Professional Documents
Culture Documents
Syaban
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc July 8, 2011 Jalan Kebenaran 12
Comments 19,728 Views
Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini
yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak. (HR.
Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami,
maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim no. 1718)
Bidah sendiri didefinisikan oleh Asy Syatibi rahimahullah dalam
kitab Al Itishom,
Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat
(tanpa ada dalil, pen) yang menyerupai syariat (ajaran Islam),
yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-
lebihan dalam beribadah kepada Allah Taala.
Amalan yang Ada Tuntunan di Bulan Syaban
Amalan yang disunnahkan di bulan Syaban adalah banyak-
banyak berpuasa. Aisyah radhiyallahu anha berkata,
Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh
selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat
beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan
Syaban. (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Di bulan Syaban juga amat dekat dengan bulan Ramadhan,
sehingga bagi yang masih memiliki utang puasa, maka ia punya
kewajiban untuk segera melunasinya. Jangan sampai ditunda
kelewat bulan Ramadhan berikutnya.
Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di malam
Nishfu Syaban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya
kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan dengan
saudaranya. (HR. Ibnu Majah no. 1390). Penulis Tuhfatul
Ahwadzi berkata, Hadits ini munqothi (terputus sanadnya).
[Berarti hadits tersebut dhoif/ lemah].
b. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Janganlah mengkhususkan malam Jumat dari malam lainnya
untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jumat dari hari
lainnya untuk berpuasa. (HR. Muslim no. 1144). Seandainya ada
pengkhususan suatu malam tertentu untuk ibadah, tentu malam
Jumat lebih utama dikhususkan daripada malam lainnya. Karena
malam Jumat lebih utama daripada malam-malam lainnya. Dan
hari Jumat adalah hari yang lebih baik dari hari lainnya karena
dalam hadits dikatakan, Hari yang baik saat terbitnya matahari
adalah hari Jumat. (HR. Muslim). Tatkala Nabi shallallahu alaihi
wa sallam memperingatkan agar jangan mengkhususkan malam
Jumat dari malam lainnya dengan shalat tertentu, hal ini
menunjukkan bahwa malam-malam lainnya lebih utama untuk
tidak dikhususkan dengan suatu ibadah di dalamnya kecuali jika
ada dalil yang mendukungnya. (At Tahdzir minal Bida, 28).
c. Malam nishfu Syaban sebenarnya seperti malam lainnya.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah
mengatakan, Malam Nishfu Syaban sebenarnya seperti malam-
malam lainnya. Janganlah malam tersebut dikhususkan dengan
shalat tertentu. Jangan pula mengkhususkan puasa tertentu
ketika itu. Namun catatan yang perlu diperhatikan, kami sama
sekali tidak katakan, Barangsiapa yang biasa bangun shalat
malam, janganlah ia bangun pada malam Nishfu Syaban. Atau
barangsiapa yang biasa berpuasa pada ayyamul biid (tanggal 13,
14, 15 H), janganlah ia berpuasa pada hari Nishfu Syaban (15
Hijriyah). Ingat, yang kami maksudkan adalah janganlah
mengkhususkan malam Nishfu Syaban dengan shalat tertentu
atau siang harinya dengan puasa tertentu. (Liqo Al Bab Al
Maftuh, kaset no. 115)
Lakukanlah ziarah kubur karena hal itu lebih mengingatkan
kalian pada akhirat (kematian). (HR. Muslim no. 976). Jadi yang
masalah adalah jika seseorang mengkhususkan ziarah kubur
pada waktu tertentu dan meyakini bahwa menjelang Ramadhan
adalah waktu utama untuk nyadran atau nyekar. Ini sungguh
suatu kekeliruan karena tidak ada dasar dari ajaran Islam yang
menuntunkan hal ini.
4. Menyambut bulan Ramadhan dengan mandi besar, padusan,
atau keramasan. Amalan seperti ini juga tidak ada tuntunannya
sama sekali dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Puasa tetap
sah jika tidak lakukan keramasan, atau padusan ke tempat
pemandian atau pantai (seperti ke Parangtritis). Mandi besar itu
ada jika memang ada sebab yang menuntut untuk mandi seperti
karena junub maka mesti mandi wajib (mandi junub). Lebih
parahnya lagi mandi semacam ini (yang dikenal dengan
padusan), ada juga yang melakukannya campur baur laki-laki
dan perempuan (baca: ikhtilath) dalam satu tempat pemandian.
Ini sungguh merupakan kesalahan yang besar karena tidak
mengindahkan aturan Islam. Bagaimana mungkin Ramadhan
disambut dengan perbuatan yang bisa mendatangkan murka
Allah?!
.
Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan
di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan
mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka
dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, Wahai Rabbku, ini adalah
umatku. Lalu Allah berfirman, Engkau sebenarnya tidak
mengetahui ajaran yang tanpa tuntunan yang mereka buat
sesudahmu. (HR. Bukhari no. 7049). Sehingga kita patut hati-
hati dengan amalan yang tanpa dasar. Beramallah dengan ilmu
dan sesuai tuntunan Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Umar bin
Abdul Aziz berkata,
Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia
akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan
kebaikan. (Amar Maruf Nahi Munkar, Ibnu Taimiyah)
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber : https://rumaysho.com/1851-amalan-keliru-di-bulan-
syaban.html