Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat berdaya guna, yang mampu
melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar dari pada zat cair lainnya.
Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air
laut. Air, juga merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua
mahluk hidup. Dimana kandungan yang terlarut dalam suatu perairan tentunya
mempengaruhi aktivitas hidup suatu organisme yang ada di dalamnya, seperti
kelimpahan kandungan oksigen (O2) dalam perairan yang memudahkan organisme
di dalamnya dapat melakukan proses respirasi.
Air laut mengandung sejumlah besar gas-gas udara terlarut. Semua gas-gas
yang ada di atmosfer dapat dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlah mereka
ini terdapat dalam perbandingan yang tidak sama seperti yang ada di udara.
Oksigen (O2)khususnya merupakan gas yang sangat penting, karena sangat
dibutuhkan bagi kehidupan organisme air. Umumnya gas ini banyak dijumpai
dikapisan permukaan, oleh karena itu oksigen yang berasal dari udara di dekatnya
dapat secaara langsung larut ke dalam air laut. Kandungan oksigen (O2) dalam
suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia dalam menentukan kualitas
air yang tingkat kebutuhannya dari tiap-tiap perairan, berbeda antara perairan satu
dengan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis
organisme yang menempati perairan tersebut.
Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara hasil fotosintesis organisme
berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk
mengoksidasi zat hara yang masuk kedalam tubuhnya. Kadar oksigen yang
terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan semakin kecil
atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin sedikit.Dalam air laut, oksigen
dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk
menguraikan zat organik oleh mikro organisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu
perairan akan menyebabkan organisme dalam perairan tersebut tidak dapat hidup
dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kelestarian
kehidupan dalam laut adalah dengan cara memantau kadar oksigen dalam perairan
tersebut.
1.2 Tujuan
1. Menentukan oksigen terlarut dalam sampel air laut
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat menentukan oksigen terlarut dalam sampel air laut.
2. Mengetahui cara pengukuran kadar oksigen terlarut sampel air laut
dengan metode winkler.
3. Mengetahui reaksi reaksi yang terjadi saat proses pengukuran kadar
oksigen terlarut sampel air laut.
4. Mengetahui nilai kadar oksigen terlarut yang baik sesuai dengan baku
mutu perairan yang berlaku.
2.2 Titrasi
2 Cu 2+ + 4I 2CuI + I2
I2 + 2S2O32- 2I + S4O62-
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya
pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi
dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai
menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat,
sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat
dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial
yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH
yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau
reduksi dari senyawa(padmaningrum,2008).
2.4.Metode Winkler
Penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan yodometri diperkenalkan
oleh Winkler pada tahun 1988. Beberapa tahun setelah metode Winkler
diperkenalkan dan diterapkan, ternyata metode ini banyak mendapat gangguan
analisis. Hal ini menyebabkan para ahli berusaha menghilangkan gangguan-
gangguan tersebut dengan menyempurnakan/memodifikasi metode Winkler.
Modifikasi pertama dikenalkan oleh Alsterberg pada tahun 1925 yang berhasil
menghilangkan gangguan garam-garam nitrit (NO2). Setelah itu timbul beberapa
modifikasi, yaitu modifikasi permangatan, fluktasi alum, dan fluktasi tembaga
sulfat asam. Dari bermacam-macam modifikasi ini, modifikasi yang paling sering
dipakai untuk menentukan kadar oksigen dalam air laut adalah modifikasi
Alsteberg. Namun pada akhir-akhir ini beberapa ahli menyatakan bahwa untuk
mendapatkan nilai ketelitian dan ketetapan analisis yang tinggi dari metode
modifikasi Alsterberg, masih banyak masalah yang perlu diperhatikan
(ramadhani,2016).
Prinsip penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan titrasi iodometri yang
diperkenalkan oleh Winkler bahwa dalam larutan yang bersifat basa kuat, MnSO4
bereaksi dengan basa (OH-) membentuk endapan Mn(OH)2 yang berwarna putih.
Endapan Mn(OH)2 dalam larutan yang bersifat basa kuat, merupakan senyawa
yang tidak stabil, sehingga segera dioksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam
larutan contoh menjadi Mn(OH)3. Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis
oksigen terlarut (DO) adalah lebih analitis, teliti dan akurat apabila dibandingkan
dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri
ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan
indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio
secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang
akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana
lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya
hasil penentuan (mutadi et al.,2016).
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 den NaOH KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan
menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji)
(agustiningsih et al.,2012).
Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda
Winkler lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang
perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya,
standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang
tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi
tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih
akurat (agustiningsih et al.,2012).
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada
saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan
menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses
titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah
menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat
menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan
adsorpsi I2 oleh endapan (dewi dan ratna,2014).
2. Air yang telah memenuhi standar kualitas akan dapat tercemar, baik
secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia.
3. Warna, bau dan rasa. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan
adanya polusi. Warna air dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati
(true colour) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu
(apparent colour), yang selain disebabkan adanya bahan terlarut juga
karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di antaranya yang bersifat
koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Timbulnya bau pada air
secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya tingkat
pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang normal sebenarnya tidak
mempunyai rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu
berarti telah terjadi pelarutan garam.
4. Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan
dapat menimbulkan beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas
sabun, b) terbentuknya lapisan kerak pada alat dapur, c) kemungkinan
terjadi ledakan pada boiler, d) sumbatan pada pipa air.
5. Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk
pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang
melebihi batas akan menimbulkan gangguan. Standar kualitas ditetapkan
0,1 1.0 mg/l.
6. Mangan (Mn). Tubuh manusia membutuhkan mangaan rata-rata 10 mg/l
sehari yang dapat dipenuhi dari makanan. Mangaan bersifat toksik
terhadap organ pernafasan. Standar kualitas ditetapkan 0,05 0,5 mg/l
dalam air.
7. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Jumlah nitrat yang besar dalam tubuh
cenderung berubah menjadi nitrit dan dapat membentuk methaemoglobine
sehingga dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat
menyebabkan penyakit blue baby. Nitrit dalah zat yang bersifat racun
sehingga kehadiran bahan ini dalam air minum tidak diperbolehkan.
10. Kekeruhan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
karena adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan
organik atau inorganik, dan mikroorganisme air. Akibatnya air menjadi
kotor dan tidak jernih sehingga bakteri pathogen dapat berlindung di
dalam atau di sekitar bahan penyebab kekeruhan.
Mulai
Mulai
Hasil dicatat
Selesai
Mulai
Alat dan Bahan disiapkan
Selesai
Mulai
Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Pembuatan Reagen
Jadi, dilarutkan 4,96 gram kristal Na2S2O3 dalam 1000 ml aquadest dan 100 ml
amilum dilarutkan. Dilarutkan 0,5 gram amilum dalam 100 ml aquadest.
Percobaan 1
O2
= 62,4
Percobaan 2
O2
= 49,28
DO = 62,4 + 49,28
= 55,84
V = 19,5 + 15,4
= 17,45
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukannya percobaan dengan menggunakan
metode winkler. Menurut Septiawan (2014), metode winkler merupakan suatu
metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar oksigen zat terlarut.
Prinsip metode Winkler adalah oksigen didalam sampel akan mengoksidasi
MnSO4 yang ditambahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi
endapan MnO2. Prinsipnya juga dapat dinyatakan dengan menggunakan titrasi
iodometri. Dengan menggunakan reagen seperti HCL 11,3 N , Natrium
tiosulfat(Na2S203) dan Amilum. Dengan HCL Berfungsi untuk mengikat O2 yang
dapat mengendap pada botol sampel. HCL mampu mengikat O2 karena HCL
sangat sulit mengalami reaksi redoks dan HCL masih memiliki Pasangan Elektron
Bebas (PEB). Larutan HCl ini digunakan sebagai titran dalam menentukan kadar
oksigen terlarut karena merupakan asam kuat dan telah diketahui konsentrasinya
secara pasti. HCl digunakan dalam menetukan kadar oksigen terlarut karena, HCl
memiliki nilai kelaurtan yang baik, HCl memiliki sifat kelarutan yang mudah larut
dalam air. Selain itu, HCl digunakan untuk melarutkan endapan yang ada pada
sampel air laut. Fungsi Natrium tiosulfat pada praktikum kali ini adalah sebagai
Titrat pada saat titrasi .Natrium tiosulfat mampu mengikat ion I -pada saat titrasi
Iodometri.
Larutan indikator yang digunakan dalam titrasi menentukan kadar oksigen
terlarut yaitu larutan indikator amilum (Kanji). Titrasi dapat dilakukan tanpa
indikator dari luar karena larutan iodium yang berwarna khas dapat hilang pada
titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi pengamatan titik akhir titrasi
akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator, karena
amilum akan membentuk kompleks dengan I2 yang berwarna biru atau ungu tua
yang sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik akhir
titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2 yang menyebabkan
sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru atau ungu tua sukar
hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam.
Dalam Praktikum ini terjadi kegagalan, karena pada saat melakukan titrasi
tidak terjadi perubahan warna sama sekali, ini disebabkan oleh pada saat
pengambilan sampel air laut , kelompok kami telah mendapati air laut tersebut
dalam keadaan sudah sedikit, jadi ada kemungkinan kalau sedimen didasar botol
ikut terbawa ,dan mengakibatkan sulit untuk melakukan titrasi. dan hal ini
membutuhkan waktu yang sangat lama pada saat titrasi juga membutuhkan larutan
natrium tiosulfat yang banyak..oleh karena itu pada saat menentukan Kadar
Oksigen terlarut kelompok kami mengalami nilai yang tinggi dibandingkan
kelompok yang lain. Dikarenakan gagal karena pada saat dicampurkaan amilum
kemudian dikocok terdapat sisa sisa dari substart. Faktor yang mempenggaruhi
dari hasil praktikum kami ini adalah kurangya teliti saat mengambil air sehingga
substrat di laut dapat masuk ke botol sampel, yang kedua pada saat mengambil
sampel air dengan cara berjalan dilaut yang mengakibatkam substart tersebut
terangkat keatas yang seharusnya dari praktikan harus berenang.
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini menghasilkan kadar oksigen terlarut dalam sampel air laut
5.2 Saran