You are on page 1of 9

KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA


PUBLIK
(Studi Kasus : Lapangan Merdeka Medan)

Faurantia F. Sigit
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Perpustakaan Gedung D Kampus USU Padang Bulan, Medan
Email : nanaasigit@gmail.com

ABSTRAK
Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota sebagai suatu tempat yang
mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat untuk berinteraksi dan menyalurkan hobi. Lapangan
Merdeka merupakan salah satu ruang terbuka publik di kota Medan. Beberapa rancangan Lapangan Merdeka
tidak digunakan pengguna sesuai rencana desain awal dengan alasan kenyamanan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku penguna Lapangan Merdeka dan modifikasi pola perilaku dengan fokus jejak fisik. Metode
yang digunakan adalah studi literatur, pengamatan langsung disertai pemetaan perilaku dan diuraikan secara
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jejak fisik terjadi karena pengguna
merasa lebih nyaman untuk melakukannya seperti contoh duduk maupun olahraga di area rumput.

Kata Kunci: Ruang terbuka publik, Seting perilaku, Jejak fisik

ABSTRACT
Public open space is one of the facilities needed by a town to be capable to accommodate people
requirement in interaction and hobbies. Lapangan Merdeka is one of the areas in Medan city. Some of the
designs do not utilize by the visitors since it is not comfort enough for the visitors. This research is to identify
the visitorsact in using Lapangan Merdeka and to modify their behavior and focus to physical traces. The
methode used is literature study, observation and centered mapping which explain descriptive with qualified
approach. The research result shows that physical traces happen because the visitors feel more comfortable to
do the activities by sitting or sport at the grass areas.

Keywords: Public open space, Behavior setting, Physical traces

PENDAHULUAN Lapangan Merdeka merupakan salah satu


ruang terbuka publik di kota Medan. Letaknya
Ruang terbuka publik merupakan salah satu yang berada di jantung kota menjadi salah satu
fasilitas yang dibutuhkan kota. Ruang terbuka penunjang bagi area publik ini karena dapat
publik merupakan lahan yang tidak terbangun diakses dengan mudah oleh masyarakat kota.
dengan penggunaan tertentu, ruang terbuka Lapangan ini sering dimanfaatkan masyarakat
publik tidak ditempati oleh bangunan dan dapat sebagai sarana olahraga, tempat interaksi,
dirasakan apabila mempunyai pembatas aktivitas sosial dan kebutuhan rekreasi.
disekitarnya. Ruang terbuka mempunyai fungsi Lapangan Merdeka yang telah dirancang secara
dan kualitas yang terlihat dari komposisinya baik dan menarik oleh pemerintah kota ternyata
(Rapuano, 1994). Masyarakat dari berbagai tidak semua desain yang dirancang tersebut
golongan membutuhkan ruang terbuka publik digunakan secara maksimal oleh pengguna.
yang mampu mengakomodasikan kebutuhan Banyak pengguna Lapangan Merdeka yang
mereka sebagai tempat rekreasi dan tidak mengikuti desain yang sudah ada
menyalurkan hobi. Daya tarik sebuah ruang khususnya dalam path yang sudah dirancang.
terbuka publik adalah karena manusia memiliki Akibatnya banyak jalur baru yang dibuat oleh
sifat sebagai mahluk sosial yang membutuhkan pengguna diluar dari rancangan arsitek.
interaksi sosial dengan orang lain. Physical Traces (jejak yang ditinggalkan)
merupakan tehnik evaluasi yang dapat
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana Menurut Barker (1968), dalam Laurens
keberhasilan suatu desain berdasarkan perilaku (2004), behavior setting disebut juga dengan
penggunanya. Tehnik tersebut dapat melihat tatar perilaku yaitu pola perilaku manusia
lingkungan fisik sebagai cerminan dari aktifitas yang berkaitan dengan tatanan lingkungan
sebelumnya. Secara tidak sadar manusia akan fisiknya. Senada dengan Haviland (1967) dalam
meninggalkan jejak pada setiap aktifitasnya, Laurens (2004:131) bahwa tatar perilaku sama
seperti tapak kaki di tanah atau bercak tangan di dengan ruang aktifitas untuk menggambarkan
lantai. Disisi lain, physical traces dapat suatu unit hubungan antara perilaku dan
mengubah perilaku manusia di lingkungan, lingkungan bagi perancangan arsitektur.
contohnya pada saat seseorang memasuki Rapoport (1977) dalam Utami (2003)
gedung baru tentu perilakunya akan berbeda mengatakan bahwa perilaku adalah aspek
dengan saat ia berada di gedung sebelumnya signifikan dari sebuah proses yang merupakan
(Zeisel, 1980). interaksi pendekatan dialektik antara manusia
dan lingkungan dengan mempertimbangkan
KAJIAN TEORI proses interaksi manusia dalam menetapkan
konsepnya sendiri. Pendekatan perilaku
Hubungan Arsitektur, Lingkungan dan memperhatikan hubungan manusia dengan
Perilaku lingkungan yang mempengaruhi apresiasi dan
kesadaran manusia.
Haryadi (2010) menjelaskan bahwa Lang (1987) dalam Utami (2003)
perilaku dioperasionalisasikan sebagai kegiatan mengatakan bahwa seting perilaku merupakan
manusia yang membutuhkan seting atau wadah pemahaman tentang lingkungan binaan sebagai
kegiatan yang berupa ruang. Berbagai kegiatan bagian perilaku. Jika tampilan lingkungan tidak
manusia saling berkaitan dalam satu system mampu mengikuti pola perilaku maka manusia
kegiatan. Wadah-wadah berbagai kegiatan juga tidak akan dapat mengikuti tujuan. Jejak
tersebut juga terkait dalam suatu system pula. merupakan sesuatu yang tertinggal atau mereka
Keterkaitan wadah-wadah inilah yang sadar akan perubahan (Zeisel, 1980).
membentuk tata ruang yang merupakan bagian
dari bentuk arsitektur. Teori Physical Traces (Jejak Fisik)
Secara tidak langsung terdapat hubungan
antara perilaku dan ruang dalam dua sudut Physical traces (jejak yang ditinggalkan)
pandang. Pertama, sudut pandang dalam dapat diketahui dengan memperhatikan
memahami pola perilaku, termasuk keinginan, lingkungan fisik di sekitar untuk menemukan
motivasi, dan perasaan, merupakan hal yang aktifitas sebelumnya. Secara tidak sadar
harus dipahami dalam suatu ruang dikarenakan manusia akan meninggalkan jejak pada setiap
ruang merupakan perwujudan fisik dari pola- aktifitasnya, seperti tapak kaki di tanah atau
pola tersebut. Kedua, sudut pandang terhadap bercak tangan di lantai. Disisi lain, physical
ruang mempengaruhi perilaku dan jalannya traces dapat mengubah perilaku manusia di
kehidupan. Kedua aspek tersebut memiliki lingkungan, contohnya pada saat seseorang
dampak yang besar dan menjadi perhatian memasuki gedung baru tentu perilakunya akan
khusus bagi arsitek dan semua yang terlibat berbeda dengan saat ia berada di gedung
didalamnya (Rapoport, 1969). sebelumnya (Zeisel, 1980).
Physical Traces adalah suatu metode
Seting Perilaku (Behavior Setting) penelitian dalam perilaku manusia yang
bertujuan untuk mengetahui jejak yang dapat
Behavioral setting dapat diartikan secara menjadi acuan perbaikan rancangan. Physical
sederhana sebagai suatu interaksi antara suatu traces juga dapat digunakan sebagai analilis
kegiatan dengan tempat yang spesifik. Behavior pada rancangan suatu lingkungan dan menilai
setting mengandung unsur-unsur sekelompok apakah lingkungan tersebut sudah berfungsi
orang yang melakukan suatu kegiatan, aktifitas secara efektif (Utami, 2003).
atau perilaku dari sekelompok orang tersebut,
tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan, Ruang Terbuka Publik
serta waktu spesifik saat kegiatan tersebut
dilaksanakan (Haryadi, 2010). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2007, ruang terbuka adalah
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih untuk menanam tumbuhan di atas bangunan
luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun gedung miliknya.
dalam bentuk area memanjang/jalur di mana Ayat (3) menyebutkan bahwa proporsi
dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20
yang pada dasarnya tanpa bangunan. (dua puluh) persen yang disediakan oleh
Menurut Hakim (1991), ruang terbuka pada pemerintah daerah kota dimaksudkan agar
dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat
menampung kegiatan aktivitas tertentu dari lebih dijamin pencapaiannya sehingga
warga lingkungan tersebut baik secara individu memungkinkan pemanfaatannya secara luas
atau secara kelompok. Bentuk daripada ruang oleh masyarakat. Jika proporsi tersebut
terbuka ini sangat tergantung pada pola susunan dibandingkan dengan luas wilayah Kota Medan
massa bangunan. sebesar 26.510 Ha, maka idealnya luas Ruang
Menurut Urban Land Institute dalam Terbuka Hijau yang harus ada di Kota Medan
Deazaskia (2008) pengertian umum ruang adalah sekitar 7.953 Ha.
publik adalah ruang-ruang yang berorientasi
manusia (people oriented speces). Ruang publik Pemetaan Perilaku pada Ruang Terbuka
adalah suatu tempat atau ruang yang terbentuk Publik
karena adanya kebutuhan manusia akan tempat
untuk bertemu ataupun berkomunikasi. Haryadi dan B. Setiawan (2010) juga
membagi jenis-jenis perilaku yang biasa
Fungsi Ruang Terbuka Publik dipetakan antara lain meliputi: pola perjalanan
(trip pattern), migrasi (migration), perilaku
Menurut Rustam Hakim (1987) dalam konsumtif (consumptive behavior), kegiatan
Suwandy (2015), fungsi ruang terbuka publik rumah tangga (households activities), hubungan
antara lain: ketetanggaan (neighbouring) serta penggunaan
1. Fungsi umum berbagai fasilitas publik (misalnya: pedestriam,
Yaitu ruang terbuka sebagai tempat lapangan terbuka dan lain-lain). Terdapat dua
bersantai, bermain, berolahraga, sebagai cara untuk melakukan pemetaan perilaku yakni:
pembatas atau jarak bangunan, sebagai sarana 1. Pemetaan berdasarkan tempat (place-
penghubung antar tempat, sebagai ruang terbuka centered mapping)
untuk mendapat udara segar, sebagai tempat Teknik ini digunakan untuk mengetahui
komunikasi sosial, tempat peralihan atau bagaimana manusia atau sekelompok manusia
menunggu. memanfaatkan, menggunakan, atau
2. Fungsi ekologis mengakomodasikan perilakunya dalam suatu
Yaitu ruang terbuka sebagai tempat situasi waktu dan tempat tertentu. Dengan kata
penyerapan air hujan, penyegaran udara, tempat lain, perhatian dari teknik ini adalah satu tempat
untuk memelihara ekosistem, pengendali banjir yang spesifik, baik kecil maupun besar.
dan penghalus arsitektur pada bangunan. 2. Pemetaan berdasarkan pelaku (person-
centered mapping)
Peraturan Ruang Terbuka Publik Berbeda dengan teknik placed-centered
mapping, teknik ini menekankan pada
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007
pergerakan manusia pada suatu periode waktu
Tentang Penataan Ruang, khususnya pada pasal
tertentu. Dengan demikian, teknik ini akan
29 ayat (2) mengamanatkan bahwa proporsi 30
berkaitan dengan tidak hanya satu tempat atau
(tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal
lokasi akan tetapi dengan beberapa tempat atau
untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,
lokasi.apabila placed-centered mapping ini
baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem
peneliti berhadapan dengan banyak manusia,
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang
pada person-centered mapping ini peneliti
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan
berhadapan dengan seseorang yang khusus
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
diamati.
sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika
kota. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan
proporsi ruang terbuka hijau di kota, METODE PENELITIAN
pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong
Penelitian dilakukan melalui metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

pengumpulan data dilakukan dengan observasi,


studi literatur dan pemetaan perilaku. Terdapat 5 (lima) zona yang aktif
digunakan oleh pengguna. Zona pertama adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN jogging track. Area ini selain dijadikan tempat
jogging, beberapa pengguna memanfaatkannya
Tinjauan Lapangan Merdeka sebagai area bersepeda (gambar 1.3), berdagang,
bermain bola.
Lokasi penelitian yang dipilih adalah
Lapangan Merdeka, Medan. Lapangan Merdeka
merupakan salah satu ruang terbuka publik di
Kota Medan yang terletak di pusat kota
disekeliling Jalan Balai Kota, Jalan Bukit
Barisan, Jalan Stasion dan Jalan Pulau Pinang
(gambar 1.1).

Gambar 1.3. Pengguna bersepeda

Zona kedua adalah bagian alat


olahraga/gym. Area ini dimanfaatkan pengguna
sebagai bantuan untuk berolahraga. Berbagai
alat untuk berbagai kegiatan olahraga disediakan
di zona ini dapat dilihat pada gambar dibawah
(gambar 1.4).
Gambar 1.1. Peta Lapangan Merdeka

Pemetaan Perilaku Dalam Penggunaan


Ruang di Lapangan Merdeka

Perilaku pengguna berkaitan erat dengan


kondisi fisik Lapangan Merdeka sesuai dengan
teori Barker (1968) dalam Laurens (2004).
Lapangan Merdeka sering digunakan sebagai
tempat olahraga, rekreasi, bersantai, dan
sebagainya. Tempat ini hampir selalu ramai
pengguna pada pagi dan sore hari. Pengguna Gambar 1.4. Alat olahraga
Lapangan Merdeka berasal dari berbagai
Zona selanjutnya adalah zona ketiga yaitu
kalangan dan golongan. Pembagian zona pada
area rumput. Zona ini memiliki banyak fungsi
Lapangan Merdeka dapat dilihat pada gambar
bagi pengguna. Pengguna sering menggunakan
dibawah ini (gambar 1.2).
area ini sebagai area bersantai (gambar 1.5) dan
beberapa menggunakan sebagai tempat bermain
bola. Jika Lapangan Merdeka digunakan untuk
suatu event, maka sebagian dari zona ini
digunakan untuk panggung dan acara tersebut
(gambar 1.6)

Gambar 1.2. Peta Lapangan Merdeka


KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

pedagang yang memanfaatkan area ini sebagai


tempat berjualan (gambar 1.8).

Gambar 1.5. Bersantai


Gambar 1.8. Area permainan anak

Jalur Masuk

Lapangan Merdeka memiliki dua jalur


masuk utama dan satu jalur masuk tambahan.
Jalur masuk utama berada di Jalan Pulau Pinang
dan Jalan Bukit Barisan sedangkan jalur masuk
tambahannya dapat diakses melalui Merdeka
Walk (gambar 1.9). Jalan masuk utama dapat
Gambar 1.6. Event suatu acara diakses oleh kendaraan motor dan mobil
sedangkan jalan masuk melalui Merdeka Walk
Zona keempat adalah lapangan hanya dapat diakses oleh pejalan kaki
voli/badminton. Terdapat 4 (empat) lapangan
voli/badminton dengan dua bagian berbeda.
Satu bagian terletak berdekatan dengan tempat
parkir dan satu bagian lainnya terletak di
sebelah tugu dan dalam waktu tertentu lapangan
pada bagian ini digunakan sebagai area
skateboard seperti yang terlihat pada gambar
1.7.

Gambar 1.9. Jalur masuk

Area Jogging Track


Gambar 1.7. Lapangan badminton
Lapangan Merdeka menyediakan area
jogging track untuk pengguna melakukan
Zona kelima yaitu area permaninan anak-
olahraga jalan, jogging maupun lari. Area ini
anak. Area ini menyediakan banyak permainan
berbentuk oval mengikuti bentuk dari lapangan
anak seerti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit,
itu sendiri (gambar 1.10).
panjatan, dll. Area ini tentu banyak
dimanfaatkan oleh anak-anak namun beberapa
orang dewasa juga sering memanfaatkan area ini
sebagai area santai ataupun mengingat masa
kecilnya. Beberapa pengguna lainnya adalah
orang tua yang menemani anaknya bermain dan
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

Gambar 1.10. Area jogging track Gambar 1.12. Area bermain anak

Alat olahraaga/gym Lapangan voli/badminton

Area alat olahraga didesain bersebelah Lapangan voli atau badminton didesain
disalah satu sisi jogging track namun berada terpisah oleh dua bagian mengikuti pola bentuk
hampir ke pinggir lapangan. Area ini juga Lapangan Merdeka. Satu bagian terletak dekat
berada persis disebelah Merdeka Walk terlihat dengan kantor Polantas dan satunya lagi terletak
dari gambar 1.11. Berdampingan dengan alat disebelah tugu (gambar 1.13).
olahraga, disediakan juga track untuk pengguna
yang menggunakan sepeda maupun skateboard.

Gambar 1.13. Lapangan badminton

Gambar 1.11. Alat olahraga Pendopo dan Tugu

Pendopo didesain diujung area rumput.


Area bermain anak-anak
Letaknya berdekatan dengan jalur masuk utama
Jalan Pulau Pinang dan area bermain anak. Tugu
Area bermain anak didesain diujung
terletak dipingir lapangan diapit oleh lapangan
lapangan terletak tidak begitu jauh dari jalur
voli/badminton dan area rumput (gambar 1.14).
masuk utama Jalan Pulau Pinang sehingga
cukup mudah untuk diakses (gambar 1.12). Area
ini didesain cukup besar dengan menyediakan
bermacam-macam permainan dan bangku taman
sebagai sitting area.
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

Gambar 1.16. Sekelompok remaja bermain sepak


bola diatas rumput

Adanya beberapa event yang sering


memanfaatkan Lapangan Merdeka yang
dilakukan ditengah area rumput menambah
kerusakan rumput. Panggung ditengah area
Gambar 1.14. Pendopo dan tugu rumput menjadi salah satu penyebabnya karena
secara otomatis orang-orang akan beramai-
Area Hijau (Rumput) ramai menginjak rumput menuju event tersebut
(gambar 1.17).
Banyak jejak fisik yang dijumpai pada
Lapangan Merdeka. Perilaku pengguna yang
tidak sesuai dengan desain yang sudah
dirancang menjadi suatu kebiasaan baru bagi
pengguna sesuai dengan teori Lang (1987)
dalam Utami (2003) yang mengatakan bahwa
jika tampilan lingkungan tidak mampu
mengikuti pola perilaku maka manusia juga
tidak akan dapat mengikuti tujuan. Contoh yang Gambar 1.17. Tenda suatu acara diatas rumput
paling sering dijumpai adalah kerusakan rumput
yang tidak lagi hijau. Berdasarkan pengamatan, Penyebab lainnya adalah banyaknya
salah satu kerusakan rumput diakibatkan dari kendaraan motor dan mobil yang masuk ke
aktifitas pengguna misalnya berlalu lalang diatas Lapangan Merdeka dan naik keatas rumput
rumput. Aktifitas lainnya adalah pengguna yang menuju event tersebut padahal area parkir
melakukan olahraga diatas rumput terlihat pada kendaraan mobil dan motor sudah ada
gambar 1.15 dan gambar 1.16. disediakan oleh perancang seperti gambar
dibawah (gambar 1.18).

Gambar 1.15. Remaja bermain badminton diatas


rumput Gambar 1.18. Mobil parkir diatas rumput

Beberapa batas antara rumput dan jogging


track juga sudah mulai hancur dengan seringnya
kendaraan yang melalui jalur itu menuju ke
tengah area rumput dapat dilihat pada gambar
1.19.
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

yang sudah disediakan dan justru memafaatkan


beberapa permainan yang ada (gambar 1.22).
Disatu sisi perilaku ini menjadi penghalang
anak-anak bermain.

Gambar 1.19. Pembatas area rumput dan jogging


track yang hancur

Hal lainnya yang dapat menyebabkan


kerusakan rumput adalah banyaknya pengguna
yang memanfaatkan area ini sebagai suatu
kegiatan beraktifitas. Sebagai contoh, pengguna Gambar 1.22. seorang Bapak duduk disalah satu
sering beristirahat diatas rumput, bermain, yoga, permainan anak-anak
maupun sekedar bersantai seperti pada beberapa
gambar dibawah (gambar 1.20 dan gambar Adanya kalangan remaja dan dewasa yang
1.21).
menikmati permainan juga menjadi penghalang
anak-anak dalam menikmati areanya (gambar
1.23 dan gambar 1.24). Keinginan mereka untuk
bermain suatu permainan terhalang dengan
adanya pengguna lain yang seharusnya tidak
menggunakan permainan tersebut.

Gambar 1.20. Remaja duduk bersantai diatas


rumput

Gambar 1.23. Remaja duduk di komedi putar

Gambar 1.21. Beberapa remaja bermain diatas


rumput

Permainan Anak-anak

Area permainan anak disediakan untuk


anak-anak dapat menikmati permainan di
Lapangan Merdeka. Seharusnya area ini
diperuntukkan untuk anak-anak namun yang Gambar 1.24. remaja duduk di ayunan
terlihat adalah beberapa kalangan remaja dan
dewasa ikut menikmati area ini. Beberapa orang
tua ada yang menemani anaknya bermain
namun mereka tidak menempati sitting area
KAJIAN TEORI PHYSICAL TRACES PADA RUANG TERBUKA PUBLIK Faurantia F Sigit

Sitting Area Daftar Pustaka

Kegiatan lainnya yang mengganggu adalah [1] Haryadi dan Setiawan B, 2010. Arsitektur,
banyaknya pengguna yang duduk disembarang Lingkungan dan Perilaku,
Yogyakarta: Gadjah Mada
tempat dan tidak menggunakan area duduk yang
University Press
sudah disediakan (gambar 1.25 dan gambar
1.26). Jika perilaku ini semakin sering dilakukan [2] Darmawan, 2007. Peranan Ruang Publik
pengguna maka dapat merusak fasilitas Dalam Perancangan Kota (Urban
Lapangan Merdeka. Design, Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro

[3] Hakim, Rustam dan Hardi Utomo, 2008.


Komponen Perancangan Arsitektur
Lansekap, Jakarta: PT Bumi Aksara

[4] Laurens, Joyce Marcella, 2004. Arsitektur


dan Perilaku Manusia, Jakarta: PT
Grasindo.

[5] Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1


Tahun 2007 Tentang Penataan
Gambar 1.25. Remaja duduk dipembatas tanaman Ruang Terbuka Hijau Kawasaan
Perkotaan. 2007. Jakarta Sekretariat
Negara.

[6] Prihutami, Deazaskia, 2008. Ruang Publik


Kota Yang Berhasil. Skripsi Fakultas
Teknik Departemen Arsitektur
Universitas Indonesia, Jakarta

[7] Rapoport, Amos, 1969. The Meaning of


Built the Environment, Tucson: The
University of Arizona Press
Gambar 1.26. Seorang anak duduk dirantai pagar
[8] Shirvani, Hamid, 1985. Urban Design
KESIMPULAN Process, New York : Van Nostrand
Reinhold
Desain Lapangan Merdeka mempengaruhi
perilaku pengguna. Lapangan Merdeka sudah [9] Suwandy, 2015. Studi Elemen Ruang Publik
didesain dengan baik namun tidak semua desain (Studi Kasus: Kawasan Taman Biro
digunakan dengan pengguna secara baik. Administrasi Universitas Sumatera
Beberapa perilaku pengguna menyebabkan Utara). Skripsi Fakultas Teknik
kerusakan pada desain Lapangan Merdeka Departemen Arsitektur Universitas
seperti rumput yang sudah tidak lagi hijau Sumatera Utara, Medan
merata serta banyaknya alat olahraga dan
permainan anak-anak yang sudah rusak. Phisical [10] Utami, Wahyu, 2003. Children Physical
traces dapat menjadi metode yang berguna Traces in Open Space (Case Study
dalam melakukan penelitian ini sehingga dapat Ahmad Yani Park, Medan)
dijumpai beberapa jejak baru yang dibuat akibat
perilaku pengguna. [11] Zeisel, John, 1980. Inquiry by Design :
Tools for Environment-Behavior
Research, Cambridge: Cambridge
University Press

You might also like