You are on page 1of 30

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat berdaya guna, yang mampu
melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar dari pada zat cair lainnya.
Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air
laut. Air, juga merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua
mahluk hidup. Dimana kandungan yang terlarut dalam suatu perairan tentunya
mempengaruhi aktivitas hidup suatu organisme yang ada di dalamnya, seperti
kelimpahan kandungan oksigen (O2) dalam perairan yang memudahkan organisme
di dalamnya dapat melakukan proses respirasi.
Air laut mengandung sejumlah besar gas-gas udara terlarut. Semua gas-gas
yang ada di atmosfer dapat dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlah mereka
ini terdapat dalam perbandingan yang tidak sama seperti yang ada di udara.
Oksigen (O2)khususnya merupakan gas yang sangat penting, karena sangat
dibutuhkan bagi kehidupan organisme air. Umumnya gas ini banyak dijumpai
dikapisan permukaan, oleh karena itu oksigen yang berasal dari udara di dekatnya
dapat secaara langsung larut ke dalam air laut. Kandungan oksigen (O2) dalam
suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia dalam menentukan kualitas
air yang tingkat kebutuhannya dari tiap-tiap perairan, berbeda antara perairan satu
dengan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis
organisme yang menempati perairan tersebut.
Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara hasil fotosintesis organisme
berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk
mengoksidasi zat hara yang masuk kedalam tubuhnya. Kadar oksigen yang
terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan semakin kecil
atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin sedikit.Dalam air laut, oksigen
dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk
menguraikan zat organik oleh mikro organisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu
perairan akan menyebabkan organisme dalam perairan tersebut tidak dapat hidup
dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kelestarian
kehidupan dalam laut adalah dengan cara memantau kadar oksigen dalam perairan
tersebut.
1.2 Tujuan
1. Menentukan oksigen terlarut dalam sampel air laut

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat menentukan oksigen terlarut dalam sampel air laut.
2. Mengetahui cara pengukuran kadar oksigen terlarut sampel air laut
dengan metode winkler.
3. Mengetahui reaksi reaksi yang terjadi saat proses pengukuran kadar
oksigen terlarut sampel air laut.
4. Mengetahui nilai kadar oksigen terlarut yang baik sesuai dengan baku
mutu perairan yang berlaku.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1.1 Dissolved Oxygen
Keberadaan oksigen di perairan sangat penting untuk diketahui sebab oksigen
sangat penting bagi kehidupan. Banyaknya O2 terlarut dalam perairan biasa
disebut DO. Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut
dalam air pada urutan kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya
bagi kehidupan, oksigen menempati urutan paling atas. Sumber utama oksigen
dalam perairan adalah hasil difusi dari udara, terbawa melalui presipitasi (air
hujan) dan hasil fotointesis fitoplankton. Sebaliknya, kandungan DO dalam air
dapat berkurang karena dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi dan perombakan
bahan organik (patty et al.,2015).
Kekurangan oksigen dapat dialami karena terhalangnya difusi akibat
stratifikasi salinitas yang terjadi. Rendahnya kandungan DO dalam air
berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan dan kehidupan akuatik lainnya, dan
jika tidak ada sama sekali DO mengakibatkan munculnya kondisi anaerobik
dengan bau busuk dan permasalahan estetika Air mengalir pada umumnya
kandungan oksigennya cukup karena gerakannya menjamin berlangsungnya difusi
antara udara dan air. Bila pencemaran organik pada badan air, DO tersebut
digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan pencemar organik tersebut.
Komposisi populasi hewan dalam air sangat erat hubungannya dengan kandungan
oksigen. Kelarutan oksigen atmosfer dalam air segar atau tawar berkisar dari 14,6
mg/liter pada suhu 0o C hingga 7,1 mg/liter pada suhu 35o C pada tekanan satu
atmosfer (ramadhani,2016).
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udaraOksigen terlarut dalam air berasal dari
difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu
perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk
ke dalam tubuhnya Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa
faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara
seperti arcs, gelombang dan pasang surut. Oksigen terlarut atau dissolved oxygen
merupakan salah satu indikator kesuburan suatu perairan, karena oksigen terlarut
berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain
itu, oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh organisme aerobik dan
anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi
bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang ada pada
akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik oksigen
yang dihasilkan akan mereduksi senyawa senyawa kimia menjadi lebih
sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi
inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi
beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik
yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Kadar
oksigen terlarut semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya limbah
organik diperairan tersebut. Hal ini disebabkan oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan zat organik menjadi zat anorganik semakin banyak
(salhiin,2015).
Adanya penambahan oksigen melalui proses fotosintesis dan pertukaran gas
antara air dan udara menyebabkan kadar oksigen terlarut relatif lebih tinggi
dilapisan permukaan. Dengan bertambahnnya kedalaman, proses fotosintesis akan
semakin kurang efektif, maka akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut
sampai pada suatu kedalamanyang disebut Compensation Depth, yaitu kedalaman
tempat oksigen yang dihasilkan melalui proses fotosintesis sebanding dengan
oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi. Penurunan kadar oksigen terlarut terjadi
karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak
digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan bahan organik dan
anorganik.Kadar oksigen terlarut yang turun drastic dalam suatu perairan
menunjukkan terjadinya penguraian zat-zat anorganik dan menghasilkan gas
berbau busuk dan membahayakan organisme.Keadaan oksigen terlarut
berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen
terlarut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada
lems, stadium dan aktifitasnya. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum
adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun.
Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (fatmawati et
al.,2012).

2.2 Titrasi

Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya


suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi
dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau
konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai
titran dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang
telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer atau titrat dan biasanya
diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titran biasanya berupa
larutan(chandra,2012).
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa atau aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya(tatangindatu et
al.,2013).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen(padmaningrum,2008).
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa
dihitung konsentrasi titran tersebut(padmaningrum,2008).

2.3 Titrasi Iodometri


Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih
besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O. Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam
titrasi dengan cara tidak langsung, dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi
diubah menjadi iodium yang nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3.
Cara ini digunakan untuk penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator ditambahkan
larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan
Na2S2O3. Sebagai indicator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada
iodometri apabila warna biru telah hilang(ratnasari et al.,2016).
Berbeda dengan titrasi iodimetri yang mereaksikan sample dengan iodium
(langsung), maka pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi
dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan menghasilkan iodium (I2) yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya
volume Natrium Thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan
banyaknya sampel(kusumaningrum,2014).

Contoh reaksi dengan Cu2+:

2 Cu 2+ + 4I 2CuI + I2

I2 + 2S2O32- 2I + S4O62-

Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya
pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi
dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai
menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat,
sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat
dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial
yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH
yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau
reduksi dari senyawa(padmaningrum,2008).

Menurut ulfa(2015), Ada dua metode titrasi iodometri, yaitu :


1. Secara langsung (iodimetri) Disebut juga sebagai iodimetri. Menurut cara ini
suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi
Na2S2O3 oleh I2. 2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6 Indiator yang digunakan
pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada
larutan iodine, hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna
menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam larutan
thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari berwarna
menjadi berwarna biru.
2. Secara tak langsung (iodometri) Disebut juga sebagai iodometri.Dalam hal ini
ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang terbentuk
dititrasi, dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk
menentukan zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini
(H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan
terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan. Na2S2O3. H2O2 +
2HCl I2 + 2KCl + 2H2O. Iodium sedikit larut dalam air (0,00134 mol/liter
pada 25C) dan sangat larut dalam pelarutan yang mengandung ion iodide.
Berdasarkan reaksi : I2 + I- I3- dengan tetapan kesetimbangan pada 25 C.
Larutan baku ion dapat langsung dibuat dari unsur murninya.

2.4.Metode Winkler
Penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan yodometri diperkenalkan
oleh Winkler pada tahun 1988. Beberapa tahun setelah metode Winkler
diperkenalkan dan diterapkan, ternyata metode ini banyak mendapat gangguan
analisis. Hal ini menyebabkan para ahli berusaha menghilangkan gangguan-
gangguan tersebut dengan menyempurnakan/memodifikasi metode Winkler.
Modifikasi pertama dikenalkan oleh Alsterberg pada tahun 1925 yang berhasil
menghilangkan gangguan garam-garam nitrit (NO2). Setelah itu timbul beberapa
modifikasi, yaitu modifikasi permangatan, fluktasi alum, dan fluktasi tembaga
sulfat asam. Dari bermacam-macam modifikasi ini, modifikasi yang paling sering
dipakai untuk menentukan kadar oksigen dalam air laut adalah modifikasi
Alsteberg. Namun pada akhir-akhir ini beberapa ahli menyatakan bahwa untuk
mendapatkan nilai ketelitian dan ketetapan analisis yang tinggi dari metode
modifikasi Alsterberg, masih banyak masalah yang perlu diperhatikan
(ramadhani,2016).
Prinsip penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan titrasi iodometri yang
diperkenalkan oleh Winkler bahwa dalam larutan yang bersifat basa kuat, MnSO4
bereaksi dengan basa (OH-) membentuk endapan Mn(OH)2 yang berwarna putih.
Endapan Mn(OH)2 dalam larutan yang bersifat basa kuat, merupakan senyawa
yang tidak stabil, sehingga segera dioksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam
larutan contoh menjadi Mn(OH)3. Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis
oksigen terlarut (DO) adalah lebih analitis, teliti dan akurat apabila dibandingkan
dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri
ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan
indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio
secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang
akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana
lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya
hasil penentuan (mutadi et al.,2016).
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 den NaOH KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan
menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji)
(agustiningsih et al.,2012).
Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda
Winkler lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang
perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya,
standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang
tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi
tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih
akurat (agustiningsih et al.,2012).
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada
saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan
menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses
titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah
menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat
menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan
adsorpsi I2 oleh endapan (dewi dan ratna,2014).

2.5 Baku Mutu Perairan


Laut adalah ruang wilayah lautan yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek fungsional. Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut
perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat
mencemari dan atau merusak lingkungan laut. Salah satu sarana pengendalian
pencemaran dan atau perusakan lingkungan laut, perlu ditetapkan Baku Mutu Air
Laut(debataraja et al.,2011).
Baku Mutu Air Laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air laut. Penetapan Baku Mutu Air Laut ini
meliputi Baku Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan, Wisata Bahari dan Biota
Laut. Kawasan perairan laut diluar Perairan Pelabuhan dan Wisata Bahari
mengacu kepada Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.(dewi dan ratna,2014).
Menurut mutadi et al (2016), Sebagaimana diketahui, air yang telah
tercemar menyebabkan penyimpangan standar kualitas air. Terdapat beberapa
faktor yang dapat menyebabkan perjadinya perubahan kualitas air sehingga tidak
sesuai lagi dengan standar baku mutu yang dipersyaratkan. Beberapa faktor
penyebab tersebut antara lain :

1. Secara alamiah sumber air yang digunakan mengandung bahan-bahan


kimia dalam jumlah yang berlebihan sehingga memerlukan
pengolahan yang lebih sempurna.

2. Air yang telah memenuhi standar kualitas akan dapat tercemar, baik
secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia.

3. Kurangnya pengertian individu atau masyarakat yang menggunakan


fasilitas air bersih.
Menurut agustiningsih (2012), Beberapa komponen dan standar baku pada air
bersih meliputi berbagai aspek baik fisik, kimia, maupun bakteriologis. Beberapa
aspek yang dinilai sebagai acuan standar baku air tersebut meliputi unsur-unsur
antara lain :

1. Suhu. Kenaikan suhu menimbulkan beberapa akibat antara lain


menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan
reaksi kimia serta terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya.
Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati.

2. pH. Nilai pH air yang normal antara 6 8, sedangkan pH air terpolusi


misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.

3. Warna, bau dan rasa. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan
adanya polusi. Warna air dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati
(true colour) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu
(apparent colour), yang selain disebabkan adanya bahan terlarut juga
karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di antaranya yang bersifat
koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Timbulnya bau pada air
secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya tingkat
pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang normal sebenarnya tidak
mempunyai rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu
berarti telah terjadi pelarutan garam.

4. Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan
dapat menimbulkan beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas
sabun, b) terbentuknya lapisan kerak pada alat dapur, c) kemungkinan
terjadi ledakan pada boiler, d) sumbatan pada pipa air.

5. Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk
pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang
melebihi batas akan menimbulkan gangguan. Standar kualitas ditetapkan
0,1 1.0 mg/l.
6. Mangan (Mn). Tubuh manusia membutuhkan mangaan rata-rata 10 mg/l
sehari yang dapat dipenuhi dari makanan. Mangaan bersifat toksik
terhadap organ pernafasan. Standar kualitas ditetapkan 0,05 0,5 mg/l
dalam air.

7. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Jumlah nitrat yang besar dalam tubuh
cenderung berubah menjadi nitrit dan dapat membentuk methaemoglobine
sehingga dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat
menyebabkan penyakit blue baby. Nitrit dalah zat yang bersifat racun
sehingga kehadiran bahan ini dalam air minum tidak diperbolehkan.

8. Cadmium (Cd). Cadmium merupakan zat beracun yang bersifat akumulasi


dalam jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan
lambung, kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobin darah dan pigmentasi
gigi. Selain itu cadmium juga bersifat karsinogenik.

9. Timbal (Pb). Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan karena cenderung


terakumulasi dalam tubuh, serta meracuni jaringan syaraf.

10. Kekeruhan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
karena adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan
organik atau inorganik, dan mikroorganisme air. Akibatnya air menjadi
kotor dan tidak jernih sehingga bakteri pathogen dapat berlindung di
dalam atau di sekitar bahan penyebab kekeruhan.

11. Bakteri coli. Organisme pathogen di perairan merupakan indikasi adanya


pencemaran air. Oleh karena itu organisme pathogen di perairan harus
diketahui. Mengingat tidak mungkin mengindikasikan berbagai macam
organisme pathogen, maka pengukuran pengukurannya menggunakan
bakteri-coli sebagai indikator organisme. Standar Coli pada air bersih
ditetapkan sebesar 10 coli/100 ml air.
Gambar 1. Baku Mutu Air laut untuk Wisata Bahari

Kedua, baku mutu perairan untuk biota laut sebagai berikut:


Gambar 2. Baku Mutu Perairan untuk Biota Laut

III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu Pelaksanaan Lapangan
Hari, Tanggal : Sabtu, 08 April 2017
Waktu : 06.00,13.00 dan 16.00 WIB
Tempat: Dermaga, Mecok, Muara Teluk Awur, Jepara
3.1.2 Waktu Pelaksanaan Laboratorium
Hari, Tanggal : Kamis, 04 Mei 2017
Waktu : 12.20 14.00 WIB
Tempat: Laboratoriom Kimia Gedung E Lantai 1 Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
DiponegoroSemarang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat dan Bahan Lapangan


3.2.1.1 Alat Praktikum Lapangan

Tabel 1. Alat Praktikum Lapangan


No Nama Alat Gambar Fungsi
1. WQC (Water Untuk mengukur suhu,
Quality Checker) DO, dan pH dari sampel
air laut

2. Botol sampel Sebagai wadah sampel

3. Pipet tetes Untuk meneteskan


larutan MnCl2 dan
KINaOH

4. Botol reagen Sebagai wadah larutan


MnCl2 dan KI NaOH
5. Refraktometer Untuk megukur salinitas

6. DO meter Untuk mengukur kadar


oksigen terlarut

7. Kertas tangging Untuk memberi label


pada botol sampel

8. Alat tulis Untuk mencatat hasil


dan memberi nama pada
label

9. Kamera Untuk dokumentasi

3.2.1.2 Bahan Lapangan

Tabel 2. Bahan Praktikum Lapangan


No Nama Bahan Gambar Fungsi
1. Air laut Sebagai sampel dalam
praktikum

2. Larutan MnCl2 Untuk mengikat oksigen

3. Larutan KI NaOH Untuk mengendapkan air


laut

4. Aquadest Untuk mengkalibrasi


refraktometer dan alat
alat praktikum

3.2.2 Alat dan Bahan Laboratorium


3.2.2.1 Alat Praktikum Laboratorium

Tabel 3. Alat Praktikum Laboratorium


No Nama Alat Gambar Fungsi
1. Erlenmeyer Sebagai wadah dari
sampel air laut
2. Corong Untuk mengalirkan
larutan ke buret

3. Gelas beker Sebagai wadah dari


larutan natrium
tiosulfat

4. Buret dan statif Sebaai alat yang


digunakan untuk
titrasi

5. Alat tulis Untuk mencatat hasil

6. Kamera Untuk dokumentasi


3.2.2.2 Bahan Laboratorium

Tabel 4. Bahan Praktikum Laboratorium


No Nama Alat Gambar Fungsi
1. Air laut Sebagai sampel
yang diamati kadar
oksien terlarut

2. Larutan Na2S2O3 Sebagai larutan


standar

3. Amilum Sebagai indikator


4. HCl Untuk
menghilangkan
atau melarutkan
endapan MnCl2

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Diagram Alir Lapangan
3.3.1.1 Pengambilan Sampel

Mulai

Alat dan Bahan disiapkan

Praktikan masuk kedalam laut

Botol sampel dimasukkan ke dalam air

Botol sampel diisi dengan air laut hingga penuh

Botol Sampel ditutup saat masih berada di bawah


permukaan laut

Botol sampel masing masing ditetesi 20 tetes atau


1ml larutan MnCl2 dan larutan KiNaOH
Selesai

3.2.1.2 Pengecekan Kualitas Air Menggunakan WQC

Mulai

Alat dan Bahan disiapkan

Alat WQC dinyalakan

Kabel dipasang dengan dingin sesuai kebutuhan


seperti pH, DO, Suhu

Alat dikalibrasi menggunakan aquadest

Hasil dicatat

Selesai

3.3.1.3 Penggunaan Refraktometer

Mulai
Alat dan Bahan disiapkan

Alat dibersihkan kemudian dikalibrasi

Sampel diteteskan pada prisma

Daylight plate perlahan ditutup

Sampel dipastikan telah tersebar di prisma

Skala dilihat melalui lensa mata

Posisi skala yang berpotongan dengan garis batas


biru dibaca dan data salinitas dicatat

Sampel pada prisma ditetesi larutan dan sesudah


ditetesi

Selesai

3.3.2 Diagram Alir Laboratorium

Mulai

Alat dan Bahan disiapkan


Sampel air diambil 50 ml ke dalam 2 erlenmeyer

Kedua sampel dititrasi dengan natrium tiosulfat

Titrasi dihentikan sampai terjadi perubahan warna


dari kuning pekat menjadi kuning tipis

Kedua sampel di tetesi amilum sebanyak 1 tetes

Titrasi dihentikan sampai perubahan warnanya


menjadi bening

Titrasi dihentikan sampai perubahan warnanya


menjadi bening

Volume yang digunakan di catat dan dihitung

Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Pembuatan Reagen

HCl 11,3 N 100 ml


V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 12,04 = 100 . 11,3
V1 = 94 ml
94 ml HCl pekat + 6 ml aquadest
Na2S2O3 0,02 N 1 L BM = 248
N = M . 1000
Mr . V
0,02 = M . 1000
248 . 1000
M = 4,96 gram

Jadi, dilarutkan 4,96 gram kristal Na2S2O3 dalam 1000 ml aquadest dan 100 ml
amilum dilarutkan. Dilarutkan 0,5 gram amilum dalam 100 ml aquadest.

4.1.2. Perhitungan Kadar DO

Percobaan 1

O2
= 62,4
Percobaan 2

O2

= 49,28

Rata Rata Percobaan 1 & 2

DO = 62,4 + 49,28

= 55,84
V = 19,5 + 15,4

= 17,45

4.1.3. Perhitungan Seluruh Kelompok

Kelompok V Na2S2O3 DO ( mg/L )


5 21,1, ml 67,8
6 13,15 ml 42,08
7 19,25 ml 61,6
8 17,45 ml 55,84
Gambar 3. Sebelum titrasi Gambar 4. Sesudah titrasi

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukannya percobaan dengan menggunakan
metode winkler. Menurut Septiawan (2014), metode winkler merupakan suatu
metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar oksigen zat terlarut.
Prinsip metode Winkler adalah oksigen didalam sampel akan mengoksidasi
MnSO4 yang ditambahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi
endapan MnO2. Prinsipnya juga dapat dinyatakan dengan menggunakan titrasi
iodometri. Dengan menggunakan reagen seperti HCL 11,3 N , Natrium
tiosulfat(Na2S203) dan Amilum. Dengan HCL Berfungsi untuk mengikat O2 yang
dapat mengendap pada botol sampel. HCL mampu mengikat O2 karena HCL
sangat sulit mengalami reaksi redoks dan HCL masih memiliki Pasangan Elektron
Bebas (PEB). Larutan HCl ini digunakan sebagai titran dalam menentukan kadar
oksigen terlarut karena merupakan asam kuat dan telah diketahui konsentrasinya
secara pasti. HCl digunakan dalam menetukan kadar oksigen terlarut karena, HCl
memiliki nilai kelaurtan yang baik, HCl memiliki sifat kelarutan yang mudah larut
dalam air. Selain itu, HCl digunakan untuk melarutkan endapan yang ada pada
sampel air laut. Fungsi Natrium tiosulfat pada praktikum kali ini adalah sebagai
Titrat pada saat titrasi .Natrium tiosulfat mampu mengikat ion I -pada saat titrasi
Iodometri.
Larutan indikator yang digunakan dalam titrasi menentukan kadar oksigen
terlarut yaitu larutan indikator amilum (Kanji). Titrasi dapat dilakukan tanpa
indikator dari luar karena larutan iodium yang berwarna khas dapat hilang pada
titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi pengamatan titik akhir titrasi
akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator, karena
amilum akan membentuk kompleks dengan I2 yang berwarna biru atau ungu tua
yang sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik akhir
titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2 yang menyebabkan
sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru atau ungu tua sukar
hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam.
Dalam Praktikum ini terjadi kegagalan, karena pada saat melakukan titrasi
tidak terjadi perubahan warna sama sekali, ini disebabkan oleh pada saat
pengambilan sampel air laut , kelompok kami telah mendapati air laut tersebut
dalam keadaan sudah sedikit, jadi ada kemungkinan kalau sedimen didasar botol
ikut terbawa ,dan mengakibatkan sulit untuk melakukan titrasi. dan hal ini
membutuhkan waktu yang sangat lama pada saat titrasi juga membutuhkan larutan
natrium tiosulfat yang banyak..oleh karena itu pada saat menentukan Kadar
Oksigen terlarut kelompok kami mengalami nilai yang tinggi dibandingkan
kelompok yang lain. Dikarenakan gagal karena pada saat dicampurkaan amilum
kemudian dikocok terdapat sisa sisa dari substart. Faktor yang mempenggaruhi
dari hasil praktikum kami ini adalah kurangya teliti saat mengambil air sehingga
substrat di laut dapat masuk ke botol sampel, yang kedua pada saat mengambil
sampel air dengan cara berjalan dilaut yang mengakibatkam substart tersebut
terangkat keatas yang seharusnya dari praktikan harus berenang.
V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini menghasilkan kadar oksigen terlarut dalam sampel air laut

adalah sebesar 55,84 mg/l dengan menggunkan metode winkler.

5.2 Saran

1. Pada saat pengambilan sampel diharapkan berhati-hati agar substratnya


tidak ikut masuk agar titrasi perubahan warna berjalan dengan lancer.

2. Seharusnya dalam meneteskan larutan praktikan lebih teliti agar takaran


volume yang diinginkan tepat.
3. Praktikan hendaknya lebih teliti dalam melakukan praktikum agar hasil

yang didapat akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih Dyah, Setia Budi Sasongko, Dan Sudarno.2012. Analisis Kualitas


Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar
Kabupaten Kendal.Semarang: Jurnal PRESIPITASI Vol. 9 No.2
September 2012
Agustiningsih,Dyah.Setia. Budi Sasongko dan Sudarno.2012.Analisis Kualitas Air
dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai
Blukar Kabupaten Kendal.semarang:jurnal Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Chandra ,Achmad Dwiana , Hendra Cordova ST, MT.2012. Rancang Bangun
Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID Melalui Metode Adaptive
Control.surabaya: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1.
Debataraja Aminuddin, Robeth V. Manurung,Hiskia.2011. Mikrotranduser Deteksi
Kadar Oksigen Terlarut Aplikasi Monitoring Kualitas Air.Bandung :
Jurnal Ilmiah Elite Elektro, Vol. 2, No. 2.hal.73-78
Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa.jurnal: Budidaya Perairan Mei
2013 Vol. 1 No. 2 : 8-19.
Dewi,Ratni, ST Dan Ratna Sari, ST, MT.2014. Peningkatan Oksigen Terlarut
(Aerasi) Dengan Menggunakan Pipa U.
Fatmawati,Reni .Aniek Masrevaniah.M. Solichin.2012.Kajian Identifikasi Daya
Tampung Beban Pencemaran Kali Ngrowodengan Menggunakan
Paket Program Qual2kw.malang: Jurnal Teknik Pengairan.Volume
3.Nomor 2. Hal 122131.
Kualitas Perairan.jakarta: jurnal Oseana.Volume Xxx.Nomor.3.hal.21 26
Kusumaningrum,Widya.2014. PENENTUAN KADAR Cuso4 Dengan Titrasi
Iodometri.jakarta:kimia analitik II
Muhtadi ,Ahmad .2016.Profil Suhu, Oksigen Terlarut, dan pH Secara Vertikal
Selama 24 Jam.medan : jurnal Omni-Akuatika 12 (2): 114 124
Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi
Padmaningrum,Regina Tutik.2008. Titrasi Iodometri
Patty Simon I. , Hairati Arfah, Malik S. Abdul.2015. Zat Hara (Fosfat, Nitrat),
Oksigen Terlarut Dan Ph Kaitannya Dengan Kesuburan Di Perairan
Jikumerasa, Pulau Buru.Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis Volume .1. Nomor .1
.
Patty,Simon.2013.DISTRIBUSI SUHU, SALINITAS DAN OKSIGEN
TERLARUT DI PERAIRAN KEMA, SULAWESI UTARA. Jurnal Ilmiah
Platax. Vol. 1:(3).
Ramadhani ,Endi .2016. Analisis Pencemaran Kualitas Air Sungai Bengawan Solo
Akibat Limbah Industri Di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten
Karanganyar.
Ratna sari ,Sinta . Dede Suhendar.Vina Amalia.2016 STUDI POTENSI
EKSTRAK DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor) SEBAGAI
INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA.bandung.
Salmin.2015. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-Lipi, Jakarta
Tatangindatu,Frits Tatangindat.Ockstan Kalesaran.Robert Rompas.2013. Studi
Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau
Tondano,
Ulfa, Ade Maria .2015. PENETAPAN KADAR KLORIN (Cl2) PADA BERAS
MENGGUNAKAN METODE IODOMETRI. JURNAL KESEHATAN
HOLISTIK .Vol 9.No 4.
DOKUMENTASI

Gambar 1. Larutan sampel Gambar 2. Dipindahkan ke dalam


diambil elrlenmeyer

Gambar 3. Na-tiosulfat Gambar 4. Titrasi 1 hingga menjadi kuning


diambil terang

Gambar 5. Ditetesi indicator Gambar 6. Titrasi 2 hingga berwarna

You might also like