You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PEKARANGAN DAN BUDIDAYA TANAMAN BUAH

ACARA III
MENYAPIH BIBIT TANAMAN BUAH

Disusun Oleh:
Nama : Lukmanul Hakim
NIM : 13983
Gol/Kel : C3
Asisten : Aprilia Dwi K.
Novelas Anandayu W.
Maria Kissadona

LABORATORIUM HORTIKULTURA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017
ACARA III
MENYAPIH BIBIT TANAMAN BUAH

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan lahan baik perkebunan maupun pekarangan dengan bermacam-macam
jenis tanaman, semakin digeluti oleh masyarakat. Buah-buahan menjadi pilihan utama karena
selain dapat menciptakan lingkungan yang hijau dan juga dapat memberikan hasil tambahan
pendapatan. Baik atau buruknya hasil tanaman dipengaruhi oleh tanaman tersebut mulai dari
bibit. Dalam usaha pembibitan, biasanya terlebih dahulu dilakukan persemaian biji apabila
bibit berasal dari biji.
Bibit adalah bahan calon tanaman atau bahan tanaman yang siap ditanam di lapangan.
Transplanting merupakan usaha untuk memindahkan bibit dari seedbed ke bedeng
penyapihan dengan jarak tanam yang lebih longgar. Transplanting atau penyapihan bertujuan
agar semai dapat tumbuh lebih besar dan kuat dengan perakaran yang lebih baik. Kerusakan
perakaran akibat pencabutan yang tidak hati-hati akan menyebabkan semai menjadi kering.
Penyapihan atau pemindahan yang kurang hati-hati akan menyebabkan kematian. Salah satu
cara untuk mengatasi kerusakan atau kematian pada saat transportasi bibit adalah bibit yang
dipindahkan dibungkus jadi satu yang diusahakan akar tertutup rapat dan bagian atas terbuka.
B. Tujuan
Mengenal dan mempelajari cara-cara penyapihan bibit tanaman buah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyemaian merupakan suatu proses penyiapan bibit tanaman baru sebelum ditanam
pada lahan sesungguhnya. Benih tanaman disemaikan pada suatu tempat terlebih dahulu
hingga pada usia tertentu baru dipindahkan ke lahan. Penyemaian ini sangat penting, terutama
pada benih tanaman yang halus dan tidak tahan terhadap faktor-faktor luar yang dapat
menghambat proses pertumbuhan benih menjadi bibit tanaman. Dengan menyemaikan benih
terlebih dahulu, diharapkan akan mendapat mutu yang lebih baik. Karena dapat dilakukan
pemilihan bibit yang cermat dan tepat. Selain itu apabila diusahakan pada lahan yang sempit,
maka pemeliharaannya lebih intensif sehingga mengurangi kemungkinan kegagalan atau
ketidak tumbuhan bibit.Tujuan dari penyemaian benih ini adalah untuk mempersiapkan bibit
tanaman yang mempunyai mutu baik sehingga nantinya dapat tumbuh menjadi tanaman yang
baik pula. Selain itu cara ini akan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan lahan untuk
pembibitan dan juga menghindari terjadinya kegagalan pembibitan karena kita dapat
melakukan pengamatan terhadap perkembangan benih hingga usia tertentu (Najwa, 2014).
Media tumbuh untuk penyapihan bibit harus memenuhi kualifikasi yang mencakup:
(1) mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, (2)
mempunyai drainase dan aerasi baik, (3) bisa mempertahankan kelembaban di sekitar akar
tanaman, (4) tidak mudah lapuk, (5) tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, dan (6)
mudah diperoleh dan harganya murah. Tanah lapisan atas saja tidak selalu memenuhi
kualifikasi yang mencakup enam hal penting tersebut, sehingga penggunaan bahan campuran
media misalnya gambut, serbuk gergaji, sabut kelapa, atau sekam padi merupakan
altematifuntuk memperbaiki media tumbuh bibit (Agoes, 1994).
Media perkecambahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkecambahan biji. Media yang digunakan untuk perbanyakan tanaman mempunyai
beberapa persyaratan, yaitu: cukup kompak (firm and dense) agar kuat menopang tegaknya
batang, mempunyai kapasitas pegang air (water holding capacity) yang cukup baik untuk
perkembangannya, dan tidak terlalu lembab karena akan merangsang pertumbuhan jamur
yang dapat menyebabkan penyakit (Sumiarsi dan Setyowati, 2006).
Syarat media tumbuh yang baik untuk pembibitan buah-buahan adalah
ringan,murah,mudah didapat, porus (gembur) dan subur (kaya unsur hara). Penggunaan
media tumbuh yang tepat akan menentukan pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan.
Komposisi media tanam untuk mengisi polybag dapat digunakan campuran tanah, pupuk
kandang dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1. Ukuran polybag yang banyak
digunakan di pembibitan buah-buahan biasanya berukuran 15x20 cm (diameter x tinggi)
sampai batang bawah dapat disambung atau diokulasi (sekitar 3-4 bulan setelah tanam biji).
Tiga sampai empat bulan setelah itu, bibit dapat dipindahkan ke polybag berukuran 20x30
cm.Tiga sampai empat bulat berikutnya bibit dipindah ke polybag ukuran 30x40 cm. Hal ini
diperlukan karena polybagnya sudah tidak memadai lagi untuk perkembangan akarnya,
sedangkan bibit masih belum siap ditanam. Akibat makin menyempitnya ruang tumbuh akar,
kondisi kesuburan bibitnya jadi menurun, bahkan setelah beberapa lama pertumbuhannya
seolah-olah berhenti (Prastowo et al., 2006).
Selama kecambah tumbuh, cadangan makanan yang ada di dalam kotiledon dicerna
dan diangkut ke tumbuhan muda. Bersamaan dengan terbentuknya akar, maka terjadi proses
deferensiasi ke atas dan membentuk kotiledon yang merupakan cadangan makanan. Ketika
kotiledon bergerak lurus ke atas akan diikuti proses pembentukan kuncup daun yang terus
bertambah seiring dengan bertambahnya umur kecambah (Hardi dan Ismail, 2008).
Untuk dapat berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman yang normal maka benih
memerlukan faktor-faktor yang dapat mendukung dalam perkecambahannya. Faktor yang
berasal dari dalam benih antara lain: ukuran benih, yang pada umumnya berkolerasi atau
berhubungan dengan kecepatan berkecambah, pemunculan dan pertumbuhan bibit, sehingga
berpengaruh terhadap berat semai (Gardner et al, 1991)
Pemindahan dilakukan dengan mengangkat bibit secara hati-hati dari persemaian
beserta media yang ada di sekitar perakarannya. Usahakan tidak ada akar bibit yang putus
atau rusak agar kondisinya tetap baik saat ditanam di media sapih. Untuk bibit yang tumbuh
di bedeng semai tidak perlu dipindahkan semuanya, hanya untuk penjarangan. Sementara itu,
sisanya tetap dibiarkan tumbuh di bedeng semai dan disampih sampai cukup besar untuk
disambung, diokulasi, atau ditanam di lahan. Bibit yang tumbuh secara individual di dalam
polibag tidak perlu dipindahkan sampai siap tanam di lahan (Redaksi Agromedia,2007).
Bahwa keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan
kekuatan tumbuh bibit adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh bibit dapat
terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu
kecepatan tumbuh bibit dapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh. (Harjadi,
1979).
III. METODOLOGI
Praktikum Pekarangan dan Budidaya Tanaman Buah acara III yang berjudul
Menyapih Bibit Tanaman Buah dilaksanakan pada hari Rabu, 5 April 2017 di Laboraorium
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Bahan-bahan yang
digunakan adalah benih buah naga, melon, jambu biji, pepaya, nangka, rambutan serta tanah.
Alat yang digunakan adalah cetok, gembor, dan polybag.
Langkah pertama yaitu polibag diisi dengan campuran tanah, pasir, dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1:1. Kemudian bibit yang sudah disemai terlebih dahulu
dicabut hingga tanah di sekitar bibit ikut terbawa. Tanah pada bak persemaian disiram air
terlebih dahulu untuk mempermudah penyapihan bibit. Kemudian bibit diambil, ditanam
pada polibag yang sudah disiapkan. Bibit yang telah ditanam di polibag dirawat setiap hari
meliputi penyiraman, pengendalian gulma serta hama penyakit. Pengamatan dilakukan
meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Kemudian dibuat grafik pertumbuhan masing-
masing jenis tanaman.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Tabel 1. Tinggi Tanaman Berbagai Buah
Tinggi Tanaman
No. Komoditas Dicuci/kupas Tidak dicuci
I II III IV I II III IV
1 Buah Naga 0.8 0.93 1.28 1.14 0.63 0.90 1.16 1.14
2 Melon 6 8.78 10.91 12.58 6.48 8.36 9.11 10.43
3 Jambu Biji 1.88 2 2.39 2.44 1.36 1.43 2.26 2.56
4 Pepaya 3.23 4 6 6.29 2.48 3.23 3.91 4.43
5 Nangka 12.16 14 17.54 17.39 11.26 14.81 16.69 17.24
6 Rambutan 6.39 7 9.81 10.45 9.88 10.89 12.04 12.93

Tabel 2. Jumlah Daun Berbagai Buah


Jumlah Daun
No. Komoditas Dicuci/Dikupas Tidak dicuci/Tidak dikupas
I II III IV I II III IV
1 Buah Naga 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Melon 1.75 2 3 3.13 2 2.63 2.63 3
3 Jambu Biji 1.25 2.25 2.88 3.38 3.18 3 3.13 4
4 Pepaya 1.88 2.88 4.5 4.63 1 1.88 3.25 3
5 Nangka 1.63 2 2.38 2.63 1.13 1.63 2.38 2.88
6 Rambutan 2 2.25 3.25 3.88 3.38 3.75 3.25 3.5

B. Pembahasan
Penyapihan bibit dilakukan di bedeng sapih atau di dalam polibag. Penyapihan di
bedengan lebih cocok digunakan untuk bibit tanaman buah tahunan atau tanaman kehutanan.
Sementara itu, bibit tanaman sayuran dan tanaman buah semusim seperti melon dan
semangka lebih baik disampih di dalam polibag, karena hanya disapih selama 2-4 minggu
sebelum tanam di lahan tanam. Media yang digunakan untuk penyapihan bibit adalah
campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1:1.
Bibit yang tumbuh secara massal di bedeng semai biasanya tumbuh saling berdesakan
karena rapatnya jarak penebaran biji. Oleh karena itu, sebagian bibit harus dipindahkan ke
media penyapihan agar pertumbuhannya dapat berlangsung baik. Penyapihan juga dilakukan
kepada bibit yang tumbuh di dalam wadah-wadah kecil atau media khusus non-tanah karena
media ini tidak dapat menampung perakaran bibit yang terus berkembang.
Penyapihan dilakukan setelah bibit tumbuh setinggi 5-10 cm untuk tanaman berbiji
kecil dan 15-20 cm untuk tanaman berbiji besar. Sebelum dipindahkan, lakukan penyeleksian
bibit terlebih dahulu. Hanya bibit yang tumbuh subur dan kekar dengan perakaran lurus yang
dipindahkan. Sementara itu, bibit yang tumbuh lambat, kerdil, tidak sehat dan perakarannya
bengkok sebaiknya dibuang.
Pemindahan dilakukan dengan mengangkat bibit secara hati-hati dari persemaian
beserta media yang ada di sekitar perakarannya. Usahakan tidak ada akar bibit yang putus
atau rusak agar kondisinya tetap baik saat ditanam di media sapih. Untuk bibit yang tumbuh
di bedeng semai tidak perlu dipindahkan semuanya, hanya untuk penjarangan. Sementara itu,
sisanya tetap dibiarkan tumbuh di bedeng semai dan disampih sampai cukup besar untuk
disambung, diokulasi, atau ditanam di lahan. Bibit yang tumbuh secara individual di dalam
polibag tidak perlu dipindahkan sampai siap tanam di lahan. Bahkan , jika dijadikan batang
bawah, penyambungan atau penempelan batas atas dapat dilakukan saat bibit masih berada di
dalam polibag.

Tinggi Tanaman Buah Naga Cuci vs.


Tidak Dicuci
1.40
1.20
Tinggi Tanaman (cm)

1.00
0.80
0.60 dicuci/kupas
0.40 tidak dicuci
0.20
0.00
I II III IV
Minggu ke-

Grafik 1 Tinggi Tanaman Buah Naga


Grafik 1 menunjukkan tinggi tanaman buah naga perlakuan dicuci dan tidak dicuci.
Pencucian dimaksudkan agar lendir pada biji hilang, karena lendir tersebut menghambat
perkecambahan dan membuat biji dorman. Berdasarkan grafik, tinggi tanaman perlakuan
dicuci dan tidak dicuci hampir sama. Hal tersebut mungkin terjadi karena lendir ada biiji
buah naga tidak terlalu menghambat tanaman.
Jumlah Daun Tanaman Buah Naga
Cuci vs. Tidak Dicuci
1.00

0.80
Jumlah Daun

0.60

0.40 dicuci/kupas
tidak dicuci
0.20

0.00
I II III IV
minggu ke-

Grafik 2 Jumlah Daun Buah Naga


Grafik 2 menunjukkan jumlah daun buah naga perlakuan dicuci dan tidak dicuci.
Semakin banyak jumlah daun suatu tanaman, maka semakin banyak organ yang melakukan
fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang dimanfaatkan oleh seluruh bagian tanaman.
Berdasarkan grafik, jumlah daun buah naga belum ada baik yang dicuci maupun tidak.

Tinggi Tanaman Melon Cuci vs. Tidak


Dicuci
14.00
12.00
Tinggi Tanaman (cm)

10.00
8.00
6.00 dicuci/kupas
4.00 tidak dicuci
2.00
0.00
I II III IV
Minggu ke-

Grafik 3 Tinggi Tanaman Melon


Grafik 3 menunjukkan tinggi tanaman melon perlakuan dicuci dan tidak dicuci.
Pencucian dimaksudkan agar lendir pada biji hilang, karena lendir tersebut menghambat
perkecambahan dan membuat biji dorman. Berdasarkan grafik, tinggi tanaman perlakuan
dicuci lebih tinggi dibandingkan yang tidak dicuci.
Jumlah Daun Tanaman Melon Cuci
vs. Tidak Dicuci
3.50
3.00
2.50
Jumlah Daun

2.00
1.50 dicuci/kupas
1.00 tidak dicuci
0.50
0.00
I II III IV
minggu ke-

Grafik 4 Jumlah Daun Melon


Grafik 4 menunjukkan jumlah daun melon perlakuan dicuci dan tidak dicuci. Semakin
banyak jumlah daun suatu tanaman, maka semakin banyak organ yang melakukan
fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang dimanfaatkan oleh seluruh bagian tanaman.
Berdasarkan grafik, jumlah daun melon tanpa dicuci dan dicuci hamper sama.

Tinggi Tanaman Jambu Biji Cuci vs.


Tidak Dicuci
3.00
Tinggi Tanaman (cm)

2.50
2.00
1.50
dicuci/kupas
1.00
tidak dicuci
0.50
0.00
I II III IV
Minggu ke-

Grafik 5 Tinggi Tanaman Jambu Biji


Grafik 6 menunjukkan tinggi tanaman jambu biji perlakuan dicuci dan tidak dicuci.
Pencucian dimaksudkan agar lendir pada biji hilang, karena lendir tersebut menghambat
perkecambahan dan membuat biji dorman. Berdasarkan grafik, tinggi tanaman perlakuan
dicuci dan tidak dicuci hampir sama. Mula-mula tinggi tanaman yang tidak dicuci rendah,
namun terus naik hingga melebihi tanaman yang dicuci.
Jumlah Daun Tanaman Jambu Biji
Cuci vs. Tidak Dicuci

5.00
4.00
Jumlah Daun

3.00
2.00 dicuci/kupas
1.00 tidak dicuci
0.00
I II III IV
minggu ke-

Grafik 6 Jumlah Daun Jambu Biji


Grafik 6 menunjukkan jumlah daun jambu biji perlakuan dicuci dan tidak dicuci.
Semakin banyak jumlah daun suatu tanaman, maka semakin banyak organ yang melakukan
fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang dimanfaatkan oleh seluruh bagian tanaman.
Berdasarkan grafik, jumlah daun jambu biji tanpa dicuci justru lebih banyak daripada
perlakuan dicuci. Hal tersebut mungkin terjadi karena pencucian malah membuat
pertumbuhan biji terhambat.

Tinggi Tanaman Pepaya Cuci vs. Tidak


Dicuci
7.00
6.00
Tinggi Tanaman (cm)

5.00
4.00
3.00 dicuci/kupas
2.00 tidak dicuci
1.00
0.00
I II III IV
Minggu ke-

Grafik 7 Tinggi Tanaman Pepaya


Berdasarkan grafik 7 mengenai tinggi tanaman papaya, terlihat jelas perbedaan tnggi
tanaman papaya dari minggu ke minggu. Tinggi tanaman papaya perlakuan tanpa aril selalu
lebih tinggi daripada perlakuan dengan aril. Secara teori, pertumbuhan papaya yang arilnya
dibuang akan lebih cepat karena aril pada biji papaya menghambat perkecambahan.

Jumlah Daun Tanaman Pepaya Cuci


vs. Tidak Dicuci
5.00
4.00
Junlah Daun

3.00
2.00 dicuci/kupas
1.00 tidak dicuci
0.00
I II III IV
minggu ke-

Grafik 8 Jumlah Daun Pepaya


Jumlah daun papaya perlakuan dengan aril dan tanpa aril terlihat dari grafik 8.
Berdasarkan grafik, terlihat bahwa jumlah daun papaya tanpa aril lebih banyak daripada
perlakuan dengan aril. Secara teori, pertumbuhan papaya yang arilnya dibuang akan lebih
cepat karena aril pada biji papaya menghambat perkecambahan. Hal ini menunjukan hasil
perlakuan sesuai dengan teori yang ada.

Tinggi Tanaman Nangka Cuci vs. Tidak


Dicuci
20.00
Tinggi Tanaman (cm)

15.00

10.00
dicuci/kupas
5.00 tidak dicuci

0.00
I II III IV
Minggu ke-

Grafik 9 Tinggi Tanaman Nangka


Grafik 9 menunjukkan tinggi tanaman nangka yang berasal dari perlakuan biji dicuci
dan tidak dicuci kulitnya. Pertumbuhan nangka tidak dicuci memiliki tinggi hampir sama
dengan perlakuan biji nangka dicuci. Hal tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu
pertumbuhan biji nangka dicuci kulitnya akan lebih cepat pertumbuhannya. Hal tersebut
terjadi karena factor genetic yang dibawa masing-masing biji berbeda sehingga
pertumbuhannya juga berbeda. Selain itu, faktor lingkungan seperti distribusi cahaya juga
mempengaruhi tinggi tanaman.

Jumlah Daun Tanaman Nangka Cuci


vs. Tidak Dicuci
3.50
3.00
Jumlah Daun

2.50
2.00
1.50 dicuci/kupas
1.00
tidak dicuci
0.50
0.00
I II III IV
minggu ke-

Grafik 10 Jumlah Daun Nangka


Grafik 10 menunjukkan pertumbuhan tanaman nangka yang berasal dari biji
perlakuan dicuci dan tidak dicuci jika dilihat dari segi jumlah daun. Jumlah daun nangka
tidak dicuci lebih banyak pada minggu ke-4 daripada perlakuan dicuci. Namun perbedaannya
tidak begitu signifikan. Jumlah daun menentukan banyaknya organ yang melakukan
fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang dimanfaatkan oleh semua bagian tanaman.
Perbedaan jumlah daun antar perlakuan dapat terjadi karena factor genetic dari biji nangka
yang ditanam memiliki perbedaan sehingga pertumbuhannya khususnya dalam jumlah daun
juga berbeda.
Tinggi Tanaman Rambutan Cuci vs.
Tidak Dicuci
Tinggi Tanaman (cm) 14.00
12.00
10.00
8.00
6.00 dicuci/kupas
4.00 tidak dicuci
2.00
0.00
I II III IV
Minggu ke-

Grafik 11 Tinggi Tanaman Rambutan


Grafik 11 menunjukkan tinggi tanaman rambutan yang telah disapih. Bibit rambutan
yang berasal dari biji tidak dicuci memiliki nilai yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti jumlah cahaya yang masuk. Hal tersebut mungkin
terjadi karena pada bak persemaian memungkinkan jumlah cahaya yang masuk berbeda di
tiap sisinya. Faktor lain yaitu faktor genetik dari benih tersebut. Faktor genetik akan
mempengaruhi pertumbuhan. Semakin baik gen yang dibawa maka pertumbuhan semakin
baik, termasuk pertumbuhan tinggi tanaman.

Jumlah Daun Tanaman Rambutan


Cuci vs. Tidak Dicuci
5.00
4.00
Jumlah Daun

3.00
2.00 dicuci/kupas

1.00 tidak dicuci

0.00
I II III IV
minggu ke-

Grafik 12 Jumlah Daun Rambutan


Pada grafik 12 terlihat jumlah daun rambutan dari perlakuan dicuci dan tidak dicuci.
Tidak terjadi perbedaan antara jumlah daun perlakuan dicuci atau tidak dicuci. Semakin
banyak jumlah daunnya maka semakin banyak organ yang melakukan fotosintesis sehingga
proses fisiologis tanaman akan semakin baik. Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa jumlah
daun kedua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bibit yang berasal dari biji yang dicuci atau tidak dicuci tidak memiliki
perbedaan pertumbuhan khususnya pada variable jumlah daun.
V. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyapihan bertujuan
untuk memisahkan bibit yang berada pada bak persemaian agar pertumbuhan bibit lebih
baik. Perlakuan dengan dicuci dimaksudkan agar aril pada biji hilang sehingga tidak
menghambat pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. D. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant(Fisiologi
Tanaman Budidaya, alih bahasa H. Susilo ). University Indonesia Press, Jakarta.

Hardi.T. dan B.Ismail. 2008. Uji daya kecambah biji sengon dari berbagai pohon induk
benih. Wana Benih 9.

Harjadi. 1979. Koperasi Pemasaran Hortikultura: Keberhasilan dan Kendala. Media


Komunikasi dan Informasi. April No. 16 Vol. IV, hal. 31.

Prastowo, N.H., J.M. Roshetko, G. E.S. Maurung, E. Nugraha, J.M. Tukan. F. Harum. 2006.
Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry
Centre (ICRAF) dan Winrock International, Bogor.

Redaksi Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka.


Jakarta. Cet. Ke-3 2008.

Sumiarsi,N. dan N.Setyowati.2006.Pengaruh media pada pertumbuhan bibit Eboni


(Diospyros celebica Bakh) melalui perbanyakan biji. Jurnal Biodiversitas 7

You might also like