You are on page 1of 2

Amalan Rasulullah saw.

Selain dari adanya perintah syura setelah terjadinya perang Uhud, kita juga menemukan bahawa
pada beberapa situasi dan keadaan Rasulullah saw. meminta saranan dan pendapat sahabat-
sahabatnya. Beberapa contohnya dapat kita sebutkan sebagai berikut.

1. Rasulullah saw. meminta saranan dan pendapat sahabat-sahabatnya dalam menerima tawaran tebusan
tawanan perang Badar.
2. Dalam perang Khandaq (Ahzab), Rasulullah saw. bermusyawarah dengan Saad dalam proses
perjanjian damai dengan suku Ghathafan dengan balasan setengah dari hasil kebun kota Madinah.
3. Rasulullah saw. juga bermusyawarah dengan pasukannya dalam kasus pembagian ghanimah (harta
rampasan perang) Hawazin setelah perang Hunain. Ketika itu, utusan dari suku Hawazin datang kepada
Rasulullah saw untuk meminta ghanimah. Beliau melontarkan masalah ini kepada para pahlawan
perang untuk dimusyawarahkan. Beliau kemudian menyatakan persetujuannya yang diikuti oleh kaum
Muhajirin dan Anshar. Namun hal tidak disetujui oleh al-Aqra bin Habis dari bani Tamim dan al-
Abbas bin Mirdas dari bani Salim. Rasulullah saw. kemudian berkata kepadu utusan
tersebut, Sesungguhnya kami tidak tahu siapakah yang dapai mengabulkan permintaan kalian di
antara orang-orang yang tidak menyetujuinya. Kembalilah kalian sehingga pemimpin kalian
membicarakan hal ini kepada kami. Mereka pun kembali dan menyampaikan keputusan tersebut
kepada pemimpin mereka. Setelah itu mereka kembali kepada Rasulullah saw dan menyampaikan
padannya bahwa pemimpin mereka menyetujui keputusan itu. (Fathul Baari, Syarah Shahih
AlBukhari)
4. Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam menentukan cara mengajak kaum
Muslimin untuk menunaikan solat. (lihat kisah awal mulanya azan dikumandangkan)
5. Beliau juga bermusyawarah dalam masalah peperangan, kesepakatan pembagian ghanimah, perkara
sosial, dan politik. Seluruh masalah ini adalah unsur-unsur mendasar bagi sebuah negara Islam.

Amalan Khulafaur Rasyidin

Syura adalah ciri mendasar dan merupakan bagian dari asas penegak masyarakat muslim pada
masa Khulafaur Rasyidin. Seorang daie yang berasal dari India, Amir Ali berkata, Sesungguhnya
Khalifah terdahulu meminta bantuan dalam urusan ketatancgaraan kepada majelis khusus yang
terdiri dari para Syuyukh (orang tua yang kaya pengalaman) dari kalangan sahabat, pemuka dan
tokoh-tokoh Kota Madinah dan pemimpin kabilah.

Imam Bukhari berkata, Setelah Rasulullah saw. wafat, para pemimpin meminta saranan dan
nasihat kepada orang-orang yang dapat dipercaya dari kalangan ilmuwan dalam berbagai
masalah yang bersifat umum, agar mereka dapat mengambil yang mudah untuk diterapkan.
Apabila masalah tersebut dijelaskan secara tegas oleh Al-Qursan dan Sunnah, maka mereka
tidak melampaui keduanya untuk mengambil hal yang lain. (lihat, Al-Islam wa audhauna As-
Siyasiyah. Asy-Syahid Abdul Qadir Audah)
Imam Bukhari juga menyampaikan apa yang dikatakan oleh ibnu Abbas, Para Qurra
(Cendikiawan) yang berada dalam majlis Umar bin Khaththab terdiri dari para orang tua yang
sudah sepuh atau kalangan pemuda. Muhammad Amir Ali Azad juga berkata, Salah satu jejak
yang ditinggalkan oleh Abu Bakar ialah membentuk Majlis Syura sebagai tempat untuk
mengajukan berbagai masalah yang tidak ada kejelasan nash tentangnya dalam Al-Quran dan
Sunnah Rasulullah saw. (Lihat, AlMujtama Allslami wa Ushul AlHukmi, Muhammad Ash-
Shadiq)
Beberapa Contoh Muusyawarah Khulafaur Rasyidin

1. Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat tentang warisan seorang nenek, dan ketika Mughirah
bin Syubah mengatakan bahwa ia pernah mendengar hukum tentang hal itu dari Rasulullah saw. yang
disaksikan oleh sebagian sahabat, Abu Bakar pun kemudian mengikuti Nash tersebut.
2. Tatkala beberapa sahabat mengusulkan perlunya penentuan gaji Abu Bakar sebagai Khalifah, masalah
ini pun kemudian dilontarkan kepada sahabat lainnya dan ahlul masjid yang selanjutnya menyepakati
gaji beliau sebesar 3 dirham per hari.
3. Ketika Umar bin Khaththab bertekad untuk memimpin pasukan perang kaum Muslimin menuju Persia
dan mengajukan keinginan tersebut untuk dimusyawarahkan, ternyata majoriti kaum Muslimin
menginginkan agar beliau tetap di Madinah dan diwakili oleh Saad bin Abi Waqqash.
4. Juga meminta saran dan masukan kepada para sahabat tentang hukuman bagi peminum khamar dan
keinginannya untuk memperberat hukuman tersebut dengan 80 kali cambukan.
5. Dalam kisah wanita dari Persia yang masih perawan lalu berzina. la kemudian memberitahukan apa
yang telah ia lakukan tanpa merasa bahwa ada hukuman atas perilakunya itu. Perkara ini kemudian
disampaikan Umar bin Khaththab ra. kepada para sahabat untuk dimusyawarahkan. Majoriti sahabat
sepakat bahwa wanita ini mesti direjam, namun Ustman bin Affan ra. berpendapat bahwa wanita ini
belum mengetahui bahwa zina adalah haram. Oleb kerana itu, tidak wajib atasnya hukuman tersebut.
Pendapat ini didasarkan pada hukum syari yang mengatakan bahwa tidak ada hukuman bagi yang tidak
mengetahui hukum, maka hukum syari tersebut sebagai pedoman/pengawal terhadap syura yang mesti
diikuti.
6. Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz membentuk sebuah majlis syura yang terdiri dari 77 orang
dari kalangan fuqaha, ulama dan hakim. Dan ia tidak memutuskan satu perkara pun selain meminta izin
kepada mereka.
7. Menghilangkan syubhat. Pada kes yang terjadi pada masa Abu Bakar ra ketika beliau bertekad untuk
memerangi kaum murtad sementara majoriti sahabat tidak menyetujui hal itu. Ada yang berkata bahwa
beliau menentang keputusan syura. Tentang hal ini ada beberapa catatan sebagai berikut.
Pertama, ada nash (dalil) mengenai hal ini, dan alasan Hukum yang ia utarakan sangat kuat.

Kedua, Allah Azza wajalla melapangkan hati para sahabat dan akhirnya menerima pendapat Abu
Bakar ra. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Umar ra, Saya masih kukuh
dengan pendapatku (tidak memerangi kaum murtad) sehingga Allah melapangkannya dan
menumbuhkan keyakinan dalam diriku bahwa pendapat yang disampaikan oleb Abu Bakar ra.
adalah benar.

Perlunya Syura

1. Mengaplikasikan salah satu sifat orang-orang beriman: Dan mereka bermusyawarah atas urusan
mereka
2. Komitmen atas kewajiban Islam. Kerana itu maafkanlah mereka,mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (Al-Imran: 159)
3. Mengaplikasikan sistem Islam dan keunggulannya dalni kehidupan individu dan jamaah.
4. Mengajar jamaah, mendidik umat dan mempersiapkan mereka untuk menata kehidupan manusia kepada
jalan yang lurus, serta mampu memikul tanggung jawab.
5. Menghindari terjadinya sifat diktator dalam proses pengambilan keputusan penting yang memiliki
pengaruh signifikan dalam masyarakat.
6. Adanya ketenangan atas semua orang bahwa mereka berada di atas jalan yang lurus. Kerana setelah
pengambilan keputusan tersebut yang dilakukan secara musyawarah dan mufakat, akan meneguhkan
kepercayaan terhadap pengurusan dakwah, dan menumbuhkan loyalitas terhadap jamaah.

You might also like