You are on page 1of 1

Away in a Manger

Lagu ini pertama kali diterbitkan di Philadelphia pada tahun 1885 dengan judul Luthers Cradle
Hymn. Dalam sebuah buku berjudul Little Children's Book for Schools and Families. Lagu ini
diterbitkan untuk memperingati 400 tahun Martin Luther, namun seringkali disalahartikan
sebagai sebuah himne yang dikarang oleh Martin Luther.

Melodi bernama Mueller yang paling popular dikarang oleh James Murray. Bagian awal melodi
sangat identik dengan melodi dari tema kedua Waltz no. 4 yang dikarang oleh Johan Strauss Jr.

Lagu ini memiliki melodi yang tenang dan indah, namun tetap mengandung kedinamisan di
dalamnya. Terdapat pola-pola perulangan nada naik yang berurutan yang dilanjutkan dengan
nada yang statis dan lambat. Lagu ini seolah merupakan lanjutan dari suasana yang digambarkan
oleh lagu Silent Night. Setelah membayangkan sebuah malam yang sunyi kita dibawa lebih
dekat lagi kepada bayi Yesus yang terbaring di palungan. Sebuah pemandangan yang sangat
mengharukan serta menyedihkan. Pemandangan yang menggambarkan kerendahan hati sang
penguasa untuk turun menjadi sama seperti manusia. Gambaran ketidakberdayaan bayi Yesus di
atas palungan seharusnya membuat kita sadar betapa besar kasih Tuhan kepada manusia.

Bait kedua dan ketiga lagu ini menggambarkan respon kita sebagai manusia atas kedatanganNya.
Lagu ini menjadi sebuah pertanyaan introspeksi diri. Apakah kita sungguh menginginkan
kedatanganNya? Atau hanya sebagai sebuah kepura-puraan yang dilakukan karena tuntutan
sebagai orang Kristen yang merayakan kedatanganNya di hari natal? Bagaimana respon kita
terhadap kedatanganNya? Apakah kita memintaNya untuk terus ada beserta kita atau kita
menolak-Nya? Bila kita meminta Tuhan ada terus beserta kita seperti yang dikatakan dalam lirik
lagu ini, sudahkah kita meluangkan waktu untuk bersekutu denganNya? Atau kita terlalu sibuk
dan malas untuk membuka Alkitab? Sudahkah perbuatan kita mencerminkan kehidupan yang
terus disertai Tuhan? Sudahkah kita hidup suci di hadapan Tuhan?

Ketidakpastian pengarang lagu ini hendaknya tidak membuat kita bertanya-tanya tapi menyadari
bahwa penghormatan bukan seharusnya ditujukan kepada manusia, namun kepada Tuhan
dengan segala kemulianNya yang rela datang ke dalam dunia menjelma menjadi seorang bayi
yang lemah tak berdaya.

Biarlah lagu ini menjadi sebuah pertanyaan bagi hati kita yang paling dalam, apakah diri ini
sungguh menginginkan persekutuan dengan Tuhan? Marilah kita meminta Tuhan terus
menyempurnakan pekerjaan-Nya di dalam hidup kita, memberikan hati yang menginginkan apa
yang Tuhan inginkan, hati yang mencintai apa yang Tuhan cintai, hati yang melihat apa yang
terpenting di dalam kehidupan kita sebagai manusia yaitu untuk terus bersekutu dan bertumbuh
di dalam Tuhan.

You might also like