You are on page 1of 19

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalat Buah merupakan serangga perusak yang banyak menyerang buah-

buahan dan sayuran seperti mangga, jambu biji, belimbing, melon, nangka, jambu

air, tomat, Cabe dan lain-lain. Serangga ini terdapat hampir di seluruh kawasan

Asia-Pasifik, dan terhitung menyerang lebih dari 26 jenis buah-buahan dan sayur-

sayuran.

Penelitian menunjukkan terdapat lebih kurang 4.500 spesies lalat buah

diseluruh dunia yang berasal dari famili Tephritidae yang menjadi perusak tanaman.

Namun begitu, dari jumlah tersebut, terdapat 20 spesies dari gen Bactrocera adalah

merupakan perusak utama pada buah-buahan dan sayuran di Asia.Lalat buah

bersimbiosis mutualisme dengan bakteria kerana apa bila lalat buah meletakkan

telur pada buah, biasanya akan turut disertai dengan bakteria akan memungkinkan

pembentukan kulat pada bagian yang terkena serangan yang akhirnya akan

meyebabkan buah menjadi busuk dan daun sayuran rusak. Sebagian buah dan daun

sayuran yang terkena serangan lalat buah ini akan menjadi, berulat dan busuk.

Hasil pemantauan lalat buah yang dilakukan oleh Pusat Karantina Pertanian

sejak tahun 1979/1980 menunjukkan bahwa lalat buah ditemukan hampir di semua

wilayah di Indonesia. Saat ini terdapat 66 spesies lalat buah, tetapi baru beberapa

spesies yang sudah diketahui tanaman inangnya, yaitu B. dorsalis Hendel yang

menyerang lebih dari 20 jenis buah antara lain belimbing, mangga, jeruk, jambu,

54
pisang susu, pisang raja sere, cabai merah, B. cucurbitae Coq. yang menyerang

mentimun, melon serta beberapa tanaman dari famili Cucurbitaceae, B. umbrosus

F. Yang menyerang nangka dan beberapa tanaman dari famili Moraceae, dan B.

caudatus F. yang menyerang beberapa tanaman dari famili Cucurbitaceae. Sasaran

utama serangan lalat buah ini, antara lain belimbing manis, jambu air, jambu biji,

mangga, nangka, semangka, melon dan cabai (Deptan, 2002).

Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara

tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau

daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Atraktan seperti metil

eugenol juga digunakan untuk menginventarisasi lalat buah di Indonesia (Iwashi et

al. 1996). Di negara lain, petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu

senyawa yang dapat menarik lalat buah jantan untuk memproduksi feromon. Teknik

ini efektif mengendalikan lalat buah jantan yang masuk ke dalam perangkap

beratraktan. Teknik mandul jantan adalah suatu cara pengendalian dengan membuat

lalat buah jantan menjadi infertil, artinya lalat buah jantan masih dapat membuahi

betina, namun telur yang dihasilkan steril dan larva dalam keadaan rusak

(Vijaysegaran dan Osman 1991 dalam Shiga 1991).

Seekor lalat betina mampu meletakkan telur pada buah sebanyak 1-10 butir

dalam sehari ia mampu meletakkan telur hingga 40 butir. Telur kemudian menetas

menjadi ulat dan akan merusakkan buah dan daun pada sayuran. Sepanjang

hidupnya seekor lalat betina mampu bertelur sampai 800 butir.Pengendalian Lalat

Buah begitu sulit meski dengan penggunaan racun serangga kerana ciri-ciri

55
fisikalnya yang besar. Malahan penggunaan racun insektisida untuk melindungi

buah dan sayuran seringkali tidak mendatangkan hasil yang diharapkan.

Oleh karena itu, satu cara memerangi serangan lalat buah ini adalah dengan

mengurangi populasinya dan menghapuskan popolusi lalat buah di kawasan kebun

atau tanaman. Cara yang terbaik dan efektif adalah dengan menghapus lalat buah

jantan. Ini akan menyebabkan persenyawaan baru tidak akan terjadi diantara lalat

jantan dan lalat betina yang menghasilkan telur, seterusnya larva dan anak lalat

buah.

B. Tujuan

Praktikum Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu acara Pengendalian

Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) dengan menggunakan Feromon Seks bertujuan

untuk :

1. Mengetahui teknik aplikasi feromon seks.

2. Mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian hama lalat buah dengan

menggunakan feromon seks (metyleugenol).

3. Mengetahui keuntungan pengendalian dengan menggunakan feromon seks.

56
II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu hama penting tanaman hortikultura yang saat ini menjadi isu

nasional juga menjadi faktor pembatas perdagangan (trade barrier) adalah lalat

buah. Komoditas ekspor suatu negara dapat ditolak oleh negara lain dengan alasan

terdapatnya lalat buah. Jenis Lalat Buah di Indonesia adalah dari genus Bactrocera

dan salah satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis

Hendel complex (Kuswadi,2004).

Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan salah satu hama utama tanaman buah

di Indonesia. Hama ini menyerang sekitar 75% tanaman buah. Jenis lalat buah yang

ada di Indonesia termasuk dalam genus Bactrocera. Spesies Bactrocera dorsalis

Hendel dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 100%. Bactrocera papayae

Drew, B. carambotae, B. cucurbitae Coquillett, dan B. Umbrosus Fabricius

merupakan spesies yang banyak ditemukan di sentra produksi buah di Indonesia

(Muryati et al. 2007).

Hasil pemantauan lalat buah yang dilakukan oleh Pusat Karantina Pertanian

sejak tahun 1979/1980 menunjukkan bahwa lalat buah ditemukan hampir di semua

wilayah di Indonesia. Saat ini terdapat 66 spesies lalat buah, tetapi baru beberapa

spesies yang sudah diketahui tanaman inangnya, yaitu B. dorsalis Hendel yang

menyerang lebih dari 20 jenis buah antara lain belimbing, mangga, jeruk, jambu,

pisang susu, pisang raja sere, cabai merah, B. cucurbitae Coq. yang menyerang

mentimun, melon serta beberapa tanaman dari famili Cucurbitaceae, B. umbrosus

F. Yang menyerang nangka dan beberapa tanaman dari famili Moraceae, dan B.

57
caudatus F. yang menyerang beberapa tanaman dari famili Cucurbitaceae. Sasaran

utama serangan lalat buah ini, antara lain belimbing manis, jambu air, jambu biji,

mangga, nangka, semangka, melon dan cabai (Deptan, 2002).

Bactrocera dorsalis Complex merupakan faily dari Tephritidae. Telur

berwarna putih berukuran dengan panjang 0.8 mm dan lebar 0.2 mm diletakan di

dalam buah. Larva (instar 3) dari B. dorsalis berukuran dengan panjang 7.5-10 mm

dan lebar 1.5-2 mm, tidak berkaki dan berwarna putih kecoklatan. Pupa B. dorsalis

berwarna coklat berbentuk oval dengan panjang 3-5mm . Imago B. dorsalis

memiliki thoraks berwarna hitam dengan garis kuning di tepi thoraks, pada bagian

abdomen berwana coklat kekuningan, dan sayap yang transparan (panjang satu

sayap 4mm-6mm). Panjang dari imago B.dorsalis berukuran 6mm-8mm dengan

lebar 1,5-2 mm. Jenis kelamin Bactrocera dorsalis dapat dibedakan dengan ada

atau tidaknya ovipositor pada ujung abdomen. Bila terdapat ovipositor dapat

dipastikan betina (Kardinan,2003).

Secara umum, proses perkawinan serangga dipengaruhi oleh feromon seks

yang diproduksi oleh serangga betina untuk menarik serangga jantan (Allison dan

Carde 2007). Hasil penelitian pada beberapa spesies Lepidoptera di Jepang

menunjukkan, feromon seks merupakan hasil proses biosintesis

(pheromonebiosynthesis activating neroupeptida) pada subeosuphageal ganglion

dan digunakan serangga betina untuk menarik jantan (Shiga, 1991).

Lalat buah betina meletakan telur pada bagian dalam buah dengan

menggunakan ovipositiornya, setelah 2-3 hari telur menetas. Larva akan memakan

daging buah 6-8 hari kemudian larva akan melompat ke luar buah menuju tanah

58
untuk berkembang menjadi pupa. Masa pupa berlangsung selama 8-12 hari. Setelah

menjadi imago B. dorsalis membutuhkan 8-12 hari untuk matang sexual. B.dorsalis

dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan. Imago B. dorsalis mampu terbang sejauh

50-100 Km. Imago mengkonsumsi nektar dan polen (Kardinan, 2003).

Gejala Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian

tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir

masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat

peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena

aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva

makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila

dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil yang biasanya meloncat

apabila tersentuh. Buah yang tampak busuk merupakan gejala yang ditimbulkan

oleh bakteri yang bersimbiosis dengan lalat buah dan disebabkan oleh serangan

pathogen lain. Kerusakan akibat serangan lalat buah berkisar antara 12 -20 % pada

musim kemarau dan pada musim penghujan dapat mencapai 90 % (Putra,1997).

Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari biologi,

mekanis, kultur teknis dan kimia. Di alam lalat buah mempunyai musuh alami

berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti

semut, sayap jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera)), kepik Pentatomide (ordo

Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran musuh alami

belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya

petani yang mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan

59
predator ini lebih rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya

(Kalshoven,1981).

60
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain metil eugenol

(feromon seks), pohon buah mangga, botol air mineral bekas, kapas, tali rafia,

gunting/cutter, dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 45

mahasiswa).

2. Botol air mineral bekas dibersihkan kemudian dilubangi dikeempat sisinya

membentuk tanda silang (X).

3. Kapas dipotong dan diikatkan menggunakan tali rafia kemudian diolesi metil

eugenol (feromon seks).

4. Kapas yang sudah diolesi metil eugenol (feromon seks) lalu dimasukkan

kedalam botol.

5. Botol digantungkan pada ranting pohon buah mangga yang sedang berbuah.

6. Botol diamati selama 3 hari, pagi dan sore

7. Jumlah serangga dewasa lalat buah yang terperangkap didalam botol, dihitung

dan diamati.

61
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

62
1. Kondisi lahan : Subur
2. Tanaman pokok : Mangga
3. Spesies/jenis lalat buah : Bactrocera papayae
4. Hasil pengamatan
Hari Pengamatan

1 Pagi 08.50 Hidup = 0

Mati = 0

Sore 16.30 Hidup = 3

Mati = 0

2 Pagi 07.15 Hidup = 2

Mati = 1

Sore 17.00 Hidup = 2

Mati = 2

3 Pagi 08.30 Hidup = 1

Mati = 3

Sore 17.40 Hidup = 0

Mati = 3

63
B. Pembahasan

Lalat buah mempunyai tubuh berbuku-buku dan hanya mempunyai dua buah

sayap, lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh secara sempurna, tipe alat

mulut lalat dewasa penjilat penyerap, lalat dewasa memiliki bercak-bercak atau

bintik-bintik hiasan bewarna hitam, putih, atau kekuningan pada sayapnya.

Sayapnya transparan, badannya beberapa bewarna hitam, kemerahan atau

kekuningan dan pada ruas belakang badan terdapat alat peletak telur.

Gejala Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian

tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir

masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat

peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena

aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva

makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila

dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-

10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh

hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan

menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan

(Putra,1997).

Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur,

larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah

atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur

sekitar 15 butir. Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan

64
salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam

daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan

enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga

mudah diisap dan dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat

pembusukan, selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan

buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke

tanah, bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap

pupa, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna kecoklatan

berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan,

dada berwarna gelap dengan 2 garis kuning membujur dan pada bagian perut

terdapat garis melintang. Lalat betina ujung perutnya lebih runcing dibandingkan

lalat jantan. Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari.

Percobaan yang dilakukan pada buah mangga yang keadaan fasenya dalam

keadaan buah akan mengalami kemasakan. Dengan berubahnya warna pada buah

manga dari hijau menjadi kekuningan, mempengaruhi lalat betina untuk

meletakkan telurnya ke buah mangga tersebut. Lalat buah tertarik pada buah yang

sudah mulai mengeluarkan bau yang menyengat dan disukai, warna yang semakin

menguning, dan permukaan kulit yang semakin lunak sehingga lebih mudah bagi

lalat betina untuk menanam telur ke dalam sasaran. Pada percobaan pertama, lalat

buah yang memasuki perangkap sangat sedikit. Ini dikarenakan mangga yang

berbuah pada pohon tersebut belum memasuki fase matang, dan sanitasi pada

pertanaman mangga di area tersebut sangat baik. Setelah perangkap dipindah ke

pohon mangga lain yang berada di area lain, lalat yang masuk kedalam perangkap

65
menjadi banyak. Ini dikarenakan pohon mangga kedua yang dijadikan tempat

perangkap merupakan pohon mangga yang sanitasinya kurang baik, dan sangat

lembab daripada pohon mangga yang sebelumnya. Pada buah mangga diidentifikasi

salah satu jenis lalat buah spesies Bactrocera papayae yang paling sering

ditemukan daripada spesies lain.

Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari biologi,

mekanis, kultur teknis dan kimia. Di alam lalat buah mempunyai musuh alami

berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti

semut, sayap jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera)), kepik Pentatomide (ordo

Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran musuh alami

belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya

petani yang mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan

predator ini lebih rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya

(Kardinan,2003). Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan lalat

buah diantaranya adalah:

1. Pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama buah

sotiran untuk menghindarkan hama tersebut menjadi inang potensial, akan

menjadi sumber serangan berikutnya. Pengendalian mekanis juga dapat

dilakukan dengan mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang

kemudian dibenamkan kedalam tanah atau dibakar.

2. Peraturan karantina

66
Penerapan peraturan karantina yang ketat dapat mencegah masuknya lalat

buah dari wilayah atau negara yang diketahui mempunyai masalah dengan

lalat buah

3. Pengrodongan/pembungkusan buah

Cara ini kurang praktis untuk areal tanaman yang sangat luas serta untuk

tanaman cukup tinggi dan sulit dijangkau. Keuntungannya, buah terhindar dari

serangan lalat buah tanpa paparan residu bahan kimia

4. Pengasapan.

Upaya membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah akan

semakin efektif jika dibarengi dengan pengasapan. Tujuan pengasapan adalah

mengusir lalat buah dari kebun. Pengasapan dilakukan dengan membakar

serasah atau jerami sampai menjadi bara yang cukup besar. Kemudian bara

dimatikan dan di atas bara ditaruh dahan kayu yang masih lembab. Pengasapan

di sekitar pohon dapat mengusi lalat buah dan efektif selama tiga hari.

Pengasapan selama 13 jam bisa membunuh lalat buah yang tidak sempat

menghindar.

5. Sanitasi kebun

Sanitasi dilakukan untuk memutus dan negganggu daur hidup lalat buah,

sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi kebun dilakukan

dengan cara mengumpulkan buah-buah terserang, baik yang sudah jatuh ke

tanah maupun yang masih berada dipohon, kemudian dimusnahkan dengan

cara dibakar atau dibenamkan dalam tanah. Eradikasi. Cara eradikasiyang

67
telah dilakukan anatara lain dengan pelepasan jutaan serangga lalat jantan

yang sudah dimandulkan (sterile insect technique)

6. Menggunakan musuh alami lalat buah (natural enemy).

salah satu nyaprasitoid dan predator. Penggunaan musuh alami lalat buah yang

berupa parasitoid dan sudah teridentifikasi adalah Biosteres sp dan Opius sp

yang merupakan parasitoid dari famili Braconidae. Dan musuh alami berupa

predator yang umum adalah semut / lebah (Hymenoptera), laba-laba

(Arachnida), kumbang tanah carabid dan staphylinid (coleoptera), cocoped

(Dermaptera), sayap jala chrysopid (ordo Neuroptera) dan kepik penratomid

(hemiptera)

7. Mengunakan umpan yang mempunyai data tarik (Atraktan).

Umpan ini biasanya bersifat sebagai sex feromon berupa senyawa methyl

Eugenol. Bisa juga dengan menggunakan lalat jantan mandul, dengan

memandulkan pupa-pupa lalat buah jantan menggunakan sinar gama. Selain

itu juga dengan memberi umpan lain food attractant berupa campuran

senyawa sintesa protein yang terdiri 18 asam amino, dicampur dengan killing

agent (Kusnaedi,1999).

Penggunaan pestisida kimia sering menjadi tumpuan dalam pengendalian

lalat buah, namun dirasa kurang bijaksana karena menimbulkan dampak negatif

antara lain terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu

dicari cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya dengan

menggunakan pestisida nabati. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan

sebagai pestisida nabati untuk pengendalian lalat buah adalah tanaman selasih

68
(Ocimum sp.) tanaman ini mengandung bahan aktif yang disukai oleh lalat buah,

yaitu Methyl eugenol. Methyl eugenol berpeluang menjadi atraktan karena sesuai

dengan fungsinya sebagai atraktan, minyak tersebut hanya bersifat menarik lalat

buah tetapi tidak membunuhnya. Oleh karena itu, penggunaan minyak tersebut

harus dilengkapi dengan alat yang dapat menjebak atau menangkap lalat buah.

pengendalian lalat lainnya dengan perangkap. (Kuswadi, 2004)

Pada praktikum kali ini dilakukan penangkapan lalat buah dengan

menggunakan zat atraktan berupa metil euganol. Metil eugenol merupakan

senyawa kimia turunan dari eugenol. Seperti halnya feromon, metil eugenol sebagai

penjebak lalat buah sehingga perkembangbiakannya dapat dikendalikan. Metil

eugenol sebagai pengendali lalat buah cukup diletakkan didalam satu botol plastik,

misalnya botol aqua. Metil eugenol yang digunakan cukup dengan konsentrasi yang

kecil. Botol aqua yang berisi metil eugeol kemudian digantung pada dahan pohon

buah-buahan. Beberapa saat kemudian lalat buah jantan akan berdatangan masuk

kedalam botol dan terjebak. Dengan menjebak lalat buah jantan tersebut maka

perkembangbiakannya dapat dikendalikan sehingga bahaya busuk buah dapat

diatasi.

Kelemahan dari metil eugenol adalah tidak bertahan lama karena mudah

menguap. Hal ini terbukti dengan jumlah lalat buah yang tertangkap semakin lama

semakin berkurang. Atraktan ini tidak berpengaruh terhadap lalat betina karena

atraktan ini hanya berpengaruh terhadap lalat jantan saja sehingga atraktan ini tidak

dapat digunakan untuk mengendalikan lalat betina (Kardinan,2003).

69
Cara kerja melakukan penangkapan dengan feromon seks yaitu pertama-tama

dipersiapkan alat dan bahan yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu botol plastik

aqua ukuran sedang, potongan kapas, tali raffia secukupnya, cutter, serta cairan

feromon seks. Selanjutnya, buat lubang pada sisi botol aqua dengan cutter

sebanyak empat lubang. Potongan kapas ditetesi cairan feromon seks secukupnya

kemudian dikaitkan dengan tali raffia. Potongan kapas yang sudah dikaitkan dengan

tali raffia kemudian digantungkan di dalam botol plastik. Langkah terakhir ialah

menggantungkan botol plastik yang sudah digantungi feromon seks pada tanaman

yang telah ditetapkan yaitu tanaman mangga.

Rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk mengendalikan lalat buah

ini antara lain:

a. Jangka pendek : 1) membungkus buah yang belum matang dan menangkap

lalat buah dengan perangkap, 2) melepaskan musuh alami lalat buah seperti :

semut, laba-laba dan kumbang.

b. Jangka panjang : 1) melakukan perawatan rutin dengan cara membersihkan

seresah-seresah, 2) membuang buah mangga yang terinfeksi lalat buah dan

membakarnya, 3) melakukan pengolahan tanah dengan baik agar pupa-pupa

lalat buah yang ada dipermukaan tanah mati.

70
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum acara ini dapat disimpulkan, yaitu :

1. Lalat buah Bactrocera papayae paling banyak menyerang buah mangga

2. Lalat buah menyerang pada buah yang hampir masak.

3. Sanitasi yang baik akan menyebabkan populasi lalat buah menjadi sedikit.

4. Keuntungan pengendalian lalat buah menggunakan feromon seks adalah ramah

lingkungan dan terbukti efektif

5. Teknik aplikasi methyl eugenol adalah dengan memikat lalat buah jantan

karena methyl eugenol mengandung feromon lalat buah betina sehingga lalat

buah jantan terpikat dan terperangkap.

B. Saran

Sebaiknya pemberian feromon seks (methyl eugenol) pada perangkap dalam

jumlah yang banyak agar tidak mudah menguap dan baunya bertahan cukup lama

sehingga jumlah lalat buah yang trertangkap lebih banyak

71
DAFTAR PUSTAKA

Deptan. 2002. Panduan Lalat Buah. http://www.deptan.go.id/ditlinhorti


/makalah/lalat_buah.htm. Diakses 19 November 2015.
Iwashi, O.T., S.S. Subazar, and S. Sastrodiharjo. 1996. Attractiveness of methil
eugenol to fruit fly Bactrocera carambolae (Diptera: Tethritidae) in
Indonesia. Ann. Entomol. Soc. Am. 89(5): 653-660
Kalshoven. L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta.
Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah. Agro Media Pustaka, Depok.

Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama tanpa Pestisida. Penebar Swadaya,Jakarta.


Kuswadi, A. 2004. Teknik Iradiasi Untuk Pengendalian Hama Lalat Buah Pasca
Panen Melalui Perlakuan Keselamatan Tumbuhan. Badan Tenaga Nuklir
Nasional, Jakarta. Kawai, T., A. Ohnishi, G.M. Suzuki, T. Fuji,
K.Matsuoka, A. Kato, S. Matsumoto, and T. Ando. 2007. Identification of
a unique pheromonotropic neuropeptide including double FXPRL motifs
from a geometrid spesies, Ascotis selenaria cretacea, which produces an
epoxialkenil sex pheromone. J. Insect Biochem. Mol. Biol. 37: 330337
Muryati, A. Hasyim, dan W.J. de Kogel. 2007. Distribusi spesies lalat buah di
Sumatera Barat dan Riau. Jurnal Hortikultura 17(1): 61-68Shiga, M. 1991.
Future prospects of eradication of fruit flies. p.126-136. In K. Kawasaki,
O. Iwashashi, and K.Y. Kaneshiko (Eds.). Proceeding of the International
Symposium on the Biology and Control of Fruit Flies, Okinawa, 2-4
September 1991 : Okinawa Prefecture
Putra.N.P.P.1997.Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta.
Shiga, M. 1991. Future prospects of eradication of fruit flies. p.126-136. In K.
Kawasaki, O. Iwashashi, and K.Y. Kaneshiko (Eds.). Proceeding of the
International Symposium on the Biology and Control of Fruit Flies,
Okinawa, 2-4 September 1991 : Okinawa Prefecture

72

You might also like