Professional Documents
Culture Documents
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang amar maruf dan nahir munkar. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Diponegoro. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
BAB I AMAR MARUF NAHI MUNKAR
Menurut ilmu bahasa, arti amar maruf nahi munkar ialah menyuruh kapada kebaikan
,mencegah kejahatan. Amar = menyuruh, maruf = kebaikan, nahi = mencegah, munkar
= kejahatan.,atau bisa diartikan juga sebuah frasa dalam bahasa Arab yang maksudnya
sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah
hal-hal yang buruk bagi masyarakat.
Dalam syariat Islam hukumnya adalah wajib.Seperti yang di kutip pada surah Luqman,
yang berbunyi sebagai berikut Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Luqman 17).
Jika kita tidak mau melaksanakan amar maruf nahi munkar, maka Allah akan
menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan
segala doa kita. Hendaklah kamu beramar maruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi
mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu
orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di
antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka). (HR. Abu Dzar).
Prinsip amar maruf nahi mungkar mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjadi
pribadi yang saleh dan mushlih. Untuk itu, menerapkan amar maruf nahi mungkar
haruslah mengetahui tahapan-tahapannya, dari mana memulainya dan apa yang mesti
diperhatikannya:
1. Memulai dari yang Paling Penting Kemudian yang Penting Berikutnya
Alangkah baiknya kita sbg manusia agar selalu memerhatikan ucapan dan perbuatan
kita.Terkadang kita dalam berkata suka seenaknya,walau bagi orang lain itu tidak
menyakiti perasaan nya namun dalam syariat Islam apakah perkataan itu cocok
digunakan atau tidak nya kita harus mengerti.Intinya dalam berkata atau berucap
hendaklah kita berhati-hati,sekira nya pantas diucapkan atau dilakukan tidaknya
menurut ajaran agama kita Islam.
1.2 Hukum amar maruf nahi munkar
Untuk memperjelas pengertian amar maruf nahi munkar ada baiknya jika di uraikan
secara singkat pembagiannya, dipandang dari sudut ilmi fiqih.
1. Fardhu atau wajib. Yakni mendapat pahala jika dikerjakan dan berdosa jika
ditinggalkan. Kategori ini adalah menjadi kewajiban bagi suatu masyarakat islam dan
mengenai hal ini syariat telah memberikan petunjuknya dengan jelas serta mengikat.
2. Sunat atau matlub. Yakni mendapat pahala jika dikerjakan dan tidak berdosa jika
ditinggalkan. Kategori ini merupakan serangkaian kebaikan kebaikan yangdi anjurkan
oleh syariat supaya di laksanakan.
3. Mubah ,yakni tidak berpahala jika dikerjakan dan tidak berdosa jika ditinggalkan.
Kategori ini memiliki makna yang luas, sedangkan patokan dan ukurannya ialah segala
sesuatu yang tidak dilarang masuk dalam kategori ini, yang pelaksanaannya diserahkan
sepenuhnya oleh syariat kepada manusia untuk memilihnya sendiri (di kerjakan atu
tidak).
Munkar : ialah segala sesuatu yang dilarang dalam islam dan di golongkan menjadi 2
kategori :
1. Haram , yaitu segala sesuatu yang dilarang secara mutlak. Umat muslim tanpa
terkecuali harus menjauhkan diri dari sesuatu yang telah tegas dinyatakan haramnya.
2. Makruh , yaitu segala sesuatu yang masuk dalam kategori tidak di senangi saja. Bila
dikerjakan tidak berdosa tapi jika di tinggalkan akan mendapatkan pahala.
Contoh:
Amar maruf :
B. Pengertian Jihad
Arti kata Jihad sering di salahpahami oleh orang yang tidak mengenal prinsip-
prinsip agama Islam sebagai 'perang suci' (holy war); istilah untuk perang adalah Qital,
bukan Jihad. Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang
membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari luar).
Pada dasar kata arti jihad adalah "berjuang" atau "ber-usaha dengan keras" , namun
bukan harus berarti "perang dalam makna "fisik". Jika sekarang jihad lebih sering
diartikan sebagai "perjuangan untuk agama", itu tidak harus berarti perjuangan fisik.
Jika mengartikan jihad hanya sebagai peperangan fisik dan extern, untuk membela
agama, akan sangat ber-bahaya, sebab akan mudah di-manfaat-kan dan rentan
terhadap fitnah.
Jihad di jalan Allah SWTadalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk
memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan
meninggikan kalimat-Nya. Yang terpenting jihad adalah amal kebaikan yang Allah
syariatkan dan menjadi sebab kokoh dan kemuliaan umat islam. Sebaliknya
(mendapatkan kehinaan) bila umat Islam meninggalkan jihad di jalan Allah.
1.1 Macam-macam Jihad
1. Fardlu 'Ain; yaitu berjuang melawan musuh yang menyerbu ke sebagian negara
kaum muslim seperti jihad melawan kaum Yahudi yang menduduki negara Palestina.
Semua orang muslim yang mampu berdosa sampai mereka dapat mengeluarkan
orang-orang Yahudi dari negeri tersebut.
2. Fardlu Kifayah; yaitu jika sebagian telah memperjuangkannya, maka yang lain sudah
tidak berkewajiban untuk melakukan perjuangan tersebut, yaitu berjuang menyebarkan
dakwah Islam ke seluruh negara sehingga melaksanakan hukum Islam, dan
barangsiapa yang masuk Islam serta berjalan di jalan Islam kemudian terbunuh
sehingga tegak kalimat Allah, maka jihad ini berjalan terus sampai hari kiamat. Jika
orang-orang meninggalkan jihad dan tertarik oleh kehidupan dunia, pertanian dan
perdagangan maka ia akan tertimpa kehinaan.
3. Jihad terhadap pemimpin Islam; yaitu dengan memberikan nasihat kepada mereka
dan pembantu mereka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Agama adalah nasihat,
kami bertanya , untuk siapa wahai Rasulullah? Beliau menjawab: untuk Allah, kitab-
Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin Islam dan orang-orang muslim awam" (HR.
Muslim). Dan beliau bersabda: "Jihad yang paling mulia adalah menyampaikan
kebenaran kepada pemimpin yang zalim" (HR. Abu Daud dan Tarmizi). Adapu cara
untuk menghindarkan diri dari penganiayaan pemimpin kita sendiri, yaitu agar orang-
orang Isilam bertaubat kepada Tuhan, meluruskan akidah mereka atas dasar ajaran-
ajaran Islam yang benar sebagai pelaksanaan dari firman Allah: "Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri" (QS Ar-'Ad : 11).
4. Berjihad melawan orang kafir, komunis dan penyerang dari kaum ahli kitab, baik
dengan harta benda, jiwa dan lisan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Dan
berjihadlah menghadapi orang-orang musyrik dengan harta bendamu, jiwamu dan
lisanmu" (HR. Ahmad).
5. Berjihad melawan orang-orang fasik dan pelaku maksiat dengan tangan dan hati,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diantara kamu melihat
kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan
lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman"
(HR. Muslim).
6. Berjihad melawan setan; dengan selalu menentang segala kemauannya dan tidak
mengikuti godaannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu,
maka anggaplah sebagai musuhmu, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (QS Faatir
: 6).
1. Setiap muslim.
2. Baligh.
3. Berakal.
4. Merdeka.
5. Laki-laki.
6. Mempunyai kemampuan untuk berperang.
7. Mempunyai harta yang cukup baginya dan keluarganya selama kepergiannya dalam
berjihad.
2.Dzikir kepada Allah Taala dengan hati dan lisan dalam rangka meminta kekuatan
Allah Taala Taat kepada Allah Taala dan Rasul-Nya dengan tidak melanggar perintah
keduanya dan meninggalkan larangan keduanya.
3.Tidak menimbulkan konflik ketika memasuki kancah perang, namun dengan satu
barisan yang tidak ada celah kosong didalamnya, hati yang menyatu, dan badan-badan
yang rapat seperti bangunan kokoh.
4.Sabar dan tetap dalam kesabaran, dan siap mati ketika memasuki kancah perang
hingga pertahanan musuh terbongkar dan barisan mereka terkalahkan, sebagaimana
firman Allah Taala.
Berjihad di jalan Allah hukumnya fardu kifayah. Jika sebagian kaum muslimin telah
melakukannya maka gugurlah kewajiban itu bagi sebagian yang lain.
Jihad diwajibkan kepada setiap orang yang mampu berperang dalam beberapa
keadaan seperti:
Bagi kaum wanita tidak ada jihad, jihad mereka adalah haji dan umrah. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dari Aisyah Radhiyallahu
anha, ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita wajib berjihad? Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam menjawab: Ya, kaum wanita wajib berjihad (meskipun) tidak ada
peperangan di dalamnya, yaitu (ibadah) haji dan umrah.
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati ;
bahkan mereka itu hidupdi sisi Tuhannya dengan mendapat rezki." (QS. Ali Imran: 169)
Dari Anas r.a dari Nabi SAW : beliau bersabda, "Tiada seorangpun yang telah masuk
surga lalu ingin kembali ke dunia untuk memperoleh sesuatu yang ada di dalamnya
kecuali orang yang mati syahid (syuhada). Dia berharap untuk kembali ke dunia
sehingga terbunuh kembali (sebagai syahid) sebanyak sepuluh kali, karena apa yang
didapakannya dari kemuliaan (bagi para syuhada)." (Muttafaq 'alaihi)
Orang yang terluka dalam berjihad di jalan Allah akan datang pada hari kiamat dengan
lukanya yang mengeluarkan darah, namun baunya seharum misk, dan mati syahid di
jalan Allah bisa menghapuskan semua dosa-dosa kecuali hutang.
, :
,
,
.. : .
Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai
simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk
mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah
S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau
serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia
memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-
Hibbah)
Dari ungkapan Nabi S.a.w. dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi pemilik
tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk
menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan
membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi
kehidupan secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya
dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk
kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini
merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap
lingkungan. Allah S.w.t. telah mengisyaratkan dalam Al-Quran supaya memanfaatkan
segala yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan
dalam firman-Nya:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semua. (Qs. Al-
Baqoroh : 29)
:
.
()
Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim
tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung
atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang
dimakan itu merupakan sedekahnya . (HR. Imam Bukhori)
Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan,
hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 :
Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka
bumi
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia
adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan
di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan
binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan tindakannya
di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Quran bahwa sebagian dari manusia,
kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak
yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata dengan gaya yang menawan.
Orang munafiq seperti inilah yang selalu merusak bumi. Tanam-tanaman dan hutan-
hutan menjadi rusak, lingkungan dicemari, buah-buahan dan binatang ternak
dibinasakan. Apalagi kalau mereka sedang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat
sesuka hatinya. Gambaran ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum
ayat 41-42 :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: Adakanlah
perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan
(Allah).
Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan
yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah
perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan, hilangnya
mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah-daerah peresap
air hujan dan sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai,
menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan
minyak, dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya
akan dirasakan manusia itu sendiri.
Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu karunia
Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan memanfaatkannya,
hal ini sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-Anam ayat 141-142 yang
artinya:
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima
yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Dan di
antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk
disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.
"Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali
dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan,
dan anak shaleh yang mendoakan kebaikan baginya". [HR. Muslim dalam Kitab Al-
Washiyyah (4199)]
Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi seorang
manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah SEDEKAH JARIYAH, sedekah
yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan bahwa
sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum,
membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik berupa
pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan lingkungan
dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita
walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.
Al-Imam Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata: "Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk
semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala". [Lihat Syarh
Ibnu Baththol (11/473)]
Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah -
Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan
hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil
oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai
penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah
menjadi sedekah bagi kita.
https://www.facebook.com/notes/majalah-qiblati-menyatukan-hati-dalam-sunnah-
nabi/amar-maruf-nahi-munkar-menurut-hukum-islam-apakah-metode-fpi-sudah-sesuai-
syaria/249749205042548
http://salafy.or.id/blog/2015/03/07/syarat-syarat-amar-maruf-nahi-munkar/
https://id.wikipedia.org/wiki/Amar_ma%27ruf_nahi_munkar
Jihad
http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tentang-jihad.html