You are on page 1of 19

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha dibidang perkebunan dalam merebut pasar global dihadapkan pada

persaingan yang semakin ketat. Konsumen pasar global saat ini adalah konsumen

sadar lingkungan, sehingga persyaratan ramah lingkungan dalam produksi

komoditas perkebunan sudah merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi

oleh pihak eksportir (mujono dan sabirin, 2002).

Gangguan serangan hama dan pathogen penyebab penyakit tanaman kakao

masih merupakan faktor pembatas utama dalam usaha meningkatkan produksi dan

mutu kakao, diantaranya yang sangat merugikan adalah penggerek buah

kakao/PBK (Conopomorpha cramella (Sn)), helopeltis sp. dan penyakit busuk buah

(phytophthora palmivora Butl.). Cara mengatasi permasalahan tersebut yang paling

tepat adalah dengan menerapkan konsep PHT yang menurut untung (2002) lebih

bersifat komperehensif dan mencakup aspek teknis, ekologis,ekonomis-bisnis,

sosial-budaya, serta politis. Penerapan PHT sangat sesuai dalam strategi

menghadapi persaingan bebas, karena sejalan dengan tuntutan konsumen dunia

terhadap produk yang aman, yaitu yang diproduksi melalui proses yang ramah

lingkungan. Terdapat beberapa komponen antara lain : sanitasi, pemangkasan,

panen, penyelubungan, dan cara hayati.

Pemangkasan adalah kegiatan memotong atau membuang bagian tanaman

tertentu yang tidak dikehendaki dan bagian tanaman yang sakit. Adapun tujuan

73
pemangkasan antara lain : untuk membentuk pohon yang bagus dengan

percabangan yang seimbang, membuang sisa cabang yang tidak diinginkan, untuk

perbaikan aerasi didalam kebun, untuk meningkatkan produksi.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui jenis hama dan penyakit pada tanaman buah kakao

2. Untuk menerapkan beberapa komponen PHT pada tanaman kakao

3. Untuk mengetahui keuntungan penerapan masing-masing komponen PHT pada

tanaman kakao

74
II. TINJAUAN PUSTAKA

Masalah hama dan penyakit kakao merupakan salah satu kendala yang perlu

diperhitungkan. Dari kerugian yang ditimbulkannya dan besarnya biaya yang

dibutuhkan untuk pengendaliannya. Namun dalam pengendaliannya dapat

dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami dari hama tersebut. Semut hitam

merupakan musuh alami yang sangat potensial mengendalikan hama Helopeltis sp.

Semakin tinggi populasi semut hitam pada tanaman kakao, maka semakin kecil

kesempatan Helopeltis sp. menyerang buah kakao karena semut hitam akan

mengusirnya (Susanto, 1994)

Kutu putih secara tidak langsung membantu mengendalikan hama kakao

karena semut hitam dan kutu putih adalah dua jenis serangga yang bekerjasama

saling menguntungkan (simbiosis mutualistis). Cairan gula yang dikeluarkan oleh

kutu putih merupakan makanan bagi semut hitam, sedangkan kutu putih

memperoleh keuntungan dari semut hitam karena dibantu penyebarannya melalui

mobilitas semut hitam yang tinggi (Susanto, 1994)

Buah kakao yang banyak dikerumuni oleh kutu putih (Mealy bug) atau

Cataenococcus hispidus biasanya juga banyak semut hitamnya, sehingga Helopeltis

yang akan menyerang buah kakao akan berpikir ulang dan mundur karena sudah

pasti akan terusir. Areal tanaman kakao yang banyak terserang Helopeltis sp dan

akan dikendalikan dengan semut hitam perlu di amati terlebih dahulu apakah

keberadaan kutu putih sudah ada disana. Apabila belum ada maka perlu dilakukan

penyebaran kutu putih terlebih dahulu agar semut hitam bertahan pada tanaman

75
kakao. Kutu putih banyak dijumpai pada pucuk tanaman (tunas muda) dan pada

bagian pangkal buah dan permukaan buah yang umumnya terhindar dari sinar

matahari.

Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback), merupakan salah satu penyakit

yang sering menyerang tanaman kakao. Penyakit ini menyerang daun dan batang,

cabang/ranting kakao sehingga perkembangan tanaman kakao terganggu dan tidak

produktif lagi. Penyakit Vascular Streak Diaback (VSD) disebabkan oleh jamur

Oncobasidium theobromae Talbot et Keane.

Penyakit telah dikenal di Malaysia Barat sejak tahun 1956. Seterusnya pada

tahun 1960 penyakit ditemukan di Papua Nugini, dan pada tahun 1970 di sabah. Di

Malaysia penyakit menimbulkan kerugian 10-35% (Yusdja, 1992), sedang di Papua

Nugini 25-40% (Untung, 2003). Untung, (2002) mengatakan di Malaysia kerugian

hasil karena penyakit VSD diduga mencapai 3-60 persen. Di Indonesia untuk

pertama kali ditemukan di Pulau Sebatik, di perbatasan antara Sabah dan

Kalimantan Timur, pada tahun 1983.Pada tahun 1984 penyakit ditemukan di

Maluku dan Sulawesi Tenggara Pada tahun1985 mendadak VSD ditemukan di

Perkebunan Bunisari-Lendra. Garut, Jawa Barat.

76
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi : tanaman kakao yang sedang

berbuah muda, pupuk kandang, kantong plastik, bambu, gergaji, gunting pangkas,

cangkul, karet gelang, kamera dan ATK.

B. Prosedur Kerja

1. Mahasiswa dibagi kedalam kelompok kecil

2. Dipersiapkan bahan dan alat

3. Mahasiswa diajak pergi ke pertanaman kakao

4. Diamati hama dan penyakit yang ada

5. Diterapkan komponen PHT dan evaluasi hasilnya

77
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hari/Tanggal : Jumat, 6 November 2015

Lokasi : Di samping Mushola, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Komponen PHT (yang dilakukan dilapang) : Pemangkasan, Sanitasi, Pembuatan

sarang semut hitam, Pembungkusan buah coklat, Pemupukan

Gambar/foto kegiatan praktikum dilapang

Kegiatan Keterangan

Menggali tanah untuk di pupuk kemudian

disiram air dengan jarak di sekitar pohon

kakao

78
Pemangkasan cabang dan ranting pohon

kakao

Pembungkusan atau kondomisasi buah


kakao

79
Pembuatan sarang semut hitam sebagai
musuh alami dengan cara menaruh
seresah atau daun kering yang ada
disekitar pohon dan masukan ke plastik
hitam dan berikan setengah gula merah
dan masukan di dalam plastik untuk
mengundang semut hitam. Plastik
digantung dibatang atau cabang pohon
kakao.

80
B. Pembahasan

Upaya peningkatan produktifitas kakao selalu terkendala dalam hal serangan

hama dan penyakit yang mengakibatkan turunnya produktifitas kakao. Upaya

pencegahan sejak awal melalui kegiatan pemeliharaan tanaman kakao merupakan

komponen terpenting dalam mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman

kakao, dengan penerapan konsep PHT ( Pengendalian Hama Terpadu) yang

memadukan berbagai jenis pengendalian dengan memperhatikan keseimbangan

ekosistem dan kelestarian lingkungan.

Pengendalian yang dilakukan dalam penerapan komponen PHT pada tanaman

kakao antara lain sanitasi, pemangkasan, kondomisasi, cara hayati serta pemupukan

dan pembenaman daun kakao.

1. Sanitasi

Sanitasi dapat dilakukan dengan membersihkan kebun dari seresah atau

sampah daun di bawah tajuk dan dengan membenam kulit buah, plasenta, buah

busuk dan gulma.

Gulma meliputi rumput, tumbuhan berdaun lebar, tumbuhan merambat dan

tumbuhan lain yang tidak dikehendaki dan tumbuh pada blok kakao. Gulma di

bawah pohon kakao akan menjadi pesaing dalam hal unsur hara, sinar, air dan ruang

serta membantu penyebaran hama dan penyakit. Gulma tersebut juga menghambat

pemanenan, pemangkasan dan kegiatan lain. Gulma dapat dihilangkan dari

sekeliling pangkal batang kakao secara manualatau menggunakan bahan kimia.

Pilihan pengendalian gulma tergantung pada sumberdaya yang tersedia, dan apakah

81
akan mengusahakan kakao secara organik atau tidak. Bersihkan gulma dari bawah

pohon untuk mengurangi hama dan penyakit, meningkatkan ketersediaan air dan

unsur hara, serta mempermudah akses ke tanaman (Susanto, 1994)

2. Pemangkasan

Pemangkasan juga bermanfaat untuk mengendalikan PBK. Melalui

pemangkasan kita mengurangi atau membuang cabang, ranting, dan daun-daun

yang tidak berguna sehingga penggunaan zat makanan lebih efektif, dan tanaman

kakao akan semakin baik pertumbuhannya, bukan hanya dalam hal tajuk tetapi juga

dalam pertumbuhan buah. Selain itu, pemangkasan akan memberikan banyak

penetrasi sinar matahari, serta gerakan angin yang bebas sehingga akan mengurangi

serangan PBK. Karena itu, lakukanlah pemangkasan yang tepat waktu dan cara

benar, baik dalam pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi, maupun

pemangkasan pemeliharaan (Susanto, 1994).

3. Kondomisasi

Penyelubungan buah yang berukuran panjang 7-10 cm dengan kantung

plastik. Kantong plastik yang dipasang pada buah dapat mencegah serangan PBK.

Kantong tersebut harus dilubangi di bagian bawah supaya air dapat keluar. Jika

tidak dilubangi, mungkin buah kakao akan membusuk. Buah kakao muda yang

panjangnya kurang dari 8 cm. Fungsi cara ini adalah untuk mengurangi ngengat

dewasa PBK dalam meletakkan telurnya pada buah, sehingga buah dapat terhindar

dari serangan hama PBK, selain itu juga untuk menghalangi serangan hama

Helopelitis sp. pelaksanaan metode pengendalian ini agar petani tidak memanjat

82
pohon, maka digunakan alat khusus yang dibuat dari bambu yang ujungnya diberi

lubang dan kantong plastik dan diikat dengan karet(Susanto, 1994)

4. Cara hayati

Pengendalian hama secara hayati pada tanaman kakao dapat dilakukan

dengan predator semut hitam ( Delioderus thoracicus ). Untuk meningkatkan

semut hitam di pertanaman kakao perlu dibuat sarang buatan yang dapat dibuat

dengan cara mnggunakan kantong plastik hitam yang didalamnya berisi daun

kering dan diberi gula kelapa 0,25 ons, kemudian diletakkan di atas jorget.

5. Pemupukan dan Pembenaman daun

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang

menyediakan unsur hara ekstra untuk membentuk ketegaran dan memperbaiki

kesehatan tanaman, sehingga meningkatkan produksi buah pada kakao dewasa

yang dikelola dengan baik. Pupuk kandang berfungsi memperbaiki tanah dan

diperlukan pada produksi kakao organik. Pengaplikasian pemupukan dilakukan

dengan cara membenamkan pupuk kandang dan sisa daun kakao yang jatuh di

permukaan tanah (Susanto, 1994)

Dalam setiap jenis tanaman pasti terdapat hama dan penyakitnya. Berikut

beberapa contoh hama yang menyerang tanaman kakao :

1. Helopeltis

Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna

coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya

cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah

kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak

83
dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau ranting

menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan

meranggas.

Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan

insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15,

namun apabila gejala serangan telah mencapai >15% penyemprot-an dapat

dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat

dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam, sarang semut

dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa atau menggunakan sisa-sisa

daun tanaman yang sudah kering diletakkan di kantong plastik dan diberi

gula. (Djoko,1988)

2. Penggerek Buah Kakao (PBK)

Buah kakao yang diserang oleh hama ini ketika buah telah berukuran

panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau

kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat

buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak

berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika

digoyang tidak berbunyi.

Pengendalian PBK dapat dilakukan dengan cara 1. karantina, yaitu

dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang

PBK. 2. pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman

maksimum 4 m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen. 3.

Penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan menggunakan kantong

84
plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini

dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus. 4. Cara kimiawi

dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25

EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

(Djoko,1988)

Sedangkan penyakit yang menyerang pada tanaman kakao adalah :

1. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)

Buah kakao yang terserang mempunyai gejala bercak coklat

kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit ini

disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan

biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang

mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.

Pengendalian penyakit ini dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu

1). sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya

dalam tanah sedalam 30 cm. 2). kultur teknis, yaitu dengan pengaturan

pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga

kelembaban di dalam kebun akan turun. 3). Cara kimia, yaitu menyemprot

buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan

dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali. 4). Penggunaan klon tahan

hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

(Semangun,2000)

2. Jamur upas (Corticium salmonicolor)

85
Jamur upas disebarkan oleh Basidiospora yang terbawa oleh angin.

Basidiospora tidak dapat terangkut jauh dengan tetap hidup karena

mempunyai dinding tipis dan hanya terbentuk bila udara lembap (udara

yang lembap hanya terjadi dalam keadaan udara yang tenang). Adanya

infeksi jamur upas pada satu pohon berarti bahwa sumber infeksi berada di

sekitarnya. Selain dari cabang kakao yang sakit, infeksi bisa terjadi dari

bermacam-macam tanaman inang seperti karet, kopi, pala, lada, jeruk,

melinjo, nangka, jati, dan damar. Penyakit dibantu oleh kelembapan udara

yang tinggi, sehingga terdapat dalam kebun yang gelap, dan pada musim

hujan. Gejala dan kerugian yang ditimbulkan adalah Infeksi jamur ini

pertama kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang ataupun ranting. Apabila

menyerang ranting dan cabang kecil umumnya tidak menimbulkan kerugian

yang berarti, karena dengan memotong ranting/ cabang kecil yang terserang

cukup untuk mengendalikan jamur ini dan tumbuhnya bunga pada ranting

dan cabang kecil tidak kita harapkan. (Semangun,2000)

86
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam pengendalian terdapat beberapa komponen PHT yang dapat

diterapkan, yaitu :

1. Hama dan penyakit yang ada pada tanaman Kakao yaitu hama helopeltis, hama

penggerek buah Kakao, penyakit busuk buah, dan penyakit jamur upas.

2. Penerapan yang dilakukan yaitu,

a. Sanitasi dapat dilakukan dengan membersihkan kebun dari seresah atau

sampah daun di bawah tajuk dan dengan membenam kulit buah, plasenta

dan buah busuk.

b. Pemangkasan dan membatasi tinggi tajuk tanaman ( maksimal 4 m ) untuk

mengurangi kelembaban dan mempermudah pengendalian OPT serta

pemanenan.

c. Panen sering dilakukan satu minggu sekali

d. Kondomisasi bauh yang berukuran panjang 7-10 cm dengan kantung

plastik

e. Cara hayati, pengendalian hama secara hayati pada tanaman kakao dapat

dilakukan dengan predator semut hitam ( Delioderus thoracicus ).

3. Masing-masing penerapan komponen PHT mempunyai keuntungan jika

dilakukan dengan benar.

87
B. Saran

Pelaksanaan pengamatan dan penerapan komponen PHT pada tanaman

kakao sebaiknya dilakukan tidak haya dikampus melainkan di perkebunan agar

hasil pengamatan lebih akurat dan pengetahuan praktikan tidak hanya teori

melaikan praktikan dapat melihat secara langsung.

88
DAFTAR PUSTAKA

Djoko,W. 1988. Hama Penyakit Coklat. PT Pustaka Buana, Bandung

Konam dkk. 2009. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu untuk Produksi

Kakao Berkelanjutan. Pusat Penelitian Internasional Australia (ACIAR).

Australia

Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM

Press. Yogyakarta.

Susanto. 1994. Tanaman Kakao. Kanisius. Jogjakarta.

Untung, K. 2002. Paradigma baru PHT. Rapat koordinasi konsultan PHT-PR/IPM-

SECP, hotel bumi wiyata, depok 27-28 maret 2002.5p.

Untung, K. 2003. Strategi Implementasi PHTdalam Pengembangan Perkebunan

Rakyat Berbasis Agribisnis. RisalahSimposium Nasional Penelitian PHT

Perkebunan Rakyat, Pengembangan dan Implementasi PHT Perkebunan

Rakyat Berbasis Agribisnis. Bogor, 17-18 September 2002. Bagian Proyek

PHT Tanaman Perkebunan 2003. Hlm 1-18

Yusdja, Y, C. Saleh, M. Amin, M. Amir, A.Sribagyo. 1992. Studi Base Line Aspek

Sosek PHT Kerjasama PSE Badan Litbang Pertanian Bappenas. Bogor.

113p

89
LAMPIRAN

90
91

You might also like