digunakan. Bahan hasil pertanian yang akan dikeringkan diusahakan dalam
keadaan yang sebaik-baiknya, terutama pemilihan jenis, kondisi bahan, serta
kematangan yang tepat. Keadaan udara sekelilingnya juga sangat berpengaruh
terhadap hasil pengeringan, terutama pada hasil-hasil pengeringan alami,
karena tergantung dari cuaca. Pada alat-alat pengering perlu diperhatikan
antara lain faktor kelembaban udara atau tingkat kejenuhan udara akan uap
air, perpindahan panas dan massa, suhu pengeringan, kecepatan aliran udara
dan luas permukaan (Hudaya dan Drajat, 1980).
Singkong merupakan makanan pokok bagi daerah pedesaan maupun
perkotaan dan dalam beberapa tahun terakhir telah berubah dari menjadi
tanaman subsisten ke tanaman komersial industri. Hampir setiap industri yang
ada menggunakan pati atau turunannya dalam satu bentuk atau lain. Dalam
makanan dan farmasi pati digunakan untuk mempengaruhi atau
mengendalikan karakteristik seperti tekstur, kelembaban, konsistensi dan
stabilitas rak. Hal ini dapat digunakan untuk mengikat atau menghancurkan,
untuk memperluas atau densify, untuk mengklarifikasi atau opacify, untuk
menarik kelembaban atau menghambat kelembaban, untuk menghasilkan
tekstur halus atau tekstur lembek, pelapis lembut atau pelapis renyah. Hal ini
dapat digunakan untuk menstabilkan emulsi atau untuk membentuk film
tahan minyak. Pati benar-benar berfungsi sebagai bahan multifungsi dalam
industri makanan (Akpa et al, 2012).
Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan sumber bahan makanan
ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan
teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industri makanan seperti
sumber utama pembuatan pati. Selama ini produksi ubi kayu yang berlimpah
sebagian besar digunakan sebagai bahan baku industri tapioka. Berdasarkan
sifat fisik dan kimia, ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang
dengan rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung
dari jenis ubi kayu yang ditanam. Sifat fisik dan kimia ubi kayu sangat
penting artinya untuk pengembangan tanaman yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi (Susilawati dkk, 2008).
Dalam dunia industri, sistem pengeringan memiliki peranan yang
sangat penting. Pada industri pangan proses pengeringan digunakan untuk
pengawetan makanan yaitu dengan cara mengurangi kadar air sampai batas
tertentu pada makanan tersebut untuk disimpan dalam beberapa watu. Proses
pengeringan merupakan proses pemindahan sejumlah masa uap air selama
simultan, dengan membutuhkan energi untuk menguapkan kandungan air
yang dipindahkan dari permukaan bahan ke media pengering. Proses
berpindahnya sejumlah masa uap air terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi uap air antara suatu bahan dengan lingkungannya
(Suarnadwipa, 2008).
C. Metodologi
1. Alat
a. Baskom
b. Cabinet dryer
c. Parut
d. Pisau
e. Telenan
f. Timbangan
2. Bahan
a. Singkong
b. Ubi kayu
3. Cara kerja
Ubi kayu/Singkong
Singkong diiris
tipis
pengeringan gr H2O/jam
200
Singong diiris
dadu
150 Singkong diparut
Gambar 3.1 Grafik hubungan antara waktu pengeringan dan laju transfer
massa uap air
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa baik pada singkong diiris tipis,
singkong diparut grafik hubungan antara waktu dan laju transfer massa uap
air menunjukkan penurunan yang stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kadar
air bahan semakin berkurang seiring dengan semakin lamanya waktu
pengeringan. Sehingga semakin lama waktu pengeringan, maka laju transfer
massa uap air akan semakin lambat (menurun) karena semakin sedikit gram
air dalam bahan yang harus diuapkan. Menurut Riska (2013) faktor-faktor
yang berpengaruh dalam proses pengeringan adalah suhu, kelembaban udara,
laju aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar air akhir bahan. Sedangkan
laju transfer massa uap air selama pengeringan dipengaruhi oleh kadar air
pada bahan, suhu pengeringan yang digunakan dan ketebalan bahan. Dapat
dilihat pada grafik bahwa semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula laju
pengeringan suatu produk. Ketebalan bahan juga berpengaruh terhadap laju
transfer massa uap air selama pengeringan, karena semakin tebal bahan maka
laju transfernya akan semakin lambat dan sebaliknya jika semakin tipis maka
laju trasnfernya akan semakin cepat.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada acara III Transfer Maassa Uap Air
selama Pengeringan adalah :
1. Pengeringan adalah suatu proses perpindahan kalor dan massa air secara
transien serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau kimia
yang dapat menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme
perpindahan kalor dan massa.
2. Laju transfer massa uap air selama pengeringan pada kelompok 3 adalah
pada 0,5 jam 160 g H2O/ jam, pada 1 jam 45 g H2O/ jam, pada 1,5 jam
6,67 g H2O/ jam dan pada 2 jam didapatkan hasil 12,5 g H2O/ jam.
3. Semakin besar ukuran suatu bahan dan semakin luas ukuran suatu bahan
pangan yang akan dikeringkan maka waktu pengeringan yang dibutuhkan
semakin lama dan penurunan kadar air semakin lama.
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 03
Menit ke-30
Jumlah air yang diuapkan = berat awal berat setelah dikeringkan
= 500-420
= 80 gram
Laju transfer massa uap air = jumlah air yang diuapkan / waktu
= 80/0,5
= 160 g H2O/jam
Menit ke-60
Jumlah air yang diuapkan = berat awal berat setelah dikeringkan
= 420 375
= 45 gram
Laju transfer massa uap air = jumlah air yang diuapkan / waktu
= 45/1
= 45 g H2O/jam
Menit ke-90
Jumlah air yang diuapkan = berat awal berat setelah dikeringkan
= 375 - 365
= 10 gram
Laju transfer massa uap air = jumlah air yang diuapkan / waktu
= 10/1,5
= 6,67 g H2O/jam
Menit ke-120
Jumlah air yang diuapkan = berat awal berat setelah dikeringkan
= 365 - 340
= 25 gram
Laju transfer massa uap air = jumlah air yang diuapkan / waktu
= 25/2
= 12,5 g H2O/jam