You are on page 1of 7

ACARA II

OKULASI TANAMAN BUAH DAN GRAFTING TANAMAN HIAS

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di era sekarang kebutuhan akan tanaman yang memiliki kualitas baik
semakin meningkat. Dengan semaakin meingkatnya kebutuhan tersebt harus
diimbangi dengan persediaan tanman yang berkualitas. Banyak usaha yang
dilakukan petani dalam memperbanyak tanman yang
berkualitas.Perbanyakan tanaman bisa kita golongkan menjadi dua golongan
besar, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara
generatif atau seksual adalah perbanyakan dengan menggunakan biji.
Namun dalam perbanyakan secara generatif memiliki kendala, yaitu tidak
semua tanaman menghasilkan biji, ada tanaman menghasilkan biji, tetapi
biji tersebut tidak dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Disamping itu
tanaman yang ditanam dengan biji terkadang ada yang memiliki rasa dan
hasil yang mengecewakan, serta membutuhkan waktu yang lama sampai
tanaman tersebut menghasilkan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan perbanyakan secara
vegetatif. Perbanyakan vegetatif dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara
alami dan secara buatan. Perbanyakan vegetatif yang biasanya dilakukan
adalah vegetatif buatan, diantaranya dengan cara okulasi dan grafting.
Keunggulan pembiakan tanaman secara vegetatif adalah waktu yang
diperlukan untuk menghasilkan individu baru cepat dan individu yang
dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan tanaman induk. Metode
vegetatif ini pembiakan tanaman tidak perlu menunggu tanaman melakukan
penyerbukan terlebih dahulu dan juga bisa menjamin bahwa hasil dari
tanaman yang dihasilkan memiliki sifat sama dengan tanaman induk.
2. Tujuan Praktikum
a. Menigkatkan kualitas bibit tanman buah dengna cara okulasi.
b. Memperbanyak dan memberi variasi tanaman hias dengan cara grafting.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanankan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 01 Maret 2017
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Lengkeng merupakan tanaman buah subtropis yang memiliki nama
ilmiah Dimocarpus Longan Lour. Klasifikasi dari tanaman lengkeng adalah
sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Dimocarpus
Jenis : Dimocarpus longan Lour.
Nama Umum : lengkeng
Nama Asing : Longan (Inggris), Longanier, oeil de dragon (Francis)
Kelengkeng (Nephelium longata L.) diduga berasal dari Myanmar,
kemudian menyebar ke Cina Selatan, Taiwan, dan Thailand Utara. Namun,
jenis-jenis liar banyak ditemukan di Kalimantan Timur dengan nama buku,
ihaw, medaru, kakus, atau mata kucing (Euphoria malesianus). Di Indonesia,
lengkeng terdapat di sekitar Temanggung dan Magelang, dan beberapa tempat
di Jawa Timur (Malang) (Sunarjono, 2007).
Buah lengkeng berbentuk bulat dengan ukuran kurang lebih sebesar
kelereng. Buah ini bergerombol pada malainya. Kulit buahnya berwarna
cokelat muda sampai kehitaman dengan permukaan agak berbintil-bintil.
Daging buahnya berwarna putih bening dan berair. Rasanya sangat manis
dengan aroma harum yang khas. Bijinya berbentuk bulat, terdiri dari dua
keping, dan dilapisi kulit biji yang berwarna hitam. Daging bijinya sendiri
berwarna putih, mengandung karbohidrat, sedikit minyak, dan saponin
(Anonim, 2013).
Lengkeng lebih cocok ditanam di dataran dengan ketinggian antara 200-
600 m dpl yang bertipe iklim basah dengan musim kering tidak lebih dari
empat bulan. Air tanah antara 50-200 cm. Curah hujan 1.500-3.000 mm per
tahun dengan 9-12 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Suhu malam yang dingin
(15-20 C) selama musim kemarau mendorong tanaman berbunga (Sunarjono,
2007).
Budidaya lengkeng sebaiknya dilakukan secara intensif pada tanah yang
terkena sinar matahari langsung dengan membuat lubang tanam. Tanah untuk
menanam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Memiliki pH 5-6,5.
Subur dan gembur, banyak mengandung zat organik. Tidak mengandung hama
dan penyakit yang dapat menular melalui tanah. Memiliki drainase yang baik,
air tidak menggenang tetapi cukup air terutama di musim kemarau (Saputra,
2008).
Tanaman lengkeng dapat dipebanyak secara vegetatif salah satunya
adalah dengan cara okulasi. Teknik okulasi merupakan teknik penempelan
mata tunas dari tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat
unggul. Dalam okulasi batang bawah disebut rootstoc dan batang atas disebut
entres. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua
tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan
yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa
lebih tinggi. Pada proses pengokulasian ini terdapat dua bagian yang penting
yaitu batang atas dan batang bawah. Kriteria batang bawah untuk dijadikan
sebagai bahan okulasi adalah merupakan induk yang diperoleh dari pembiakan
generatif yang masih muda. Sedangkan untuk batang atas bagian tanaman yang
diambil adalah yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui asalnya
untuk mempermudah menentukan hasil akhir okulasi serta bagian atas yang
diambil memiliki empat payung,pucuk tanaman dalam keadaan tua (Parto
Rahardja dan Wahyu Wiryanta, 2003).
Okulasi sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada saat
ini kambium dapat mempertahankan diri tidak segera menjadi kering.,
demikian pula dengan mata tunas yang ditempelkan. Sedangkan pada musim
kemarau, mata tunas yang dikerat harus segera ditempelkan ke batang yang
sebelumnya sudah dibuat pada pola keratannya. Untuk okulasi yang dilakukan
pada batang bawah, biasanya dipilih dari jenis tanaman varietas lokal yang
sudah berumur sekitar 1 tahun, dan yang memiliki pertumbuhan baik, sehat
serta memiliki kulit batang yang mudah dikelupas (Zainal Abidin, 2001).
Klasifikasi Plumeria adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Plumeria L.
Spesies : Plumeria sp.
Tumbuhan Kamboja atau dikenal dengan Frangipani (Plumeria sp.)
merupakan jenis tumbuhan berbunga yang berasal dari Amerika Tengah dan
Afrika. Kamboja merupakan jenis tanaman tropis yang tumbuh subur di
dataran rendah sampai ketinggian tanah 700 m di atas permukaan laut. Ciri
khas tanaman ini mudah tumbuh dan berkembang biak serta tidak memerlukan
perawatan khusus (Tanjung dkk., 2008).
Tumbuhan Kamboja memiliki batang yang begetah dengan tinggi 1,5-6
m memiliki batang yang berkayu, bulat, bercabang, bekas dudukan daun
Nampak jelas, putih kehijauan dengan jenis daun Tunggal, lanset, ujung
runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tebal, panjang 10-25 cm, lebar 5-10 cm,
pertulangan menjari, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau muda.
Bentuk bunga Majemuk, malai rata, di ujung batang, kelopak bentuk corong,
putih kemerah-merahan, mahkota bunga empat, putih sedangkan buahnya
Bumbung, bentuk lanset, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, masih muda hijau
setelah tua hitam dengan biji yang Bulat, bersayap, putih kotor dan memiliki
akar Tunggang, bercabang, coklat muda (Widodo, 2010).
Perbanyakan vegetatif tanaman kamboja dapat dilakukan dengan cara
grafting. Penyambungan (grafting) merupakan kegiatan untuk menggabungkan
dua atau lebih sifat unggul dalam satu tanaman. Untuk memperoleh bibit
sambungan yang bermutu diperlukan batang bawah dan batang atas yang
kompatibel dan dapat membentuk bidang sambungan yang sempurna.
Keberhasilan penyambungan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain mutu
benih atau bibit dan entres, ketepatan waktu penyambungan, iklim mikro
(naungan), serta keterampilan sumber daya manusia, di samping pemeliharaan
setelah penyambungan ( Firman, C dan Ruskandi, 2009 ).
Penyambungan dilakukan dengan cara menyelipkan batang atas pada
belahan batang bawah. Pangkal entres dimasukkan sepenuhnya dalam celah
batang bawah sehingga tidak tersisa rongga yang dapat menghambat proses
penyatuan sambungan. Pembalutan sambungan dimulai dari bagian yang
disambung sampai ujung entres dengan dililit lembaran plastik lebar 3- 5 cm,
kecuali bagian ujung entres. Pembalutan dimulai dari bawah ke atas, dilakukan
secara hati-hati sehingga tidak ada celah yang terbuka, terutama pada bagian
yang disambung. Daun yang tersisa dipotong sebagian atau dua pertiga bagian
(Firman, C dan Ruskandi, 2009).
Keunggulan yang diperoleh dengan cara perbanyakan grafting ini adalah
mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan
vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya., bisa memperoleh
tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah
yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau gangguan lain yang
terdapat di dalam tanah, memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh,
sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki,
dan dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan)
dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman
kehutanan)(Suwandi, 2015).

C. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA


1. Alat :
a. Cutter/Pisau
b. Kantong plastik okulasi
c. Tali rafia
d. Kapas
2. Bahan :
a. Bibit tanaman buah kelengkeng sebagai batang bawah (seedling)
b. Tanaman hias adenium sebagai batang bawah, mata tunas sebagai
entries.
c. Alkohol
3. Cara Kerja
a. Membuka kulit seedling model forket dan model huruf T, dengan cara
hati-hati sehingga kambiu tetap utuh, menjaga agar jangan
terkontaminasi mikrobia.
b. Mengambil entries dari pohon induk terpilih, ukuran entries sesuai
dengan ukuran forket atau huruf T.
c. Menempelkan entries pada understam, kemudian mengikat rapat
menggunakan plastik khusus agar tidak kemasukan air atau kotoran lain.
d. Pucuk tanaman batang bawah dilengkung atau dirunduk berlawanan
dengan arah mata tunas, kemudian diikat dengan tali rafia agara tetap
kondisi merunduk.
e. Setelah 4 minggu mata entries diamati dan dibiarkan keluar tunas daun,
jika tunas daun keluar diluar entries, maka tunas tersebut segera dibuang,
yang dibolehkan tumbuh hanya tunas di mata entries.
f. Mengamati entris berhasil tersambung dengan batang bawah,
keberhasilan okulasi ditandai dengan warna entries tetap hijau setelah
berumur tiga minggu dari pelaksanaan okulasi.
g. Setelah tunas mencapai berukuran 15 cm, tunas pucuk batang bawah
dipotong.
h. Perlakuan untuk grafting tanaman hias dapat dilihat pada gambar di
tinjauan pustaka.
D. HASIL PENGAMATAN
E. PEMBAHASAN
F. KESIMPULAN
G. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Kelengkeng. http://susyantokewl.blogspot.co.id. Diakses pada


tanggal 4 Maret 2017.

Firman, C dan Ruskandi. 2009. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh


Naungan Terhadap Keberhasilan Penyambungan Tanaman Jambu
Mete (Anacardium occidentale L.). Buletin Teknik Pertanian. Vol. 14 (
1 ) : 1 3.
Rahardja, Parto dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak
Tanaman. Agromedia Pustaka. Bandung.

Saputra, Sumarno Dwi dan Isto Suwarno. 2008. Panduan Budidaya Lengkeng
Super. Lily Publisher. Yogyakarta

Sunarjono, Hendro. 2007. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar


Swadaya. Jakarta

Suwandi. 2015. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara


Sambungan (Grafting). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta

Tanjung,N.K, Sudarno, dan Laksmi, S. 2008. Efektifitas Ekstrak Kulit Jeruk


Lemon(Citrus limonum) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan
Aeromonas hydrophila Secara In Vitro. Jurnal Berkala Ilmiah
Perikanan Vol 3 No 1 April 2008

Widodo, G. P. D.Ningsih.M.Aprilia. 2010. Aktivitas Antibakteri dan


Penyembuhan Luka Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Kamboja
(Plumeria acuminata Ait) pada Kulit Kelinci yang Diinfeksi
Staphylococcus aureus. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 7 No 2. 73-77

Zainal. 2001. Dasar dasar tentang Pembiakan Vegetatif. Angkasa Pustaka.


Bandung.

You might also like