You are on page 1of 37

MODUL DISEMINASI PENERAPAN

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR

KALIBRASI MODEL PARAMETER


HIDROLOGI

Dissemination Unit Of Water Resources


Management and Technology
(DUWRMT)
PENGANTAR

Modul Kalibrasi Model Parameter Hidrologi ini merupakan salah satu bahan ajar
bidang Hidrologi di DUWRMT, yang termasuk pada kompetensi tingkat-3.

Manfaat materi pelatihan Kalibrasi Model Parameter Hidrologi bagi peserta


pelatihan adalah sebagai salah satu sumber belajar untuk meningkatkan
pemahaman mengenai konsep dan metode kalibrasi model parameter hidrologi
sehingga dapat menunjang proses pelatihan di dalam kelas. Dengan mempelajari
materi pelatihan ini dan mengikuti pelatihan di kelas peserta diharapkan dapat
melakukan proses kalibrasi model parameter hidrologi khususnya dan analisis
hidrologi dengan menggunakan model hidrologi pada umumnya.

Modul ini memberikan pembelajaran dan bekal pengetahuan kepada peserta


pelatihan untuk mengetahui dan memahami konsep, metoda dan aplikasi kalibrasi
model hidrologi, serta dapat melaksanakan prosedur kalibrasi model parameter
hidrologi.

Semoga modul ini dapat bermanfaat, terutama bagi peningkatan kapasitas SDM
Lembaga Pengelola Wilayah di Indonesia.

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology i


DAFTAR ISI

PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
TINJAUAN MATERI ................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1. Tinjauan Umum.................................................................................................. 4
2. Analisis Hidrologi Dalam Penanggulangan Banjir ............................................. 4
3. Konsep Dasar Dalam Analisis Hidrologi ............................................................ 5
4. Penutup .............................................................................................................. 8
5. Daftar Bacaan .................................................................................................... 8
BAB II PENGENALAN MODEL HIDROLOGI ......................................................... 9
1. Tinjauan Umum.................................................................................................. 9
2. Model Hidrologi .................................................................................................. 9
3. Jenis Model Hidrologi....................................................................................... 11
4. Penutup ............................................................................................................ 13
5. Daftar Bacaan .................................................................................................. 14
BAB III MODEL HIDROLOGI PERAMALAN BANJIR ........................................... 15
1. Tinjauan Umum................................................................................................ 15
2. Model Hidrologi Peramalan Banjir ................................................................... 15
2.1 Model Korelasi ............................................................................................... 17
2.2 Model Rainfall Runoff ................................................................................. 21
2.3 Model Penelusuran Banjir ............................................................................. 25
3. Perangkat Lunak Peramalan Banjir ................................................................. 27
4. Kriteria Kehandalan Metode Peramalan Banjir ............................................... 28
5. Penutup ............................................................................................................ 28
6. Daftar Bacaan .................................................................................................. 29
BAB IV KALIBRASI MODEL HIDROLOGI ............................................................ 30
1. Tinjauan Umum................................................................................................ 30
2. Konsep Kalibrasi .............................................................................................. 30
3. Penutup ............................................................................................................ 33
4. Daftar Bacaan .................................................................................................. 33

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Metoda Hidrologi ................................................................ 13


Gambar 3.1 Kondisi Ketersediaan Data dan Metoda yang dapat digunakan ...... 22
Gambar 3.2 Berbagai Jenis Model yang dapat digunakan untuk penyiapan
Informasi Hidrologi............................................................................ 23

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology iii


TINJAUAN MATERI

1. Deskripsi Singkat

Modul pelatihan Kalibrasi Model Parameter Hidrologi berisi beberapa hal


pokok yang terkait dengan analisis hidrologi dengan menggunakan model
hidrologi meliputi :
Latar belakang analisis hidrologi,
Dasar-dasar pemodelan hidrologi,
Parameter dan variable model hidrologi,
Kalibrasi model hidrologi,

2. Manfaat

Manfaat materi pelatihan Kalibrasi Model Parameter Hidrologi bagi peserta


pelatihan adalah sebagai salah satu sumber belajar untuk meningkatkan
pemahaman mengenai konsep dan metode kalibrasi model parameter
hidrologi sehingga dapat menunjang proses pelatihan di dalam kelas. Dengan
mempelajari materi pelatihan ini dan mengikuti pelatihan di kelas peserta
diharapkan dapat melakukan proses kalibrasi model parameter hidrologi
khususnya dan analisis hidrologi dengan menggunakan model hidrologi pada
umumnya.

3. Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau Tujuan Pembelajaran

Tujuan Instruksional Umum materi pelatihan Kalibrasi Model Parameter


Hidrologi ini adalah setelah mengikuti pelatihan peserta pelatihan mampu
mengetahui dan memahami konsep, metoda dan aplikasi kalibrasi model
hidrologi, serta dapat melaksanakan prosedur kalibrasi model parameter
hidrologi.

4. Susunan (urutan) atau sistematika materi pelatihan

Materi pelatihan kalibrasi model parameter hidrologi disajikan dalam 5 (lima)


Bab dengan sistematika sebagai berikut ini:

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 1


BAB 1 Pendahuluan Perlunya analisis hidrologi dalam pengelolaan sumber
daya air
Dasar-dasar analisis hidrologi
Konsep dan pendekatan analisis hidrologi
BAB 2 Pengenalan Pengertian model hidrologi
Model hidrologi Jenis-jenis model hidrologi
Karakteristik model hidrologi
BAB 3 Model hidrologi Model korelasi
peramalan banjir Model rainfall runoff
Model penelusuran banjir
BAB 4 Kalibrasi Model Pengertian kalibrasi model
Hidrologi Pendekatan dan Metode kalibrasi model hidrologi,
kalibrasi model dengan tehnik trial & error (cara coba-
coba) dan tehnik optimisasi (automatic calibration)
Parameter dan variable model hidrologi,
Input data untuk kalibrasi model parameter
Kriteria / tingkat akurasi model hidrologi.
Analisis sensitivitas
Bahan bacaan
Glossary / senerai

5. Petunjuk bagi peserta pelatihan

Penggunaan modul Kalibrasi Model Parameter Hidrologi adalah sebagai


bahan bacaan sebelum pelaksanaan pelatihan, bahan pelatihan di dalam
kelas, dan penyegaran setelah pelatihan dalam kelas. Prasyarat pengguna
modul ini adalah peserta pelatihan yang sedang dan akan bertugas dalam
pengelolaan banjir/hidrologi serta yang mempunyai ketertarikan dalam bidang
hidrologi.

Sebelum mengikuti pelatihan Kalibrasi Model Parameter Hidrologi dilakukan


pre test untuk mengetahui wawasan dan pemahaman awal peserta mengenai
kalibrasi model hidrologi. Setelah mengikuti pelatihan Kalibrasi Model
Parameter Hidrologi kembali dilakukan post test untuk mengetahui
peningkatan pemahaman dan pengetahuan peserta mengenai kalibrasi model
hidrologi.

Prasyarat pengguna modul ini adalah peserta pelatihan yang sedang dan
akan bertugas dalam pengelolaan banjir/hidrologi serta yang mempunyai
ketertarikan dalam bidang peramalan dan peringatan dini banjir. Untuk dapat

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 2


mengikuti pelatihan peramalan dan peringatan dini banjir ini, peserta pelatihan
perlu mempunyai / memiliki hal-hal sebagai berikut:
- Bekerja dalam bidang pengelolaan hidrologi,
- Berpendidikan minimal D3,
- Mengetahui dan memahami peralatan hidrologi,
- Pernah mengikuti pelatihan operasional hidrologi,
- Memahami kegiatan pengelolaan hidrologi,

Sebelum mengikuti pelatihan peramalan dan peringatan dini banjir dilakukan


pre test untuk mengetahui wawasan dan pemahaman awal peserta mengenai
peramalan dan peringatan dini banjir. Setelah mengikuti pelatihan peramalan
dan peringatan dini banjir kembali dilakukan post test untuk mengetahui
peningkatan pemahaman dan pengetahuan peserta mengenai peramalan dan
peringatan dini banjir.

Pre Test (Wawasan Awal Peserta Pelatihan)


1. Jelaskan pengertian hidrologi,
2. Jelaskan maksud dan tujuan analisis hidrologi,
3. Jelaskan pengertian model hidrologi,
4. Maksud dan tujuan pembuatan model hidrologi

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 3


BAB I
PENDAHULUAN

1. Tinjauan Umum

Pada Bab Pendahuluan ini terutama menyajikan latar belakang perlunya


analisis hidrologi dalam peramalan banjir. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
materi pendahuluan Modul Pelatihan Peramalan Dan Peringatan Dini Banjir
adalah:
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami analisis hidrologi dalam
peramalan banjir,
Peserta pelatihan mengetahui jenis-jenis analisis hidrologi dalam
peramalan dan peringatan dini banjir.

2. Analisis Hidrologi Dalam Penanggulangan Banjir

Indonesia merupakan negara beriklim tropika humida (humid tropic) yang


pada musim hujan mempunyai curah hujan tinggi. Akibatnya di beberapa
tempat terjadi banjir yang banyak menimbulkan kerugian baik nyawa maupun
harta benda. Kerugian ini akan semakin besar kalau terjadi di kota-kota besar
yang padat penduduknya.

Salah satu upaya penting yang perlu dilakukan pada saat sebelum terjadi
banjir adalah mengetahui kapan waktu datangnya banjir. Sistem peramalan
dan peringatan dini banjir merupakan sebuah tatanan penyampaian informasi
hasil prediksi terhadap sebuah ancaman kepada masyarakat sebelum
terjadinya sebuah peristiwa yang dapat menimbulkan risiko. Sistem peramalan
dan peringatan dini banjir dimaksudkan untuk memberikan peringatan awal
pada masyarakat apabila diperkirakan akan terjadi banjir. Sistem peramalan
dan peringatan dini banjir bertujuan untuk memberikan peringatan agar
penerima informasi dapat segera siap siaga dan bertindak sesuai kondisi,
situasi dan waktu yang tepat. Sistem peringatan dini banjir dilakukan setelah
diperoleh informasi kedatangan banjir yang diamati dari pos pengamatan
maupun hasil analisis peramalan banjir. Dengan mengetahui perkiraan waktu

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 4


datangnya banjir penduduk pada daerah rawan genangan banjir memiliki
kesempatan untuk menyelamatkan diri dan harta bendanya.

Kegiatan penanggulangan banjir memerlukan informasi karakter banjir yang


terjadi, meliputi berapa debit banjirnya, berapa lama waktu puncaknya, lama
penggenangannya, dan volume aliran banjirnya. Informasi ini akan diperoleh
dengan mudah jika di lokasi banjir terdapat pengamatan muka air banjir pada
periode yang cukup panjang dan mempunyai data pengukuran debit pada
saat-saat tertentu. Namun sayangnya, pengamatan muka air banjir belum
tentu ada di lokasi banjir yang akan dikelola. Hal tersebut merupakan salah
satu masalah, yang dewasa ini sering diselesaikan dengan model matematik
untuk mengalihragamkan hujan menjadi aliran.

3. Konsep Dasar Dalam Analisis Hidrologi

Secara harfiah hidrologi berasal dari 2 (dua) kata, yaitu hydro yang berarti air
dan logos yang berarti ilmu pengetahuan (science). Berdasarkan pengertian
tersebut, hidrologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas
mengenai seluk beluk air di bumi. Federal Council for Science and Technology
USA (Chow, 1964), memberi batasan yang kurang lebih hampir sama, yaitu
hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk-beluk air, kejadian dan
distribusinya, sifat alami dan sifat kimianya, serta reaksinya terhadap
kebutuhan manusia.

Dalam kehidupan sehari hari kita sering dihadapkan kepada masalah-masalah


yang berkaitan dengan air, misalnya menyangkut kekurangan air, kelebihan
air dan kualitas air. Dalam rangka pengelolaan sumberdaya air dibutuhkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan potensi ketersediaan sumberdaya
air yang ada (air atmosferik, air permukaan, dan air bawah permukaan), daya
rusak air (banjir, erosi, sedimentasi, longsor, dsb.), dan upaya-upaya
meningkatkan nilai manfaat air baik dengan bangunan maupun dengan
pengelolaan. Perencanaan bangunan air dan beberapa jenis bangunan
lainnya memerlukan berbagai analisis yang menghasilkan besaran-besaran
yang bersifat kuantitatif untuk mendimensi bangunan. Untuk keperluan
tersebut hidrologi mempunyai peranan yang penting yaitu menyediakan
besaran-besaran yang diperlukan baik untuk identifikasi maupun

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 5


perencanaan. Besaran yang dihasilkan dari analisis hidrologi biasanya bersifat
probabilistik (kebolehjadian).

Disamping itu analisis hidrologi juga diperlukan dalam rangka identifikasi


terhadap permasalahan menyangkut kehidupan kita sehari-hari antara lain (1)
mengetahui potensi (volume hujan) yang jatuh pada suatu DAS, (2) untuk
mengetahui debit minimum (kekeringan), (3) untuk mengetahui debit
maksimum, (4) untuk mengetahui debit andalan untuk keperluan irigasi, air
baku, pemeliharaan sungai dan keperluan lainnya, (5) mengetahui variasi
aliran suatu DAS, (6) mengetahui inflow suatu waduk dan keperluan lainnya

Siklus hidrologi dapat dipelajari sebagai suatu sistem yang terdiri atas : hujan
(presipitasi), evaporasi, limpasan air permukaan (runoff), infiltrasi, serta fase-
fase lain dari system hidrologi. Komponen-komponen tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam subsistem-subsistem yang dapat dipalajari secara
terpisah untuk selanjutnya digabung sesuai dengan interaksi diantara
subsistem-subsistem tersebut.

Hujan terjadi karena penguapan air, terutama air dari permukaan laut, yang
terbawa oleh angin naik terkondensi di atmosfir. Apabila kondisi
memungkinkan kondensasi awan tersebut berubah menjadi hujan yang
sebagian airnya jatuh di atas laut dan sebagian di atas daratan. Air hujan yang
jatuh di daratan pertama-tama akan terintersepsi oleh tanaman dan
bangunan, kemudian sisanya akan sampai di permukaan tanah. Di
permukaan tanah sebagian air terinfiltrasi ke dalam tanah, mengalir ke dalam
tanah sebagai aliran bawah permukaan dan sebagian menjadi aliran
permukaan tanah. Sebagian air yang terintersepsi dan mengalir di permukaan
tanah kembali ke atmosfir melalui proses penguapan. Aliran permukaan tanah
bermula dari lapis air yang tipis dan bergerak di permukaan tanah, selanjutnya
terkumpul pada tampungan-tampungan cekungan kecil atau alur-alur kecil. Air
dalam alur-alur kecil ini kemudian masuk ke sistem jaringan sungai. Jika
kondisi memungkinkan air yang terinfiltrasi akan masuk lebih dalam dan
mengisi air tanah, yang kemudian dapat muncul sebagai mata air atau
merembes ke dalam aliran sungai bergabung dengan aliran permukaan, dan

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 6


akkhirnya me
enuju ke la
aut. Prosess hujan menjadi alira
an sebagaii yang tela
ah
diiuraikan di atas
a dapat dilihat pada
a Gambar 1.1.

Gambar 1..1 Siklus Hid


drologi

Salah satu prinsip da


asar yang digunakan dalam an
nalisis hidro
ologi adala
ah
ne drologic Budget). Pe
eraca hidrrologi (Hyd endekatan ini mengikuti prinssip
ontinuitas yaitu inflow (I) diku
ko urangi outfflow (O) m
merupakan perubaha
an
ta
ampungan (S)
( pada beberapa kondisi
k batas sistem yang
y atakan dalam
dinya
pe
ersamaan berikut
b ini.

I O = S
d
dimana :
I sukan (inflo
= mas ow)
O = kelu
uaran (outflow)

S = peru
ubahan tam
mpungan (sstorage change)

Yang dimakksud denga


an masukan adalah semua
s uk ke dalam
air yang masu
sistem, sedangkan ke
eluaran ad
dalah semu ng keluar dari sistem
ua air yan m.
Perubahan tampungan
t adalah perrbedaan an
ntara jumlah
h semua ka
andungan air
a
(dalam berbagai sub sistem) dalam satu unit waktu yang ditinjau, yaitu antara
waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya keluaran. Persamaan ini tidak
dapat dipisahkan dari konsep dasar yang lainnya (siklus hidrologi) karena
pada hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem yang ada, adalah keluaran
dari sub sistem yang lain dalam siklus tersebut.

4. Penutup
Pada bagian penutup ini disajikan soal atau tugas yang harus dikerjakan
peserta pelatihan sebagai berikut:
1. Jelaskan peran analisis hidrologi dalam penanggulangan banjir,
2. Jelaskan 2 (dua pendekatan utama dalam analisi hidrologi,
3. Jelaskan komponen dalam siklus hidrologi,

5. Daftar Bacaan
1. Anonim, 2004, Pedoman Peramalan Banjir Dan Peringatan Dini,
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004
2. Anonim, 1996, Pedoman Pengendalian Banjir, Volume III Pedoman
Perencanaan dan pelaksanaan, Direktorat Jenderal Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum
3. Sumarto, 1999, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta
4. Indarto, 2010, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model
Hidrologi, Bhumi Aksara, Jakarta
5. Sri Harto, 2000, Hidrologi Teori, Masalah, dan Penyelesaian, Naviri
Offset, Yogyakarta
6. Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data,
Nova Bandung
7. Bambang Triatmodjo, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset Yogyakarta,

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 8


BAB II
PENGENALAN MODEL HIDROLOGI

1. Tinjauan Umum

Pada bab pengenalan model hidrologi ini menyajikan materi mengenai konsep
siklus hidrologi dan neraca air yang digunakan untuk nalaisis
pengalihragaman hujan menjadi aliran. Materi sistem pengenalan model
hidrologi ini dibahas setelah peserta pelatihan memperoleh penyegaran
mengenai peranan analisis hidrologi dalam perkiraan banjir yang dibahas
pada bab sebelumnya. Materi ini membahas pengantar kepada criteria
pemilihan model hidrologi dalam system peramalan dan peringatan dini banjir.
Materi ini juga terkait dengan materi selanjutnya, yaitu kalibrasi parameter
model hidrologi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) materi pengenalan model
hidrologi adalah:
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami konsep model hidrologi
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami klasifikasi model
hidrologi
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami beberapa jenis metode
peramalan banjir.

2. Model Hidrologi

Proses hujan menjadi aliran yang sebenarnya terjadi di alam sedemikian


rumit, sehingga kita tidak mungkin dapat menirukan seluruh proses hujan
menjadi aliran ke dalam sebuah model (rumus). Diperlukan penyederhanaan
yang menirukan proses hujan menjadi aliran dalam suatu model. Model
hidrologi adalah sebuah sajian sederhana (simple representation] dari sebuah
sistem hidrologi yang kompleks (Harto, 1993). Model hidrologi merupakan
gambaran sederhana dari suatu sistem hidrologi yang aktual. Model hidrologi
biasanya dibuat untuk mempelajari fungsi dan respon suatu DAS dari
berbagai masukan DAS. Melalui model hidrologi dapat dipelajari kejadian-

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 9


kejadian hidrologi yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memprediksi
kejadian hidrologi yang akan terjadi.

Tujuan penggunaan model dalam hidrologi diantaranya : (1) peramalan


(forecasting), termasuk didalamnya untuk sistem peringatan dan manajemen.
Peramalan memberikan maksud bahwa baik besaran ataupun waktu kejadian
yang dianalisis berdasar cara probabilistik, (2) perkiraan (prediction),
memberikan pengertian bahwa besaran kejadian dan waktu hipotetik
(hypothetical future time), (3) sebagai alat deteksi dalam masalah
pengendalian. Dengan sistem yang telah pasti dan keluaran yang diketahui
maka masukan dapat dikontrol dan diatur, (4) sebagai alat pengenal
(identification tool) dalam masalah perencanaan (planning), (5) eksplorasi
data/informasi, (6) perkiraan lingkungan akibat perilaku manusia yang
berubah/meningkat dan (7) penelitian dasar dalam proses hidrologi (Harto,
1993).

Model-model hidrologi menggambarkan interaksi antar variable-variabel di


dalam konteks DAS. Model-model tersebut dapat dibangun dari model yang
sederhana hingga komplek sesuai dengan tujuan penggunaan model, akurasi,
kemudahan atau efisiensinya. Model hidrologi dibuat untuk mempelajari fungsi
dan respon suatu DAS dari berbagai masukan DAS. Melalui model hidrologi
dapat dipelajari kejadian-kejadian hidrologi yang pada gilirannya dapat
digunakan untuk memprediksi kejadian hidrologi yang akan terjadi. Model
hidrologi merupakan integrasi dari semua proses hidrologi yang
mensimulasikan transformasi hujan menjadi aliran. Model hidrologi diperlukan
untuk analisis, perencanaan, desain, pengelolaan, peramalan, dsb. Konsep
dasar yang digunakan dalam penyusunan model hidrologi adalah siklus
hidrologi dan neraca air.

Perjalanan air di dalam DAS dapat diasumsikan sebagai limpasan total (total
runoff), yang terdiri dari limpasan langsung (direct runoff) dan aliran dasar
(base flow). Limpasan langsung sendiri terdiri dari aliran permukaan (surface
runoff) dan aliran bawah permukaan yang mengalir langsung (sub surface
flow) serta hujan yang jatuh langsung di permukaan sungai (channel
precipitation). Sedangkan aliran dasar terdiri dari aliran bumi (ground water

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 10


flow) yang masuk melalui perkolasi dan aliran bawah tanah permukaan
(delayed sub surface flow) yang tidak masuk ke saluran setelah beberapa
saat, tetapi bergabung dengan air perkolasi dan memperbesar aliran dasar.
Aliran dasar dan limpasan langsung akhirnya bersatu menjadi satu menuju ke
sungai.

Besaran aliran permukaan digambarkan dalam suatu hidrograf, yaitu suatu


grafik yang menggambarkan hubungan antara debit dengan waktu. Hasil yang
diperoleh dari grafik tersebut nantinya adalah sebuah lengkung hidrograf.
Komponen Hidrograf merupakan sumber-sumber penyebab pengaliran di
dalam sungai terdiri dari : (1) aliran permukaan (surface runoff); (2) aliran
bawah tanah (sub surface flow); (3) aliran air tanah (groundwater flow), (4) air
yang berasal langsung dari hujan (channel precipitation).

3. Jenis Model Hidrologi


Model hidrologi secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu (1)
model fisik (physical model), (2) model analog (analog model) dan (3) model
matematik (mathematical model). Model fisik adalah representasi fisik dari
prototip daerah aliran sungai (DAS) yang dibuat sderhana dalam komponen
dan struktur akan tetapi mempunyai kemiripan dengan prototipnya. Model
fisik dianalisa berdasar kesebangunan dimensi, kemudian dibuat bangunan
tiruannya dengan skala tertentu, sehingga memerlukan biaya yang cukup
besar. Salah satu contoh model fisik adalah simulator hujan (rain simulator).
Model fisik mempuyai keterbatasan dalam mencari pengganti factor fisik alam
yang ditirukan. Model fisik seringkali digunakan hanya untuk mengenali
fenomena hidrologi jarang digunakan sebagai dasar analisis. Model analog
adalah model yang disusun dengan memanfaatkan kesamaan sifat-sifat
rangkaian resistor-kapasitor. Proses hidrologi unsur-unsur penyusun DAS,
atau masing-masing proses dalam transformasi hujan menjadi aliran ditirukan
dengan aliran arus listrik yang melewati suatu rangkaian resistor-kapasitor.
Model matematik merupakan abstraksi dari sifat dan struktur system DAS
yang ideal. Proses hidrologi unsur-unsur penyusun DAS, atau masing-masing
proses dalam transformasi hujan menjadi aliran ditirukan dengan persamaan

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 11


matematik yang diselesaikan penyelesaiannya dengan bantuan program
computer.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, model hidrologi dapat digolongkan


menjadi 2 (dua), yaitu model empirik (empirical model) dan model konseptual
(conceptual model). Model empirik merupakan model yang disusun
berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan di lapangan. Sedangkan
model konseptual adalah model yang disusun berdasarkan proses-proses
hidrologi dalam persamaan matematik dan membedakan antara fungsi
produksi (production function) dan fungsi penelusuran (routing function).

Berdasarkan karakteristik variabelnya, model hidrologi, model hidrologi dapat


dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu model deterministik dan model stokastik.
Model deterministik merupakan model yang tidak mempunyai sifat keboleh-
jadian atau dengan kata lain bersifat pasti. Model deterministik
dikembangkan berdasarkan persamaan yang didasarkan pada proses fisik,
tidak membutuhkan data experimen untuk menerapkannya. Penerapan model
deterministic secara berulang-ulang dengan input yang sama selalu
memberikan output yang sama. Model stokastik adalah model yang terdiri dari
satu atau lebih unsur yang penyusunan hubungan antara masukan dan
keluarannya mempunyai sifat Tidak pasti, perkiraan, probababilistik.
Parameter model stokastik ditetapkan (diperkirakan) berdasarkan data
pengamatan atau pengukuran. Penggunaan model secara berulang-ulang
dengan input yang sama dapat memberikan output yang berbeda.

Berdasarkan gabungan antara pendekatan yang digunakan dan karakteristik


variabelnya, model hidrologi dapat dibagi 4 (empat) yaitu:
1) Konseptual stokastik
2) Empiris stokastik
3) Konseptual deterministik
4) Empiris deterministik

Berdasarkan parameter yang digunakanmya, model hidrologi dapat dibedakan


menjadi parameter gabungan (lumped parameter) dan parameter terdistribusi
(distributed parameter). Model dengan parameter tergabung disusun dengan
menggabungkan beberapa proses hidrologi yang kompleks ke dalam suatu

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 12


pa
arameter yang
y lebih sederhana
a. Model te
ergabung iini juga se
ering disebut
de
engan blacck box model (mod
del kotak hitam),
h dim
mana pros
ses hidrolo
ogi
diigambarkan
n sebagai masukan-proses-kelu
uaran pada
a system DAS, tanp
pa
m
melihat h rinci prosses dalam DAS. Model dengan parameterr terdistribu
lebih usi
be
erusaha menggamba
m arkan prosses dan mekanisme
m fisik dan
n keruanga
an
de
engan mem
mperlakuka
an masing-m
masing kom
mponen DA
AS atau pro
oses sebagai
ko
omponen mandiri
m dengan sifatnyya masing-m
masing.

Gamb
bar 2.1 Dia
agram Meto
oda Hidrolog
gi

4. Penutup
Pada bagian
n penutup ini disajikan soal attau tugas yang harus dikerjaka
an
eserta pela
pe atihan sebag
gai berikut:

kan pengerrtian model hidrologi,


1. Jelask
2. Jelask
kan jenis-je
enis model hidrologi,
3. Jelask
kan perbed
daan antara
a model detterministic d
dengan model
stokasstik,
4. Jelaskan perbedaan antara empirik dengan konseptual
5. Jelaskan perbedaan parameter tergabung (lumped parameter) dengan
parameter terdistribusi (distributed parameter)

5. Daftar Bacaan
1. Anonim, 2004, Pedoman Peramalan Banjir Dan Peringatan Dini,
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004
2. Anonim, 1996, Pedoman Pengendalian Banjir, Volume III Pedoman
Perencanaan dan pelaksanaan, Direktorat Jenderal Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum
3. Sumarto, 1999, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta
4. Indarto, 2010, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model
Hidrologi, Bhumi Aksara, Jakarta
5. Sri Harto, 2000, Hidrologi Teori, Masalah, dan Penyelesaian, Naviri
Offset, Yogyakarta
6. Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data,
Nova Bandung
7. Bambang Triatmodjo, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset Yogyakarta,

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 14


BAB III
MODEL HIDROLOGI PERAMALAN BANJIR

1. Tinjauan Umum

Pada Bab Model Hidrologi Peramalan Banjir ini menyajikan materi mengenai
penggunaan model hidrologi untuk keperluan peramalan banjir. Dengan
mempelajari bab ini peserta pelatihan diharapkan lebih mengenal model
hidrologi yang dapat digunakan untuk peramalan banjir, pemilihan model, dan
criteria kehandalan model. Materi ini merupakan tindaklanjut materi
sebelumnya yaitu mengenai pengenalan model hidrologi. Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) materi pengenalan sistem peringatan dini banjir adalah:
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami jenis-jenis model dalam
peramalan banjir
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami konsep dan prosedur
penggunaan model hidrologi dalam peramalan banjir
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami criteria pemilihan model
hidrologi dalam peramalan banjir

2. Model Hidrologi Peramalan Banjir

Metode peramalan banjir dapat didasarkan pada suatu karakteristik fisik dari
proses hidrologi dan hidrolika yang dibentuk dalam suatu model yang
sederhana dan kompleks. Kegiatan peramalan terdiri dari 2 tahap kegiatan
yaitu tahap pengembangan (kalibrasi) dan tahap operasi (aktual peramalan).

Kompleksitas dari tahap pengembangan dan kalibrasi model tidak sama


dengan pada tahap operasional. Pengembangan dan pengoperasian suatu
model yang kompleks membutuhkan banyak input data, waktu serta fasilitas
komputer yang memadai. Namun model dapat juga disederhanakan sehingga
membutuhkan input data yang tidak banyak dan tidak membutuhkan fasilitas
komputer yang canggih. Kelebihan dari model yang kompleks adalah lebih
dapat menggambarkan proses fisik dan mudah melakukan kalibrasi sehingga
bisa mendapatkan hasil yang lebih akurat. Untuk model yang sederhana

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 15


dimana jumlah parameternya juga sedikit meskipun telah dilakukan kalibrasi
parameter belum menjamin diperoleh hasil yang akurat atau seringkali
parameter yang diperoleh tidak stabil. Model hidrologi yang digunakan dalam
analisis peramalan banjir dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis analisis,
yaitu (1) Model Korelasi, (2) Model Rainfall Runoff, dan (3) Model
Penelusuran Banjir.

Terdapat beberapa criteria pemeilihan metode dalam peramalan banjir.


Apabila waktu yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan dan peringatan
dini lebih lama dibandingkan dengan waktu konsentrasinya diperlukan
peramalan hujan. Selanjutnya digunakan metode hubungan hujanlimpasan
(rainfall runoff). 2) Apabila waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
peramalan dan peringatan dini jauh lebih pendek dibandingkan dengan waktu
konsentrasinya, peramalan dapat didasarkan pada penelusuran banjir dari
hulu ke hilir. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan dan
peringatan dini lebih pendek dibandingkan dengan waktu konsentrasinya,
peramalan dapat didasarkan pada metode hubungan hujan-limpasan (rainfall
runoff).

Model sistem peringatan dini banjir untuk DAS yang luas pada umumnya
terdiri dari dua tahap yaitu (1) Tahapan prediksi debit pada anak-anak sungai
berdasarkan persamaan hubungan antara curah hujan dengan debit dan (2)
Tahapan penelusuran banjir berdasarkan persamaan hubungan antara debit
sungai bagian hulu dengan debit sungai bagian hilir. Pemilihan model yang
sesuai untuk satu DAS tergantung dari waktu aliran mencapai puncak tp.
Apabila tp berkisar antara 3 (tiga) sampai 9 (sembilan) jam,masih disarankan
untuk menggunakan model hubungan langsung antara curah hujan dengan
debit sungai,tetapi tingkat akurasinya tidak terlalu baik. Model ini pada
umumnya masih dapat dipergunakan di daratan dimana waktu hujan cukup
lama dengan inseitas merata. Penggunaan model ini untuk daerah kepulauan
tidak terlalu cepat. Apabila tp lebih besar dari 9 (sembilan) jam,dianjurkan
untuk menggunakan model penelusuran banjir. Model penelusuran banjir
sangat sesuai untuk diterapkan pada DAS yang sangat luas dimana curah
hujan yang terjadi sangat tidak merata.

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 16


Secara konsepsional metode peramalan debit banjir harus memperhitungkan
semua aspek siklus hidrologi yang ada dalam DAS. Metode konsepsional
tersebut hampir mustahil untuk diterapkan secara benar karena banyaknya
kendala untuk mendapatkan data, seperti kesulitan dalam pemetaan geologi
wilayah yang sangat luas secara detail dan kesulitan pemetaan penggunaan
lahan.

Kesulitan dijumpai dalam memetakan secara detail DAS yang mempunyai


kondisi geologi dan penggunaan lahan yang sangat heterogen. Kalaupun
pemetaan dapat dilakukan secara detail maka upaya tersebut pasti akan
memerlukan waktu yang lama dan menghabiskan biaya yang besar.

Metode peramalan debit banjir yang sering dipergunakan untuk DAS yang
mempunyai karakteristik fisik tidak dapat diketahui secara detail yaitu metode
yang menggunakan model black box, yang dipergunakan untuk mentransfer
curah hujan menjadi hidrograf tanpa memperhitungkan karakteristik DAS dan
proses yang terjadi dalam perubahan curah hujan menjadi debit aliran.

Karakteristik DAS yang mempengaruhi perubahan curah hujan menjadi debit


atau hidrograf adalah kondisi vegetasi, geologi, topografi, sistem drainase,
iklim dan penutupan lahan. Faktor yang mempengaruhi mekanisme
perubahan curah hujan menjadi debit adalah proses evapotranspirasi,
intersepsi, infilturasi, perkolasi, tahanan genangan, aliran antara lapisan, aliran
bawah permukaan. Beberapa contoh black box model adalah (1) model yang
dikembangkan berdasarkan metode regresi berganda, (2) model yang
dikembangkan berdasarkan metode penelusuran banjir dan (3) model yang
dikembangkan berdasarkan hidrograf satuan.

2.1 Model Korelasi


Peramalan banjir dengan model korelasi dilakukan dengan mempelajari
hubungan antara 2 variabel atau lebih terhadap besaran banjir. Korelasi
antar variabel dinyatakan dengan persamaan matematis yang menyatakan
hubungan fungsional antar variabel disebut persamaan regresi. Ukuran yang
dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 17


disebut koefisien korelasi. Model korelasi dapat dibangun berdasarkan
korelasi antara dua variabel acak, yang dapat berupa:
stasiun pengamat hujan (P) dengan stasiun pengamat debit (Q)
stasiun pengamat debit (Q) hulu dengan stasiun pengamat debit (Q)
hilir

Untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut dilakukan analisis


korelasi sederhana maupn kompleks tergantung jumlah parameter yang
dihubungkan.

Secara umum ada dua macam hubungan antara dua variabel atau lebih,
yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk
hubungan digunakan analisis regresi. Untuk keeratan hubungan dapat
diketahui dengan analisis korelasi. Analisis regresi dipergunakan untuk
menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk
menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan
sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel
independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang
kompleks. Jika X1, X2, , Xi adalah variabel-variabel independen dan Y
adalah variabel dependen, maka terdapat hubungan fungsional antara X dan
Y, di mana variasi dari X akan diiringi pula oleh variasi dari Y. Secara
matematika hubungan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = f(X1, X2,
, Xi, e), di mana : Y adalah variabel dependen, X adalah variabel
independen dan e adalah variabel residu (disturbance term).

Regresi sederhana, bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua

variabel. Model Regresi sederhana adalah y = a + bx , di mana,


y adalah
variabel tak bebas (terikat), X adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi
intersap (), b adalah penduga bagi koefisien regresi (), dan , adalah
parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan
statistik sampel.

Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah:

a=
Y b X = Y bX
.N .

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 18


N .( X Y ) X Y
b=
.N . X 2 ( X )
2

Keterangan:
X i = Rata-rata skor variabel X

Yi = Rata-rata skor variabel Y

Analisis regresi ganda merupakan pengembangan dari analisis regresi


sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y)
apabila variabel bebasnya (X) dua atau lebih.

Analisis regresi ganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua
variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan
ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau
lebih variabel bebas X1, X2, ., Xi terhadap suatu variabel terikat Y.
Persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai berikut :

1. Dua variabel bebas : Y = a + b1 X 1 + b2 X 2

2. Tiga variabel bebas : Y = a + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3

3. n variabel bebas : Y = a + b1 X 1 + b2 X 2 + ....... + bn X n

Nilai-nilai pada persamaan regresi ganda untuk dua variabel bebas dapat
ditentukan sebagai berikut :

b1 =
( x )( x y ) ( x x )( x y )
2
2
1 1 2 2

( x )( x ) ( x x )
1
2
2
2
1 2
2

=
( x )( x y ) ( x x )( x y )
1
2
2 1 2 1

( x )( x ) ( x x )
b2 2 2 2
1 2 1 2

a=
Y b X 1
b2 2
X
n
1 n n

ilai-nilai a, b0, b1, dan b2 pada persamaan regresi ganda untuk tiga variabel
bebas dapat ditentukan dari rumus-rumus berikut):

x y =b x + b2 x1 x 2 +b3 x1 x 3
2
1 1 1

x 2 y =b1 x1 x2 +b2 x2 + b3 x2 x3
2

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 19


x y =b x x
3 1 1 2 + b2 x2 x3 +b3 x3
2

a = Y b1 X 1 b2 X 2 b3 X 3

Sebelum rumus-rumus di atas digunakan, terlebih dahulu dilakukan


perhitungan-perhitungan yang secara umum berlaku rumus:

( X ) 2

xi = X i
2 2 i

(Y ) 2

y = Y n
2 2

X Y
x y = X Y
i
i i
n

X X
x x = XiX j
i j
i j
n
Penyelesaian persamaan regresi sederhana maupun regresi ganda serta
analisis korelasi dapat diselesaikan dengan bantuan program komputer
antara lain SPSS.

Model korelasi sering digunakan untuk peramalan hidrograf banjir bila


waktu perjalanan air dari hulu ke hilir cukup panjang dan tambahan debit
antara hulu dan hilir teramati dengan benar atau bentuk DAS memanjang.
Model korelasi terdiri dari Model Korelasi Linear / Non Linear / Ganda
antara Debit Hulu dan Debit Hilir. Model ini sering digunakan untuk
peramalan untuk DAS yang tak terukur dihulunya (ungauged) sehingga
debit dikorelasikan dengan hujan dan karakteristik DAS (panjang sungai,
kemiringan DAS, penutup lahan, jenis tanah, kondisi iklim dlsb). Model
parameter ditentukan dari data pengamatan banjir yang terjadi dan coba
untuk didekati dengan persamaan-persamaan regresi (linear / non linear)
dengan menentukan kriteria deviasi / penyimpangan antara debit
pengamatan dan debit perhitungan dari model korelasi.

Metode Regresi sederhana maupun berganda serta analisis korelasi telah


banyak dipergunakan dalam perhitungan hidrologi untuk DAS yang
mempunyai karakteristik bio-fisik tidak dapat diketahui dengan benar.
Penggunaan metode regresi menjadi lebih mudah dengan adanya paket
program komputer seperti Minitab dan SPSS.

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 20


2.2 Model Rainfall Runoff
Model Rainfall Runoff terdiri dari (1) model empiris, (2) model black box,
dan model simulasi. Model empiris merupakan bentuk dasar suatu model
yang terdiri dari hubungan-hubungan yang sederhana dengan tidak
memperhatikan kondisi phisik dari suatu siklus hidrologi. Model Black Box
pada dasarnya berkaitan antara input dan output pada proses hubungan
antara hujan dan debit tanpa memodelkan proses phisiknya dengan jelas.
Model ini dapat dipandang sebagai model semi empiris dan dapat
memodelkan hidrograp aliran secara lengkap. Sedangkan model simulasi
memodelkan dengan jelas proses phisik hujan dan debit. Model ini
mengasumsikan daerah aliran sungai dalam beberapa Model tampungan
sedangkan parameter dari modelnya mendefinisikan dimensi / usuran
tampungan dan laja pengaliran dari masing-masing tampungannya.

Parameter model didapatkan dari hasil kalibrasi model dengan cara


mencocokkan hidrograf hasil perhitungan dari hujan dengan hidrograph
pengamatan dari debit. Parameter model ini perlu diamati senantiasa apakah
masih konsisten dalam proses verifikasi, artinya dengan menggunakan
model parameter yang diperoleh dari hasil kalibrasi didapatkan hasil yang
cukup baik antara rekonstitusi hidrograp hasil perhitungan dan hidrograp
hasil pengamatan. Bila telah didapat parameter yang cukup stabil, maka
parameter model tersebut dapat digunakan untuk peramalan dan peringatan
dini banjir.

Menilik akan beberapa metoda telah dikembangkan, yang menjadi


pertanyaan adalah kapan digunakan metoda deterministik, metode statistik,
metode stokastik dan analisis sistem. Untuk dapat mengetahui pendekatan /
metode mana yang akan digunakan sangat tergantung pada apa yang
menjadi sasaran dari penggunaan model. Ketersediaan, durasi, dan perioda
data sangat berpengaruh dalam menentukkan metoda yang tepat untuk
suatu analisis. Pemilihan terhadap pendekatan, parameter, dan variabel
hidrologinya dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini:
Tujuan pembuatan model,
Jenis model yang akan dibuat,

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 21


Kemirripan (simila
arity) denga
an karakterr hidrologi setempat,
s
angkat keras dan perangkat lunakk)
Keterssediaan perangkat analisis (pera

S
Struktur se
ebuah mod
del dapat dibuat sec
cara sederrhana mau
upun sangat
k
kompleks tergantung
g dari tuju
uan dan ketelitian
k yang diinginkan dalam
p
pembuatan ogi yang dibuat untukk memperkkirakan banjjir
n model. Model hidrolo
d
dengan ka
ala ulang te
ertentu, akkan memilikki struktur yang berb
beda denga
an
m
model g, dibuat untuk simulasi aliran harian. De
hidrrologi yang emikian pula
s
struktur mo
odel untukk DAS perkkotaan (urb
ban catcmiient) akan 22elati da
ari
s
struktur mo
odel untuk DAS
D di plua
ar perkotaan (rural cattchment).

G
Gambar 3.1 Kondisi Ketersediaa
K n Data dan Metoda yan
ng dapat dig
gunakan

B
Berbagai pilihan mo
odel dapatt digunaka
an untuk menyiapka
an informa
asi
h
hidrologi se
eperti analis
sis banjir re
encana, de
ebit aliran re
endah, kete
ersediaan air
a
/ debit and
dalan dan sedimentasi. Untuk itu pilihan atau komb
binasi antarra
r
rainfall runof dan flood
f routin
ng sering dilakukan
d p
pada sustu penyediaa
an
i
informasi hidrologi.
G
Gambar 3.2 Berbagai Jenis Mode
el yang dap
pat digunaka
an untuk pe
enyiapan
Inform
masi Hidrolo
ogi

M
Model dapa
at dioperassikan dalam
m 2 phase, yaitu phasse kalibrasii atau phasse
p
pengemban
ngan dan phase pe
enggunaan. Phase kkalibrasi adalah sustu
p
proses yan
ng mensim
mulasikan hidrograp hasil perh
hitungan cocok / fit /
m
mendekati dengan hid
drograp ha
asil perhitun
ngan dari m
model. Bilamana belum
m
maka aram
meter model dirubah-ru
ubah sedem
mikian rupo
oa sehingga
a didapatka
an
h
hubungan yang baik antara hidrograp observasi dan hidrrograp hassil
p
perhitungan
n. Dalam phase pen
nggunaan parameter
p dan hubungan antarra
v
variabel ya
ang telah melalui proses kalib
brasi digun
nakan untuk berbagai
k
kebutuhan seperti peramalan
p bangkitan data hidro
dan pemb ologi. Model
apat diguna
Hidrologi da akan untuk berbagai kebutuhan
k sseperti :

Penye
ediaan info
ormasi tentang hidro
ograph ban
njir rencana
a dan deb
bit
andalan / kettersediaan air untu
uk perenccanaan o
operasi da
an
pemeliharaan inffrastruktur
perkirakan besarnya debit aliran dari data meteo
Memp oroogi untu
uk
memb
bangkitkan data, pad
da kondisi dimana da
ata dbit tid
dak tersedia
(unga
auged catch
hment)
Memodelkkan karakte
eristik hubu
ungan antara kompon
nen-kompon
nen hidrolo
ogi
/variabel hidrologi
h un
ntuk kebutu
uhan peram
malan
Pada DAS yang 24elative kecil dimana hujan yang terjadi merata di seluruh
permukaan DAS dengan lama hujan lebih besar dari waktu konsentrasi
maka hubungan curah hujan dengan debit dapat digambarkan dalam
bentuk hidrograf satuan (Sherman 1932). Waktu konsentrasi yaitu waktu
tempuh maksimum air da titik terjauh dalam DAS untuk mencapai lokasi
pembuangan DAS.

Minshall (1960) melakukan penelitian akurasi penggunaan hidrograf satuan


untuk menggambarkan hubungan antara curah hujan dengan debit pada
pembuangan DAS. Hasil penelitian Minshall (1960) membuktikan bahwa
hidrograf satuan tidak menggambarkan hubungan curah hujan dengan
debit yang cukup akurat. Hidrograf satuan tidak mempunyai pola tertentu
karena beberapa 24elati yang mempengaruhi hubungan antara curah hujan
dan debit tidak mempunyai koknsistensi atau tidak diperhitungkan dalam
mengembangkan hidrograf satuan (Minshall 1960).

Namun demikian masih banyak ahli hidrologi yang mempergunakan


hidrograf satuan untuk menggambarkan hubungan antara curah hujan
dengan debit (Singh 1988). Apabila curah hujan cukup besar dan
berlangsung lama maka hidrograf satuan masih memberikan konsistensi
yang cukup baik dalam menggambarkan hubungan antara curah hujan
dengan debit (Singh 1988). Dengan demikian maka penggunaan hidrograf
satuan masih cukup relevan untuk keperluan pengembangan metode
peringatan dini banjir di daratan India (Singh 1988). Debit banjir pada
umumnya disebabkan oleh curah hujan dengan intensitas tinggi yang
berlangsung cukup lama dan terjadi secara merata diseluruh DAS. Pada
kondisi yang demikian maka 24elati yang berpengaruh terhadap hubungan
curah hujan dan debit 24elative dalam keadaan tetap dan terjadi secara
merata (Singh 1988).

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 24


2.3 Model Penelusuran Banjir
Penelusuran banjir (flood routing) adalah suatu prosedure untuk menentukan
perkiraan waktu dan besaran banjir di suatu titik di sungai berdasar data
yang diketahui di sebelah hulu. Penelusuran banjir dimaksudkan untuk
mengetahui hidrograf sungai di suatu tempat apabila hidrograf di sebelah
hulu diketahui, serta sebagai sarana peringatan dini pada pengamanan banjir
(early warning). Perubahan hidrograf banjir antara inflow (I) dan outflow (O)
karena adanya 25actor tampungan, adanya waduk atau adanya penampang
sungai yang tidak uniform atau akibat adanya meander sungai. Jadi
penelusuran banjir ada dua, untuk mengetahui perubahan inflow dan outflow
pada waduk dan inflow pada suatu titik dengan suatu titik di tempat lain pada
suatu sungai. Secara umum terdapat 2 metode penelusuran aliran banjir,
yaitu:
Penelusuran hidrolis (25actor25ic Routing) adalah penelusuran
berdasarkan : penyelesaian persamaan diferensial dasar untik aliran
tidak tetap saluran terbuka. Berdasarkan fungsi waktu dan ruang.
Penelusuran hidrologis (hydrologic routing) adalah penelusuran ini
berdasarkan : penyelesaian pendekatan persamaan Kontinuitas

Penelusuran banjir dibatasi pada satu ruas sungai tertentu atau untuk suatu
waduk tertentu. Penelusuran banjir harus didasarai atas pemahaman
terhadap karakteristik ruas sungai tersebut. Akibat perubahan inflow dan
outflow akibat adanya 25actor tampungan, maka pada suatu waduk terdapat
inflow banjir (I) akibat adanya aliran banjir dan outflow (O) apabila muka air
waduk naik diatas spillway (terdapat limpasan).
I > O tampungan waduk naik El. muka air waduk naik
I < O tampungan waduk turun El. muka air waduk turun

Pada penelusuran banjir berlaku persamaan kontinuitas :


I - O = S
S Perubahan tampungan air di waduk

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 25


Persamaan kontinuitas pada periode t = t2 t1 adalah :

I1 + I 2 O + O2
* t 1 * t = S 2 S1
2 2

Model Penelusuran Banjir terdiri dari Model penelusuran banjir untuk


kondisi aliran yang stabil (steady flow) : Model ini sering digunakan untuk
peramalan aliran bila pengamatan hidrograp banjir ada dihulu DAS dan
aliran di sungainya tidak terkena pengaruh dari air balik (back water). Model
penelusuran banjir untuk kondisi aliran yang tidak stabil (unsteady flow) :
Model ini sering digunakan untuk peramalan aliran bila pengamatan
hidrograp banjir ada dihulu dan penampang melintang dihulu hingga ke hilir
ada serta aliran sering terpengaruhi oleh kondisi pasang surut atau aliran
balik. Parameter model didapatkan dari hasil kalibrasi model dengan cara
mencocokkan hidrograph debit hasil perhitungan dengan hidrograph debit
pengamatan. Parameter model ini perlu diamati senantiasa apakah masih
konsisten dalam proses verifikasi, artinya dengan menggunakan model
parameter yang diperoleh dari hasil kalibrasi didapatkan hasil yang cukup
baik antara rekonstitusi hidrograp debit hasil perhitungan dan hidrograp
debit hasil pengamatan. Bila telah didapat parameter yang cukup stabil,
maka parameter model tersebut dapat digunakan untuk peramalan dan
peringatan dini banjir.

Metode peramalan debit banjir yang lain yaitu dengan menggunakan


metode penelusuran banjir. Salah satu metode penelusuran banjir tersebut
adalah yang dikembangkan oleh Mc Carthy pada DAS Muskingkum, Ohio,
tahun 1938 (Ponce 1989). Metode muskingkum telah diterapkan secara
intensif pada beberapa sungai di Inggris dan hasil penelitian menunjukkan
bahwa metode Muskingkum cukup akurat untuk memprediksi debit banjir.
Metode ini juga diterapkan untuk mempradiksi debit banjir pada sungai
Keegans Bayou, USA yang mengalir melalui daerah permukiman. Hasil
penelitian di sungai Keegans Bayou menunjukkan bahwa metode
Musingkum cukup akurat dalam memprediksi debit banjir.

Metode Muskingkum juga dipergunakan dalam Program Komputer Model


HEC-1 yang dikembangkan oleh US. Amry Corps of Engineers pada

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 26


Hydrologics Engineering Center (1973). Model HEC-1 adalah salah satu
model yang sangat lazim dipergunakan di daratan Amerika untuk
peramalan debit banjir.

3. Perangkat Lunak Peramalan Banjir

Sistem peramalan banjir ini perlu ditunjang oleh suatu perangkat lunak
(software) untuk meramalkan besar dan waktu terjadinya banjir serta
perangkat keras (hardware) untuk dapat memonitor dan mengirmkan data
dilapangan secara tepat waktu. Perangkat keras terdiri dari perangkat sistem
pemantauan data secara tepat waktu dan sistim peringatan dini berupa sensor
peralatan peringatan dini, sedangkan perangkat lunaknya terdiri dari
perangkat lunak untuk pengiriman data dan perangkat lunak untuk model
peramalan aliran. Rincian dari perangkat sistem peramalan dan peringatan
dini banjir terdiri dari :
Sistem pemantauan data hidrologi secara tepat waktu
Sistem data base dan informasi
Sistem penyusunan dan pencetakan data
Sistem pengiriman informasi dan penyampaian pesan (email / sms dll)
Sistem pengamanan
Sistem peramalan banjir (model-model)

Model peramalan aliran (perangkat lunak) dapat bervariasi dari yang


sederhana hingga yang sangat kompleks tergantung pada ketersediaan data
untuk parameter dari model yang terpilih. Jenis model hidrologi untuk
peramalan aliran dapat dikategorikan dalam :
Model rainfall runoff (black box, konseptual, distributed model)
Model penelusuran banjir (dynamic routing, diffusion routing, kinematic
routing dan storage routing)
Model korelasi (linear, non linear dan multiple correlation)

Dalam praktek peramalan banjir, dikenal 4 (tiga) metode yang sering


digunakan, yaitu (1) metode model hujanlimpasan (rainfall runoff), (2)
penelusuran banjir di sungai, (3) analisis korelasi, atau (4) kombinasi diantara
ketiga metode tersebut bergantung pada permasalahan dan kondisinya.

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 27


4. Kriteria Kehandalan Metode Peramalan Banjir

Agar model peramalan banjir yang dikembangkan dapat diterapkan secara


benar, maka model harus memenuhi tiga kriteria yaitu (1) Akurasi peramalan
debit cukup baik, (2) Tingkat kepercayaan terhadap model cukup tinggi, dan
(3) Ketetapan waktu perkiraan debit puncak banjir cukup memadai.

Akurasi peramalan debit untuk keperluan peringatan dini banjir sangat penting
dalam rangka penyelamatan atau pengurangan dampak banjir. Kesalahan
perkiraan debit dapat menyebabkan kesalahan informasi yang disampaikan
kepada masyarakat kekeliruan dalam melakukan tindakan penyelamatan.

Tingkat kepercayaan peramalan banjir pada umumnya berhubungan dengan


lembaga pengelola, peralatan pemantau dan prosedur peramalan banjir.
Semakin baik lembaga pemantau banjir maka sistem peringatan dini banjir
semakin dipercaya masyarakat. Demikian pula, semakin tinggi tingkat
keahlian staf yang terlibat dalam lembaga pemantauan banjir semakin
terpercaya pula hasilnya. Semakin canggih peralatan yang dipergunakan
untuk pemantauan hidrologi,akan semakin sempurnanya prosedur peramalan
banjir maka akan menghasilkan prediksi debit yang lebih baik. Prosedur yang
dipergunakan harus sederhana, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
sumber daya manusia yang tersedia.

Ketepatan waktu peramalan debit banjir diperlukan untuk melakukan tindakan


pengendalian bajir dilapangan. Peramalan waktu banjir yang terlalu cepat
menyebabkan kerugian karena kegiatan rutin masyarakat terhenti. Sebaliknya
peramalan waktu banjir yang terlambat menyebabkan kerugian yang lebih
fatal karena tindakan penyelamatan terlambat dilakukan.

5. Penutup

Pada bagian penutup ini disajikan soal atau tugas yang harus dikerjakan
peserta pelatihan sebagai berikut:

1. Sebutkan 3 jenis analisis yang sering digunakan untuk peramalan banjir,


2. Jelaskan keguanaan analisis korelasi terhadap peramalan banjir,
3. Jelaskan jenis variabel yang dapat dilakukan analisis korelasi dalam
rangka peramalan banjir,

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 28


4. Sebutkan beberapa jenis model yang berdasarkan pengalihragaman
hubungan menjadi hujan aliran dapat digunakan untuk analisis
peramalan banjir,
5. Jelaskan jenis routing banjir dan prinsip dasar yang digunakan.

6. Daftar Bacaan

1. Anonim, 2004, Pedoman Peramalan Banjir Dan Peringatan Dini,


Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004
2. Anonim, 1996, Pedoman Pengendalian Banjir, Volume III Pedoman
Perencanaan dan pelaksanaan, Direktorat Jenderal Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum
3. Sumarto, 1999, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta
4. Indarto, 2010, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model
Hidrologi, Bhumi Aksara, Jakarta
5. Sri Harto, 2000, Hidrologi Teori, Masalah, dan Penyelesaian, Naviri
Offset, Yogyakarta
6. Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data,
Nova Bandung
7. Bambang Triatmodjo, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset Yogyakarta,

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 29


BAB IV
KALIBRASI MODEL HIDROLOGI

1. Tinjauan Umum

Pada bab pengenalan model hidrologi ini menyajikan materi mengenai konsep
siklus hidrologi dan neraca air yang digunakan untuk nalaisis
pengalihragaman hujan menjadi aliran. Materi sistem pengenalan model
hidrologi ini dibahas setelah peserta pelatihan memperoleh penyegaran
mengenai peranan analisis hidrologi dalam perkiraan banjir yang dibahas
pada bab sebelumnya. Materi ini membahas pengantar kepada criteria
pemilihan model hidrologi dalam system peramalan dan peringatan dini banjir.
Materi ini juga terkait dengan materi selanjutnya, yaitu kalibrasi parameter
model hidrologi.. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) materi pengenalan model
hidrologi adalah:
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami konsep model hidrologi
Peserta pelatihan mengetahui dan memahami klasifikasi model
hidrologi
Peserta pelatihan
mengetahui dan memahami beberapa jenis metode peramalan banjir.

2. Konsep Kalibrasi

Model dan pendekatan apapun yang digunakan, keluaran dari suatu model
(calculated output) dari model dengan masukan yang sama dengan masukan
yang terjadi dalam proses sebenarnya harus sama. Kenyataannya hampir
tidak mungkin proses alami yang terjadi dapat disamai dengan tepat, akan
selalu terjadi penyimpangan antara keluaran terukur dan keluaran hitungan.
Patokan ketelitian harus dibuat untuk menetapkan besarnya ketelitian sebuah
model. Model dikatakan telah berfungsi dengan baik jika kesalahan yang
terjadi lebih kecil dari kesalahan maksimum yang ditetapkan. Modifikasi pada
besaran parameter perlu dilakukan, jika kesalahan lebih besar dari patokan
yang telah ditetapkan. Proses modifikasi parameter hidrologi ini disebut

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 30


proses kalibrasi. Terdapat empat cara untuk melakukan kalibrasi parameter
hidrologi dengan yaitu :
1. Coba-ulang (trial error) dan pengaturan parameter (variabel)
berdasarkan pengamatan.
2. Pengaturan parameter secara otomatik (automatic parameter
adjustment) yang dicakup dalam program komputer dengan kontrol
ketelitian yang dikehendaki dengan cara-cara yang telah ditetapkan.
3. Kombinasi antara kedua cara tersebut.
4. Pengkajian ulang terhadap proses yang terjadi untuk dapat
menetapkan parameter / variabel yang tepat dan berpengaruh terhadap
proses tersebut.

Kalibrasi secara manual dilakukan dengan coba-ulang (trial error) dan


pengaturan parameter (variabel) yang diperlukan dalam model hidrologi.
Apabila terdapat lebih dari satu parameter yang perlu diubah-ubah, perlu
diketahui parameter yang paling peka dan paling besar perubahan terhadap
keluaran model. Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap parameter dan
pengalaman dalam coba ulang.

Kalibrasi secara secara otomatik (automatic parameter adjustment)


pengaturan parameter (variabel) dilakukan dengan nilai awal yang ditetapkan,
untuk selanjutnya program computer akan perubahan (increament) parameter
secara otomatis dengan kontrol ketelitian yang dikehendaki dengan cara-cara
yang telah ditetapkan. Kalibrasi secara otomatis sangat membantu manakala
jumlah parameter yang harus ditetapkan dalam suatu model hidrologi banyak.

Kalibrasi secara gabungan dilakukan dengan menggabungkan cara manual


(trial and error) dan otomatis, missalnya dengan memberikan besaran tertentu
pada parameter tertentu dan selbihnya kalibrasi dilakukan secara otomatis.

Latar belakang dari diperlukannya modul kalibrasi model parameter ini adalah
tidak tersedianya data yang memadai atau sangat minimnya data debit yang
tersedia dalam suatu DAS sehingga diperlukan model model hidrologi yang
mampu untuk membangkitkan data debit dari suatu daerah aliran sungai.
Untuk mendapatkan besarnya debit sinthetis diperlukan tahapan
pembangkitan data yang didalamnya membutuhkan proses kalibrasi untuk

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 31


mendapatkan nilai parameter yang dapat merepresentasikan karakteristik
DAS dan alirannya.

Kalibrasi model parameter merupakan suatu proses simulasi untuk


mencocokkan suatu besaran komponen yang diamati dengan komponen yang
dihitung dari model parameter dengan cara merubah-rubah parameter model
sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu set model parameter yang dapat
merepresentasikan komponen yang teramati dari kondisi alam. Sebagai
contoh untuk mendapatkan nilai parameter dari suatu model hubungan antara
curah hujan dan aliran diperlukan suatu tahapan kalibrasi model parameter
yang mencoba untuk mensimulasikan / rekonstitusi hidrograp aliran hasil
perhitungan dari hujan mendekati hasil pengamatan dengan mengubah-ubah
nilai parameter dari model dengan cara trial and error atau dengan
pendekatan automatic calibration.

Maksud dari kalibrasi model adalah suatu tahapan / proses untuk


mendapatkan nilai parameter model yang mendekati kondisi yang sebenarnya
dari suatu proses hidrologi yang didekati dengan seri persamaan-persamaan
matematik.

Metoda trial and eror lazim digunakan dalam suatu proses kalibrasi. Dalam
metoda ini parameter yang terukur yang merepresentasikan suatu
karakteristik DAS / karakteristik Iklim / karakteristik aliran dan karakteristik dari
proses hidrologi diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan sedangkan
parameter yang tidak dapat diukur pada awalnya ditentukan dengan
mengambil harga awal yang sudah barang tentu memenuhi standar kewajaran
dari nilai parameter tersebut. Selanjutnya model dirun dengan menggunakan
nilai parameter yang ditentukan dari hasil pengukuran dan hasil asumsi awal.

Bila tidak terdapat kecocokan antara data pengamatan dan data dari hasil
model, maka nilai parameter dari model yang dipilih dirubah-rubah sedemikian
rupa sehingga diperoleh hubungan antara debit pengamatan dan debit hasl
dari model memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika
persyaratan akurasi hubungan antara debit pengamatan dan debit dasil
perhitungan model belum tercapai maka proses kalibrasi terus dilakukan. Jika

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 32


telah diperoleh kesesuaiak yang baik antara keduanya maka diperoleh nilai
parameter dari daerah aliran sungai tersebut.

Parameter model yang diperoleh dari suatu tahapan kalibrasi perlu diuji terus-
menerus hingga diperoleh nilai paramater yang konsisten (stabil dalam skala
waktu dan tempat). Bila dalam pengujian didapatkan penyimpangan yang
cukup besar antara debit hasil pengamatan dan debit hasil dari pemodelan
maka maka proses kalibrasi perlu senantiasa dilakukan.

3. Penutup

Pada bagian penutup ini disajikan soal atau tugas yang harus dikerjakan
peserta pelatihan sebagai berikut:

1. Jelaskan maksud dan tujuan kalibrasi parameter hudrologi,


2. Jelaskan kalibrasi parameter hidrologi secara manual (coba ulang) dan
otomatis,

4. Daftar Bacaan

1. Anonim, 2004, Pedoman Peramalan Banjir Dan Peringatan Dini,


Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004
2. Anonim, 1996, Pedoman Pengendalian Banjir, Volume III Pedoman
Perencanaan dan pelaksanaan, Direktorat Jenderal Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum
3. Sumarto, 1999, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta
4. Indarto, 2010, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model
Hidrologi, Bhumi Aksara, Jakarta
5. Sri Harto, 2000, Hidrologi Teori, Masalah, dan Penyelesaian, Naviri
Offset, Yogyakarta
6. Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data,
Nova Bandung
7. Bambang Triatmodjo, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta

Dissemination Unit of Water Resources Management and Technology 33

You might also like