Professional Documents
Culture Documents
Faurantia F. Sigit
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Perpustakaan Gedung D Kampus USU Padang Bulan, Medan
Email : nanaasigit@gmail.com
ABSTRAK
Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota sebagai suatu tempat yang
mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat untuk berinteraksi dan menyalurkan hobi. Lapangan
Merdeka merupakan salah satu ruang terbuka publik di kota Medan. Beberapa rancangan Lapangan Merdeka
tidak digunakan pengguna sesuai rencana desain awal dengan alasan kenyamanan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku penguna Lapangan Merdeka dan modifikasi pola perilaku dengan fokus jejak fisik. Metode
yang digunakan adalah studi literatur, pengamatan langsung disertai pemetaan perilaku dan diuraikan secara
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jejak fisik terjadi karena pengguna
merasa lebih nyaman untuk melakukannya seperti contoh duduk maupun olahraga di area rumput.
ABSTRACT
Public open space is one of the facilities needed by a town to be capable to accommodate people
requirement in interaction and hobbies. Lapangan Merdeka is one of the areas in Medan city. Some of the
designs do not utilize by the visitors since it is not comfort enough for the visitors. This research is to identify
the visitorsact in using Lapangan Merdeka and to modify their behavior and focus to physical traces. The
methode used is literature study, observation and centered mapping which explain descriptive with qualified
approach. The research result shows that physical traces happen because the visitors feel more comfortable to
do the activities by sitting or sport at the grass areas.
dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana Menurut Barker (1968), dalam Laurens
keberhasilan suatu desain berdasarkan perilaku (2004), behavior setting disebut juga dengan
penggunanya. Tehnik tersebut dapat melihat tatar perilaku yaitu pola perilaku manusia
lingkungan fisik sebagai cerminan dari aktifitas yang berkaitan dengan tatanan lingkungan
sebelumnya. Secara tidak sadar manusia akan fisiknya. Senada dengan Haviland (1967) dalam
meninggalkan jejak pada setiap aktifitasnya, Laurens (2004:131) bahwa tatar perilaku sama
seperti tapak kaki di tanah atau bercak tangan di dengan ruang aktifitas untuk menggambarkan
lantai. Disisi lain, physical traces dapat suatu unit hubungan antara perilaku dan
mengubah perilaku manusia di lingkungan, lingkungan bagi perancangan arsitektur.
contohnya pada saat seseorang memasuki Rapoport (1977) dalam Utami (2003)
gedung baru tentu perilakunya akan berbeda mengatakan bahwa perilaku adalah aspek
dengan saat ia berada di gedung sebelumnya signifikan dari sebuah proses yang merupakan
(Zeisel, 1980). interaksi pendekatan dialektik antara manusia
dan lingkungan dengan mempertimbangkan
KAJIAN TEORI proses interaksi manusia dalam menetapkan
konsepnya sendiri. Pendekatan perilaku
Hubungan Arsitektur, Lingkungan dan memperhatikan hubungan manusia dengan
Perilaku lingkungan yang mempengaruhi apresiasi dan
kesadaran manusia.
Haryadi (2010) menjelaskan bahwa Lang (1987) dalam Utami (2003)
perilaku dioperasionalisasikan sebagai kegiatan mengatakan bahwa seting perilaku merupakan
manusia yang membutuhkan seting atau wadah pemahaman tentang lingkungan binaan sebagai
kegiatan yang berupa ruang. Berbagai kegiatan bagian perilaku. Jika tampilan lingkungan tidak
manusia saling berkaitan dalam satu system mampu mengikuti pola perilaku maka manusia
kegiatan. Wadah-wadah berbagai kegiatan juga tidak akan dapat mengikuti tujuan. Jejak
tersebut juga terkait dalam suatu system pula. merupakan sesuatu yang tertinggal atau mereka
Keterkaitan wadah-wadah inilah yang sadar akan perubahan (Zeisel, 1980).
membentuk tata ruang yang merupakan bagian
dari bentuk arsitektur. Teori Physical Traces (Jejak Fisik)
Secara tidak langsung terdapat hubungan
antara perilaku dan ruang dalam dua sudut Physical traces (jejak yang ditinggalkan)
pandang. Pertama, sudut pandang dalam dapat diketahui dengan memperhatikan
memahami pola perilaku, termasuk keinginan, lingkungan fisik di sekitar untuk menemukan
motivasi, dan perasaan, merupakan hal yang aktifitas sebelumnya. Secara tidak sadar
harus dipahami dalam suatu ruang dikarenakan manusia akan meninggalkan jejak pada setiap
ruang merupakan perwujudan fisik dari pola- aktifitasnya, seperti tapak kaki di tanah atau
pola tersebut. Kedua, sudut pandang terhadap bercak tangan di lantai. Disisi lain, physical
ruang mempengaruhi perilaku dan jalannya traces dapat mengubah perilaku manusia di
kehidupan. Kedua aspek tersebut memiliki lingkungan, contohnya pada saat seseorang
dampak yang besar dan menjadi perhatian memasuki gedung baru tentu perilakunya akan
khusus bagi arsitek dan semua yang terlibat berbeda dengan saat ia berada di gedung
didalamnya (Rapoport, 1969). sebelumnya (Zeisel, 1980).
Physical Traces adalah suatu metode
Seting Perilaku (Behavior Setting) penelitian dalam perilaku manusia yang
bertujuan untuk mengetahui jejak yang dapat
Behavioral setting dapat diartikan secara menjadi acuan perbaikan rancangan. Physical
sederhana sebagai suatu interaksi antara suatu traces juga dapat digunakan sebagai analilis
kegiatan dengan tempat yang spesifik. Behavior pada rancangan suatu lingkungan dan menilai
setting mengandung unsur-unsur sekelompok apakah lingkungan tersebut sudah berfungsi
orang yang melakukan suatu kegiatan, aktifitas secara efektif (Utami, 2003).
atau perilaku dari sekelompok orang tersebut,
tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan, Ruang Terbuka Publik
serta waktu spesifik saat kegiatan tersebut
dilaksanakan (Haryadi, 2010). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2007, ruang terbuka adalah
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih untuk menanam tumbuhan di atas bangunan
luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun gedung miliknya.
dalam bentuk area memanjang/jalur di mana Ayat (3) menyebutkan bahwa proporsi
dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20
yang pada dasarnya tanpa bangunan. (dua puluh) persen yang disediakan oleh
Menurut Hakim (1991), ruang terbuka pada pemerintah daerah kota dimaksudkan agar
dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat
menampung kegiatan aktivitas tertentu dari lebih dijamin pencapaiannya sehingga
warga lingkungan tersebut baik secara individu memungkinkan pemanfaatannya secara luas
atau secara kelompok. Bentuk daripada ruang oleh masyarakat. Jika proporsi tersebut
terbuka ini sangat tergantung pada pola susunan dibandingkan dengan luas wilayah Kota Medan
massa bangunan. sebesar 26.510 Ha, maka idealnya luas Ruang
Menurut Urban Land Institute dalam Terbuka Hijau yang harus ada di Kota Medan
Deazaskia (2008) pengertian umum ruang adalah sekitar 7.953 Ha.
publik adalah ruang-ruang yang berorientasi
manusia (people oriented speces). Ruang publik Pemetaan Perilaku pada Ruang Terbuka
adalah suatu tempat atau ruang yang terbentuk Publik
karena adanya kebutuhan manusia akan tempat
untuk bertemu ataupun berkomunikasi. Haryadi dan B. Setiawan (2010) juga
membagi jenis-jenis perilaku yang biasa
Fungsi Ruang Terbuka Publik dipetakan antara lain meliputi: pola perjalanan
(trip pattern), migrasi (migration), perilaku
Menurut Rustam Hakim (1987) dalam konsumtif (consumptive behavior), kegiatan
Suwandy (2015), fungsi ruang terbuka publik rumah tangga (households activities), hubungan
antara lain: ketetanggaan (neighbouring) serta penggunaan
1. Fungsi umum berbagai fasilitas publik (misalnya: pedestriam,
Yaitu ruang terbuka sebagai tempat lapangan terbuka dan lain-lain). Terdapat dua
bersantai, bermain, berolahraga, sebagai cara untuk melakukan pemetaan perilaku yakni:
pembatas atau jarak bangunan, sebagai sarana 1. Pemetaan berdasarkan tempat (place-
penghubung antar tempat, sebagai ruang terbuka centered mapping)
untuk mendapat udara segar, sebagai tempat Teknik ini digunakan untuk mengetahui
komunikasi sosial, tempat peralihan atau bagaimana manusia atau sekelompok manusia
menunggu. memanfaatkan, menggunakan, atau
2. Fungsi ekologis mengakomodasikan perilakunya dalam suatu
Yaitu ruang terbuka sebagai tempat situasi waktu dan tempat tertentu. Dengan kata
penyerapan air hujan, penyegaran udara, tempat lain, perhatian dari teknik ini adalah satu tempat
untuk memelihara ekosistem, pengendali banjir yang spesifik, baik kecil maupun besar.
dan penghalus arsitektur pada bangunan. 2. Pemetaan berdasarkan pelaku (person-
centered mapping)
Peraturan Ruang Terbuka Publik Berbeda dengan teknik placed-centered
mapping, teknik ini menekankan pada
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007
pergerakan manusia pada suatu periode waktu
Tentang Penataan Ruang, khususnya pada pasal
tertentu. Dengan demikian, teknik ini akan
29 ayat (2) mengamanatkan bahwa proporsi 30
berkaitan dengan tidak hanya satu tempat atau
(tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal
lokasi akan tetapi dengan beberapa tempat atau
untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,
lokasi.apabila placed-centered mapping ini
baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem
peneliti berhadapan dengan banyak manusia,
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang
pada person-centered mapping ini peneliti
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan
berhadapan dengan seseorang yang khusus
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
diamati.
sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika
kota. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan
proporsi ruang terbuka hijau di kota, METODE PENELITIAN
pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong
Penelitian dilakukan melalui metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit
Jalur Masuk
Gambar 1.10. Area jogging track Gambar 1.12. Area bermain anak
Area alat olahraga didesain bersebelah Lapangan voli atau badminton didesain
disalah satu sisi jogging track namun berada terpisah oleh dua bagian mengikuti pola bentuk
hampir ke pinggir lapangan. Area ini juga Lapangan Merdeka. Satu bagian terletak dekat
berada persis disebelah Merdeka Walk terlihat dengan kantor Polantas dan satunya lagi terletak
dari gambar 1.11. Berdampingan dengan alat disebelah tugu (gambar 1.13).
olahraga, disediakan juga track untuk pengguna
yang menggunakan sepeda maupun skateboard.
Permainan Anak-anak
Kegiatan lainnya yang mengganggu adalah [1] Haryadi dan Setiawan B, 2010. Arsitektur,
banyaknya pengguna yang duduk disembarang Lingkungan dan Perilaku,
Yogyakarta: Gadjah Mada
tempat dan tidak menggunakan area duduk yang
University Press
sudah disediakan (gambar 1.25 dan gambar
1.26). Jika perilaku ini semakin sering dilakukan [2] Darmawan, 2007. Peranan Ruang Publik
pengguna maka dapat merusak fasilitas Dalam Perancangan Kota (Urban
Lapangan Merdeka. Design, Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro