Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Fitradi Perdana L. H1G014006
Indira Nisa Rahmi H1G014009
Nurul Hidayah H1G014013
Kukut Kisya Sefa H1G014016
Ayon Elwan R. K. H1G014019
Rita Eka Rosita H1G014024
Alvariesta Mahardhika H1G014036
Anindya Pridanti A. H1G014040
2017
I. PENDAHULUAN
Ekosistem perairan terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi.
Komponen biotik merupakan komponen yang terdiri dari makhluk hidup yang berada di daerah
tersebut. Sedangkan komnonen abiotik merupakan habitat makhluk hidup dengan berbagai
Perifiton merupakan kumpulan dari mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan benda
yang berada dalam air (Weitzel, 1979). Perifiton dapat tumbuh pada substrat alami dan buatan.
Berdasarkan substrat menempelnya, perifiton dibedakan atas epilithic (perifiton yang tumbuh pada
batu), epipelic (perifiton yang tumbuh pada permukaan sedimen), epiphytic (perifiton yang tumbuh
Analisis komunitas perifiton dapat menjadi sarana penduga atau indikator ekologis
khususnya untuk mengetahui tingkat produktivitaa primer pada suatu perairan. Hal ini disebabkan
karena perifiton berperan penting dalam rantai makan sebagai penghasil oksigen dan sumber bahan
organik bagi lingkungan disekitarnya. Perifiton juga bisa menjadi indikator baiknya suatu perairan,
hal ini disebabkan pertumbuhan perifiton akan terganggu jika terjadi pencemaran pada perairan
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui nilai kelimpahan, keragaman, dominansi,
1.1. Kolam
Kolam merupakan sakah satu bentuk peraian menggenang (lentik) yang di dalamnya selalu
terdapat komponen biotik dan komponen abiotic yang saling berinteraksi mempengaruhi antara
satu sama lainnya. Menurut Odum (1970), kolam merupakan daerah perairan yang terkecil dimana
zona litoralnya relative besar sedangkan zona limnetic dan zona profundalnya lebih kecil atau tidak
ada. Kolam berdasarkan cahaya dibedakan menjadi tiga zona yaitu, zona fotik, zona kompensasi
dan zona afotik. Zona fotik adalah daerah dimana cahaya dapat menembusnya dan merupakan
daerah fotosintesis. Zona kompensasi merupakan daerah dimana laju respirasi dan laju fotosintesis
berjalan dengan seimbang, sedangkan zona afotik adalah daerah dimana cahaya matahari tidak
dapat mencapainya dan proses fotosintesis tidak dapat terjadi (Koesbiono, 1991).
Salah satu komponen biotik pada ekosistem perairan adalah perifiton. Perifiton adalah
organisme yang tumbuh atau menempel pada substrat. Perifiton bersifat menetap pada suatu area
atau substrat seperti akar tumbuhan, kayu, bebatuan dan benda-benda lain yang menyebabkan
potensi terpapar oleh polutan menjadi lebih besar dengan organisme perairan lainnya (Indrawati
dkk., 2010). Karena perifiton tidak banyak bergerak, maka kelimpahan dan komposisi perifiton
dipengaruhi oleh kualitas air di lingkungan hidupnya. Melimpahnya jumlah perifiton menandakan
lingkungan tersebut dalam kondisi baik, hal ini disebabkan karena keberlangsungan hidup
Komunitas perifiton memiliki sifat hidup menempel hampir sepanjang hidupnya pada
suatu area. Oleh karena itu, komunitas perifiton bisa menjadi bioindikator kualitas perairan.
Kondisi perairan dapat diketahui melalui komunitas perifiton yang dikaitkan dengan parameter
Perifiton berperan sebagai produsen primer dengan menghasilkan oksigen dan menjadi
salah satu sumber bahan organik pada suatu periairan. Peran perifiton sangat penting dalam rantai
makanan pada suatu ekosistem. Jika komunitas perifiton melimpah maka semakin baik juga
kondisi suatu perairan karena bahan makanan dan oksigen pada perairan tersebut juga melimpah.
Hal ini menunjukan bahwa komunitas perifiton bisa menjadi gambaran produktivitas pada suatu
1.1. Alat dan Bahan Commented [H2]: Di buat tabel disertai fungsi masing2
1.1.1. Alat
3.1.1. Bahan
Mengawetkan sampel
3. Formalin
2.
1.1. Metode
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Mei 2017 pukul 12.00 WIB di kolam
4.1. Hasil
A1 1 1 0,091 2329
A2 1 1 0,091 2329
A3 1 1 0,091 2329
Total 11
Total 24
Microsporasp. 1 5 3 9 3 20963
4
Oscillatoriasp. - 1 2 3 1 6988
Total 38
Total 30
Total 32
1&2
1&3
1&4
1&5
1&6
2&3 0%
2&4 30,8%
2&5 22,2%
2&6 13,3%
3&4 12,5%
3&5 28,6%
3&6 22,2%
4&5 31%
4&6 75%
5&6 28,6%
Tabel 4. Rekapan Aturan 50%Perifiton Kolam
Stasiun yang
Aturan 50%
dibandingkan
1&2
1&3
1&4
1&5
1&6
2&3 100%
2&4 83,3%
2&5 85,7%
2&6 83,3%
3&4 100%
3&5 85,7%
3&6 85,7%
4&5 83,3%
4&6 37,5%
5&6 100%
1.1. Pembahasan
Praktikum dilakukan di dua kolam, kolam pertama terdiri dari stasiun 1,4 dan 6 sedangkan
kolam ke dua terdiri dari stasiun 2,3 dan 5. Parameter yang dianalisis pada praktikum ini adalah
kepadatan, keragaman, dominansi, kemerataan, aturan 50% dan indeks kesamaan perifiton. Pada
stasiun 1 ditemukan 9 spesies, yaitu A1, A2, Closterium sp, Melosira sp, Mycrospora sp,
Phormidium sp, Tribonema sp dan Synedra sp dengan kepadatan masing masing 2329 ind/cm2,
2329 ind/cm2, 2329 ind/cm2, 2329 ind/cm2, 4629 ind/cm2, 4629 ind/cm2, 2329 ind/cm2, 2329
ind/cm2, dan 2329 ind/cm2.Pada stasiun 2 ditemukan 5 spesies, Chironemus sp, Oschilatoria sp,
Microtiniums sp, Fragilaria sp, Anacystis sp dan Tribonema sp dengan kepadatan masing-masing
4659 ind/cm2, 18634 ind/cm2, 2329 ind/cm2, 4659 ind/cm2, 9317 ind/cm2 dan 2329 ind/cm2. Pada
stasiun 3 ditemukan 9 spesies, yaitu Anabaena sp, Cymbella sp, Gonatozygon sp, Navicula sp,
Spyrogira sp, Synedra sp, Tabellaria sp, Ulothrix sp dan Zygnema sp dengan kepadatan 1041
ind/cm2, 4531 ind/cm2, 1041 ind/cm2, 1041 ind/cm2, 5554 ind/cm2, 1041 ind/cm2, 1041 ind/cm2,
4531 ind/cm2 dan 6943 ind/cm2. Pada stasiun 4 ditemukan 7 spesies, yaitu Microcystis sp, Navicula
sp, Nitszchia sp, Microspora sp, Oscillatoria sp, Phormidium sp dan Fragilaria sp dengan
kepadatan 44256 ind/cm2, 4659 ind/cm2, 4659 ind/cm2, 20963 ind/cm2, 6988 ind/cm2, 4659
ind/cm2 dan 2329 ind/cm2. Pada stasiun 5 ditemukan 12 spesies, yaitu Synedra sp, Ulothrix sp,
Melosira sp, Meridion sp, Zygnema sp, Fragilaria sp, Oscillatoria sp, Brachionus sp, Nauplius
sp, Closterium sp, Rhizoclonium sp dan Microspora sp dengan kepadatan masing-masing 2329
ind/cm2, 9317 ind/cm2, 11646 ind/cm2, 16305 ind/cm2,2329 ind/cm2, 6988 ind/cm2, 4659 ind/cm2,
4659 ind/cm2, 2329 ind/cm2, 4659 ind/cm2, 2329 ind/cm2 dan 2329 ind/cm2. Pada stasiun 6
ditemukan 9 spesies, yaitu Oscillatoria sp, Hyalotheca sp, Spyrogira sp, Synedra sp, Mycrospora
sp, Nitzschia sp, Spirulina sp, Oscillatoria sp dan Hyalotheca sp dengan kepadatan masing-masing
11646 ind/cm2, 9317 ind/cm2, 4659 ind/cm2, 4659 ind/cm2, 30280 ind/cm2, 4659 ind/cm2, 4659
ind/cm2, 2359 ind/cm2 dan 2359 ind/cm2. Kelimpahan total tertinggi ada di stasiun 4 dengan nilai
88513 ind/cm2 sedangkan kelimpahan total terendah ada pada stasiun 1 dengan nilai 25621
ind/cm2. Menurut Widdyastuti (2011) kelimpahan perifiton yang berfluktuasi secara tidak teratur
pada skala hari dan minggu terlihat bersatu di titik keseimbangan dalam skala waktu yang lebih
lama. Dari semua stasiun, Nitzschia sp dan Navicula sp tidak mendominasi, hal ini menandakan
perairan tersebut tidak terindikasi tercemar berat. Hal ini sesuai dengan Aprisanti dkk (2013) yang
menyatakan Nitzschia sp dan Navicula sp memiliki toleransi yang tinggi terhadap bahan pencemar.
Kelimpahan perifiton total pada kolam pertama adalah 188671 ind/cm2, lebih banyak
dibandingkan dengan kelimpahan perifiton total pada kolam ke dua yang berjumlah 138333
ind/cm2. Hal ini juga didukung dengan nilai DO rata-rata kolam satu yaitu 2,13 mg/L, lebih tinggi
dari pada DO rata-rata kolam kedua yang bernilai 2,03 mg/L. Hal ini sesuai dengan Barus dkk
(2014) yang menyatakan bahwa perifiton berperan sebagai penghasil oksigen dan sumber bahan
Nilai keragaman pada stasiun 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 masing-masing adalah 1,928; 1,504; 1,933;
1,449; 2,247 dan 1,826. Keragaman tertinggi ada pada stasiun 5, sedangkan keragaman terendah
ada pada stasiun 4. Nilai keragaman perifiton bisa dipengaruhi faktor fisika dan kimia area
tersebut. Hal ini menyebabkan hanya spesies tertentu saja yang dapat bertahan. Dalam Simbolon
(2016), suatu perairan yang memiliki indeks keragaman > 3 tergolong perairan yang tidak
tercemar, indeks keragaman 1-3 tergolong tercemar sedang dan indeks keanekaragaman < 3
tergolong tercemar berat. Hal ini menunjukan semua stasiun berada di perairan yang tercemar
sedang.
Nilai dominansi pada stasiun 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 masing-masing adalah 0,036; 0,235; 0,134;
0,303; 0,99 dan 0,198. Nilai dominansi tertinggi ada di stasiun 5 sedangkan nilai dominansi
terendah ada di stasiun 1. Menurut Simbolon (2016), apabila indeks dominansi > 0,5 maka struktur
komunitas yang sedang diamati terdapat dominansi oleh satu atau beberapa spesies. Dominansi
sering kali diakibatkan karena faktor fisika kimia perairan tersebut tidal sesuai untuk kehidupan
perifiton sehingga ada dominansi dari spesies yang toleran terhadap kondisi tersebut Indeks
kemerataan pada stasiun 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 masing-masing adalah 0,877; 1,933; 2,026; 1,15; 2,082
dan 1,914. Indeks kemerataan tertinggi ada di stasiun 5 sedangkan indeks kemerataaan terendah
ada di stasiun 1. Apabila indeks kemerataan mendekati 0 maka semakin kecil kemerataan dan
5.1. Kesimpulan
Nilai kelimpahan total, keragaman, dominansi dan kemerataaan perifiton pada stasiun 6
5.2. Saran
Dalam melakukan perhitungan dan identifikasi perifiton, harus lebih teliti dan cermat.
DAFTAR PUSTAKA
Aprisanti, R., Mulyadi, A., dan Siregar, S.H. 2013. Struktur Komunitas Diatom Epilitik Perairan
Sungai Senapelan dan Sungai Sail, Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan, 7 (2) : 241-
252.
Barus, S.L., Yunasfi dan Ani,S. 2014. Keanekaragaman dan Kelimpahan Perifiton Di Perairan
Sungai Deli Sumatra Utara. Jurnal USU. 1(1): 139-149
Dharmawan, R. 2010. Studi Komunitas Alga Perifiton di Kali Surabaya Kotamadya Surabaya.
Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Indrawati, I., Sunardi dan Ita, F. 2010. Perifiton Sebagai Indikator Biologi pada Pencemaran
Limbah Domestik di Sungai Cikuda Sumedang. Jurnal Limnologi Jurusan Biologi
Universitas Padjadjaran, 1 (5) : 43-47.
Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W. B. Sounder Co. Philadelphia. 574p
Pratiwi, N.T.M., Wijaya, H.K., Adiwilaga, E.m dan Pribadi, T.A. 2011. Komunitas Perifiton Serta
Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air Di Bagian Hulu Sungai
Cisadane, Jawa Barat. Jurnal Lingkungan Tropis. 5(1):21-32
Simbolon, C., Mulya, M.B dan Desrita. 2015. Keanekaragaman Perifiton Di Sungai Belawan
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatra Utara. Jurnal USU. 1(1):
1-10
Sitompul, S. 2000. Struktur Komunitas Perifiton di Sungai Babon Semarang. Skripsi Universitas
Diponegoro.
Widdyastuti, R. 2011. Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Ciampea, Desa Ciampea Udik,
Bogor Pada Musim Kemarau 2010. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Weitzel, R. L. 1979. Methods and Meansurements of Perifiton Communities: Review American
Socienty for Testing and Materials. Philadelphia. London.