You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam
ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena
virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan
oleh virus flu burung (Avian influenza (AI). Jumlah unggas yang mati akibat wabah
penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor
(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat
(1.541.427 ekor).
Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa
warga Tangerang Banten, hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium
Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO
di Hongkong. Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk
(Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A
terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan
sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2 terdapat jenis H1N1,
H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-
N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe
A H5N1.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui penyakit avian influenza.
2. Mengetahui perbedaan avian influenza dengan SARS dan Swine Flu.
3. Mengetahui asuhan keperawatan avian influenza.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Avian influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1
(H=hemaglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung
dan ayam) (Depkes; 2006). Avian influenza dapat disebut Highly Pathogenic Avian
Influenza (HPAI) atau yang biasa disebut flu burung.Penyakit ini menular dari unggas
ke unggas tetapi dapat pula menular ke manusia (zoonosis).Virus ini memiliki inang
alami pada burung liar.Flu burung tidak membuat burung liar sakit, tetapi mampu
membuat unggas domestik/piaraan seperti ayam dan bebek sakit bahkan mati.Penyakit
ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia.Sebagian
besar kasus infeksi pada manusia berhubungan dengan adanya riwayat kontak dengan
peternakan unggas atau benda yang terkontaminasi (Nataprawira; 2006). World Health
Organization (WHO) melaporkan negara-negara yang terjangkit avian influenza adalah
Hongkong, Cina, Belanda, Vietnam, dan Thailand. Sejak pertengahan tahun 2003,
peternakan unggas di Indonesia mengalami kejadian luar biasa untuk avian influenza
terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.Namun kasus avian influenza pada manusia
baru didapatkan pada bulan Juli 2005 (WHO; 2006).

2.2 Etiologi
Avian influenza merupakan infeksi akibat virus influenza tipe A. virus influenza
tipe A merupakan golongan orthomyxoviridae (IDAI; 2005). Pada permukaan virus tipe
A, ada 2 glikoprotein, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe
berdasarkan sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada
unggas dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari
pada suhu 0C. Di dalam tinja unggas dan tubuh unggas yang sakit virus ini dapat
hidup lebih lama tetapi mati pada pemanasan 60C selama 30 menit, 56C selama 3
jam, dan 80C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen dan desinfektan
misalnya formalin cair yang mengandung iodine atau alkohol 70%.Virus H5N1 dapat
bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab pandemi.

2
2.3 Patofisiologi
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes, setelah terjadi
penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel
hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi
genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari
sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion
ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan
terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1
dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring (Peiris JS,et.al. 2004), dan di dalam sel
gastrointestinal (de Jong MD, 2005, Uiprasertkul M,et.al.2005). Virus H5N1 juga dapat
dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005).
Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus
bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya. Virus
influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor yang
mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya. Ada perbedaan
penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada pada
unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat pada
reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang
mengandung N-acethylneuraminic acid -2,3-galactose (SA -2,3-Gal), dimana
molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. Reseptor yang ada pada
permukaan sel manusia adalah SA -2,6-galactose (SA -2,6-Gal), sehingga secara
teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor
spesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi
reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-
H5N1.Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga
virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar
manusia ke manusia (Russel CJ and Webster RG.2005, Stevens J. et. al. 2006).

3
2.4 Manifestasi Klinis
Kebanyakan pasien H5N1 mempunyai gejala khusus yaitu demam tinggi
(temperatur permukaan mencapai lebih dari 38 C).Tidak seperti pasien dengan infeksi
influenza A (H7), pasien infeksi H5N1 jarang menunjukkan gejal conjungtivities.Diare,
vomiting, sakit perut, sakit pada pleura dan perdarahan pada hidung dan gusi juga
beberapa kali dilaporkan terjadi pada pasien dengan infeksi tahap awal.Diare parah
(sampai yang keluar berupa air namun tanpa darah) atau perubahan inflamatory sering
muncul pada infeksi H5N1 dan bahkan gejala tersebut muncul terlebih dahulu (sekitar 1
minggu) dari pada gejala/manifestasi klinis pada pernapasan.Suatu laporan juga ada
yang menyebutkan bahwa ada 2 orang pasien yang menunjukkan gejala enchepalopati
dan diare tanpa memperlihatkan gejala gangguan pernapasan yang jelas, (John, dkk;
2005).

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin
(Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi diagnostik.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
3. Uji Serologi :
Uji netralisasi :
didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik influensa A / H5N1 sebanyak 4 kali
dalam paired serum dengan uji netralisasi. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi
netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen
akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi
konvalesen harus pula >1/80.
Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil
pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5
positif.

4
Immunofluoresence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan menggunakan
antibodi monoklonal influensa A H5N1.
Uji penapisan : a) rapid test untuk mendeteksi influensa A. b) HI test dengan
darah kuda untuk mendeteksi H5N1. c) enzyme Immunoassay (ELISA) untuk
mendeteksi H5N1

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan diagnostik ke arah
kemungkinan flu burung dan menentukan berat ringannya derajat penyakit .
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit
total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni. Selain
itu, umumnya terjadi peningkatan dari leukosit akibat infeksi.
2. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase,
Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT
dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis
Gas Darah dapat normal atau abnormal dan peningkatan SGOT dan SGPT sebagai
hasil terdapat kerusakan pada fungsi hati. Kelainan laboratorium sesuai dengan
perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
3. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap
tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini
adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai
langkah diagnostik dini.
4. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan post - mortem dengan jalan biopsi pada
mayat (necropsi), spesimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

5
2.7 Penatalaksanaan
Tiga prinsip penatalaksanaan pasien dengan avian influenza adalah:
1. Implementasi dini dalam mengontrol infeksi untuk meminimalisasi penyebab
nosokomial.
2. Penatalaksanaan secara cepat untuk mencegah semakin beratnya penyakit dan
mencegah kematian.
3. Identifikasi dini dan pemantauan terhadap resiko infeksi untuk mempermudah
intervensi dini dengan terapi antiviral untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas serta membatasi penyebaran penyakit.

Medikamentosa yang digunakan sebagai terapi avian influenza adalah obat yang
selama ini bermanfaat dan telah dibuktikan berhasil mengatasi virus influenza lainnya
dan diekstrapolasikan untuk avian influenza. Obat-obatan antiviral tersebut adalah:
oseltamivir, zanamivir, amantadin dan rimantadin. Tetapi dilaporkan bahwa resistensi
cepat terjadi pada obat tersebut, kecuali terhadap obat penghambat neuroamidase, yaitu:
oseltamivir dan zanamivir.
Saat ini antiviral yang direkomendasikan penggunaannya pada avian influenza
adalah oseltamivir. Oseltamivir harus diberikan 48 jam setelah awitan gejala. Menurut
American Academy of Pediatrics, oseltamivir dapat diberikan pada anak dengan usia1
tahun ke atas dan tidak direkomendasikan untuk anak yang berumur kurang dari 1
tahun. Dosis untuk terapi oseltamivir adalah: 2mg/kgBB/kali, diberikan dua kali sehari
selama 5 hari. Sedangkan untuk profilaksis diberikan pada anak dengan usia 12 tahun
ke atas, diberikan sekali sehari selama 7 hari. Alternatif dosis lain yang dapat juga
digunakan menurut WHO adalah:
Anak dengan BB 15 kg : 2x30mg/hari
Anak dengan BB 15-23 kg : 2x45mg/hari
Anak dengan BB 23-40 kg : 2x60mg/hari
Anak dengan BB 40 kg : 2x75mg/hari
Oseltamivir tersedia dengan merek dagang Tamiflu.Walaupun oseltamivir dan
zanamivir dinyatakan berkhasiat untuk mengobati avian influenza tetapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektifitasnya.
Pada tahun 2005 de Jong MD dkk, melaporkan 2 kasus resistensi terhadap
oseltamivir meskipun resistensi pada oseltamivir jarang terjadi, tetapi resistansi telah di

6
deteksi pada 18% anak yang mendapat terapi oseltamivir. Resistensi pada oseltamivir
lebih sering terjadi pada anak di bandingkan orang dewasa.
Selain pemberian terapi antiviral, pasien dengan infeksi avian influenza juga
diberi terapi berupa anti biotik.

2.8 Komplikasi
Influenza sering dianggap remeh beresiko menimbulkan komplikasi dengan
penyakit lain pada kelompok tertentu. Ada beberapa kelompok yang beresiko
mengalami komplikasi dengan penyakit lain bila terserang influenza yaitu usia lanjut,
anak-anak, penderita penyakit kronik, dan wanita hamil. Influenza merupakan penyakit
yang sering di jumpai namun ada juga yang bisa sembuh sendiri.
Avian influenza dapat mengakibatkan munculnya penyakit lain selama
terjangkitnya penyakit ini. Antara lain :
1. Pneumonia: 1viral; 2bacterial 3 mixed
2. Myocarditis dan pericarditis
3. Meningitis/encephalitis
4. Reyes syndrome
5. Myositis
Influenza pada kelompok tertentu dapat menimbulkan komplikasi. Influenza
menimbulkan dampak ekonomi dan menurunkan produktivitas, serta sering menyerang
petugas kesehatan. WHO memperkirakan sedikitnya 3,5 juta orang di dunia terjangkit
virus influenza setiap tahun yang menyebabkan 250.000-500.000 orang di antaranya
meningggal dunia.
Sementara itu, prof.cissy R.S Prawira Kartasasmita, ketua influenza foundation,
menjelaskan ada tiga jenis influenza, yaitu sepanjang tahun (H3N2 dan H1N1),avian
influenza (H7N7 dan H5N1) dan pandemic influenza (H1N1, H2N2 dan H3N2).
Gejala pada influenza dapat berupa demam,pilek,batuk,sakit tenggorokan,sakit kepala,
muntah pada anak, suhu badan hingga 41 derajat celcius. Virus tersebut mudah
menular melalui udara, dengan masa inkubasi 1-3 hari dan masa menular selama 8
hari. Cara pencegahan influenza padaanak dan orang dewasa adalah vaksinasi.

7
2.9 Prognosis
Peluang sembuh dari penyakit flu burung sangat bervariasi. Sejarah menunjukkan
bahwa prognosis awal flu burung baik, tetapi pertahanan untuk mematikan flu burung
bermutasi dengan cepat dan sering dapat memiliki tingkat kematian yang tinggi yaitu
90%.
Berdasarkan pembahasan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan
pasien penyakit flu burung dapat disimpulkan bahwa ( Yuciana W.2009) :
a. Kesembuhan pasien penyakit flu burung dipengaruhi oleh epidemiologi dan kasus
b. Peluang seorang pasien flu burung yang termasuk kasus suspek untuk sembuh
lebih besar daripada meninggal, sedangkan seseorang yang termasuk kasus
konfirmasi peluangnya untuk sembuh lebih kecil daripada meninggal
c. Risiko seseorang yang termasuk kasus suspek untuk dapat sembuh lebih besar
daripada seseorang yang termasuk kasus konfirmasi
d. Risiko seseorang yang ada kontak dengan unggas untuk dapat sembuh lebih kecil
daripada seseorang yang tidak ada kontak

8
VIRUS

2.10 WOC
SEL HOSPES

SPIKES VIRION

SITOPLASMA

MATERI GENETIK
DIDALAM INTI SEL HOSPES

VIRION

INFLAMASI S. PERNAFASAN DARAH CAIRAN

CEREBROSPINALIS
Granulasi
Chemorection Stimulasi Kolonisasi dalam Menembus Syaraf
Sel Mucus Alveoli Dinding Lambung

Suhu Tubuh Nyeri Otot


Mucus Respon Imun Terjadi Iritasi
Meningkat
Meningkat & peradangan
Intoleransi Aktifitas

hypertermia Vomiting
Bersihan Gangguan
Defisit
Jalan Nafas Pertukaran Gas
Kekurangan Peerawatan Diri
Menembus
Vol. Cairan Refleks Batuk
Usus proksimal

Perdarahan
Resiko Kelelahan

Penularan
Melena
9
Nafsu Makan
Malnutrisi
Menurun
2.11 Perbedaan Avian Influenza dengan SARS dan Swine Flu
Perbedaan
Indikator SARS Swine Influenza Avian Influenza
Jenis virus Virus Corona Virus H1N1 Virus H5N1
Media penularan Kontak langsung Babi Unggas
dengan penderita
SARS
Masa inkubasi 2 8 hari 1 5 hari 1 3 hari
Manifestasi klinis Sistem respiratorik, Deman, batuk, Sistem respiratorik
sistem pencernaan, nyeri tenggorokan, ringan sampai berat
sistem kardiovaskuler, sakit kepala, lemah, dan sistem pencernaan
sistem saraf, hati, letih, diare, muntah biasanya diare
darah

10
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan
penanggung jawab).
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Demam : Ya Tidak
- Sesak napas : Ya Tidak
- Batuk : Ya Tidak
- Pilek : Ya Tidak
- Sakit tenggorokan : Ya Tidak
- Diare : Ya Tidak
3. Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat pernah sakit paru : Ada Tidak
- Riwayat sakit lain : Ada Tidak
4. Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat sakit turunan : Ada Tidak
- Riwayat sakit yang sama dengan pasien : Ada Tidak
- Riwayat sakit paru dalam keluarga : Ada Tidak
- Genogram
5. Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
- Melakukan kunjungan ke daerah : Ya Tidak
atau bertempat tinggal di wilayah
yang terjangkit flu burung
- Mengkonsumsi unggas sakit : Ya Tidak
- Kontak dengan unggas / orang yang :Ya Tidak
6. Kondisi lingkungan rumah
- Dekat dengan pemeliharaan unggas : Ya Tidak
- Memelihara unggas : Ya Tidak
7. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)
- Waktu bekerja :
- Jenis pekerjaan :
11
- Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan)
8. Pemeriksaan fisik
a. Status neurologi
- Tingkat kesadaran :
CM Somnolent Apatis Sopor
- Glasgow Coma Scale (GCS):
Eye :.. Motorik :.. Verbal :.
b. Status respirasi
- Jalan Napas
Bersih Ada Sumbatan
- Pernapasan
Sesak Tidak Sesak
- Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit
- Irama Napas
Teratur Tidak Teratur
- Jenis Pernapasan
Spontan Kusmaul Cheynestokes
- Batuk
Ya Tidak
- Sputum
Ya Tidak Warna
- Konsistensi
Kental Encer
- Suara Napas
Vesikuler Ronki Wheezing Rales
- Palpasi Dada : ..................
- Perkusi Dada : .................
- Nyeri saat bernapas
Ya Tidak
- Menggunakan alat bantu pernapasan
Ya Tidak
c. Status kardiovaskuler
- Nadi : ..x/menit
12
Irama : Teratur Tidak teratur
Denyut : Teratur Tidak teratur
- Tekanan darah :.. mmHg
- Distensi vena jugularis :
Kanan : Ya Tidak
Kiri : Ya Tidak
- Warna kulit :
Pucat Cyanosis Kemerahan
- Pengisian kapiler : /detik
- Edema :
Ya Tidak
- Kelainan bunyi jantung :
Murmur Gallop
- Sakit dada :
Ya Tidak
d. Gastrointestinal
- Keadaan mulut
Gigi : Caries Tidak
Stomatitis : Ya Tidak
Lidah kotor : Ya Tidak
Saliva : Normal Abnormal
- Muntah : Ya Tidak
- Nyeri daerah perut : Ya Tidak
- Bising Usus : ....x/menit
- Diare : Ya Tidak
- Konstipasi : Ya Tidak
e. Ekstremitas
- Kesulitan dalam pergerakan :
Ya Tidak
- Keadaan tonus otot :
Baik Hipotoni Hypertoni Atoni
- Kekuatan otot :
f. Pemeriksaan penunjang

13
- Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah, serologi, PCR,
Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan anti HIV, kultur, BTA.
- Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan
g. Terapi pengobatan
(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan dokter)
9. Riwayat psikososial dan spiritual
- Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
- Persepsi terhadap penyakit
- Masalah yang mempengaruhi pasien
- Mekanisme koping
- Sistem nilai kepercayaan

3.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung
1. tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi :
Bersihan jalan napas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
Resiko tinggi penularan infeksi
Intoleransi aktifitas
Nyeri
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ansietas
2. dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU:
Pola nafas tidak efektif
Jalan nafas tidak efektif
Penurunan cardiac output
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan pemenuhan ADL
Gangguan komunikasi verbal
Resiko tinggi penyebaran infeksi
Cemas

14
Sedangkan menurut NANDA, diagnosa keperawatan yang timbul antara lain :
1. Gangguan pertukaran gas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
4. Risiko tinggi penyebaran infeksi
5. Defisit volume cairan
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Hiperthermia

3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG


TANPA VENTILATOR
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional
.
1. Bersihan jalan napas Jalan napas kembali Observasi frekuensi / Takipnea,
tidak efektif dengan kriteria kedalamanpernapasan pernapasandangkal dan
efektif b.d peningkatan hasil : & gerakan dada gerakandada tidak
produksi sputum, Frekuensi nafas simetris karena
penurun- dalam batas normal ketidaknyamanan
an energi, kelemahan (1620 x/mnt) gerakan dinding dada.
DS : Bunyi napas Auskultasi area paru, Penurunan aliran
DO : vesikuler catat adanya ronki, udaraterjadi pada
o Ronki Bernapas tidak mengi, dankrekels. areakonsolidasi dengan
o Mengi menggunakanalat cairan
o Jalan napas terdapat bantu napas Observasi & catat Batuk adalah
sekret Tidak ada dispnea batukyang berlebihan, mekanismepembersihan
o Bunyi napas tidak dan sianosis peningkatan jalan napas secara alami
normal : .. frekuensinapas, sekret
o Frekuensi napas : yangberlebihan.
x/menit

Penghisapan sesuai Merangsang batuk


dengan indikasi ataupembersihan secara
alami

15
Berikan cairan Cairan yang hangat
sedikitnya 2500 ml/ memobilisasi dan
hari mengeluarkan sekret
Bantu mengawasi Memudahkan
efekpenggunaan pengenceran dan
nebulizer. pembuangan sekret

Kolaborasi :
Berikan obat sesuai Obat untuk menurunkan
indikasi : Mukolitik, spasme bronkus dengan
ekspektoran,bronkodila mobilisasi sekret
tor, analgesik.
2. Gangguan pertukaran gas Menunjukkan perbaikan Observasi frekuensi, Manifestasi distress
b.d perubahan membran ventilasi dengan kriteria kedalamandan pernapasan
alveolar, gangguan hasil : kemudahan bernapas tergantungpada derajat
kapasi- Oksigenasi jaringan keterlibatanparu dan
tas pembawa O2 darah, dengan AGD dalam statuskesehatan umum
gangguan pengiriman O2 rentang normal Observasi warna Sianosis kuku
Tak ada distress kulit,membran mukosa menunjukkan
pernafasan dan kuku, catat adanya vasokonstriksi,sianosis
sianosis membran mukosa
menunjukkan
hipoksemia sistemik
Awasi suhu tubuh, Demam tinggi
bantutindakan sangatmeningkatkan
kenyamanan untuk kebutuhan metabolik
menurunkan demam dan O2
Observasi penyimpangan Syok dan edema
kondisi, catat hipotensi, paruadalah penyebab
banyaknya jumlah umum kematian pada
sputum, perubahan pneumonia
tingkat kesadaran.

16
Berikan terapi O2 Mempertahankan PaO2
dengan benar diatas 60 mmHg
Awasi AGD dan Saturasi Mengevaluasi proses
Oksigen dengan pulse penyakit dan
oksimeter memudahkan terapi paru
3. Resiko tinggi penularan Pencegahan penularan Pantau ketat tanda- Selama periode waktu
infeksi b.d proses infeksi dengan kriteria tandavital, khususnya ini potensial komplikasi
penyakit hasil : pada awalterapi fatal dapat terjadi
Tidak terdapat tanda Anjurkan pasien Perubahan karakteristik
tanda penularan memperhatikan sputum menunjukan
infeksi dari pasien ke pengeluaran sputum dan perbaikan pneumonia
pasien lain, keluarga melaporkan perubahan atau terjadinya infeksi
danpetugas warna, jumlah dan bau sekunder
kesehatan. sputum
Mencapai waktu Cegah penyebaran Organisme yang mudah
perbaikaninfeksi infeksi dari pasien lain, menular dapat
berulang tanpa keluarga dan petugas ditularkan melalui
komplikasi kesehatan dengan kontak langsung.Teknik
mencuci tangan secara mencuci tangan penting
konsisten sebelum dan dalam mengurangi
sesudah kontak dengan transian lapisan luar
pasien serta kulit dan menurunkan
menggunakan APD penyebaran atau
tambahan infeksi
Kolaborasi :
Pemberian anti Obat ini digunakan
mikrobakterial untuk membunuh
kebanyakan mikrobial
pneumonia
4. Intoleran aktifitas b.d Peningkatan aktifitas Evaluasi respon pasien Menetapkan
kelemahan, ketidak dengan terhadap aktivitas, catat kemampuan atau
seimbangan antara suplai kriteria hasil: laporan dispnea, kebutuhan pasien
dan kebutuhan O2 Menunjukan peningkatan kelemahan

17
peningkatan toleransi Berikan lingkungan Menurunkan stress dan
terhadap aktivitas tenang dan batasi rangsangan berlebihan,
Tanda vital dalam pengunjung selama fase meningkatkan istirahat
rentang normal akut sesuaiindikasi
Bantu pasien memilih Tirah baring
posisi nyaman untuk dipertahankan untuk
istirahat atau tidur menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat
energi untuk
penyembuhan
Bantu perawatan diri Meminimalkan
yang tidak dapat kelelahan dan
dilakukan pasien membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan O2
5. Nyeri b.d inflamasi Nyeri terkontrol dengan Tentukan karakteristik Nyeri dada biasanya
parenkim paru, batuk kriteria hasil: nyeri misalnya tajam, ada dalam beberapa
menetap Menyatakan nyeri konstan, ditusuk. derajat pada pneumonia
hilang atau terkontrol Selidiki perubahan
Menunjukan rileks, karakter/ lokasi /
peningkatan aktifitas intensitas nyeri
dengan tepat Pantau tanda-tanda Perubahan frekuensi
vital jantung/TD
menunjukan bahwa
pasien mengalami nyeri
Kolaborasi :
Pemberian analgesik Obat ini dapat
dan antitusif digunakan untuk
menekan batuk
nonproduktif atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkat-
kan kenyamanan

18
6. Gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi pasien Auskultasi bising usus Bising usus mungkin
kurang dari kebutuhan terpenuhi selama menurun bila proses
tubuh b.d peningkatan perawatan dengan infeksi berat
kebutuhan metabolik kriteria hasil:
sekunder, anoreksia, Menunjukan Berikan makanan porsi Meningkatkan masukan
distensi abdomen peningkatan berat kecil dengan frekuensi meskipun nafsu makan
badan sering lambat untuk kembali
Menunjukan Sajikan makanan dalam Mengurangi rasa mual
peningkatan nafsu keadaan hangat
makan Berikan perawatan Menghilang rasa tidak
Makan habis 1 porsi mulut enak dan bau mulut
Tidak ada mual Timbang berat badan Mengetahui
muntah setiap hari perkembanganm status
nutrisi

7. Resiko tinggi kekurangan Kebutuhan volume Observasi tanda-tanda Peningkatan suhu atau
volume cairan berlebihan cairan tubuh terpenuhi vital setiap 4 jam demam meningkatkan
b.d kehilangan cairan dengan kriteria hasil : laju metabolik melalui
berlebihan (demam, Membran mukosa evaporasi
berkeringat banyak, lembab Observasi turgor kulit, Merupakan indikator
muntah, hiperventilasi) Turgor kulit baik kelembaban membran langsung keadekuatan
Pengisian kapiler mukosa (bibir dan volume cairan
kurang dari 3 detik lidah)
Tanda-tanda vital Observasi adanya mual Adanya gejala ini
stabil atau muntah menurunkan masukan
oral
Tingkatkan pemasukan Menurunkan resiko
cairan minimal 2500 dehidrasi
ml/ sesuai kondisi
pasien

Pantau intake dan


output cairan

19
DENGAN VENTILATOR
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional
1. Pola napas tidak efektif Pertahankan pola napas Observasi ulang Pemahaman penyebab
b.d yang efektif melalui penyebab gagal napas masalah pernapasan
fatique, perubahan ratio ventilator dapat dicapai penting untuk
O2/CO2 ditandai dengan kriteria : menentukan kebutuhan
dengan : Peningkatan kerja ventilasi dan tipe paling
DS : - pernapasan tidak ada tepat dukungan
DO : Tidak ada ventilator
- Pola napas penggunaan otot Observasi pola napas Pasien dengan
menggunakan ventilator bantupernapasan atau monitor usaha napas ventilator dapat
dengan mode Pressure atau retraksi pasien dan bandingkan mengalami
Control, PEEP > 5 Cm Tidak ada sianosis dengan data pada hiperventilasi sebagai
H2O Analisis Gas Darah : patient display upaya memperbaiki
- Hasil foto toraks : pH : 7.35 7.45 status oksigenasi
pneumonia PaCO2 : 35 45 Auskultasi secara Memberikan informasi
(perburukan) mmhg periodik kualitas bunyi mengenai distribusi
PaO2 : 80 95 napas dan inspeksi volume ke paru kanan
mmhg simetrisitas gerakan dada kiri baik/tidak, dan
Sat O2 : 95 100 % evaluasi makin berat
BE : -2.5 2.5 Pastikan bahwa Perubahan simetrisitas
Nadi normal sesuai pernapasan sesuai menunjukan tidak
umur dengan ventilator atau tepatnya posisi ETT
TD : 90/60 120/90 ada perlawanan atau terjadinya
(fighting) barotrauma
Isi balon Penyesuaian
trakea/endotrakea sesuai dibutuhkan pada
kebutuhan sehinggatidak Volume Tidal,
bocor frekuensi pernapasan
atau apakah pasien
memerlukan obat
sedasi untuk

20
mensinkronkan dengan
program ventilator jika
pasien mengalami
fighting
Cek sirkuit/selang Balon pipa trakea diisi
ventilator terhadap sesuai kebutuhan agar
obstruksi (terlipat atau volume tidak masuk
ada akumulasi air). sesuai dengan yang
Bebaskan bila ada yang diset/program
terlipat atau air pada
sirkuit
Siapkan alat-alat Lipatan pada selang /
resusitasi dekat dengan sirkuit ventilator men-
tempat tidur pasien dan cegah pengiriman
lakukan ventilasi manual volume dan
bila diperlukan meningkatkan tekanan
jalan napas. Air
mencegah distribusi
gas dan media
pertumbuhan bakteri
Kolaborasi :
Observasi seting Untuk memberikan
ventilator dan sesuaikan ventilasi yang adekuat,
dengan pola ventilator bila ada masalah pasien
sesuai kondisi pasien atau masalah peralatan
yang memerlukan
ventilator dilepas untuk
sementara
Seting ventilator
mengacu pada pola
yang ditentukan
berdasar pada
penyakit,kondisi pasien

21
Observasi konsentrasi FiO2 disesuaikan untuk
O2 (FiO2) yang mempertahankan
diberikan saluran dan kadar O2
darah
2. Jalan napas tidak efektif Jalan napas efektif Observasi kepatenan Obstruksi dapat
b.d dicapai dengan kriteria jalan napas disebabkan oleh
adanya benda asing pada hasil : penumpukan sekret,
jalan napas dan Tak terlihat adanya sumbatan mukus,
ketidakmampuan pasien sekret problem dari posisi
untuk batuk efektif, Suara napas bersih ETT
ditandai dengan : Peak Inspiratory Evaluasi gerakan dada Gerakan dada simetris
DS : - Airway dan auskultasi bunyi dan napas terdengar
DO : Pressure (puncak napas pada seluruh lapang
- Ronki +/+, mengi +/+ tekanan jalan nafas paru, menunjukkan
- Alarm ventilator > 40 cmH2O) posisi pipa sudah tepat.
berbunyi Sekret encer dan Obstruksi jalan napas
- Jalan napas terdapat mudah di suctioning bagian bawah
sekret (kental) (dihisap) (atelektasis/pneumonia)
- Hasil pemeriksaan Pola napas sesuai menyebabkan bunyi
AGD program nafas ronki/mengi)
tidak normal Tanda-tanda vital : Monitor tempat ETT, Pipa dapat masuk ke
Frekuensi napas normal catat tanda garis bibir bronkus kanan,
sesuai umur bandingkan dengan sehingga terjadi
Nadi 60-100 x/mnt tempat yang diinginkan, obstruksi aliran udara
TD 90/60-140/90mmHg plester pipa dengan ke paru kiri yang dapat
AGD : aman menyebabkan tension
PH : 7.35 7.45 pneumothoraks
PaCO2 : 35 45 mmhg Catat batuk yang Pasien yang diintubasi
PaO2 : 80 95 mmhg berlebihan, peningkatan mempunyai reflek
SatO2 : 95 100 % frekuensi napas, bunyi batuk yang tidak efektif
BE : -2.5 2.5 alarm atau tekanan pada atau masalah neuro
ABN, sekret yang sensory yang
terlihat pada ETT atau menyebabkan

22
banyak ronki ketidakmampuan
pasien batuk. Pasien ini
tergantung pada
suction untuk
mengeluarkan sekret
Lakukan penghisapan Penghisapan sekresi
jika dibutuhkan, pilih sebaiknya tidak terlalu
kateter penghisap dengan sering dilakukan dan
ukuran 1/3 dari lumen lamanya tidak lebih
ETT. (ingat 1x dari 15 detik
penghisapan tidak lebih
dari 15 detik)
Ajarkan teknik batuk Meningkatkan
efektif keefektifanusaha batuk
Rubah posisi secara Meningkatkan drainase
periodik sekret dan ventilasi
untuk semua bagian
paru dan penurunan
resiko terjadinya
atelektasis
Hidrasi cukup sesuai Membantu/menjamin
kebutuhan sekret tetap encer oleh
karena status cairan
yang cukup
Kolaborasi :
Lakukan chest fisioterapi Meningkatkan ventilasi
pada semua segmen
paru & membantu
drainase sekret
Pemberian obat Oleh karena relaksasi
bronkodilator mukolitik otot polos bronkus dan
encernya sekret

23
Tindakan bronchoscopy Untuk mengeluarkan
sekret dan sumbatan
dengan langsung
melihat lokasi di bagian
paru sebelah mana
3. Gangguan keseimbangan Pasien dapat mencapai Pantau suhu, nadi, Kekurangan cairan
cairan dan elektrolit: keseimbangan cairan pernapasan pada interval meningkatkan
Kurang dari kebutuhan yang adekuat teratur frekuensi jantung,
tubuh b.d hipertermi Kriteria Hasil: menurunkan TD, dan
DS : - Terhidrasi secara mengurangi volume
DO : adekuat dibuktikan nadi.
- Turgor kulit dengan TD, nadi, Catat perubahan turgor Kekurangan cairan juga
- Balance cairan berat badan dan kulit, hidrasi, membran dapat diidentifikasi
- Capillary refill < 3 produksi urine dalam mukosa dan karakter dengan penurunan
detik batas normal sekret. turgor kulit, membran
mukosa kering, dan
viskositas sekret kental.

Ukur / hitung masukan, Memberikan informasi


pengeluaran dan tentang status cairan
keseimbangan cairan umum.
Berikan kompres hangat Membantu mengurangi
dan tepid sponging di demam dengan
tempat tidur mekanisme evaporasi.

Kolaborasi :
Pemberian cairan enteral Mencegah terjadinya
dan parenteral dehidrasi yang akan
meningkatkan suhu
tubuh.
Pemberian terapi Mengurangi demam
antipiretik dengan aksi sentral di
hipotalamus.

24
4. Gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi Kaji kebiasaan diet, Untuk mengetahui
nutrisi kurang dari pasien terpenuhi selama masukan makanan saat status nutrisi, kebiasaan
kebutuhan tubuh b.d. perawatan ini mengevaluasi berat makan pasien sebelum
Intake yang tidak Kriteria Hasil : badan dan ukuran tubuh sakit
adekuat, Menunjukkan Auskultasi bising usus Penurunan bising usus
ditandai dengan peningkatan berat menunjukkan
DS : - badan mendekati penurunan motilitas
DO : normal gaster dan konstipasi
- BB :kg, TB :cm Menunjukkan yang berhubungan
- Pasien terlihat kurus perilaku atau dengan pembatasan
- Pasien terpasang NGT perubahan pola pemasukan cairan,
- Hasil pemeriksaan hidup untuk pilihan makanan buruk,
elektrilt meningkatkan dan penurunan aktivitas dan
tidak normal atau hipoksemia
mempertahankan Berikan makan cair Untuk memenuhi
berat badan yang sesuai program kebutuhan nutrisi
normal Hindari makanan yang Menghindari terjadinya
sangat panas dan sanngat iritasi dalam saluran
dingin pencernaan.
5. Gangguan pemenuhan Kebutuhan perawatan Bantu pasien setiap hari Meningkatkan
ADL diri pasien terpenuhi dalam hal personal kenyamanan dan
b.d. Kelemahan fisik, Kriteri Hasil : hygiene kebersihan diri pasien.
imobilisasi, ditandai Pasien bersih, terpenuhi Ubah posisi pasien tiap 3 Membantu
dengan kebutuhannya selama jam meningkatkan sirkulasi
DS :- perawatan peredaran darah dan
DO : mencegah terjadinya
- Pasien istirahat total kontraktur pada
- ADL pasien dibantu muskuloskeletal.
sepenuhnya oleh Lakukan ROM secara Mencegah terjadinya
perawat pasif apabila pasien di- atropi otot.
- Pasien tampak lemah knockdown
Bantu ROM bila pasien Melatih keseimbangan
telah sadar tubuh.

25
Pasang kasur dekubitus Mencegah terjdinya
dekubitus
6. Gangguan komunikasi Kebutuhan komunikasi Observasi kemampuan Ajar lebih tepat untuk
verbal b.d. Adanya terpenuhi dengan komunikasi pasien untuk komunikasi
pemasangan ETT dan kriteria hasil : pola komunikasi
ventilasi mekanik, Pasien dapat pengganti
ditandai mengungkapkan Lakukan komunikasi Melalui bahasa isyarat
dengan : keinginannya atau yang mudah dimengerti, dan tulisan pasien tetap
DS : - keluhanya melalui bahasa isyarat dapat berkomunikasi
DO : Hubungan terapeutik dan tulisan
- Pasien terpasang ETT perawat - pasien, Berikan bel yang dapat Dengan semua sarana
dan pasien-keluarga, dan diraih dan pastikan komunikasi yang jelas
ventilasi mekanik tim kesehatan lain pasien dapat dan adanya komitmen
- Pasien mendapat terapi tetap terjaga menggunakannya perawat-pasien
pengobatan relaksan Pasien kooperatif Beri tanda bahwa pasien Agar semua tim yang
pada program mengalami gangguan bekerja siap membantu
pengobatan dan verbal bila diperlukan
perawatan Beri waktu pada Mempertahankan pola
keluarga satu orang yang komunikasi keluarga
dekat dengan pasien dan pasien tetap harmonis
ajarkan cara-cara
berkomunikasi yang
sudah dipahami pasien
7. Resiko tinggi Pencegahan penularan Cuci tangan secara Teknik mencuci
penyebaran infeksi konsisten dilakukan tanganpenting dalam
infeksi b.d proses Kriteria hasil: sebelum dan sesudah mengurangi transien
perjalanan penyakit Tidak terdapat tanda - kontak dengan pasien. lapisan luar kulit.
tanda infeksi Gunakan alat Menghindari
nosokomial dan perlindungan diri/ APD penyebaran infeksi
komplikasi proses sesuai prosedur.
penyakit. Ganti sirkuit ventilator Menghindari
setiap 48 jam. pertumbuhan virus
dalam sirkuit.

26
Keluarkan air dalam Menghindari masuknya
sirkuit tiap 3 jam. air dalam sirkuit ke
paru melalui ETT.
Kolaborasi :
Pemberian antibiotik
Pemeriksaan kultur
darah, sputum dan
sputum
8. Cemas b.d. prosedur Program pengobatan Kontrak waktu dengan Dengan kontrak dan
infasif yang dilakukan dan keperawatan pasien keluarga mengenai tujuan yang jelas serta
pada efektif baik di RS kapan dilaksanakan kesepakatan pasien-
pasien. dengan kriteria hasil : pendidikan kesehatan perawat dalam
DS : Setelah diberikan kerjasama mencapai
- Keluarga menanyakan penjelasan,demonstrasi, tujuan
tentang penyakit yang tanya jawab dan diskusi Gali sejauh mana Dengan mengetahui
diderita pasien. melalui beberapa kali pemahaman, sejauh mana
DO : pertemuan keluarga dan pengetahuan keluarga pengetahuan keluarga
- Keluarga bertanya pasien dapat mengerti mengenai manfaat alat tentang alat yang
mengenai alat yang dan memahami manfaat yang terpasang pada terpasang pada pasien
terpasang pada pasien. alat yang terpasangpada pasien. mengurangi
- Keluarga pasien pasien. kecemasan.
tampak Beri pengertian kepada Dengan mengetahui
cemas dan gelisah. pasien dan keluarga tentang manfaat pemasangan
- Pasien terlihat gelisah manfaat pemasangan ETT. ETT pasien dan
keluarga tidak merasa
cemas.

27
3.4 IMPLEMENTASI
1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit flu burung serta
cara pencegahannya.
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir dari pemeriksaan
laboratorium dan foto toraks.
3. Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang memiliki resiko tinggi
untuk penyebaran flu burung.
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu) minggu setelah
pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada keluhan.
5. Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum obat/terapi yang
dibawa pulang.
6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.
7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra indikasi.
8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan bahwa yang
bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh daripenyakit flu burung.

3.5 EVALUASI
1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.
2. Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Tidak menunjukan adanya gangguan nutrisi, cairan, danelektrolit
5. Aktivitas kembali normal
6. Tidak menunjukan kecemasan
7. Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien maupun orang lain

28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Avian influenza disebabkan disebabkanvirus avian influenza tipe A yang terdiri
darisubtipe H1 sampai H16 dan N1 sampai N9.Virus ini cepat bermutasi karena
bersifatantigenic shift dan drift . Hal ini dapatmembuatnya patogen bagi manusia
yangberakibat fatal.Hingga saat ini belum terjadipenularan flu burung dari manusia ke
manusia,demikian juga belum ditemukan vaksin yangkhusus untuk mencegah infeksi
virus H5N1pada manusia.Untuk menghindari terjadinyagenetic reassortment yang
dapat berkembangmenjadi pandemi dapat diberikan vaksin flumanusia atau oseltamivir
dosis tunggal selama7 sampai 10 hari pada orang yang berisikotinggi.Selain itu upaya
preventif utama harusdilakukan, seperti menjaga perilaku higienis,memakai masker,
meningkatkan systemimunitas serta membinasakan unggas yangterinfeksi virus avian
influenza.

29
DAFTAR PUSTAKA
NEMISERY 2010.M AKALAH AVIAN INFLUENZA (H5N1).DIAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER
2011 DARI PUBLIC HEALTH UNIVESITAS J ENDERAL SOEDIRMAN WEB SITE:
HTTP:// KESMAS -UNSOED .BLOGSPOT.COM/2010/06/ AVIAN - INFLUENZA -H 5 N1.HTML

Daulay, Rini Savitri. 2008. Avian Influenza. Diakses tanggal 17 September 2011 dari FK
Universitas Sumatera Utara Web Site:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2020/1/08E00076.pdf

FLU BURUNG.ORG. 2010. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN FLU BURUNG DAN FLU BABI. DIAKSES TANGGAL
19 SEPTEMBER 2011 WEB SITE:HTTP://FLUBURUNG.ORG/PERBEDAAN-DAN-PERSAMAAN-FLU-BURUNG-
DAN- FLU- BABI.ASP

KUSUMAWARDHANA, IRDHAM. 2006. DETEKSI CEPAT VIRUS AVIAN INFLUENZA DENGAN ANIGEN DAN
PENENTUAN SUBTIPE H5 MENGGUNAKAN REVERSE TRANSCRIPTION -PCR(POLYMERASE CHAIN
REACTION). DIAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER 2011 DARI IPB WEB SITE:
HTTP:// REPOSITORY .IPB.AC.ID / HANDLE /123456789/46236?SHOW= FULL

ORGANIZEDWISDOM TEAM WITH NICOLE KINSEY AS THE REVIEWER.2011. RESEARCH NOTES ON H1N1
VS. H5N1.D IAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER 2011 WEB SITE :

HTTP:// WWW.ORGANIZEDWISDOM .COM /H1N1_ VS._H5N1

RADJI, MAKSUM. 2006. AVIAN INFLUENZA A (H5N1): PATOGENESIS , PENCEGAHAN , DAN


PENYEBARAN PADA MANUSIA. DIAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER 2011 DARI FARMASI UI WEB
SITE:HTTP JURNAL FARMASI UI AC ID PDF 2006 V03N02 MAKSUM0302 PDF

Kumala, Widyasari. 2011. Avian Influenza: Profil dan Penularan pada Manusia. Diakses
tanggal 20 September 2011 dari FK Universitas Trisakti Web Site:
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/widyasari%281%29.pdf.

30
Food and Agriculture Organization.2005.Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung (Avian
Influenza) pada Peternakan Unggas Skala Kecil.Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner.
Diakses tanggal 20 September 2011 Web Site:
http://www.fao.org/docs/eims/upload//241491/ai304ind00.pdf.

Yuciana. 2009. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KESEMBUHAN PASIEN PENYAKIT FLU BURUNG. Diakses tanggal 25 September 2011
dari FMIPA UNDIP Web Site : http://eprints.undip.ac.id/1226/1/Vol_2_no_1_artikel_2.pdf

31

You might also like