You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DAN KIMIA TANAH

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Disusun Oleh:
Farhan Pratama S
NIM A1C015007

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai tubuh alam, sifat fisik, kimia, biologi tanah sangat berpengaruh pada

kegiatan pertanian. Faktor fisik tanah yang sangat berpengaruh kegiatan pertanian

antara lain tekstur, struktur, konsistensi, kapasitas memegang air, kapasitas

infiltrasi, permeabilitas, drainase, kedalaman efektif, dsb. Faktor kimia tanah yang

penting adalah kandungan hara tersedia makro dan mikro, pH tanah, kandungan

bahan organic, kapasitas tukar kation, kadar bahan beracun (Al-dd) dsb. Sedangkan

faktor biologi yang penting adalah jumlah dan aktifitas organisme dalam tanah.

Tindakan-tindakan terhadap tanah, umumnya ditujukan untuk menambah dan

menjamin keseimbangan hara dan bagi tanaman, mencegah keracunan, kehilangan,

serta manipulasi kondisi lingkungan hiungga sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangahn tanaman dan hewan. Dalam pengelolaan pertanian, pemanfaatan

maksimal faktor-faktor tersebut harus diperhatikan untuk menjaga produktivitas

dan kegunaan tanah secara lestari.

Morfologi tanah merupakan sifat tanah yang dapat diamati langsung di lapang

yang menunjukkan profil tanah kea rah dalam tanah. Hal ini penting untuk diamati

karena akar tanaman berjangkar di tempat tersebut. Semakin baik akar berjangkar

pada umumnya pertumbuhan tanaman semakin baik dan sebaliknya.

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang

tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasi pelapukan batuan dan bahan

organic sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu, baik itu sifat fisik,

kimiawi jugs sifat biologis. Dilihat dari sudut pertanian, tanah adalah alat atau

factor produksi yang dapat menghasilkan berbagai produk pertanian. Peranan tanah

sebagai alat produk pertanian adalah sebagai berikut :

1. Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.

2. Tanah sebagai gudang tempet unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.

3. Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.

4. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi

pertumbuhan tanaman

B. Tujuan

1. Mengatahui cara pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu.

2. Mengambil contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisis kimia dan

kestabilan agregat tanah (agregat stability).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Seorang ahli tanah menganggap tanah sebagai tubuh alam yang berdimensi

dalam dan luas. Ia juga memandang tanah sebagai hasil kerja gaya-gaya

pembangunan dan penghancur. Pelapukan bahan organic merupakan kejadian

destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru sepetii liat, dan perkembangan

suatu horizon merupakan kejadian sintetik (Supardi, 1983).

Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang hidup

di permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri bermacam-

macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang dimaksud

tanah, akan ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang akan bingung

untuk menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh pengetahuan

dan minat orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan tanah. Mungkin

pengertian tanah antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Misalnya

seorang ahli kimia akan memberi jawaban berlainan dengan seorang ahli fisika,

dengan demikian seorang petani akan memberi jawaban lain dengan seorang

pembuat genteng atau batubata. Pada mulanya orang menganggap tanah sebagai

medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau

bentuk organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan, baik yang tetap maupun

sementara (Hanafiah, 2004).

Tanah yang berada diatas bumi ini merupakan suatu benda alam yang bersifat

kompleks atau memiliki struktur yang heterogen karena tersusun atas tiga fase,

yaitu fase padat yang terdiri dari bahan-bahan organic, fase gas terdiri dari udara
tanah, fase yang terakhir yaitu fase cairan yang merupakan air tanah yang

mengandung bahan-bahan terlarut didalamnya. Bahan organik terdiri dari sisa-sisa

tanaman, hewan dan jasad hidup lainya yang bersifat makro maupun mikro. Tanah

merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman sebagai gudang unsur hara,

dan sanggup menyediakan air serta udara bagi keperluan tanaman. Jumlah dan

macamnya bahan penyusun tanah bisa bervariasi dari satu tempat ke tempat lain di

permukaan bumi hingga dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah lainya (Tim

Asisten, 2017).

Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang

berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan

padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah

mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh

suhu udara, angin dan sinar matahari (foth, Henry. 1986).

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang

berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa

padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah

mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh

suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan

media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu

menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari

bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-

sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media

tumbuh yang ideal bagi tanaman (Poerwowidodo, 1991).


Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program

uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk

mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai

petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan.

Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak

mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara yang benar.

Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupaka tahap penting di dalam

program uji tanah.(Harjdowigeno, 1987).


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Tanah di lahan

2. Penggaris

3. Kantong plastik

4. Pisau

5. Tanah

6. Ring sampel

7. Cangkul

8. Kertas label

9. Spidol

B. Prosedur Kerja

1. Pengambilan contoh tanah utuh.

a. Ratakan dan bersihkan tanah dari rerumputan.

b. Gali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) disekitar calon tabung

tembaga diletakan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.

c. Letakan tabung diatas permukaan tanah secara tagak lurus dengan

permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang

diletakan diatas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga per empat

bagian masuk kedalam tanah.


d. Letakan tabung lain diatas tabung pertama dan tekan sampai 1cm masuk

kedalam tanah.

e. Pisahkan tabung bagian atas dari tabung bagian bawah.

f. Gali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali ujung sekop harus

lebih dalam dari ujung tabung agar tanah dibaawah tabung ikut terangkat.

g. Iris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahuu dengan hati-hati agar

permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tutuplah

tabung menggunakan tutup alumunium yang telah tersedia. Setelah itu iris

dan potong kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan

tutuplah tabung.

h. Cantumkan label diatas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi

informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.

2. Pengambilan contoh tanah terganggu

a. Permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan sampah yang

mengganggu.

b. Tanah dicangkul sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.

c. Mengambil bongkahan tanah yang agregatnya masih utuh dengan hati-hati

kemudian memasukan kedalam kantong plastik yang sudah disediakan.

d. Cantumkan label pada plastik contoh tanah yang berisi informasi

kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengambilan contoh tanah utuh


Ring Jari-jari Tinggi Volume Berat ring Berat ring + tanah
(cm) (cm) ( ) (gr) (gr)

1 2,25 5,1 81,07 48,48 148,90

2 2,25 5,2 82,66 51,19 160,03

3 2,3 5,3 88,06 49,92 157,97

4 2,25 5 79,48 48,56 146,92

5 2,25 5 79,48 33,35 144,64

6 2,25 5 79,48 51,33 167,35

7 2,25 5,2 82,66 48,48 145,33

8 2,3 5 83,05 62,20 169,28

Tabel 2. Pengambilan contoh tanah terganggu


Pengamatan Sampel
Lapisan I Lapisan II Lapisan III
Kedalaman 44 cm 71 cm 80 cm

Warna Coklat tua Coklat hitam Coklat terang

Tekstur Debu berpasir Berpasir Sangat berpasir

Struktur Granular, Remah Lempeng Gumpal, Prisma

Kekerasan Agak keras Keras Sangat keras

Kerikil Agak berkerikil Berkerikil Banyak berkerikil

Perakaran Berakar Sedikit berakar Tidak berakar


B. Pembahasan.

Definisi tanah yang menggunakan dasar dari pengertian tanah, berbunyi

sebagai berikut: Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menempati

sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan

memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak

terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu

pula (Isa Darmawijaya, 1990:9).

Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara

satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga

diantara bagian-bagian tersebut berisi udara dan air. (Verhoef, 1994).

Tanah adalah akumulasi mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan

antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan (Craig, 1991).

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat mineral-

mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari

bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair

dan gas yang mengisi ruangruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut

(Das, 1995).

Tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau

seluruh jenis berikut:

1. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih besar

dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm, fragmen

batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

2. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
3. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,

yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan halus

yang berukuran < 1 mm.

4. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai

0,0074 mm.

5. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002

mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.

6. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih kecil

dari 0,001 mm (Bowles, 1984).

Jenis-jenis tanah adalah sebagai berikut:

1. Alfisol Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang

terdapat penimbunan liat di horizon bawah (terdapat horizon argilik) dan

mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180

cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal

dari horizon di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air.

Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran

Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

2. Aridisol Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang

mempunyai kelembaban tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon

ochrik, kadang-kadang dengan horizon penciri lain. Padanan dengan klasifikasi

lama adalah termasuk Desert Soil.

3. Entisol Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih

sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada
horizon penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti

recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk

tanah Aluvial atau Regosol.

4. Histosol Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan

kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau

lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan

organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan

tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah

Organik atau Organosol.

5. Inceptisol Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi

lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum

yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horizon kambik. Tanah ini

belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur.

Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial,

Andosol, Regosol, Gleihumus, dan lain-lain.

6. Mollisol Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal

epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan

organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik,

sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis

yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk

tanah Chernozem, Brunizem, Rendzina, dan lain-lain.

7. Oxisol Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga

mineral mudah lapuk tinggal sedikit, kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif
sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah yaitu kurang dari 16 me/100 g

liat, dan banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, tanah ini menunjukkan batas-batas horizon yang tidak

jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol

(Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah

Kuning.

8. Spodosol Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan

horizon bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horizon

spodik) sedang, di lapisan atas terdapat horizon eluviasi (pencucian) yang

berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah

termasuk tanah Podzol.

9. Ultisol Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi

penimbunan liat di horizon bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada

kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan

sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning,

Latosol, dan Hidromorf Kelabu

10. Vertisol Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan

kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horizon, mempunyai sifat

mengembang dan mengkerut. Jika kering tanah mengkerut sehingga tanah

pecah-pecah dan keras. Jika basah mengembang dan lengket. Padanan dengan

sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit

(Hardjowigeno, 1992).
Pada contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan perlakuan metode

standar dengan mencangkul hingga kedalaman 0-20 cm. Tanah yang diambil harus

berupa bongkahan alami yang tidak mudah pecah dan tidak terintervensi oleh benda

lain atau tercangkul..

Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu digunakan metode

komposit yaitu dipilih menggunakan metode silang. Dipilih 2 titik pengamatan

dengan jarak yang disamakan dengan kedalaman yang sama, tetapi pada titik yang

berbeda, lalu diambil contoh tanahnya menggunakan ring sample.

Metode komposit sendiri mempunyai beberapa teknik yaitu : diagonal, acak,

zigzag, dan semacamnya. Metode komposit dipilih karena mudah dilakukan dalam

praktikum ini.

Dapat terjadi penyimpangan terhadap data hasil analisis sifat-sifat fisik dan kimia

dilaboratorium yang disebabkan oleh:

1. Pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, bisa terjadi karena penerapan

metode atau penggunaan metode yang salah dan tidak sesuai.

2. Waktu pengambilan dan jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke

laboratorium yang terlalu lama atau jauh sehingga dapat menyebabkan

rusaknya contoh tanah.

Pada pengambilan contoh tanah terganggu, digunakan metode komposit yang

merupakan teknik pengambilan contoh tanah pada beberapa titik pengamatan atau

pengambilan yang diambil dari suatu areal atau bentang lahan yang relatif

homogen. Syarat dari tanah yang relatif homogen diantaranya adalah :


1. Terletak pada topografi atau kemiringan yang sama, tidak mengambil contoh

tanah pada kemiringan tanah yang berbeda atau permukaan tanah yang tidak

rata dan jenis tanah yang berbeda.

2. Vegetasi yang sama, tidak mengambil contoh tanah terganggu pada tanah yang

mempunyai vegetasi yang berbeda dari contoh tanah yang diambil lainnya.

3. Iklim yang sama, contoh tanah yang diambil pada 2 titik harus mempunyai

ikim atau suhu kelembaban udara yang sama untuk memperkecil hasil analisis

percobaan yang menyimpang dari keadaan sebenarnya di lapang.

4. Jenis tanah yang sama, contoh tanah yang diambil sebaiknya mempunyai jenis

yang sama untuk menggambarkan penggambaran di lapang.

Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang

amat penting dalam keseluruhan kegiatan analisis. Kesalahan yang dilakukan

dalam tahap ini umumnya berkisar 87,8% dari kesalahan total analisis. Oleh karena

itu, kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat fatal penganalisis dan

data yang di dapat tidak ada artinya. Hal ini juga dapat terjadi apabila pengambilan

contoh tanah tidak mengikuti prosedur yang benar (Subagyo, 1970).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah, antara lain:

1. Permukaan tanah yang akan diambil harus bersih dari rumput-rumputan, sisa

tanaman, bahan organik, dan batu-batuan atau kerikil.

2. Alat-alat yang digunakan bersih dari kotoran-kotoran dan tidak berkarat.

Kantong plastik wadah contoh tanah sebaiknya masih baru, belum dipakai

untuk keperluan lain.


3. Jangan mengambil contoh tanah dari selokan, bibir teras, bekas pembakaran

sampah atau sisa tanaman, dan bekas penggembalaan ternak (Soegiman, 1972).

Pada pengambilan contoh tanah terganggu dilakukan pada 3 kategori

kedalaman, yaitu pada 30 cm, 60 cm, dan 90 cm. Dari data yang dihasilkan didapati

bahwa warna, struktur, kekerasan, kerikil, dan perakaran pada masing masing

lapisan akan berbeda-beda pula. Contohnya warna tanah akan semakin berwarna

terang ketika posisi tanah semakin dalam, akan semakin liat ketika di atas, semakin

keras ketika dalam, semakin banyak kerikil ketika di dalam, dan semakin dalam

akan dijumpai perakaran.

Kendala yang dihadapi pada saat praktikum yaitu :

1. Ketika praktikum, asisten tidak mengecek apakah pengamatan yang dilakukan

oleh praktikan sudah benar atau belum, sehingga untuk beberapa kelompok

melakukan kesalahan dalam pengamatan, contohnya dalam pengamatan

warna. Seharusnya pengamatan dilakukan dengan menggunakan aplikasi soil

chart, namun karna praktikan tidak tahu, mereka hanya mengklasifikasikannya

berdasarkan gelap terangnya warna tanah.

2. Tanah yang akan diambil contoh tanahnya basah sehingga menyulitkan ketika

mengklasifikasikannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan perlakuan metode standar

dengan mencangkul hingga kedalaman 0-20 cm. Tanah yang diambil harus

berupa bongkahan alami yang tidak mudah pecah dan tidak terintervensi oleh

benda lain atau tercangkul..

2. Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu digunakan metode

komposit yaitu dipilih menggunakan metode silang. Dipilih 2 titik pengamatan

dengan jarak yang disamakan dengan kedalaman yang sama, tetapi pada titik

yang berbeda, lalu diambil contoh tanahnya menggunakan ring sample.

3. Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang amat

penting dalam keseluruhan kegiatan analisis. Kesalahan yang dilakukan dalam

tahap ini umumnya berkisar 87,8% dari kesalahan total analisis. Oleh karena

itu, kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat fatal penganalisis

dan data yang di dapat tidak ada artinya.

B. Saran

Asisten sudah berperan dengan baik dalam praktikum ini, namun sebaiknya

dalam praktikum, alat dipersiapkan lebih baik lagi. Selain itu konsepan acara

praktikum, sebaiknya asisten benar-benar mengerti sehinga ketika ada praktikan

yang bertanya asisten juga bisa untuk menjelaskan serta menentukan waktu

praktikum yang pasti.


DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Edisi
Kedua. Erlangga. Jakarta.

Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Das, Braja. M. 1995. Mekanika Tanah. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid


II. Erlangga. Jakarta.

Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.Gelora Aksara Pratama,


Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.

Isa Darmawijaya. 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah: Proses Genesa dan Morfologi. CV.Rajawali,


Jakarta.

Subagyo, 1970. Dasar-Dasar Ilmu Tanah II. PT. Soeroengan : Jakarta.

Soegiman, 1972. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara : Jakarta.

Supardi, Goeswono.1983. Sifat Dan Ciri Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tim Penyusun. 2017. Modul Praktikum Fisika dan Kimia Tanah. Fakultas
Pertanian Universitas Negeri Jenderal Soedirman.

Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. Erlangga. Jakarta.

You might also like