You are on page 1of 4

Nama: Dea Ardelia Putri

NIM : 1102012050
FK : Univ. YARSI

Kecelakaan lalu lintas antara mobil dan pengendara motor


disertai dislokasi organ dalam
1. Pendahuluan

Interpretasi kecelakaan antara mobil dengan pengendara motor termasuk hal yang sulit
pada ranah forensic. Walau beberapa bentuk luka pada korban dapat menunjukkan arah tabrakan
dan bagaimana kecelakaan tersebut terjadi, namun hal tersebut kurang dapat memberikan
keterangan yang lebih pasti untuk menjelaskan kronologi kecelakaan tersebut.

Dislokasi organ dalam dari posisi seharusnya dapat menjadi indikator yang baik untuk
kasus tabrak lari. Hal ini seringkali disebabkan oleh gaya tangensial yang melindas bagian tubuh.
Kulit kemudian robek dan terlepas dari jaringan otot yang membentuk formasi menyerupai
kantung yang berisi darah, jaringan lemak dan organ yang terdislokasi. Interpretasi dari dislokasi
organ tersebut harus dilakukan secara hati-hati karena ia mendeskripsikan mekanisme luka dengan
lebih kompleks. Tetapi dislokasi organ pada ilmu forensik sangat berguna untuk rekonstruksi
kecelakaan yang fatal karena kendaraan bermotor dan juga korban bunuh diri.

Pada jurnal ini akan dibahas mengenai kasus dislokasi organ yang disebabkan oleh
tabrakan antara truk tronton dengan korban yang merupakan pengendara motor bersamaan dengan
deskripsi dislokasi organ yang terjadi pada korban yang ditemukan pada pemeriksaan luar.

2. Case Report

Seorang lelaki pengendara motor mengalami luka yang fatal setelah terjadi tabrakan
dengan sebuah truk tronton. Korban ditemukan dalam dalam posisi terlentang di jalan dengan
tubuh tampak sedikit terpuntir ke arah kanan.

Tidak ada testimoni dari saksi mata sekitar yang dapat dijadikan acuan dan ahli forensik
juga tidak dipanggil untuk memeriksa TKP, sehingga interpretasi dan rekonstruksi mekanisme
luka bergantung pada otopsi yang teliti.

2.1 Hasil otopsi

Pada pemeriksaan luar ditemukan banyak luka berat terutama pada kepala yang
terdeformasi parah dengan fraktur kominutif dan isi kepala yang keluar. Pada daerah wajah
terdapat luka robekan yang berjalan hingga leher disertai dengan isi perut/usus yang keluar melalui
rongga leher. Pada bagian dada, bahu, dan punggung didapatkan memar berwarna merah keunguan
berbentuk jejas ban. Pada bagian tubuh lainnya terdapat banyak luka lecet seperti pada lutut, dagu,
dan samping tubuh. Posisi tubuh korban tampak seperti terpuntir kearah kanan.
Selain pada tengkorak, terdapat patah tulang juga pada bagian lain, seperti pada iga kanan
kedua, iga kiri ke 2 hingga ke 10, tulang dada, dan juga tulang belakang.

Penemuan paling menarik dari hasil otopsi tersebut adalah dislokasi organ-organ
abdomen seperti usus halus, usus besar, dll dari rongga abdomen ke daerah leher dan keluar
melalui luka robek pada pipi yang menjalar hingga dahi. (gambar 1)

Gambar 1. dislokasi rongga pada abdomen ke daerah leher dan kaluar melalui luka robek pada pipi yang menjalar
hingga dahi

3. Diskusi

Pada beberapa kejadian kecelakaan antar kendaraan bermotor, ahli forensik biasanya
diminta untuk memberikan interpretasi luka yang diderita korban dan untuk mendeduksi
mekanisme penyebab luka bergantung pada hasil otopsi.

Luka-luka yang ditemukan pada jenazah korban menunjukkan bahwa korban terlindas
melewati sisi kiri tubuh (dari sisi kiri tubuh hingga kepala). Jejas ban yang terdapat pada bagian
punggung hingga ke bagian bahu dan dada menunjukkan bahwa korban terlindas dan terpuntir.

Ditemukannya fraktur kominutif pada bagian tengkorak menunjukkan bahwa ia terlindas


oleh kendaraan besar. Luasnya fraktur dan cedera dalam (dislokasi, laserasi dan ruptur organ
dalam) sangat cocok dengan kasus tertabrak oleh kendaraan besar lainnya.

Hal unik yag ditemukan pada otopsi adalah adanya dislokasi organ yang berjalan dari
abdomen , melewati rongga leher hingga keluar dari bagian kepala. Dislokasi organ tersebut
Bersama dengan jejas ban membuktikan adanya mekanisme tabrak lari.

Dislokasi organ tersebut dihasilkan oleh gaya yang dihasilkan oleh ban yang parallel dari
permukaan melewati ekstremitas dan batang tubuh korban. Gaya tangensial yang sama
menyebabkan robeknya mesentrium. Hal ini, bersamaan dengan pergeseran dan pindahnya usus
menyebabkan ruptur viscera abdominal. Pada kasus terlindas, terlindasnya area thoracoabdominal
sering berujung pada dislokasi organ-organ abdomen ke area thorak dengan ruptur atau laserasi
dari diafragma. Pada kasus ini, dislokasi terjadi ke rongga kepala yang pecah melalui dinding
abdomen yang telah ruptur. Gaya yang dapat menyebabkan dislokasi seperti ini adalah gaya yang
kuat dan cukup lama sehingga dapat mendorong organ-organ abdomen ke rongga kepala.

Dari hasil otopsi didapat beberapa hal dari kecelakaan tersebut seperti kemungkinan mobil
yang melindas korban merupakan mobil besar, tidak berkecepatan tinggi dan mungkin sempat
berhenti sehingga terjadi kompresi pada area thorak korban.

4. Kesimpulan

Jurnal ini membuktikan pentingnya patologi forensik dan pemeriksaan yang tepat dan
mendetail pada luka dalam merekonstruksi suatu kecelakaan. Ahli patologi forensic seringkali
harus dapat mereka ulang dinamika suatu kecelakaan berdasarkan hanya hasil otopsi dan
interpretasinya, dan bergantung pada teori-teori dan pengalaman.

Pada jurnal ini juga menunjukan betapa kompleksnya mekanisme dislokasi organ.
Perlunya penelitian mendalam pada dislokasi organ, asalnya, karakteristik dan mekanisme harus
di laporkan. Terlebih lagi, eksperimen pada biomekanika dislokasi organ dan penelitian lebih
lanjut pada biomekanika trauma pada abdomen sangat diperlukan.
Daftar Pustaka
V.J. DiMaio, D. D DiMaio, Forensic Pathology, second ed., CRC Press, Boca Raton, 2001.
G. Teresinski, R. Madro, Evidential value of injuries useful for reconstruction of the pedestrian-
vehicle location at the moment of collision, Forensic Sci. Int. 128 (2002) 127135.

D. Metter, Decollement as initial collision injury, Z. Rechtsmed. 85 (1980) 211219.

P. Strejc, J. Sachl, A. Vlckova, J. Dressler, D. Vajtr, Another mechanism of decolle-ment, Soud.


Lek. 55 (2010) 5153.

Y. Nishitani, T. Hayase, Y. Yamamoto, K. Yamamoto, An unusually extensive decollement in


the back in a non-traffic-accident victim; probably produces by a glancing blow by a falling
weight, Res. Prac. Forensic Med. 44 (2001) 257260.

You might also like