You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

Molahidatidosa atau yang biasa disebut hamil anggur merupakan hal yang sering

dijumpai. Di Asia, insiden tertinggi tertinggi adalah di Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan

dan 1 dari 57 persalinan. Faktor risikonya ialah nutrisi, sosioekonomi (asupan karoten rendah,

defisiensi vitamin A) dan sitogenetik.1

Kehamilan mola secara histologis ditandai oleh abnormalitas vili korionik yang terdiri

dari ploriferasi trofoblastik dan edema stroma vilus. Meskipun biasanya menempati rongga

uterus, mola kadang-kadang berkembang sebagai kehamilan ektopik.2

Kehamilan mola komplit memiliki insiden sekuele ganas yang lebih tinggi dibandingkan

mola parsial. Pada sebagian besar penelitian, 15-20 persen mola komplit memperlihatkan

tanda-tanda penyakit rofoblastik persisten. Yang menarik, evakuasi mola secara dini tidak

menurunkan risiko ini.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Molahidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang biak dengan

sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga

menunjukkan berbagai ukuran ploriperatif tidak normal.1

Molahidatidosa merupakan bagian dari kelompok Penyakit Trofoblas Gestasional

(PTG) yaitu kelompok penyakit yang ditandai dengan ploroferasi abnormal trofoblas

pada kehamilan dengan potensi keganasan. Mola hidatidosa adalah neoplasma jinak

dari sel trofoblas. Pada mola hidatidosa, kehamilan tidak berkembang menjadi janin

tang sempurna, melainkan berkembang menjadi patologik. 3,4,5,6

B. Klasifikasi

Molahidatidosa dibagi dalam 2 klasifikasi, yakni;

1. Molahidatidosa Komplit

Molahidatidosa komplit hanya mengandung DNA paternal sehingga bersifat

androgenetik tanpa adanya jaringan janin.

2. Molahidatidosa Parsial

Molahidatidosa Parsial merupakan triploid yang mengandung 2 set kromosom

paternal dan 1 set kromosom maternal. Seringkali terdapat mudigah atau jika

ditemukan sel darah merah berinti pada pembuluh darah vili korialis.1

Kehamilan mola secara histologis ditandai oleh abnormalitas vili korionik

yang terdiri dari ploriferasi trofoblastik dan edema stroma vilus. Meskipun

2
biasanya menempati rongga uterus, mola kadang-kadang berkembang sebagai

kehamilan ektopik.2

C. Patofisiologi

Molahidatidosa komplit hanya mengandung DNA paternal sehingga bersifat

androgenetik tanpa adanya jaringan janin. Hal ini terjadi karena satu sel sperma

membawa kromosom 23X melakukan fertilisasi terhadap sel telur yang tidak

membawa gen maternal (tidak aktif), kemudian mengalami duplikasi membentuk

46XX homozigot. Namun fertilisasi juga dapat terjadi pada dua spermatozoa yang

akan membentuk 46XY atau 46XX heterozigot. Biasanya sel telur yang dibuahi mati

pada saat itu juga. Jika hal itu terjadi, embrio tidak tumbuh, hanya sel trofoblas yang

tumbuh untuk mengisi Rahim dengan jaringan mola. Secara makroskopik, pada

kehamilan trimester dua molahidatidosa komplit berbentuk seperti anggur karena vili

korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh. Pada kehamil trimester

pertama vili korialis mengandung cairan dalam jumlah lebih sedikit, bercabang dan

mengandung sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh

darah. Mola hidatidosa parsial merupakan triploid yang mengandung dua set

kromosom paternal dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua

set kromosom maternal tidak menjadi mola hidatidosa parsial. Dengan materi genetik

yang terlalu banyak, kehamilan akan berkembang secara abnormal dengan plasenta

tumbuh melampaui janin. 1,6,7,

D. Manifestasi Klinis

Biasanya terjadi amenore 1 sampai 2 bulan. Mungkin terdapat mual dan

muntah yang signifikan. Akhirnya terjadi pendarahan uterus yang mungkin bervariasi

dari sekedar bercak (spotting) hingga perdarahan besar. Perdarahan dapat berawal

3
tepat sebelum abortus mola spontan, atau yang lebih sering, berlangsung secara

intermiten selama beberapa minggu sampai bulan. Pada mola tahap lanjut, mungkin

terjadi perdarahan uterus yang tersamar dan anemia defisiensi besi derajat sedang.2

Pada sekitar separuh kasus, pertumbuhan uterus lebih cepat daripada

perkiraan. Uterus memiliki konsistensi lunak dan pada uterus yang membesar tidak

ditemukan detak jantung janin.2

E. Diagnosis

Sebagian wanita berobat secara dini dengan pengeluaran spontan jaringan

mola. Namun, pada sebagian kasus, pasien mengalami amenorea dengan durasi yang

berbeda-beda yang kemudian diikuti oleh perdarahan ireguler. Hal ini hampir selalu

mendorong dilakukannya pemeriksaan kehamilan dan sonografi. Jika dibiarkan,

ekspulsi spontan biasanya terjadi sekitar usia 16 minggu. Gambaran sonografik khas

suatu mola komplet mencakup massa ekogenik kompleks di uterus disertai banyak

rongga kistik tanpa janin atau kantong amnion. Gambaran sonografik mola parsial

adalah plasenta yang menebal dan hidrofik disertai jaringan janin. 2

F. Penatalaksanaan

Terdapat dua hal penting dalam penatalaksanaan semua kehamilan mola.

Pertama adalah evakuasi mola, yang kedua ialah tindak lanjut (follow up) untuk

mendeteksi penyakit trofoblastik persisten. Sebagian besar dokter melakukan

pemeriksaan radiografik toraks pra operasi. Pemeriksaan laboratorium mencakup

hemogram untuk mendeteksi anemia, golongan darah, dan penapisan antibody, kadar

transaminase hati serum untu menilai keterlibatan hati dan kadar basal hCG serum.2

Setelah diagnosis ditegakkan dan dilakukan pemeriksaan penunjang (

pemeriksaan darah lengkap, hCG, dan foto thoraks) maka dilakukan evakuasi

4
dengan kuret isap dilanjutkan dengan kuret tumpul avum uteri.. Untuk mola yang

besar, perlu diberikan anestesi yang kuat dan persediaan darah yang cukup. Pada

keadaan serviks tertutup, pelerbaran praoperasi dengan dilator osmotic mungkin

menolong. Serviks kemudian diperbesar lebih lanjut agar kuret hisap 10 sampai 12

mm dapat masuk. Setelah sebagian besar jaringan mola dikeluarkan, maka pasien

diberikan oksitosin. Setelah myometrium berkontraksi, biasanya dilakukan kuretase

yang menyeluruh tapi lembut.1,2

Tidak dianjurkan evakuasi ulangan rutin. Jika setelah evakuasi awal gejala

(misalnya perdarahan pervaginam) menetap, maka perlu dikonsultasikan dengan pusat

skrining sebelum dilakukan pembedahan; pasien dengan perdarahan pervaginam

abnormal menetap pascakehamilan non mola perlu melakukan uji kehamilan untuk

menyingkirkan kemungkinan neoplasia trofoblastik gestasional (NTG). 1

Pada molahidatidosa parsial, jika ukuran janin tidak memungkinkan dilakukan

kuret isap, maka dapat digunakan terminasi medis; tetapi terjadi risiko peningkatan

PTG menetap.1

Jika pasien tidak lagi ingin hamil, histerektomi mungkin lebih dianjurkan

daripada kuretase isap. Ini merupakan tindakan yang logis bagi wanita berusia 40

tahun atau lebih, karena paling sedikit sepertiga dari pada wanita ini akan mengalami

neoplasia trofoblastik gestasional persisten. Meskipun histerektomi tidak

menghilangkan kemungkinan ini, tetapi tindakan histerektomi telah sangat

mengurangi timbulnya neoplasia trofoblastik gestasional persisten.2

F.1 Follow up B-hCG setelah evakuasi molahidatidosa

Menurut FIGO tahun 2000 penanganan paska evakuasi molahidatidosa

meliputi : pemeriksaan B-hCG setiap minggu pada bulan pertama sampai tidak

terdeteksi. Dikatakan tidak terdeteksi bila pada dua pemeriksaan selanjutnya dalam

5
interval 1 minggu tetap tidak terdeteksi. Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap dua

minggu pada bulan kedua, setiap bulan selama 6 bulan dan setiap 6 bulan selama 1

tahun.6,7,8

Kehamilan dapat terjadi selama periode pengawasan dan menyebabkan

produksi hCG yang dapat mengganggu deteksi dari progresi menjadi Penyakit

Trofoglas Ganas (PTG). Karena alasan ini, wanita dianjurkan untuk menggunakan

kontrasepsi yang efektif sampai titer B-hCG kurang dari 5mIU/mL atau ambang dari

penilaian individual. Pil kontrasepsi oral menurunkan kemungkinan hamil

dibandingkan kontrasepsi barrier yang kurang efektif dan tidak meningkatkan risiko

PTG. Medroksiprogesteron asetat injeksi berguna jika kepatuhan pasien rendah.

Sebaliknya, AKDR tidak dipakai sampai kadar B-hCG tidak terdeteksi karena risiko

perforasi uterus jika terdapat suatu mola invasif. Kudelka dan Freedman menyatakan

bahwa sekitar 80% pasien paska evakuasi mola hidatidosa tidak memerlukan

interverensi. Kadar hCG pada sebagiab besar kasus akan kembali normal dalam 8

minggu dan sebagian kecil lainnya akan kembali normal dalam 14-16 minggu setelah

evakuasi. Sedangkan menurut Berkowitz dan Goldstein kadar B-hCG pada pasien

molahidatidosa biasanya akan kembali normal 9-11 minggu setelah evakuasi. 3,4,9

G. Prognosis

Pemantauan ketat pasca evakuasi mola sangat penting untuk mengidentifikasi

pasien beresiko keganasan. Pemerikasaan kadar hCG dilakukan tiap minggu hingga

diperoleh tiga kali kadar negatif, kemudian enam kali kadar hCG normal yang

diperiksa sebanyak enam kali disertai pemeriksaann panggul. Jika kadar hCG

meningkat maka perlu dilakukan pemeriksaan foto thoraks.1

Kehamilan mola komplit memiliki insiden sekuele ganas yang lebih tinggi

dibandingkan mola parsial. Pada sebagian besar penelitian, 15-20 persen mola

6
komplit memperlihatkan tanda-tanda penyakit rofoblastik persisten. Yang menarik,

evakuasi mola secara dini tidak menurunkan risiko ini.2

BAB III

KESIMPULAN

Molahidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang biak dengan

sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga

menunjukkan berbagai ukuran ploriperatif tidak normal. Molahidatidosa dibagi menjadi dua

bentuk yaitu mola komplit dan mola parsial.

Manifestasi klinis yang bisa didapatkan mirip dengan kehamilan normal seperti

amenore, mual muntahm dan pembesaran uterus. Namun begitu, tidak ditemukan gerakan

jantung janin. Untuk mendiagnosisnya diperlukan anamnesis yang tepat, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang berupa USG dan pemeriksaan kadar Hcg.

Terdapat dua hal penting dalam penatalaksanaan semua kehamilan mola. Pertama

adalah evakuasi mola, yang kedua ialah tindak lanjut (follow up) untuk mendeteksi penyakit

trofoblastik persisten.

7
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M

Umur : 47 Tahun

Alamat : Gang Mawar Sebengkok

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Masuk RS : 5 Januari 2017

B. ANAMNESA

Keluhan Utama :

Keluar darah bergumpal dari kemaluan

Keluhan Tambahan :

Nyeri perut bawah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan, bergumpal-gumpal dan berbau

busuk. Darah berwarna merah segar dan kadang-kadang berbentuk seperti gumpalan bulat

kecil. Keluhan dirasakan selama kurang lebih 1 bulan. Keluhan juga seringkali disertanya

8
nyeri perut bawah. Tujuh bulan lalu pasien mengaku terlambat datang bulan lalu pasien

memeriksakan diri di puskesmas. Di puskesmas pasien melakukan pemeriksaan plano test

(PP Test) dan dinyatakan positif. Dua bulan kemudian keluar darah segar dari jalan lahir

pasien setelah sebelumnya pasiennya jatuh di rumah. Pasien kemudian berobat di praktek

dokter spesialis kandungan dan melakukan pemeriksaan USG dan dinyatakan menderita

molahidatidosa. Pasien akhirnya di kuret. 1 bulan setelah dikuret, pasien mengeluh keluar

darah dari jalan lahir, berwarna merah segar, bergumpal-gumpal seperti biji kecil, berbau

busuk dan disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien kemudian kembali berobat dan

melakukan pemeriksaan kencing lalu kemudian disarankan untuk mengangkat kandungan.

Riwayat Haid

Haid pertama umur : 10

Siklus Haid : 23 hari

Lama Haid : 7 hari

Banyaknya : -

Sakit saat haid (Dismenorea) : (-)

Riwayat Perkawinan : Menikah

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat alergi / Asma : disangkal

Riwayat gangguan mentruasi : disangkal

Riwayat keputihan : disangkal

Riwayat penyakit menular seksual : disangkal

Riwayat Penyakit paru-paru, Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), DM : disangkal

9
Riwayat Kista Ovarium : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Penyakit paru-paru : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) : disangkal

Riwayat Penyakit gula (DM) : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Operasi : -

Hal-hal dan kebiasaan yang berhubungan dengan ginekologi

Tidak ada

C. Objektif

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Vital sign :

T = 110/70 S = 36,5 0C

N = 80 x/mnt R = 18 x/mnt

BB = 51 kg

Kepala : Normochepali, rambut hitam, panjang, tidak mudah dicabut.

10
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-)

Hidung : Cavum nasi lapang, deviasi septum (-), sekret (-)

Telinga : Liang telinga lapang, serumen (-), sekret (-)

Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar

Thoraks : -

Jantung : Inspeksi, Ictus cordis tidak tampak

Palpasi, Ictus cordis kuat angkat

Perkusi, redup (+)

Auskultasi, bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Inspeksi, pergerakkan dinding dada simetris, retraksi (-)

Palpasi, vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi, sonor seluruh lapang paru

Auskultasi, suara dasar : vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : Inspeksi, perut tampak bulging di daerah suprapubik

Auskultasi, bising usus 45x/menit

Palpasi, Nyeri tekan (-) pada regio suprapubik

Perkusi, Nyeri ketuk (-), timpani

Ekstremitas: oedem - / -, varises - / -, akral hangat, turgor kulit normal, capillary

refill<2.

2. Pemeriksaan ginekologi

a. Pemeriksaan Luar

a. Muka : dalam batas normal

b. Payudara : dalam batas normal

11
c. Abdomen : dalam batas normal

d. Genetalia eksterna :

Distribusi rambut pubis : pertumbuhan merata

Fluksus : (-)

Fluor : (-)

Vulva : dalam batas normal

3. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher) : Tidak dilakukan

4. Rectal Toucher : Tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Khusus

Tes valsava : tidak dilakukan

Pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorioum :

GDS : 112 mg/dl

Ureum : 24.3 g/dl

Kreatinin : 0,8g/dl

SGOT : 18 U/l

SGPT : 20 U/l

Masa Perdarahan (BT) : 1 menit

Masa Pembekuan (CT) : 4 menit

Tes kehamilan (-)

12
D. DIAGNOSIS KERJA

E. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam

Ad Functionam : Bonam

Ad Sanationam : Dubia at malam

F. PLANNING

TERAPI :

1. Rawat inap

2. Pemeriksaan lab

3. Histerektomi

4. Medikamentosa

5.

EVALUASI

Tanggal 07 Agustus 2016

Keluhan : Nyeri post op

Tanda-tanda vital:

KU : baik Kes. : Komposmentis

TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit

T : 35.9 oC RR : 22 x/menit

Status Ginekologi

Pemeriksaan Luar:

13
Abdomen

Inspeksi : Tampak bekas jahitan tertutup kasa

Auskultasi : Bising Usus (+)

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : nyeri ketok (-)

Genitalia : Fluksus dan Fluor (-)

BAB IV

PEMBAHASAN

14
Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien Ny.Mardiana berusia 47 tahun datang

melalui Poli Obsgyn RSUD Tarakan dengan keluhan keluar darah bergumpal dari jalan lahir

disertai nyeri perut bawah.

Pada kasus ini pasien berdasarkan anamnesis, diagnosis pasien mengarah pada

oenyakit molahidatidosa berulang. Pada anamnesis pasien pernah didagnosis mengalami

kehamilan molahidatidosa 3 bulan yang lalu yang ditunjang berdasarkan temuan USG. Pada

saat ini pasien mengeluh mengalami perdarahan dari jalan lahir yang berlangsung selama 1,5

bulan. Perdarahan berupa gumpalan darah berbentuk bulat kecil seperti biji. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, tekanan darah 110/70

mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu 36,5 0C, palpasi abdomen nyeri

tekan (-), perkusi abdomen nyeri ketok (-). Sebelumnya dilakukan pemeriksaan laboratorium

GDS 112mg/dl, ureum 24.3 g/dl, kreatinin serum 0.8 g/dl, SGOT 18U/l, SGPT 20 U/l. Pasien

kemudian menjalani operasi histerektomi.

DAFTAR PUSTAKA

15
1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2008. 279-282.

2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 21. Vol 1&2 .

Jakarta: EGC. 2006

3. Maartaadiesobrata D, Wirakusumah FF. Penyakit Serta Kelainan Plasenta Dan Selaput

Janin.. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2002

4. Mochtar. R. Penyakit Trofoblast. Sinopsis Obstetri, Jilid 1. Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta 1998.

5. Maartaadiesobrata D, Wirakusumah FF. Kelainan Telur, Plasenta, Air Ketuban, Cacat,

dan Gangguan Janin. Dalam Ilmu Kandungan Obstetri Patologi. FK UNPAD . edisi 2.

Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta :2005

6. Gestasional Trophoblastic Disease In : Williams Gynecology, Sec 4, Chapt. 37, The

Mcgraw-Hills Companies, Inc, New York,2008.

7. Gestasional Trophoblastic Disease In : Berek & Novaks Gynecology 14th Ed Chapt 37

Lippincot Williams And Wilkins, 2007

8. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachmihadi T. Gangguan Bersangkutan Dengan

Konsepsi Dalam :Milmu Kandungan Edisi Ii, Cetakan Vi. Pt. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta: 2008

9. Shah D, Sekran. The Management Of Gestasional Trophoblastic Disease. ICOG

FOGSI Recommendation For Good Clinical Practice, Guidline, India, 2009.

16

You might also like