You are on page 1of 43

PEDOMAN PENGAJUAN DOKUMEN RANCANGAN

INSTALASI DAN PERLENGKAPAN BANGUNAN

DISUSUN OLEH : TIM AHLI BANGUNAN GEDUNG


BIDANG MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL (TABG ME)

Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan


Propinsi DKI Jakarta
i
Daftar Isi

Kata Pengantar iii


Bagian I Persyaratan Umum 1
Bagian II Persyaratan Khusus untuk Setiap Bidang 4
1. Teknik Tenaga Listrik 4
2. Elektronika, Kendali dan Telekomunikasi 6
2.1 Instalasi Deteksi dan Alarm Kebakaran 6
2.2 Instalasi Tata Suara 9
2.3 Instalasi Telepon dan Data 10
2.4 Instalasi Building Automation System (BAS) 11
2.5 Instalasi Closed Circuit Television (CCTV) & Security 13
2.6 Instalasi Master Antena Television (MATV) 14
3. Sanitasi, Drainase dan Pemipaan 15
3.1 Instalasi Plambing 15
3.2 Instalasi Pengolahan Air Baku 19
3.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah 20
3.4 Instalasi Proteksi Kebakaran 21
3.5 Instalasi Pemipaan Gas 26
3.6 Instalasi Sistem Persampahan 27
4. Instalasi Tata Udara Gedung 28
5. Instalasi Transportasi dalam Gedung 31
Bagian III Pedoman dan Tata Tertib Sidang 36
Anggota Tim Ahli Bangunan Gedung bidang Mekanikal dan Elektrikal
(TABG ME) DKI-Jaya periode tahun 2014 2017 37

ii
KATA PENGANTAR

Sejak tahun 1975 telah dibentuk sebuah Badan Penasehat Teknis Perkotaan dan Bangunan
(BPTPB) Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang terdiri atas 3 (tiga) Tim Penasehat, salah
satu diantaranya adalah Tim Penasehat Instalasi dan Perlengkapan Bangunan (TPIB).
Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota jakarta No. 130 tahun 2012 yang telah diubah dengan
Peraturan Gubernur No. 98 tahun 2013, menetapkan pembentukan Tim Ahli Bangunan Gedung
(TABG) di wilayah hukum Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Kemudian berdasarkan pada Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 728
Tahun 2014, tertanggal 2 Mei 2014, telah dibentuk TABG periode 2014 2017, yang terdiri atas :
1. Tim Ahli Bangunan Gedung Arsitektur dan Perkotaan (TABG-AP),
2. Tim Ahli Bangunan Gedung Struktur dan Geoteknik (TABG-SG),
3. Tim Ahli Bangunan Gedung Mekanikal dan Elektrikal (TABG-ME),
Buku ini adalah Pedoman Pengajuan Dokumen Rancangan Instalasi dan Perlengkapan Bangunan,
yang dapat digunakan oleh para perencana
Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini.

Ketua TABG - ME

iii
PEDOMAN PENGAJUAN DOKUMEN RANCANGAN
INSTALASI DAN PERLENGKAPAN BANGUNAN

Pemberian Izin Pelaku Teknik Bangunan (IPTB) kepada seorang perencana untuk suatu
instalasi dan perlengkapan bangunan adalah pemberian ijin dari yang berwenang (dalam hal
ini Pemerintah DKI Jakarta) bagi perencana untuk melaksanakan perancangan instalasi dan
perlengkapan bangunan tersebut. Ditinjau dari segi teknis, pada dasarnya penerbitan IPTB
merupakan pengakuan atas kemampuan dan kualifikasi seorang ahli untuk melakukan
perancangan secara profesional suatu instalasi dan perlengkapan bangunan.
Bagi seorang ahli, mencantumkan tanda tangannya serta indentitas IPTB pada dokumen
perancangan mengandung makna, bahwa ahli tersebut mengaku bertanggung jawab penuh
atas kebenaran perancangan instalasi dan perlengkapan bangunan, baik kepada pemberi tugas
(pemilik bangunan) serta kepada pihak yang berwenang. Ditinjau dari segi legal permohonan
Ijin Mendirikan Bangunan, pencantuman tanda tangan tersebut bermakna sebagai pernyataan,
bahwa instalasi dan perlengkapan bangunan yang direncanakan telah mematuhi segala
ketentuan, peraturan dan pedoman yang berlaku.
BAGIAN I
PERSYARATAN UMUM
Persyaratan umum ini merupakan suatu persyaratan minimal yang harus dipenuhi dalam
pengajuan rencana instalasi dan perlengkapan bangunan. Persyaratan khusus atau spesifik
untuk setiap instalasi diatur pada bab-bab berikut dalam buku Pedoman ini.
Pasal 1: Peraturan dan Standar
(1) Perancangan harus dibuat dengan memenuhi peraturan, ketentuan dan standar yang
berlaku secara umum di Indonesia dan khususnya yang diberlakukan di wilayah DKI
Jakarta, antara lain:
a. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional:
1. Undang Undang No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi.
2. Undang Undang No.28/2002 tentang Bangunan Gedung.
3. Peraturan Pemerintah no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang no. 28 tahun 2002 tentang. Bangunan Gedung.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
b. Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan Peraturan serta Surat Keputusan
lainnya yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta yang terkait:
1. Peraturan Daerah (PERDA) DKI Jakarta no. 8 tahun 2008 tentang Pencegahan dan
Penangulangan Bahaya Kebakaran.
2. PERDA DKI Jakarta no. 7 tahun 2010 tentang Bangunan Gedung.
3. Pergub DKI no. 38/2012 tentang Bangunan Hijau.
4. Peraturan Gubernur yang terkait dengan Bangunan Gedung.
c. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional
termasuk Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan ketentuan dari instansi
yang berwenang mengenai jenis instalasi yang dirancang.

1
(2) Standar dan dokumen design guidelines maupun recommended practice yang diterbitkan
oleh organisasi profesional atau yang disepakati oleh kalangan profesional hanya boleh
diterapkan apabila tidak bertentangan dengan ketentuan instansi yang berwenang.
(3) Hal-hal yang belum diatur harus mendapat persetujuan Gubernur DKI Jakarta.
Pasal 2 : Buku Laporan Perancangan
Laporan perancangan yang akan diserahkan untuk diperiksa harus memenuhi persyaratan
berikut :
a. Pemilihan sistem harus didasarkan pada aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan,
kemudahan dalam hal konstruksi/pemasangan, operasi, pemeliharaan dan perbaikan,
serta memperhatikan aspek konservasi energi dan penggunaan air.
b. Semua metode perhitungan, analisis untuk perancangan, perangkat lunak atau
program computer menggunakan metode yang telah baku atau telah diterbitkan dalam
bentuk buku dan sekurang kurangnya diakui oleh asosiasi profesi nasional dan
internasional.
c. Setiap asumsi yang diambil mengacu pada buku referensi yang diakui oleh asosiasi
profesi nasional.
d. Laporan ditulis secara sistematik dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan
istilah teknik yang telah baku; istilah bahasa Inggris dapat digunakan apabila padanan
dalam bahasa Indonesia belum baku atau dapat menimbulkan pengertian yang
berbeda.
e. Laporan dijilid berupa buku berukuran A4, dilengkapi dengan:
Judul,
Daftar isi, nomor untuk halaman, nomor tabel, nomor gambar dan lampiran
yang diperlukan.
f. Gambar2 untuk laporan (bila diperlukan) disajikan dengan ukuran A3.
g. Laporan yang diserahkan diatur sebagai berikut:
3 (tiga) buku untuk seluruh sistem dan instalasi
2 (dua) buku terpisah untuk setiap sistem dan instalasi.
h. Setiap lembar laporan perancangan untuk suatu sistem dan instalasi diparaf dan
ditanda tangani oleh perancang instalasi tersebut disertai No. IPTB-nya.
i. Laporan perancangan memuat ringkasan dan data bangunan yaitu :
Nama bangunan,
Pemilik,
Lokasi (nama jalan, kelurahan, kecamatan, kotamadya, sesuai blok plan)
Fungsi Bangunan
Luas lantai,
Elevasi/Jumlah lantai (basement, podium, tower), dan
Asumsi jumlah orang yang relevan dengan instalasi untuk setiap ruang atau
lantai.
j. Laporan perancangan memuat uraian garis besar cara kerja atau pengoperasian sistem,
dengan menekankan peralatan dan mesin yang penting/utama, baik dalam keadaan
normal dan darurat.
k. Bila rancangan gedung yang diajukan merupakan bagian dari perancangan suatu
kawasan atau pengembangan gedung sebelumnya, maka perancang menjelaskan
konsep rancangan menyeluruh dalam laporan.

2
Pasal 3 : Gambar Rancangan
Gambar rancangan yang diserahkan adalah gambar mutakhir yang sesungguhnya akan
dibangun dan memenuhi persyaratan berikut:
a. Gambar rancangan harus jelas dan mudah dibaca. Gambar denah harus sesuai
dengan gambar yang telah disetujui oleh TABG-AP.
b. Ukuran gambar adalah A1 dilipat menjadi ukuran A4 sesuai dengan standar pelipatan
gambar yang berlaku untuk arsip TABG - ME, dan gambar A3 untuk arsip TABG -
ME dan persidangan.
c. Gambar-gambar dilengkapi untuk seluruh lantai. Untuk lantai-lantai tipikal yang sama
persis cukup diwakili dalam satu gambar saja dengan menunjukkan bahwa gambar
tersebut adalah gambar tipikal lantai-lantai termaksud.
d. Dalam setiap lembar gambar jelas dicantumkan :
Nama perancang dan Nomor SIBP/SIPTB.
Nama dan alamat perusahaan konsultan yang diwakilinya.
Nama, lokasi dan alamat bangunan yang akan didirikan.
Nama dan alamat pemilik bangunan.
e. Jumlah gambar yang diserahkan sebanyak 5 set.
f. Secara umum digunakan skala :
Gambar tapak 1:500.
Gambar denah 1:100 atau 1:200
Gambar detail 1:20 atau 1:50
g. Setiap lembar gambar cetakan ditanda tangani serta dicantumkan tanggal
penandatanganan oleh perancang yang bersangkutan lengkap dengan No. IPTB-nya.
h. Diutamakan pemakaian istilah teknik dalam Bahasa Indonesia, sedang istilah dalam
bahasa Inggris dapat digunakan apabila padanannya dalam Bahasa Indonesia belum
baku atau dapat menimbulkan pengertian yang berbeda.
i. Huruf dan angka dibuat dengan huruf cetak yang jelas dengan ukuran minimal 10
pt (font 10) pada hasil cetakan dan mudah dibaca
j. Semua simbol gambar dibuat sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
berlaku, atau apabila belum ada dapat digunakan standar internasional yang diakui
asosiasi profesi nasional. Pada setiap lembar gambar dicantumkan keterangan simbol
yang relevan.
k. Untuk jenis instalasi tertentu dilengkapi dengan gambar tapak (situasi) yang relevan
agar memperjelas hubungan instalasi tersebut dengan instalasi yang berada di tapak
atau untuk kejelasan pengoperasian.
l. Dibuat daftar nomor dan judul gambar yang diserahkan.
Pasal 4 : Lampiran
Perancang melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan dan/atau bagian
instalasi yang penting, serta fotokopi referensi dari halaman yang relevan.

3
BAGIAN II
PERSYARATAN KHUSUS UNTUK SETIAP BIDANG
1. TEKNIK TENAGA LISTRIK
Istilah LISTRIK ARUS KUAT (LAK) digunakan pada Ijin Pelaku Teknis Bangunan (IPTB).
Pada Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) digunakan istilah TEKNIK TENAGA LISTRIK.
1.1 LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan Teknik Tenaga Listrik mencakup: pembangkitan, penyaluran, pendistribusian,
pemanfaatan tenaga listrik, dan proteksi petir.
Dokumen instalasi Teknik Tenaga Listrik yang diserahkan untuk diperiksa meliputi:
1. Instalasi Sumber Daya: Daya Utama dan Daya Cadangan
2. Instalasi Distribusi Tegangan Menengah
3. Instalasi Distribusi Tegangan Rendah:
Distribusi daya ke beban dan peralatan,
Distribusi dan sistem pencahayaan dalam bangunan,
Pencahayaan dekorasi,
Pencahayaan luar bangunan, dan
Pencahayaan rambu udara.
4. Instalasi pencahayaan darurat
5. Instalasi pembumian: pembumian sistem dan pembumian pengaman
6. Instalasi Proteksi Petir meliputi: instalasi penangkap, penghantar dan pembumian petir.
1.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter
utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan sistem
b. Dasar perhitungan dan asumsi-asumsi yang dipergunakan
c. Faktor keamanan dan faktor-faktor lainnya yang dipergunakan
d. Upaya penerapan penghematan energi
e. Bahan dan peralatan yang dipergunakan
2. Standar dan Peraturan yang dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan listrik arus kuat, antara lain:
a. SNI No. 04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
b. SNI No. 03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung.
c. SNI No. 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada
Bangunan Gedung.
d. SNI 04-7019-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat menggunakan
Energi Tersimpan.
e. SNI 04-7018-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga.
f. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan yang berkaitan dengan tenaga
listrik.
g. Panduan Pencahayaan Sisi Luar Bangunan Tinggi dan Penting di Wilayah DKI
Jakarta tahun 1999.

4
h. Standar IEC dan Standar Internasional lainnya bagi hal-hal yang belum diatur dalam
standar/peraturan diatas,.
Dalam laporan perancangan, bila diperlukan untuk menjelaskan secara spesifik
disebutkan nomor pasal/ayat yang terkait dari standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dimasukkan dalam laporan perancangan meliputi:
a. Perhitungan kebutuhan daya normal (sumber daya utama bekerja), dan darurat. Bila
transformator atau generator tidak diparalel, disusun tabel pembebanan daya listrik
sedemikian rupa sehingga jelas terlihat pembebanan untuk setiap transformator
maupun generator yang digunakan,
b. Contoh perhitungan lengkap arus hubung singkat pada papan hubung bagi (PHB)
mulai PHB Utama sampai yang terakhir pada TM / TR,
c. Contoh perhitungan lengkap susut tegangan pada PHB dimulai dari awal sampai yang
terjauh untuk beban pencahayaan dan beban tenaga,
d. Perhitungan kapasitas peralatan listrik:
Genset (termasuk kapasitas tangki),
Transformator,
Penghantar,
Peralatan PHB termasuk kapasitor kompensator untuk perbaikan faktor kerja
e. Contoh perhitungan kuat pencahayaan untuk ruangan yang dianggap penting.
f. Ikhtisar pemakaian daya listrik (Watt/m2) untuk beban pencahayaan, AC dan
keseluruhan gedung.
g. Hal-hal lain bila dianggap perlu, misalnya masalah upaya penghematan energi, atau
masalah harmonisa dan penanganannya.
h. Perhitungan sistem proteksi petir mengenai batang penangkap petir (air terminal),
daerah proteksi, besar impedansi sistem pembumian, penghantar penyalur ketanah dll.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Cara kerja sistem diuraikan pada keadaan normal dan darurat. Uraian diberikan secara
ringkas, jelas dan sistematis.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan berisi data teknis dari peralatan listrik yang digunakan (genset, transformator,
penghantar, PHB, luminer dll).
1.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun dan meliputi gambar berikut :
1. Daftar gambar.
2. Daftar simbol dan singkatan beserta penjelasannya
3. Gambar satu garis sistem catu daya.
4. Gambar satu garis sistem distribusi tegangan menengah (TM).
5. Gambar satu garis sistem distribusi tegangan rendah (TR).
6. Gambar diagram dari seluruh instalasi listrik.
7. Gambar instalasi pencahayaan dan instalasi daya tiap lantai (untuk lantai tipikal cukup
satu saja). Termasuk gambar skedul panelnya atau contoh tipikalnya.
8. Gambar tata letak ruang Papan Hubung Bagi (PHB) TM dan TR utama
9. Gambar tata letak dan detail ruangan transformator serta sistem ventilasinya, dan cara
penampungan bocoran minyak bila menggunakan transformator minyak.
10. Gambar tata letak dan detail ruangan untuk Genset, sistem pembuangan limbah minyak,
Sistem suplai bahan bakar, pasokan dan pembuangan udara serta peredam suara,
termasuk gambar sistem perpipaan terkait.
5
11. Gambar detail sistem proteksi petir terhadap bangunan termasuk: lokasi dan panjang
batang penangkap petir, penghantar/konduktor horisontal dan vertikal, elektrode
pembumian, terminasi/kotak pengukuran, dan lengkap dengan spesifikasi teknis. Radius
perlindungan baik secara vertikal maupun horizontal,
12. Gambar denah pada lantai tertentu yang menunjukkan lokasi elektrode pembumian
sistem listrik dan proteksi petir termasuk kotak/box elektrode pembumian untuk
pengukuran, termasuk gambar instalasi pembumian peralatan sistem dan peralatan
instalasi LAL, bila ini digambarkan pada paket LAK ini.
1.4 LAMPIRAN
Perancang melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan dan/atau bagian
instalasi yang penting, antara lain proteksi petir, pemutus tenaga (Circuit Breaker), pemutus
tenaga khusus untuk pompa kebakaran, serta fotokopi referensi (hanya halaman yang relevan)
untuk mendukung cara perhitungan yang dipakai.
2. ELEKTRONIKA, KENDALI DAN TELEKOMUNIKASI
Istilah LISTRIK ARUS LEMAH (LAL) digunakan pada Ijin Pelaku Teknis Bangunan
(IPTB). Pada Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi (LPJK) digunakan istilah ELEKTRONIKA, KENDALI DAN KOMUNIKASI.
Perancangan bidang ini diuraikan lagi menurut fungsinya menjadi 6 (enam) kelompok
mengikuti instalasi yang digunakan yaitu:
1. Instalasi Deteksi dan Alarm Kebakaran,
2. Instalasi Tata Suara
3. Instalasi Telepon dan Data,
4. Instalasi Building Automation System (BAS),
5. Instalasi Closed Circuit Television (CCTV) & Security,
6. Instalasi Master Antena Television (MATV)
2.1 INSTALASI DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN
Dokumen rancangan instalasi dan perlengkapan Sistem Instalasi Deteksi dan Alarm
Kebakaran dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi para perencana/Pelaku Teknis Bangunan
gedung dalam mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya
kebakaran. Selain itu, dokumen rancangan ini bertujuan untuk terselenggaranya bangunan
gedung yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran, sehingga
tidak mengakibatkan terjadinya gangguan kesejahteraan social.
2.1.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Deteksi dan Alarm Kebakaran yang diserahkan untuk diperiksa mencakup
seluruh instalasi mulai dari titik deteksi sampai dengan panel pengendali, panel pembantu,
kabel-kabel, kawat pembumian lengkap dengan titik pembumian, control box, electrode
pembumian dan jalur kawat pembumian sampai ke titik pembumian. Data bangunan yang
disertakan memuat:
a. Gambar site.
b. Jumlah lantai;
c. Level setiap lantai;
d. Fungsi setiap lantai atau bagian dari lantai;
e. Luas lantai yang harus diproteksi setiap lantai;
f. Keberadaan Ruang Pusat Kendali;

6
g. Keberadaan Lantai Peristirahatan Sementara (Refuge Floor) agar ditunjukkan
terkoordinasi dengan gambar Arsitektur dan disiplin lainnya, hal yang sama untuk
ruang atau lantai kompartmentasi. Keberadaan dan pemasangan detector kebakaran,
kaitannya kepada dinding pemisah atau roller shutter. Denah/zona
kompartmenisasi harus tergambarkan pada gambar arsitektur.
h. Hal-hal lain yang dianggap perlu dilaporkan.
Data bangunan agar disusun dalam bentuk tabel.
2.1.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya harus memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini harus menjelaskan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter
utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan sistem, antara lain pemilihan sistem deteksi (konvensional atau
addressable) serta jenis deteksi (deteksi asap, temperatur atau laju kenaikan
temperatur), jenis alarm audio dan visual. Agar disebutkan daerah atau areanya.
b. Dasar perhitungan dan asumsi-asumsi yang dipergunakan, antara lain jarak antar titik
deteksi, luas, zona alarm kebakaran, ketinggian lantai/plafond serta bentuknya bila
ada bentuk plafon yang khusus.
c. Faktor keamanan dan faktor-faktor lainnya yang dipergunakan.
d. Bahan dan peralatan yang dipergunakan.
2. Standar dan Peraturan yang dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan Instalasi Deteksi dan Alarm Kebakaran, antara
lain:
a. Undang-Undang R.I. No.28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.
b. Peraturan Pemerintah R.I. No. 36 tahun 2005, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang No.28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum R.I. No.29/PRT/M/2006, tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum R.I. No.26/PRT/M/2008. Tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
e. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.8 Tahun 2008, tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
f. Peraturan Daerah Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 7 Tahun 2010, tentang
Bangunan Gedung.
g. SNI 03-3985-2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem
Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
h. SNI 04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
i. SNI 04-7019-2000 tentang Sistem pasokan Daya Listrik Darurat menggunakan Energi
Tersimpan.
j. SNI 04-70182004 tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga.
k. Standar dari Negara lain yang digunakan seperti NFPA/FOC/Singapore Fire Code
sejauh hal yang disebutkan tidak bertentangan dan belum dicakup oleh SNI.
l. Ketentuan dan prosedur baku oleh otoritas yang berwenang seperti DPK-DKI;
contoh, detektor asap harus dipasangkan pada area kamar tidur di bangunan hunian
(seperti hotel/apartmen dll),
Dalam laporan perancangan secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang terkait dari
standar/peraturan yang digunakan.
7
3. Perhitungan
Bagian ini memuat contoh perhitungan untuk bagian yang kritis yaitu titik deteksi terjauh
dari sistem, meliputi :
a. Penentuan luas zona deteksi/loop
b. Kapasitas catu daya, proteksi surja dan pengkabelan dan menyebutkan system dicatu
dari panel listrik mana dan ini harus bersesuaian dengan yang tertera pada Dokumen
LAK.
c. Penentuan kuat suara sinyal alarm
d. Penempatan panel utama dan panel pembantu serta ruang Pusat Kendali Kebakaran.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Memastikan bahwa Fire Command Centre (FCC) atau Pusat Kendali Kebakaran
terletak dilantai dasar/1/utama, atau dilantai dengan beda level 30 cm terhadap tanah.
b. Melengkapi denah penjelas (di-zoom) FCC sehingga terlihat ukuran ruang minimum
10 m2.
c. Melengkapi gambar diagram saklar manual pressurized fan tangga kebakaran bila fire
alarm gagal.
d. Menunjukkan catu daya untuk Master Control Panel Fire Alarm (MCPFA) dan
gambar diagram panel dari LAK.
e. Memastikan durasi battere.
f. Menunjukkan rangkaian UPS.
g. Interkoneksi/korelasi dengan :
Lift kebakaran,
Lift penumpang,
Pompa kebakaran,
Sprinkler,
Indoor Hydrant Box (IHB),
Pressurized fan,
Ventilasi parking basement,
AHU,
Telepon,
Tata suara,
Pintu dengan access card,
Lainnya bila ada.
h. Spesifikasi peralatan.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang harus menguraikan garis besar cara kerja atau pengoperasian Sistem Deteksi
dan Alarm Kebakaran, baik untuk bagian yang bekerja secara otomatik maupun
manual. Mulai dari timbulnya sinyal deteksi kebakaran, sampai dengan
dioperasikannya atau dihentikannya peralatan lain yang terkait (antara lain: fan untuk
tangga kebakaran, instalasi tata udara dan ventilasi, elevator, hubungan/sinyal ke Pos
Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) terdekat.
Khusus berkait dengan bila adanya kompartmenisasi ruangan,pemasangan detector
kebakaran dan operasi menurunkan roller shutter (bila menggunakan), dll.
Jenis dan kapasitas system catu daya dari sumber pembangkitan yang tersimpan, battere
system, kapasitas, system inverter/converter, proteksi, system rekaman dan pantauan.
Bila dipasang Building Automation System (BAS) dalam gedung harus diuraikan fungsi
sistem deteksi yang dimonitor atau dikendalikan oleh BAS.
Bila gedung dilengkapi dengan sistem security (seperti access control system dan sistem
CCTV) harus diuraikan keterkaitan dengan fungsi sistem security serta deteksi yang
8
dimonitor oleh sistem security. Demikianpula kaitannya dengan operasional dan konsep
konsep Fail Safe dan Fail Secure.
Peralatan/kabel mengikuti ketentuan dari pihak DPK-DKI.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan harus berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan.
2.1.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun dan meliputi jenis gambar berikut :
1. Diagram skematik sistem deteksi kebakaran, termasuk sistem pasokan daya listrik serta
pengamannya. Kebutuhan tertentu oleh pihak DPK, seperti tombol manual dan kabel FRC
yang mentriger bekerjanya pressurized fan.
2. Gambar tapak bangunan yang berkaitan dengan instalasi lainnya.
3. Gambar tata letak titik deteksi dan alarm tiap lantai dan gambar instalasinya (kecuali lantai
tipikal cukup satu gambar).
4. Gambar potongan letak dan pemasangan detector kebakaran, yang menunjukkan
pemasangannya akan menjamin detector akan berfungsi dengan baik dan benar.
5. Gambar tata letak panel pengendali utama dan panel bantu, serta lokasi elektrode
pembumian, jalur, titik pembumian, bak control dan electrode pembumian. Bila butir 5 ini
tidak digambarkan pada gambar LAL tetapi digambar pada gambar LAK, harap sebutkan
pada gambar Listrik nomor berapa.
6. Gambar perkabelan distribusi horisontal ataupun vertikal yang keluar dari panel sistem
utama harus lengkap dengan menyebut jenis kabelnya. Kabel vertikal yang menembus
lantai (mungkin dalam shaft kabel), agar diindikasikan adanya firestop antar lantai.
7. Gambar lokasi Ruang Kendali Kebakaran serta lokasi Ruang Pusat Peralatan Utama
8. Pada gambar sistem utama harus dicantumkan pasokan daya listriknya berasal atau dicatu
dari panel listrik mana.
2.1.4 LAMPIRAN
Perancang melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan dan/atau bagian
instalasi yang penting, serta fotokopi referensi (hanya halaman yang relevan) untuk
mendukung cara perhitungan yang dipakai.
2.2. INSTALASI TATA SUARA
2.2.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Tata Suara yang diserahkan untuk diperiksa meliputi :
1. Sistem kontrol pusat Tata Suara.
2. Sistem distribusi suara
3. Sistem tata suara dalam keadaan darurat (evakuasi).
2.2.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini menjelaskan secara ringkas dasar perencanaan serta besaran parameter utama
yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar Pemilihan Sistem
b. Dasar perhitungan dan asumsi-asumsi yang dipergunakan.
c. Material dan peralatan yang digunakan.

9
2. Standar dan Peraturan yang dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan tata, antara lain :
a. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai instalasi Tata Suara.
b. SNI tentang Tata Suara.
c. Standar internasional lainnya bagi hal-hal yang belum diatur dalam standar/peraturan
Indonesia.
Dalam laporan perancangan secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang terkait dari
standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dimasukkan dalam laporan perancangan meliputi:
a. Perhitungan jumlah penguat suara, amplifier.
b. Perhitungan distribusi suara, jarak antar ceiling speaker dan jangkauan colom speaker.
c. Perhitungan kebutuhan daya listrik seluruh system tata suara (diuraikan).
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Ruang Kontrol, dapat digabung dengan Fire Command Centre (FCC) atau Pusat
Kendali Kebakaran, yang terletak di Lantai Dasar/1/Utama, atau dilantai dengan beda
level 30 cm terhadap tanah.
b. Melengkapi denah penjelas (di-zoom) Ruang Kontrol.
c. Menunjukkan catu daya untuk Peralatan Utama dan gambar diagram panel dari LAK.
d. Memastikan durasi battere.
e. Menunjukkan rangkaian UPS.
f. Interkoneksi/korelasi dengan :
Fire Alarm,
Local Program,
Lainnya bila ada.
g. Spesifikasi peralatan.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang menjelaskan cara kerja sistem pusat kontrol Tata Suara baik dalam keadaan
normal maupun dalam keadaan darurat (misalnya kebakaran). Bila dipasang BAS
dalam gedung ini, diuraikan pula fungsi Instalasi Tata Suara yang dimonitor atau
dikendalikan oleh BAS.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan harus berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan.
2.2.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa harus gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun dan meliputi jenis gambar berikut :
1. Gambar satu garis Sistem Tata Suara dengan mencantumkan tipe, ukuran, dan jenis
peralatan yang digunakan, termasuk ruang kontrol dan panel-panel serta proteksinya..
2. Gambar instalasi Tata Suara per lantai dan gambar instalasinya (untuk lantai tipikal cukup
salah satu).
3. Jenis dan jalur kawat pembumian, electrode pembumian dan lokasinya di tapak proyek.
4. Bila yang terakhir ini tidak digambarkan pada gambar LAL tetapi digambar pada gambar
LAK, sebutkan pada gambar Listrik nomor berapa
5. Gambar perkabelan distribusi secara horizontal ataupun vertical yang keluar dari panel
system utama harus lengkap menyebut jenis kabelnya. Dan untuk kabel vertical yang
menembus lantai (mungkin dalam shaft kabel), agar diindikasikan firestop antar lantai.

10
2.2.4 LAMPIRAN
Perancang melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja, untuk menjelaskan peralatan dan/atau bagian instalasi yang penting, serta
fotokopi referensi (halaman yang relevan) untuk mendukung cara perhitungan yang dipakai.
2.3 INSTALASI TELEPON DAN DATA
2.3.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Telepon yang diserahkan untuk diperiksa meliputi:
1. Sistem PABX yang digunakan (bila ada), berikut sistem pasokan daya listrik dan
pengamannya.
2. Sistem distribusi saluran ke pesawat telepon
3. Sistem telpon nirkabel bila ada.
4. Sistem Nurse Call, bila ada.
2.3.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya harus memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini menjelaskan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter utama
yang ditetapkan untuk perancangan, meliputi:
a. Dasar pemilihan sistem.
b. Dasar perhitungan dan asumsi yang dipergunakan seperti luas per extension.
c. Material dan peralatan yang digunakan.
d. Fungsi-fungsi tambahan (features) yang perlu dimiliki PABX (bila bangunan akan
dipasangkan PABX).
Catatan untuk dipertimbangkan: Untuk bangunan kantor sekarang mungkin tidak
disambungkan ke Perum Telkom, tetapi dilayani langsung oleh provider tertentu.
2. Standar dan Peraturan yang Dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak dengan sistem telepon, antara lain:
a. UU No.32 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
b. PP No. 52/2000 tentang Telekomunikasi Indonesia.
c. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai instalasi telekomunikasi.
d. Standard International.
e. Standar dan peraturan Direktorat Jenderal Telekomunikasi.
Dalam laporan perancangan secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang terkait dari
standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dimasukkan dalam laporan perancangan meliputi perhitungan
kebutuhan sambungan telepon dari operator telekomunikasi, antara lain : Satuan
Sambungan (SS) Telkom, jumlah outlet terhadap kapasitas PABX, jumlah outlet
perlantai dan total, serta dasar perhitungannya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Memastikan ada Ruang Kontrol atau Ruang MDF atau ruang Telkom.
b. Ruang Kontrol, dapat digabung dengan Fire Command Centre (FCC) atau Pusat
Kendali Kebakaran, yang terletak di Lantai Dasar/1/Utama, atau dilantai dengan beda
level 30 cm terhadap tanah.
c. Melengkapi denah penjelas (di-zoom) Ruang Kontrol atau Ruang MDF atau ruang
Telkom.
11
d. Menunjukkan catu daya untuk Peralatan Utama dan gambar diagram panel dari LAK.
e. Memastikan durasi battere.
f. Menunjukkan rangkaian UPS.
g. Interkoneksi/korelasi dengan :
Fire Alarm,
Lainnya, sebutkan bila ada,
h. Bila ada system Nurse Call, perlu dilengkapi dengan denah penjelas (di-zoom) Ruang
Rawat, yang menunjukkan :
Nurse Call,
Nurse Presence,
Lampu indicator diatas pintu,
Pull cord di toilet,
Emergency push button di toilet,
Lainnya, sebutkan bila ada,
i. Spesifikasi peralatan.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang harus menjelaskan cara kerja PABX yang dipergunakan dan sistem lain yang
berkaitan dengan telepon, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan darurat
(misalnya kebakaran).
5. Data Teknis Peralatan
Laporan berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan.
2.3.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa harus gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun dan meliputi jenis gambar berikut:
1. Gambar satu garis Sistem dengan mencantumkan tipe dan kapasitas dari jenis peralatan
yang digunakan.
2. Gambar instalasi tiap lantai dan gambar instalasinya (untuk lantai tipikal cukup satu
gambar).
3. Gambar jalur masuknya kabel dari operator telekomunikasi.
4. Gambar perkabelan distribusi secara horisontal ataupun vertikal yang keluar dari panel
sistem utama harus lengkap menyebut jenis kabelnya. Dan untuk kabel vertikal yang
menembus lantai (mungkin dalam shaft kabel), agar diindikasikan adanya firestop antar
lantai.
5. Jenis dan jalur kawat pembumian, electrode pembumian dan lokasinya di tapak proyek.
2.3.4 LAMPIRAN
Perancang harus melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya
karakteristik unjuk kerja, untuk menjelaskan peralatan dan/atau bagian instalasi yang penting,
serta fotokopi referensi (hanya halaman yang relevan) untuk mendukung cara perhitungan
yang dipakai.
2.4 INSTALASI BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS)
2.4.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi BAS yang diserahkan untuk diperiksa meliputi :
1. Sistem kontrol pusat dari BAS
2. Sistem otomatisasi keseluruhan gedung
3. Sistem BAS dalam keadaan darurat
Apabila pada bangunan ini tidak dipasangkan system BAS, agar dijelaskan alasannya.

12
2.4.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya harus memuat bagian-bagian sebagai berikut :
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini menjelaskan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter utama
yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan sistem, penetapan parameter yang dikontrol atau dimonitor.
b. Penetapan protokol komunikasi dengan sistem kontrol setiap instalasi.
c. Dasar perhitungan dan asumsi yang dipergunakan.
d. Peralatan dan pengindera (sensor) yang digunakan.
2. Standar dan Peraturan yang dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak dengan BAS, antara lain:
a. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai instalasi kontrol dan komunikasi data yang berkaitan dengan
BAS.
b. Standar 135 ANSI/ASHRAE 2004 tentang A Data Communication Protocol for
Building Automation and Control Networks, atau edisi terakhir bila menggunakan
protokol BACnet.
c. Standar acuan yang dikeluarkan pabrik pembuat peralatan BAS bila menggunakan
protokol dari pabrik tersebut.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dimasukkan dalam laporan perancangan, antara lain perhitungan
jumlah peralatan (equipments) yang dimonitor/dikontrol oleh BAS serta jenis dan jumlah
sensor.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Memastikan ada Ruang Kontrol dan dilantai berapa.
b. Ruang Kontrol, dapat digabung dengan Fire Command Centre (FCC) atau Pusat
Kendali Kebakaran, yang terletak di Lantai Dasar/1/Utama, atau dilantai dengan beda
level 30 cm terhadap tanah.
c. Melengkapi denah penjelas (di-zoom) Ruang Kontrol.
d. Menunjukkan catu daya untuk Peralatan Utama dan gambar diagram panel dari LAK.
e. Memastikan durasi battere.
f. Menunjukkan rangkaian UPS.
g. Tabel rincian jumlah titik.
h. Melengkap gambar BAS yang berhubungan dengan:
Fire Alarm,
Peralatan AC,
Lift dan Eskalator
CCTV dan Security
Lainnya, sebutkan bila ada.
i. Spesifikasi peralatan.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang menjelaskan sistem kerja otomatisasi gedung terhadap peralatan mekanikal
dan elektrikal, baik dalam keadaan normal, gangguan maupun darurat (misalnya
kebakaran). Harus dijelaskan hubungan dan hirarki dengan instalasi lain seperti Lift dan
Eskalator, instalasi Tata Udara, serta instalasi Proteksi Kebakaran.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan berisi data teknis peralatan utama yang digunakan.

13
2.4.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diajukan untuk diperiksa harus gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut :
1. Daftar gambar.
2. Daftar simbol dan arti singkatan.
3. Gambar satu garis (skematik) BAS dengan mencantumkan tipe, kapasitas dan jumlah tiap
jenis peralatan yang dipergunakan.
4. Gambar blok/riser diagram untuk seluruh instalasi BAS, termasuk menunjukkan titik
monitor dan/atau kontrol.
5. Gambar instalasi BAS tiap lantai. Untuk lantai tipikal cukup salah satu saja.
6. Gambar tata letak peralatan utama BAS di ruang kontrol.
7. Gambar detail peralatan kontrol BAS.
8. Gambar perkabelan distribusi secara horisontal ataupun vertikal yang keluar dari panel
sistem utama harus lengkap menyebut jenis kabelnya. Dan untuk kabel vertikal yang
menembus lantai (mungkin dalam shaft kabel), agar diindikasikan adanya firestop antar
lantai.
9. Jenis dan jalur kawat pembumian, electrode pembumian dan lokasinya di tapak proyek.
10. Bila yang terakhir ini tidak digambarkan pada gambar LAL tetapi digambar pada gambar
LAK, sebutkan pada gambar Listrik nomor berapa.
2.4.4 LAMPIRAN
Perancang harus melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya
karakteristik unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan dan/atau
bagian instalasi yang penting, serta fotokopi referensi (hanya halaman yang relevan) untuk
mendukung cara perhitungan yang dipakai.
2.5 INSTALASI CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) & SECURITY
2.5.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Close Circuit Television (CCTV) dan Security yang akan diperiksa
terutama meliputi:
1. Sistem kontrol pusat dari CCTV dan Security.
2. Sistem deteksi dari CCTV dan Security.
3. Sistem CCTV dan Security dalam keadaan darurat.
4. Sistem Video/Audio Phone.
2.5.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini menjelaskan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter utama
yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan sistem CCTV dan Security, jenis kamera, jenis pengamanan (seperti
kartu, biometrik dsb).
b. Fungsi ruangan yang dilindungi.
c. Fungsi/kegunaan jenis sensor yang digunakan.
2. Standar dan Peraturan yang dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak dengan sistem CCTV dan Security, antara lain:
a. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai jenis instalasi yang dirancang.

14
b. Standar acuan yang dikeluarkan pabrik pembuat peralatan CCTV dan Security.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dimasukkan dalam laporan perancangan, antara lain :
a. Perhitungan kebutuhan kapasitas switcher,
b. Perhitungan dan jumlah lensa kamera serta monitor,
c. Perhitungan atau formula yang menunjukkan hubungan antara focus lensa, besar
obyek, jarak obyek, image, ukuran monitor dan besar tampilan pada monitor sehingga
tampak jelas pada monitor (sebagai produk untuk kefungsian sekuriti terutama.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Memastikan ada Ruang Kontrol/Security/Reception dan berlokasi dilantai berapa.
b. Ruang Kontrol, dapat digabung dengan Fire Command Centre (FCC) atau Pusat
Kendali Kebakaran, yang terletak di Lantai Dasar/1/Utama, atau dilantai dengan beda
level 30 cm terhadap tanah.
c. Melengkapi denah penjelas (di-zoom) Ruang Kontrol/Security/Reception.
d. Menunjukkan catu daya untuk Peralatan Utama dan gambar diagram panel dari LAK.
e. Memastikan durasi battere.
f. Menunjukkan rangkaian UPS.
g. Interkoneksi/korelasi dengan system lain, bila ada (diunit apartemen).
h. Spesifikasi peralatan.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang harus menguraikan garis besar cara kerja atau pengoperasian Sistem CCTV
dan Security, baik untuk bagian yang bekerja secara otomatik maupun manual, dalam
keadaan normal maupun keadaan darurat (misalnya kebakaran). Bila dipasang Sistem
BAS dalam gedung harus diuraikan keterkaitan Sistem CCTV dan Security ini dengan
Sistem BAS.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan harus berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan.
2.5.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi gambar berikut:
1. Daftar gambar.
2. Daftar simbol dan arti singkatan.
3. Gambar sistem CCTV dan Security dengan mencantumkan jenis, kapasitas dan jumlah
dari tiap jenis peralatan yang dipergunakan.
4. Gambar blok/riser diagram untuk seluruh instalasi CCTV dan Security.
5. Gambar instalasi CCTV dan Security tiap lantai (untuk lantai tipikal cukup satu gambar).
6. Gambar tata letak peralatan utama CCTV dan Security di ruang Pusat Kontrol.
7. Gambar perkabelan distribusi secara horisontal ataupun vertikal yang keluar dari panel
sistem utama harus lengkap menyebut jenis kabelnya. Dan untuk kabel vertikal yang
menembus lantai (mungkin dalam shaft kabel), agar diindikasikan adanya firestop antar
lantai.
8. Jenis dan jalur kawat pembumian, electrode pembumian dan lokasinya di tapak proyek.
9. Bila yang terakhir ini tidak digambarkan pada gambar LAL tetapi digambar pada gambar
LAK, sebutkan pada gambar Listrik nomor berapa.
2.5.4 LAMPIRAN
Perancang melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan yang penting dan/atau

15
bagian instalasi yang penting, serta fotokopi referensi (hanya halaman yang relevan) untuk
mendukung cara perhitungan yang dipakai.
2.6 INSTALASI MASTER ANTENA TELEVISION (MATV)
2.6.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Master Antena Television (MATV) yang akan diperiksa meliputi:
1. Sistem kontrol pusat (head-end) dari MATV
2. Sistem distribusi siaran
2.6.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter
utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan sistem.
b. Fungsi/kegunaan ruangan.
c. Siaran yang akan ditangkap.
d. Rugi-rugi sistem distribusi.
2. Standar dan Peraturan yang dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan MATV, antara lain:
a. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai jenis instalasi MATV.
b. Standard NEC/1996, atau edisi terakhir yang berkaitan dengan MATV.
c. Standar acuan yang dikeluarkan pabrik pembuat peralatan MATV.
Dalam laporan perancangan harus secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang
terkait dari standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dimasukkan dalam laporan perancangan meliputi antara lain:
a. Perhitungan jumlah penguat (booster)
b. Type media distribusi
c. Dan lain-lain yang relevan
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang harus menjelaskan sistem kerja head-end dan sistem distribusinya.
5. Data Teknis Peralatan
Perancang harus memberikan spesifikasi teknis peralatan utama dan instalasi yang
digunakan.
2.6.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut :
1. Daftar gambar.
2. Daftar simbol dan arti singkatan.
3. Gambar satu garis sistem MATV dengan mencantumkan jenis, kapasitas dan jumlah
dari tiap jenis peralatan yang digunakan.
4. Gambar blok/riser diagram untuk seluruh instalasi MATV.
5. Gambar instalasi MATV tiap lantai (untuk lantai tipikal cukup satu gambar).
6. Gambar tata letak peralatan utama MATV di ruang Pusat Kontrol.
7. Jenis dan jalur kawat pembumian, electrode pembumian dan lokasinya di tapak proyek.

16
8. Gambar perkabelan distribusi secara horisontal ataupun vertikal yang keluar dari panel
sistem utama harus lengkap menyebut jenis kabelnya. Dan untuk kabel vertikal yang
menembus lantai (mungkin dalam shaft kabel), agar diindikasikan adanya firestop antar
lantai.
9. Jenis dan jalur kawat pembumian, electrode pembumian dan lokasinya di tapak proyek.
10. Bila yang terakhir ini tidak digambarkan pada gambar LAL tetapi digambar pada gambar
LAK, sebutkan pada gambar Listrik nomor berapa.
2.6.4 LAMPIRAN
Perancang harus melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya
karakteristik unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan yang
penting dan/atau bagian instalasi yang penting, serta fotokopi referensi (hanya halaman yang
relevan) untuk mendukung cara perhitungan yang dipakai.
3. SANITASI, DRAINASE DAN PEMIPAAN
Perancangan bidang Sanitasi, Drainase dan Pemipaan diuraikan lagi menurut fungsinya
menjadi 6 (enam) kelompok mengikuti instalasi yang digunakan yaitu:
1. Instalasi Plambing,
2. Instalasi Pengolahan Air Baku,
3. Instalasi Pengolahan Air Limbah,
4. Instalasi Pemipaan Gas,
5. Instalasi Sistem Persampahan, dan
6. Instalasi Proteksi Kebakaran.
3.1 INSTALASI PLAMBING
3.1.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi plambing yang akan diperiksa terutama meliputi :
1. Sistem Air Bersih/Minum, mulai dari sumber air sampai ke alat plambing pemakaian air,
termasuk tangki atau reservoir, hidrofor dan pompa.
2. Sistem Air Panas, mulai dari sumber air panas sampai ke kran pemakaian air, distribusi
dan pemipaannya
3. Sistem Air Kotor dan Air Kotoran, mulai dari alat plambing pembuangan air ke bangunan
pengolahan sampai ke badan air penerima atau bak kontrol saluran air limbah kota.
4. Sistem Ven, mulai dari alat plambing pembuangan air pada sistem air kotor dan atau air
kotoran sampai ke atap dan ke fresh air inlet.
5. Sistem Air Hujan, mulai dari atap sampai dengan sumur resapan dan kolam resapan (jika
diperlukan) mulai dari halaman sampai ke saluran kota penerima air hujan.
3.1.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini harus berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran
parameter utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Sistem Air Bersih/Minum
- Sumber air dan kapasitas pengambilan
- Kualitas air untuk peruntukan yang disyaratkan
- Volume, jenis dan peruntukan reservoir
- Batas kecepatan dalam pipa, sisa tekanan pada alat plambing
- Kebutuhan air bersih per orang per hari

17
- Jenis bahan yang digunakan
b. Sistem Air Panas
- Kebutuhan air panas per orang per hari.
- Kerugian kalor sepanjang pipa
- Pemakaian energi spesifik pembangkit air panas
- Jenis bahan yang digunakan
- Kualitas air
- Volume dan jenis pemanas
- Suhu dan tekanan air panas pada alat plambing.
c. Sistem Air Kotor dan Air Kotoran
- Karakteristik air kotor dan air kotoran,
- Standar yang digunakan
- Sumber asal air kotor
- Jumlah air kotoran/kotor perkapita atau equivalentnya
- Kecepatan aliran dalam pipa pengumpul
- Jenis bahan pipa pengumpul
- Batas maksimum tekanan yang diperbolehkan/diizinkan
- Kerugian/kehilangan tekanan yang diizinkan
- Jenis bahan/material yang digunakan
- Kemiringan Pipa
- Jumlah perangkap gemuk/lemak dan minyak bila ada limbah mengandung gemuk/
lemak dan minyak.
d. Sistem Ven
- Ukuran pipa tegak air kotor/kotoran,
- Jumlah unit alat plambing yang dihubungkan pada pipa tegak air kotor/kotoran,
- Panjang ukur pipa tegak ven.
e. Sistem Air Hujan
- Curah hujan maksimum untuk perancangan, termasuk PUH (Periode Ulang Hujan)
- Ukuran pipa tegak air hujan,
- Kecepatan aliran maksimum dan minimum yang diizinkan.
- Jumlah dan dimensi sumur resapan dan kolam resapan (jika diperlukan),
- Taraf (peil) banjir bangunan dan titik sambungan saluran kota penerima.
- Jenis bahan yang digunakan.
2. Standar dan Peraturan yang dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku dan
berkaitan langsung/tidak dengan plambing, antara lain:
a. SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000.
b. Standar Nasional Indonesia lainnya, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi
yang berwenang mengenai jenis instalasi yang dirancang.
c. SK MenKes No.16 Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan air bersih
d. PERDA DKI Jakarta Nomor 2 tahun 1994 tentang Pemboran dan Pemakaian Air
Bawah Tanah di Wilayah DKI Jakarta.
e. Pergub DKI Jakarta No. 68 Tahun 2005 tentang Pembuatan Sumur Resapan dalam
wilayah DKI Jakarta.
f. Pergub DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik
di Provinsi DKI Jakarta.
g. Instruksi Gub, DKI Jakarta no. 41 tahun 2013 tentang Perencanaan Water Trap.
h. Standar dan peraturan internasional lain yang diijinkan oleh instansi yang berwenang.

18
Dalam laporan perancangan secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang terkait
dari standard/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Bagian ini memuat contoh perhitungan untuk bagian yang penting atau bagian kritis dari
sistem, meliputi perhitungan perkiraan kebutuhan air per hari, neraca air, penentuan
ukuran pipa, penentuan kapasitas dan tekanan pompa (kalau ada), penentuan kapasitas
dan elevasi tangki bawah dan atas (kalau ada).
a. Sistem Air Bersih/Minum, meliputi :
- Laju aliran air bersih berdasarkan unit beban alat plambing.
- Perhitungan volume dan ukuran reservoir bawah dan atas.
- Perhitungan water hammer.
- Perhitungan pompa: kapasitas, head, daya dan NPSH-tersedia beserta rentang
operasi kurva karakteristiknya.
- Perhitungan diameter, kehilangan tekanan dan sisa tekanan pada jalur sistem
distribusi yang kritis. Lengkap dengan lokasi penempatan PKV.
- Perhitungan dimensi, atau volume hidrofor dan penetapan on-off pompa.
b. Sistem Air Panas
- Kuantitas Air Panas yang diperlukan
- Penentuan kapasitas ketel uap dan/atau unit pemanas air.
- Perhitungan kapasitas dan head pompa sirkulasi (kalau ada).
- Perhitungan diameter, kehilangan tekanan dan sisa tekanan pada jalur sistem
distribusi yang kritis.
- Perhitungan tebal isolasi pipa
- Perhitungan penurunan suhu dalam pipa
c. Sistem Air Kotor dan Air Kotoran
- Perhitungan kuantitas air kotor dan air kotoran
- Perhitungan diameter pipa dan kemiringannya (bila menggunakan pompa harus
disertakan jenis pompa, perhitungan kapasitas, head, daya serta kurva
karakteristiknya).
- Perhitungan perangkap gemuk/lemak dan minyak bila ada limbah gemuk/lemak
dan minyak baik yang terpisah atau tersuspensi.
- Perhitungan volume bak pengumpul (sump-pit) dan pompanya (kapasitas, head,
daya serta kurva karakteristiknya bila menggunakan pompa).
d. Sistem Ven,
Perhitungan diameter pipa ven berdasarkan beban alat plambing yang dilayani.
e. Sistem Air Hujan
- Perhitungan diameter pipa serta kemiringan talang, saluran atau pipa datar dan pipa
tegak.
- Perhitungan diameter pipa dan atau dimensi saluran terbuka di luar bangunan
(drainase halaman) sampai dengan penyambungan ke saluran kota penerima atau
sumur/kolam resapan.
- Perhitungan sumur/kolam resapan.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang menguraikan garis besar cara kerja atau pengoperasian sistem, dengan
menekankan peralatan dan mesin yang penting/utama, baik dalam keadaan normal dan
darurat.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan harus berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan.

19
3.1.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa harus gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut:
1. Diagram skematik:
a. Sistem Air Bersih/Minum
b. Sistem Air Panas
c. Sistem Air Kotor dan Air Kotoran
d. Sistem Ven
e. Sistem Air Hujan
f. Sistem Pemompaan
2. Gambar tapak yang menunjukkan:
a. Sistem Air Bersih/Minum
Mulai dari pipa air minum kota atau dari sumur dalam atau sumur dangkal sampai ke
reservoir.
b. Sistem Air Kotor dan Air Kotoran
Mulai dari pipa tegak sampai ke bangunan pengolahan air limbah atau saluran air
limbah kota.
c. Sistem Air Hujan
Mulai dari pipa tegak sampai ke sumur resapan dan dari drainase halaman ke saluran
drainase kota penerima, lengkap dengan diameter pipa dan kemiringannya,
penempatan sumur-sumur resapan di tapak, bak kontrol dan elevasinya berdasarkan
peil Priok.
3. Gambar detail khusus yang menunjukkan:
a. Contoh jalur pipa yg kritis, denah tata letak alat plambing, pemipaan, diameter pipa
dan kemiringannya untuk setiap lantai, lengkap dengan elevasi dan peruntukan ruang
yang dilalui jalur pipa.
b. Penampang tegak, memanjang dan melintang bangunan di tempat alat plambing,
penempatan jalur pipa dan perlengkapan terhadap struktur bangunan dan langit-langit
beserta isinya.
4. Gambar isometrik pipa lengkap dengan diameter dan kemiringannya serta alat plambing.
Untuk setiap lantai yang berbeda, lengkap dengan elevasi dan peruntukan ruang yang
dilalui jalur pipa.
5. Gambar denah tata letak peralatan (plant room).
6. Diagram catu daya listrik dan sistem kontrol
7. Daftar performance specification peralatan yang akan dipasang.
8. Gambar saluran drainase existing lengkap dengan elevasinya.

3.1.4 LAMPIRAN
Perancang harus melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya
karakteristik unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan yang
penting dan/atau bagian instalasi yang penting antara lain pompa, serta fotokopi referensi
(hanya halaman yang relevan) untuk mendukung cara perhitungan yang dipakai.
3.1.5. BUKU REFERENSI YANG DIANJURKAN
1. Soufyan M. Noerbambang, Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing, Pradnya Paramita, 2009.
2. Louis S.Nielsen, Standard Plumbing Engineering Design, McGraw-Hill, 1982,
3. IPC, International Plumbing Code, International Code Council, 2009.

20
4. ASPE, Plumbing Engineering Design Handbook- Volume 1 & 2, ASPE, 2004.
5. B.B. Sharp & D.B Sharp, Water Hammer Practical Solutions, Butterworth
Heinemann, 2003.
3.2 INSTALASI PENGOLAHAN AIR BAKU
3.2.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Pengolahan Air Baku yang akan diperiksa meliputi:
1. Pengambilan air baku
2. Prasedimentasi
3. Aerasi
4. Koagulasi
5. Flokulasi
6. Sedimentasi
7. Filtrasi
8. Desinfeksi
9. Unit lain yang dianggap penting.
3.2.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya harus memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini harus berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran
parameter utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan proses dan sistem pengolahan.
b. Kualitas air baku
c. Faktor-faktor yang digunakan dalam perancangan bagian utama pengolahan seperti
prasedimentasi, aerasi, koagulasi, flokulasi, filtrasi, desinfeksi dan unit proses lain
yang dianggap penting.
2. Standar Peraturan yang Dipergunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan pengolahan air baku, antara lain:
a. Peraturan Daerah DKI Jakarta dan Peraturan-peraturan Gubernur DKI Jakarta lainnya
yang berkaitan dengan jenis instalasi yang dirancang atau yang berpengaruh terhadap
pengoperasian jenis instalasi yang dirancang.
b. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai jenis instalasi yang dirancang.
c. SNI 03-6481-2000, Sistem Plambing 2000.
d. SK Menkes No.416.Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan air bersih
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2000 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Kriteria Klas Air).
f. Standar dan peraturan internasional lain yang diijinkan oleh instansi yang berwenang.
Dalam laporan perancangan secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang terkait dari
standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Dalam laporan perancangan harus dimasukkan perhitungan proses dan hidrolika
berurutan sesuai dengan unit-unit pada butir 1 di atas, serta perhitungan kebutuhan daya
listrik untuk seluruh instalasi.
4. Uraian Cara Kerja Sistem

21
Perancang harus menguraikan secara ringkas dan jelas garis besar pengoperasian sistem
mulai dari unit paling hulu sampai dengan unit paling hilir, serta cara pemeliharaan dan
pembersihan.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan harus berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan pada butir 1 di
atas.
3.2.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa harus gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut:
1. Diagram skematik sistem pengolahan mulai dari sumber air baku sampai dengan unit
desinfeksi yang berisi instrumentasi dan peralatan yang digunakan.
2. Gambar tata letak setiap unit lengkap beserta semua peralatannya dan gudang bahan
kimia pada lahan yang disediakan.
3.2.4 LAMPIRAN
Perancang harus melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya
karakteristik unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan yang
penting dan/atau bagian instalasi yang penting antara lain pompa, serta fotokopi referensi
(hanya halaman yang relevan) untuk mendukung cara perhitungan yang dipakai.
3.2.5. BUKU REFERENSI YANG DIANJURKAN
1. Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering Treatment and Reuse, McGraw-Hill
Co.,2003.
2. Shun Dar Lin, Water and Wastewater Calculation Manual, McGraw-Hill, 2007.
3.3 INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
3.3.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Pengolahan Limbah yang diperiksa meliputi:
1. Pengolahan primer
2. Pengolahan sekunder
3. Pengolahan tersier
3.3.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya harus memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter
utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan proses dan sistem pengolahan
b. Besaran parameter yang ditetapkan
c. Pengolahan primer
d. Pengolahan sekunder
e. Pengolahan tersier
2. Standar dan Peraturan yang Digunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan pengolahan air limbah, antara lain:
a. Peraturan Daerah DKI Jakarta dan Peraturan-peraturan Gubernur DKI Jakarta lainnya
yang berkaitan dengan jenis instalasi yang dirancang atau yang berpengaruh terhadap
pengoperasian jenis instalasi yang dirancang.
b. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
22
berwenang mengenai jenis instalasi yang dirancang.
c. Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep
02 / MenKLH / I / 1988 tentang Baku Mutu Air Limbah.
d. Standar dan peraturan internasional lain yang diijinkan oleh instansi yang berwenang.
Dalam laporan perancangan secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang terkait dari
standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Dalam laporan perancangan dimasukkan perhitungan proses dan hidrolika berurutan
sesuai dengan unit-unit pada butir 1 di atas, serta perhitungan kebutuhan daya listrik
untuk seluruh instalasi.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang menguraikan secara ringkas dan jelas garis besar pengoperasian sistem mulai
dari unit paling hulu s/d unit paling hilir, serta cara pemeliharaan dan pembersihan.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan berisi data teknis dari peralatan yang digunakan pada butir 1.
3.3.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut:
1. Diagram skematik sistem pengolahan mulai dari pengolahan primer sampai dengan
pengolahan tersier yang berisi instrumentasi dan peralatan yang digunakan.
2. Gambar tata letak setiap unit lengkap beserta semua peralatannya dan gudang bahan
kimia pada lahan yang disediakan.
3.3.4 LAMPIRAN
Perencana melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan yang penting dan/atau
bagian instalasi yang penting antara lain pompa, serta fotokopi referensi (hanya halaman
yang relevan) untuk mendukung cara perhitungan yang dipakai.
Ada referensi

3.4 INSTALASI PEMIPAAN GAS


3.4.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Pengolahan Pemipaan Gas yang diserahkan untuk diperiksa meliputi
berbagai unit pada:
1. Sistem gas kota atau Natural Gas (NG), mulai dari meter gas sampai ke titik pemakaian.
2. Sistem gas elpiji (LPG), mulai dari tangki gas sampai ke titik pemakaian.
3 Sistem gas medis (oksigen dan oksida nitrogen, vakum/hampa), mulai dari tangki gas
sampai ke titik pemakaian.
4 Sistem gas bio, mulai dari sumber gas sampai ke titik pemakaian.
3.4.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya harus memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter
utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan sistem
b. Jenis dan bahan pipa

23
c. Peralatan keselamatan (safety device)
d. Tekanan yang diijinkan di tangki maupun di pipa dan di titik pemakaian
e. Penangkap zat pencemar
f. Komposisi dan Konsentrasi gas
g. Nilai kalor yang diperlukan pada berbagai jenis pemakai
h. Sistem alarm untuk mendeteksi adanya kebocoran gas.
2. Standar dan Peraturan yang Digunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan Instalasi pemipaan gas:
a. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai instalasi Gas yang dirancang.
b. Petunjuk Instalasi Pipa Gas di Industri dan Komersil PN Gas, tahun 1993 atau edisi
terakhir.
c. Standar Pertambangan Minyak dan Gas Bumi untuk Perpipaan Bertekanan, SPM 50.
54. 2 1992/W tentang Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas.
d. Standar dan peraturan internasional lain yang diijinkan oleh instansi yang berwenang.
e. NFPA-99. Code Health Care Facilities
Dalam laporan perancangan harus secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang
terkait dari standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dibuat adalah perhitungan penentuan diameter pipa, volume tangki
yang dipilih, kapasitas dan tekanan yang dipersyaratkan pada titik keluaran untuk
masing-masing sistem.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang menguraikan secara ringkas dan jelas garis besar cara kerja atau
pengoperasian sistem dalam keadaan normal dan darurat dengan perhatian pada peralatan
keselamatan yang dipakai pada sistem.
5. Data Teknis Peralatan
Laporan berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan.
3.4.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut :
1. Daftar gambar
2. Daftar simbol dan singkatan
3. Diagram skematik sistem
4. Gambar tapak yang menunjukkan sumber/tangki gas
5. Gambar detail khusus yang menunjukkan sumber/tangki dan titik pemakai lengkap
beserta instrumentasi dan peralatannya.
6. Daftar spesifikasi kinerja sumber/tangki dan titik pemakaiannya.
7. Gambar tata letak peralatan, mesin dan perpipaan.

24
3.4.4 LAMPIRAN
Perancang melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan yang penting dan/atau
bagian instalasi yang penting, serta petikan atau fotokopi referensi untuk mendukung cara
perhitungan yang dipakai.
3.4.5. BUKU REFERENSI YANG DIANJURKAN
Michael Frankel, CPD, Facility Piping Systems Handbook - For Industrial, Commercial,
and Healthcare Facilities, McGraw-Hill, 2010.
3.5 INSTALASI SISTEM PERSAMPAHAN
3.5.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi sistem persampahan yang diserahkan untuk diperiksa terutama meliputi:
1. Penempatan pada Bangunan,
2. Pewadahan,
3. Sampah Berbahaya.
3.5.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan yang diserahkan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian berikut :
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini harus berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran
parameter utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Penempatan pada Bangunan : jenis sistem yang dipilih dan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) yang memadai.
b. Pewadahan : kapasitas, tipe/jenis pewadahan dan bentuk pewadahan.
c. Sampah Berbahaya : karakter sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan sistem pewadahan
2. Standar dan Peraturan yang digunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan sistem persampahan, antara lain:
a. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang mengenai jenis instalasi yang dirancang.
b. PP No.18/2000 tentang Pengelolalan Limbah B3 jo PP No. 85/2002
c. Kepmen PU No.411/KPTS/1998, tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
d. Standar dan peraturan internasional lain yang diijinkan oleh instansi yang berwenang.
Dalam laporan perancangan harus secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang
terkait dari standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dibuat adalah untuk TPS dan pewadahan.
4. Uraian Cara Kerja Sistem.
Dalam laporan perancangan harus diuraikan secara ringkas garis besar pengelolaan
sampah di dalam bangunan gedung sampai pengangkutan ke luar gedung.
5. Data Teknis Peralatan.
Laporan ini harus memuat data teknis peralatan utama yang digunakan.
3.5.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut :
25
1. Daftar gambar.
2. Daftar simbol dan singkatan.
3. Diagram skematik sistem pengangkutan sampah, termasuk trash chute dalam gedung
(kalau ada).
4. Gambar tapak yang menunjukkan TPS di luar gedung.
5. Gambar detail TPS di dalam gedung, serta persyaratan temperatur dan ventilasi.
6. Gambar tata letak peralatan.
3.5.4 LAMPIRAN
Dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya brosur teknis peralatan khusus kalau ada,
untuk menjelaskan unit-unit pengolahan.

3.6 INSTALASI PROTEKSI KEBAKARAN


3.6.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen Instalasi Proteksi Kebakaran yang diperiksa meliputi:
1. Sistem proteksi kebakaran dengan hidran dan springkler
Mulai dari sumber air proteksi kebakaran, pompa, pemipaan sambungan dinas kebakaran
(siamesse connection), sampai ke hidran gedung, hidran halaman dan kepala springkler.
2. Sistem proteksi kebakaran dengan APAR
3. Sistem proteksi kebakaran dengan bahan lainnya,
4. Instalasi/sistem mulai dari sensor awal sampai dengan media pemadam keluar
Mulai dari tabung sampai dengan nozzle pemadamannya.
3.6.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan sekurang-kurangnya harus memuat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Data Bangunan
Data bangunan yang dimaksud memuat :
a. Jumlah lantai.
b. Level setiap lantai.
c. Fungsi bangunan setiap lantai.
d. Luas lantai yang harus diproteksi setiap lantai.
e. Jumlah penghuni setiap lantai.
f. Site Plan akses mobil pemadam kebakaran dan penempatan , jumlah dan jenis
siamesse connection.
g. Jumlah dan penempatan saf proteksi kebakaran dan tangga kebakaran
h. Floor Plan penempatan Ruang Pompa dan Ruang Kendali Kebakaran
i. Uraian mengenai Analisis Risiko Kebakaran pada Bangunan terkait dengan geometri
dan fungsi bangunan.
j. Uraian dan Perhitungan Tingkat Kehandalan Konfigurasi Sistem Proteksi Aktif /
Sistem Pipa Tegak dan selang, sistem sprinkler otomatis yang dipilih. (Pertimbangan
Tambahan, akses petugas proteksi kebakaran, akses mobil proteksi kebakaran
(Siamessee Connection), Sistem water supply, sistem emergency power supply
arrangement .dan Evakusi Penghuni, khusus Bangunan Tinggi dan Super high-rise
lebih 40 lantai, superblok, rumah sakit dll).
Data bangunan tersebut disusun dalam bentuk tabel.
2. Kriteria Perancangan
Bagian ini berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran parameter
utama yang ditetapkan untuk perancangan:

26
a. Sistem proteksi kebakaran dengan hidran gedung dan hidran halaman:
- Tingkat bahaya kebakaran yang ditunjukkan dengan Pemilihan Kriteria Api
Rancangan (Design Fires) sebagai dasar dalam Perancangan.
- Pembagian zona proteksian.
- Sisa tekanan minimum pada slang kebakaran pada keluaran hidran ukuran 2,5 inci
dan ukuran 1,5 inci dititik terjauh, tertinggi dan terberat setiap zona.
- Sumber air.
- Kapasitas reservoir.
- Kapasitas dan head pompa kebakaran.
- Jumlah dan jenis serta perletakan Sambungan Proteksi Kebakaran (siamesse
connection) sesuai dengan Standar Dinas Pemadam Kebakaran Prop. DKI Jakarta.
- Jumlah ,jenis dan perletakan hidran gedung sesuai zona dan Standar Dinas
Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta
b. Sistem proteksi kebakaran dengan springkler
- Tingkat bahaya kebakaran
- Pembagian zona proteksian.
- Jumlah dan Perletakan katub kendali utama dan katub kendali cabang
- Sisa tekanan minimum pada kepala sprinkler dan terberat setiap zona.
- Perletakan kran pengetesan / fire Inspector test valve setiap lantai
- Sumber air
- Kapasitas reservoir
- Kapasitas dan head pompa kebakaran apabila sistem tersendiri dan/atau sistem
kombinasi.
- Jumlah, jenis dan perletakan kepala sprinkler tiap lantai atau per zona proteksian.
c. Sistem proteksi dengan bahan lainnya
- Pembagian zona dan batas ruang yang dilindungi
- Sisa tekanan di nozzle
- Ukuran pipa utama dan pipa cabang.
d. Sistem proteksi kebakaran dengan APAR
- Klasifikasi bahaya kebakaran
- Jumlah, Jenis, daya padam dan Perletakan APAR
3. Standar dan Peraturan yang Digunakan
Standar dan peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku yang
berkaitan langsung/tidak langsung dengan instalasi proteksi kebakaran, antara lain:
a. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.
- Undang-Undang R.I. No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung
- Peraturan Pemerintah R.I. No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
b. Peraturan Menteri.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum R.I. No. 29 /PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum R,I No. 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. Peraturan Daerah.
- Perda DKI Jakarta, No. 8 Tahun 2008, tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran.
- Perda DKI Jakarta, No. 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung.
d. Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar lain yang diijinkan oleh yang
berwenang. .

27
- SNI 03 1735 2000, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses
Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
- SNI 03 1736 2000, Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
- SNI 03 1745 2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak
dan Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
- SNI 03 1746 - 2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Ke
luar untuk Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
- SNI 03 3989 2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler
Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
- SNI 03 6570 - 2001, Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap untuk Proteksi
Kebakaran.
- SNI 03 6571 2001, Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
- Singapore Fire Code 2007 atau edisi terakhir , perletakan landing valve dan hidran
gedung, refuge floor utk bangunan diatas 40 lantai (super high-rise building) dan
sarana penyelamatan jiwa.
- SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem
deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
Dalam laporan perancangan harus secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang
terkait dari standar/peraturan yang digunakan.
4. Perhitungan
Perhitungan yang harus dimasukkan dalam laporan perancangan meliputi:
a. Contoh perhitungan hidrolik untuk bagian yang kritis, yaitu titik pemadaman terjauh
atau tertinggi dari sistem, berdasarkan gambar rancangan.
b. Perhitungan untuk menentukan spesifikasi pompa kebakaran, dan pompa joki.
c. Perhitungan untuk menentukan lokasi dan jumlah APAR setiap lantai,
d. Perhitungan untuk menentukan kapasitas proteksi kebakaran dengan bahan lain,
misalnya dengan prinsip total flooding serta persyaratan ventilasi pasca
pemadaman.
5. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang harus menguraikan garis besar cara kerja atau pengoperasian sistem, baik
untuk bagian yang bekerja secara otomatik maupun manual pada waktu terjadi
keadaan darurat kebakaran.
6. Data Teknis Peralatan.
Laporan harus berisi data teknis dari peralatan utama yang digunakan.
7. Ringkasan Hasil Rancangan dari Bidang terkait dengan Sistem Proteksi Kebakaran.
Perancang melampirkan ringkasan hasil rancangan dari bidang yang berkaitan dengan:
(i) Sistem proteksi kebakaran pasif dan
(ii) Sistem kebakaran aktif, seperti:
(a) Sistem deteksi dan alarm kebakaran, dan
(b) Sistem ventilasi pada kondisi kebakaran.
3.6.3 GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa merupakan gambar rancangan mutakhir
yang sesungguhnya akan dibangun, dan meliputi jenis gambar berikut :
1. Keterangan Umum, paling sedikit terdiri informasi:
- Daftar Gambar.
- Keterangan Notasi Gambar.
28
- Skedul Peralatan yang digunakan.
2. Gambar di Luar Bangunan :
- Gambar tapak bangunan (site plan), yang menunjukkan :
- Jalur Hidran Kota (kalau belum tersedia, asumsi perletakan hidran kota).
- Jalur Hidran Halaman (jika diperlukan), termasuk koneksi dengan jalur Hidran
Kota,
- Posisi Sambungan Proteksi Kebakaran (Seamese Connection).
- Akses jalan masuk Mobil Pemadam Kebakaran.dan Lokasi Perkerasan untuk
kedudukan Mobil pemadam kebakaran.
- Akses jalan masuk Regu Proteksi Kebakaran ke dalam bangunan.
3. Gambar di dalam Bangunan :
a. Denah bangunan, yang menunjukkan :
- Kompartemenisasi bangunan (setiap 5000 m2).
- Lokasi Tangga Eksit / Saf Proteksi Kebakaran dan Tangga Evakuasi, (harap
istilahnya disamakan, Tangga Evakuasi dan Tangga Kebakaran khusus digunakan
utk Petugas Proteksi Kebakaran/Saf Proteksi Kebakaran .
- Lokasi Pipa Tegak. (apabila pipa tegak diletakkan di luar tangga eksit atau di luar
ruang smoke stop lobby. Peletakan Pipa Tegak harus dalam saf terlindung, Landing
Valve priority dalam fire fighting Lobby, smoke stop lobby, korridor terlindung
berdekatan dengan tangga
- Lokasi Refuge Floor/Lantai pengungsian sementara dan Ruang Pompa Kebakaran,
apabila ketinggian Bangunan lebih dari 40 lantai .
- Lokasi katub kendali utama dan katub kendali cabang dan atau PRV kalau ada.
b. Diagram Skematik sistem proteksi gedung, terdiri dari :
- Pipa Tegak dan Slang Kebakaran.
- Pemipaan Sistem Springkler Otomatik.
- Pemipaan Sambungan Proteksi Kebakaran (Seamese).
- Pompa Kebakaran, lengkap dengan peralatan penunjangnya.
c. Gambar tapak bangunan yang menunjukkan jalan evakuasi darurat pada saat terjadi
kebakaran.
d. Gambar tata letak untuk pipa tegak, slang kebakaran, dan springkler pada setiap lantai
(untuk lantai tipikal cukup satu gambar).
e. Gambar tata letak peralatan pemadaman api ringan atau jenis lainnya bila ada.
f. Gambar detail untuk menjelaskan pemasangan pompa, lengkap dengan alat ukur
tekanan dan alat ukur laju aliran yang terkalibrasi untuk pengujian setempat. Harus
disediakan fasilitas untuk memasang alat ukur tekanan dari instansi yang berwenang.
g. Gambar detail tangki air bawah untuk kebutuhan proteksi kebakaran dan sekat-sekat
yang ada di dalam tangki.
3.6.4 LAMPIRAN
Perancang harus melampirkan dokumen tambahan yang diangap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics), untuk menjelaskan peralatan utama dan/atau
bagian instalasi yang penting, seperti pompa kebakaran, serta fotokopi referensi (hanya
halaman yang relevan) untuk mendukung cara perhitungan yang dipakai.
3.6.5 BUKU REFERENSI YANG DIANJURKAN
1. NFPA 1, Uniform Fire Code, 2006.
2. NFPA 101, Life Safety Code, 2006.
3. NFPA 14, Standard For The Installation of Standpipe and Hose Systems, 2010 Edition,
NFPA.
29
4. NFPA 20, Standard for the Installation of Stationary Pumps for Fire Protection, NFPA.
5. NFPA 92A, Recommended Practice for Smoke Control Systems, NFPA.
6. Milosh T.Puchovsky, PE, Automatic Sprinkler System Handbook, NFPA
7. Ron Cote.PE, Gregory E. Harrington.PE, NFPA 101 Life Safety Code Handbook,
Edition 2006, NFPA.
8. Milosh T Purhovsky, PE, Kenneth E Isman PE, Fire Pump Handbook, 1998, NFPA
9. Singapore Fire Code Tahun 2007 khususnya Sarana Penyelamatan Jiwa ( Shaft
Pemadam Kebakaran ; Tangga Evakuasi ) .
10. NFPA 1200 , Total Flooding system.
11. SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 2002, Society of Fire Protection
Engineering, SFPE.
4. INSTALASI TATA UDARA GEDUNG
4.1. LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen instalasi Tata Udara yang diserahkan untuk diperiksa terutama meliputi:
1. Sistem pemipaan air sejuk (chilled water), untuk instalasi tata udara yang menggunakan
air sejuk.
2. Sistem pemipaan refrijeran, untuk instalasi tata udara DX (direct expansion, split system,
remote condenser).
3. Sistem pemipaan air kondenser, untuk instalasi tata udara dengan kondenser yang
didinginkan air.
4. Sistem distribusi udara.
5. Sistem ventilasi, udara segar dan exhaust.
6. Sistem pengamanan terhadap bahaya asap dalam keadaan darurat kebakaran, antara lain
untuk pengamanan tangga darurat kebakaran, smoke stop lobby, smoke extraction and
make-up air dll.
4.2. LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan yang diserahkan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian berikut :
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini harus berisi penjelasan secara ringkas dasar perancangan serta besaran
parameter utama yang ditetapkan untuk perancangan:
a. Dasar pemilihan sistem.
b. Kondisi udara luar untuk perancangan (outdoor design conditions).
c. Kondisi udara ruangan yang dirancang (indoor design conditions).
d. Batas kecepatan udara dalam cerobong (duct).
e. Batas kecepatan air dalam pipa pada sistem dengan air sejuk.
f. Batas kerugian tekanan dalam pipa refrijeran pada sistem DX.
g. Persyaratan laju aliran udara segar atau pertukaran udara (air change).
h. Sistem penyelamatan terhadap bahaya asap
- Tekanan dalam tangga darurat kebakaran
- Kecepatan udara keluar pintu kebakaran
- Persyaratan ventilasi yang digunakan
i. Tingkat kebisingan rancangan (design noise criteria) peralatan dan sistem.
2. Standar dan Peraturan yang berlaku
Standar dan peraturan yang digunakan dalam perancangan adalah edisi terakhir yang
masih berlaku yang berkaitan langsung/tidak langsung dengan tata udara dalam gedung,
antara lain:
a. Peraturan Daerah DKI Jakarta yang berkaitan dengan instalasi tata udara, refrigerasi

30
dan ventilasi yang dirancang, atau yang berpengaruh terhadap pengoperasiannya.
b. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang
c. Standar ASHRAE, yang tidak bertentangan dengan peraturan Indonesia.
d. SNI edisi terbaru tentang pengamanan terhadap bahaya asap dalam gedung.
e. Standar Nasional Indonesia SK SNI T-14 1993 03 tentang Tata Cara Perancangan
Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung, atau edisi terakhir.
Dalam laporan perancangan harus secara spesifik disebutkan nomor pasal/ayat yang
terkait dari standar/peraturan yang digunakan.
3. Perhitungan
Semua perhitungan untuk perkiraan beban pendingin (load estimate) harus menggunakan
metoda yang telah baku atau telah diterbitkan dalam bentuk buku, yang telah diakui
oleh asosiasi profesi internasional atau sekurang-kurangnya asosiasi profesi nasional.
Bagian ini harus memuat contoh perhitungan untuk bagian penting atau bagian kritis dari
sistem, meliputi :
- Perkiraan beban pendingin typical floor untuk bangunan berlantai banyak.
- Perkiraan beban pendingin ruang yang menimbulkan beban laten relatif besar,
seperti restoran, ruang kebugaran.
- Kapasitas dan tekanan pompa air sejuk dan pompa air kondenser (kalau ada).
- Kapasitas dan tekanan pressurization fan untuk tangga darurat kebakaran, smoke
stop lobby dan elevator kebakaran.
- Kapasitas dan tekanan untuk smoke extraction fan.
- Diameter pipa refrijeran yang terpanjang atau terbesar kerugiannya.
- Perhitungan kerugian tekanan pipa air sejuk maupun pipa air kondenser untuk
menentukan tekanan (head) pompa.
- Perhitungan kerugian tekanan cerobong udara (duct) yang utama
- Perhitungan ventilasi khusus udara luar untuk mendinginkan peralatan yang
menimbulkan panas.
- Perhitungan ventilasi untuk exhaust ruang parkir tertutup kendaraan bermotor.
- Tabel summary (ringkasan) yang menunjukkan daftar AHU, kapasitas dan luas
lantai.
4. Uraian Cara Kerja Sistem.
Perancang menguraikan garis besar cara kerja atau pengoperasian sistem, dengan
menekankan peralatan dan mesin yang penting/utama, baik dalam keadaan normal,
gangguan dan darurat.
Perlu diuraikan pula tata cara pengoperasian dan pengendalian instalasi dan peralatan
tata udara dalam keadaan darurat kebakaran, berkaitan dengan prosedur pengamanan
bangunan terhadap bahaya asap, atau dalam hubungan dengan smoke management
system (kalau dipasang), atau berkaitan dengan beroperasinya instalasi Penginderaan
kebakaran.
Bila dipasang BAS dalam gedung ini, harus diuraikan parameter dan fungsi sistem Tata
Udara yang dimonitor oleh BAS, atau dikendalikan oleh BAS.
5. Data Teknis Peralatan.
Laporan ini harus memuat data teknis peralatan utama yang digunakan, antara lain
kapasitas nominal, pemakaian daya listrik maximum, metoda asut (start).

4.3. GAMBAR RANCANGAN


Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa, harus gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan sekurang-kurangnya meliputi jenis gambar berikut:
31
1. Daftar gambar yang diserahkan
2. Daftar simbol dan singkatan
3. Diagram skematik sistem tata udara :
- Sistem distribusi udara, ventilasi dan exhaust
- Sistem air sejuk, pemipaan refrijeran, dan pemipaan air kondenser
- Sistem pembuangan asap dan sistem pressurization tangga darurat kebakaran serta
smoke stop lobby
4. Gambar denah tata letak cerobong udara pada setiap lantai dengan gambar dua garis
yang menyatakan lebar cerobong udara. Pembagian zona harus dinyatakan dengan jelas
apabila direncanakan lebih dari satu zona pada lantai tersebut.
5. Gambar denah ruang mesin dan peralatannya (plant room), serta detil dan potongan yang
perlu untuk memperjelas rancangan tersebut.
6. Data teknis mesin dan peralatannya (equipment schedule).
4.4 LAMPIRAN
Perancang melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu, misalnya karakteristik
unjuk kerja (performance characteristics) peralatan utama sepeti pompa air sejuk, pompa
kondenser, dan fan, untuk menjelaskan mesin yang penting dan/atau bagian instalasi yang
penting, serta fotokopi bagian referensi yang digunakan untuk mendukung cara perhitungan
yang dipakai.

5 INSTALASI TRANSPORTASI DALAM GEDUNG (TDG)


5.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dokumen Instalasi Transportasi dalam Gedung yang akan diserahkan untuk diperiksa
terutama meliputi:
1. Lift (elevators) penumpang
2. Lift barang
3. Lift kebakaran.
4. Eskalator (escalators)
5. Lantai berjalan atau travelator (moving walks)
6. Lift pelayanan (dumbwaiters)
7. Gondola gantung (maintenance hoists), dan alat angkat lainnya pada gedung.
5.2 LAPORAN PERANCANGAN
Laporan perancangan yang diserahkan sekurang-kurangnya memuat bagian-bagian berikut :
1. Kriteria Perancangan
Bagian ini harus berisi penjelasan ringkas dasar perancangan serta besaran parameter
utama yang ditetapkan untuk kriteria perancangan:
a. Lift (elevator) penumpang.
- Jumlah penghuni setiap lantai dan bangunan keseluruhan.
- Jumlah lantai yang dilayani.
- Pembagian zona, single zone, multy zone.
- Waktu puncak.
- Kapasitas, ukuran kereta dan lebar pintu elevator.
- Handling Capacity (HC) 5 menit.
- Waktu tunggu (waiting time) maksimum yang dipilih.
b. Lift Barang
- Jumlah lantai yang dilayani.

32
- Kapasitas, ukuran kereta dan lebar pintu elevator
c. Lift Kebakaran
- Jumlah lantai yang dilayani.
- Pembagian zona
- Kapasitas, ukuran kereta dan lebar pintu elevator
- Waktu tempuh maksimum dari lantai dasar/lobby utama sampai lantai teratas.
d. Eskalator
- Jumlah penghuni lantai-lantai yang akan dilayani
- Pembagian Zona dan luas Zona pelayanan
- Kapasitas
- Lebar, tinggi tempuh dan sudut kemiringan tangga
- Kecepatan
- Pengaturan gerak (naik dan turun) eskalator
- Sistem pengaman dalam keadaan darurat
e. Lantai Berjalan (travelator)
- Jumlah penghuni lantai yang akan dilayani
- Pembagian zona dan luas zona pelayanan.
- Kapasitas
- Lebar
- Kecepatan
- Pengaturan gerak
- Sistem keselamatan dalam keadaan darurat
f. Lift Pelayanan (Dumbwaiter)
- Beban pelayanan
- Jumlah lantai yang dilayani.
- Kapasitas, ukuran kereta dan lebar pintu elevator
- Waktu tunggu (waiting time) maksimum yang dipilih
- Waktu tempuh maksimum
g. Gondola
- Tinggi bagian gedung yang dilayani
- Keliling gedung
- Luas dan jenis permukaan kulit luar gedung/ bangunan (kaca/ aluminium/ granit
dan lain-lain) yang dilayani
- Sistem operasi (durasi, peralatan dan jumlah operator)
- Sistem gondola, penggantung dan penyangga, dan sistem penggerak
- Sistem keselamatan.
2. Standar dan Peraturan yang berlaku
Standar dan peraturan yang digunakan dalam perancangan adalah edisi terakhir yang
masih berlaku yang berkaitan langsung/tidak langsung dengan transportasi dalam
gedung, antara lain:
a. Peraturan Daerah DKI Jakarta yang berkaitan dengan jenis instalasi transportasi dalam
gedung yang dirancang atau yang berpengaruh terhadap pengoperasian jenis instalasi
yang dirancang.
b. Standar Nasional Indonesia, pedoman teknik, dan rekomendasi dari instansi yang
berwenang :
- SNI 05-2189-1999 Definisi, istilah lift dan eskalator
- SNI 05-6040-1999 Syarat-syarat umum konstruksi lift penumpang yang dijalankan
dengan motor traksi,
- SNI 03-2190-1999, Konstruksi Lift Penumpang dengan Motor Traksi

33
- SNI 03-2190.1-2000 Syarat-syarat umum konstruksi lift yang dijalankan dengan
transmisi hidrolis,
- SNI 03-2190.2-2000 Syarat-syarat umum konstruksi lift pelayan (dumbwaiter)
yang dijalankan dengan tenaga listrik
- SNI 03-6247.1-2000 Syarat-syarat umum kontruksi lift pasien
- SNI 03-6247.2-2000 Syarat-syarat umum kontruksi lift penumpang khusus untuk
perumahan
- SNI 03-6248-2000, Syarat-syarat umum konstruksi eskalator yang dijalankan
dengan tenaga listrik,
- SNI 03-6573-2001, Tata Cara perancangan sistem transportasi vertikal dalam
gedung (lif)
- SNI 03-7017-2004, Tata Laksana Pemeriksaan dan Pengujian Lift Traksi Listrik
pada Bangunan Gedung.
- SNI 05-7052-2004 Syarat-syarat umum konstruksi lift penumpang yang dijalankan
dengan motor traksi tanpa kamar mesin,
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER.05/MEN/1985
tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
d. Standar dan peraturan internasional lain yang diijinkan oleh instansi yang berwenang.
Standar, peraturan dan acuan internasional lain yang setara dan tidak bertentangan
dengan peraturan di Indonesia:
- Standar ASME A 17.1-1996 tentang Safety Code for Elevators and Escalators.
- International Building Code tahun 2009,
- Uniform Mechanical Building Code tahun 2000,
- ASME A17.2-2001; Guide for Inspection,
- BS5655: Part 1: 1986 atau EN 81 Part 1: 1985 & E115 (Escalator).
- ANSI-IWCA I-14.1 (untuk gondola)
3. Perhitungan
Bagian ini memuat perhitungan yang diperlukan untuk menentukan sistem, meliputi :
- Analisis lalu lintas (traffic analysis),
- Pembagian zona layanan,
- Penentuan jumlah unit,
- Kapasitas dan kecepatan.
Analisis lalu lintas harus dilakukan sekurang-kurangnya untuk 3 macam kapasitas
dengan 3 kecepatan dan dibuat rangkumannya.
Metode yang digunakan dalam semua perhitungan dan analisis lalu lintas (traffic
analysis) adalah metoda yang telah dikenal atau telah diterbitkan dalam bentuk buku.
Hasil perhitungan meliputi hal-hal berikut.
a. Lift (elevator) penumpang dan lift kebakaran
- Pembagian zona pelayanan
- Penentuan jumlah unit elevator
- Kecepatan elevator
- Kapasitas elevator
- Handling Capacity
- Waktu tunggu
- Waktu tempuh
- Daya listrik yang diperlukan.
b. Eskalator (escalator)
- Penentuan jumlah unit eskalator
- Kecepatan eskalator

34
- Kapasitas
- Daya listrik yang diperlukan.
c. Lantai jalan (travelator)
- Penentuan jumlah unit lantai jalan
- Kecepatan lantai jalan
- Kapasitas
- Daya listrik yang diperlukan.
d. Gondola
- Jumlah dan jenis gondola yang diperlukan untuk membersihkan permukaan
dinding luar bangunan, disesuaikan dengan bentuk atap gedung.
- Daya listrik yang diperlukan.
- Analisis waktu yang diperlukan untuk membersihkan permukaan dinding luar.
- Analisis keseimbangan gondola terhadap bahaya terguling dan faktor
keselamatannya (safety factor).
- Analisis kekuatan dan defleksi rel.
4. Uraian Cara Kerja Sistem
Perancang harus menguraikan garis besar cara kerja atau pengoperasian sistem, dengan
menekankan peralatan dan mesin yang penting/utama, baik dalam keadaan normal
maupun dalam keadaan darurat (misalnya ketika daya listrik putus atau darurat
kebakaran).
Untuk elevator kebakaran, harus ditunjukkan elevator mana yang akan berfungsi sebagai
elevator kebakaran serta diuraikan data peralatan dan cara pengoperasiannya, dan
diuraikan pula cara pengamanan elevator tersebut terhadap bahaya asap kebakaran.
Pada elevator kebakaran harus dijelaskan cara pengoperasiannya terkait dengan instalasi
penginderaan kebakaran atau BAS (bila ada).
5. Data Teknis Peralatan.
Laporan ini harus memuat data teknis peralatan utama yang digunakan antara lain:
- Sistem penggerak
- Sistem kontrol
- Sistem keselamatan dalam keadaan darurat
- Sistem komunikasi
- Ventilasi
- Pencahayaan
- Sistem dan daya listrik
- Beban beban
5.3. GAMBAR RANCANGAN
Gambar rancangan yang diserahkan untuk diperiksa adalah gambar rancangan mutakhir yang
sesungguhnya akan dibangun, dan sekurang-kurangnya meliputi gambar berikut:
1. Lift, eskalator, lantai jalan, dumbwaiter (untuk bagian yang relevan)
- Daftar gambar.
- Daftar simbol, singkatan dan artinya.
- Diagram sistem TDG
- Gambar tapak bangunan yang menunjukan lokasi gedung dengan rencana jalur lalu
lintas dalam keadaan normal maupun darurat kebakaran, khususnya jalur untuk
evakuasi penghuni, petugas dan kendaraan pemadam kebakaran.
- Gambar lantai tipikal, yang menunjukkan lokasi peralatan transportasi dan jalur
lalu lintas penumpang, barang maupun petugas pemadam kebakaran, baik berupa
gambar potongan maupun denah.
- Gambar ruang mesin, meliputi denah dan potongan ruang mesin yang
35
menunjukkan tata letak peralatan, beban mesin terhadap struktur bangunan dan
ventilasi
- Gambar sistem transportasi yang menunjukan letak dan detil pintu, sumuran (pit)
pada setiap lift.
- Gambar potongan ruang luncur (hoistway), yang menunjukkan ruang mesin,
kereta, beban pengimbang, sumuran (pit), balok pemisah, jarak antar lantai, travel,
overhead dan ukuran penting lainnya.
- Gambar detil, meliputi gambar yang dianggap perlu untuk lebih memperjelas
sistem maupun peralatan kontrol, mesin dan gaya reaksi (dari pilihan yang
terberat), letak emergency switch, fire switch, guide rail, hoisting hook, separator
beam dan sebagainya.
2. Gondola
- Gambar denah atap yang menunjukkan posisi dan jalur gondola.
- Sistem rel dan penambatan.
- Sistem penggantung.
- Detail gondola, kereta, sistem daya listrik, sistem kontrol dan keselamatan.
5.4. LAMPIRAN
Perancang harus melampirkan dokumen tambahan yang dianggap perlu untuk menjelaskan
bagian instalasi dan/atau mesin yang penting, serta fotokopi referensi yang digunakan untuk
mendukung cara perhitungan yang dipakai.
5.5. DAFTAR PUSTAKA YANG DIANJURKAN
1. Gina Barney, Elevator Traffic Handbook, Theory and Practice, Spon Press, 2003.
2. The American Society of Mechanical Engineers, (ANSI A.17.1-2000), American
National Standard Safety Code for Elevator, Dumbwaiters, Escalators and Moving
Walks, ANSI A.17.1-1971
3. Stein, Benjamin, Reynolds, John S., Grondzik, Walter T., Kwok, Alison G.,
Mechanical and Electrical Equipment for Building, John Wiley and Sons, 2006.

36
BAGIAN III
PEDOMAN DAN TATA TERTIB SIDANG
INSTALASI DAN PERLENGKAPANBANGUNAN
Pasal 1 : Keanggotaan
(1) Anggota Tim Ahli Bangunan Gedung bidang Mekanikal dan Elektrikal (TABG - ME)
adalah ahli instalasi bangunan yang berasal dari disiplin Teknik Elektro, Teknik Mesin,
Teknik Kimia, Teknik Fisika, dan Teknik Lingkungan atau ahli dalam disiplin ilmu yang
berkaitan, yang mewakili institusi perguruan tinggi, organisasi profesi atau pemerintah
daerah dan pusat yang diangkat dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta.
(2) TABG - ME dipimpin oleh seorang Ketua dan Wakil Ketua.
(3) Sekretariat Harian TABG - ME dijabat oleh Kepala Seksi Instalasi Bangunan Sub Dinas
Pengawasan Rencana Bangunan Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan.
Pasal 2: Jenis dan Jadwal Sidang
(1) Sidang TABG - ME adalah sidang yang diadakan dalam rangka evaluasi terhadap sistem
instalasi bangunan yang akan dibangun di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam
segi fungsi peralatan dan sistem, pemenuhan aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan kemudahan yang diajukan oleh konsultan perancang dengan memperhatikan
ketentuan perundang-undangan dan standard yang berlaku.
(2) Waktu sidang TABG - ME ditetapkan pada hari Rabu sesuai volume bahan sidang yang
diajukan oleh konsultan perancang dan atau keperluan tertentu.
(3) Jenis Sidang adalah Sidang Terjadwal dan Sidang Tidak Terjadwal.
Pasal 3: Sidang Terjadwal
(1) Sidang Terjadwal adalah sidang TABG - ME yang diadakan secara terjadwal untuk
memeriksa dan mengevaluasi dokumen perancangan yang diajukan oleh perancang/
konsultan, terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Sidang Intern yang merupakan sidang pemeriksaan dan penilaian pertama terhadap
rancangan sistem dan instalasi yang diajukan, tanpa kehadiran perancang.
b. Sidang Tatap Muka yaitu sidang penjelasan serta jawaban pertanyaan oleh
Konsultan Perancang sebagai tindak lanjut dari Sidang Intern.
(2) Persidangan sebuah proyek selalu diawali dengan Sidang Intern dan dilanjutkan dengan
Sidang Tatap Muka bila diperlukan.
(3) Undangan Sidang ditandatangani oleh Sekretaris Harian TABG - ME dan dikirim oleh
Sekretariat Harian TABG - ME kepada para anggota selambat-lambatnya 2 (dua) hari
kerja sebelum jadwal sidang, melalui fax dan atau email. Dalam undangan dicantumkan
acara dan daftar perancangan bangunan yang akan disidangkan.
(4) Kecuali ditetapkan lain, waktu sidang adalah setiap hari Rabu, pukul 12.00 WIB sampai
dengan selesai.
(5) Sidang dilakukan di ruang sidang Tim Ahli Bangunan Gedung bidang Mekanikal dan
Elektrikal (TABG ME) Propinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Jl. Taman Jatibaru No.1
Jakarta Pusat.
(6) Untuk hal hal tertentu, Sidang Intern dapat dilakukan di tempat lain.

37
Pasal 4: Hasil Sidang
(1) Hasil Sidang Intern diserahkan kepada Sekretariat Harian pada hari sidang atau selambat-
lambatnya pada awal sidang berikutnya.
(2) Hasil Tatap Muka diserahkan kepada Sekretariat Harian pada akhir sidang.
(3) Dari hasil Sidang terdapat 8 (delapan) kategori sebagai berikut:
1. Sekretariat hasil: Dikembalikan untuk diperbaiki,
2. Sekretariat hasil: Diteruskan untuk sidang Intern
3. Intern hasil: Dilengkapi diperbaiki dan sidang Intern kembali
4. Intern hasil: Dilengkapi diperbaiki langsung sidang Tatap Muka.
5. Tatap Muka hasil: Batal karena tidak hadir.
6. Tatap Muka hasil: Dilengkapi/diperbaiki dan sidang Tatap Muka kembali.
7. Tatap Muka hasil: Dilengkapi/diperbaiki dan disidangkan tanpa Tatap Muka.
8. Tatap Muka hasil: Selesai.
Pasal 5: Sidang Tidak Terjadwal
(1) Sidang Tidak Terjadwal adalah sidang TABG - ME yang diadakan secara khusus atas
permintaan, untuk melaksanakan sidang sebagaimana Sidang Terjadwal, menganalisa
keadaan khusus suatu instalasi bangunan dalam proses pembangunan maupun operasional
atas permintaan institusi P2B. Diadakan pada waktu dan tempat yang ditentukan oleh
Ketua atau Wakil Ketua TABG - ME dan dari instansi terkait yang mengundang.
Dihadiri oleh anggota tim yang terkait, disertai anggota Sekretariat Harian.
(2) Undangan dikirimkan oleh Sekretariat TABG - ME melalui fax dan/atau email, dan SMS
atau telepon.
(3) Sidang dilakukan di tempat menurut yang ditentukan dalam undangan.
(4) Hasil Sidang diberikan kepada Sekretariat Harian pada hari sidang atau selambat-
lambatnya pada hari Jumat setelah Sidang dilaksanakan.
Pasal 6: Pengelompokan Bidang
(1) Instalasi Bangunan dibagi menurut sifatnya menjadi 5 (lima) kelompok Bidang Utama
mengikuti tatanan yang berlaku yaitu:
a. Listrik Arus Kuat (LAK)
b. Listrik Arus Lemah (LAL)
c. Sistem Drainasi dan Pemipaan (SDP)
d. Tata Udara Gedung (TUG)
e. Transportasi Dalam Gedung (TDG)
(2) Karena sifat kekhususannya, khusus pada Sistem Drainase dan Pemipaan (SDP) dibagi
dalam dua kelompok terpisah yaitu SDP Plambing (SDP PL) dan SDP Proteksi
Kebakaran (SDP PK).
(3) Untuk dapat menangani bidang SDP PL dan SDP PK ini konsultan memerlukan Ijin
Pelaku Teknis Bangunan bidang SDP.
(4) Konsultan menyiapkan dokumen menurut kelompok bidang rincinya yaitu:
a. Listrik Arus Kuat (LAK)
b. Listrik Arus Lemah (LAL)
c. Sitem Drainasi dan Pemipaan Plambing (SDP PL)
d. Sitem Drainasi dan Pemipaan Proteksi Kebakaran (SDP PK)
e. Tata Udara Gedung (TUG)
f. Transportasi Dalam Gedung (TDG)

38
Pasal 7: Materi Sidang
(1) Materi Sidang yang akan disidangkan TABG - ME, harus sudah diperiksa kelengkapan,
kualitas penyajian gambar serta terhadap ketentuan teknis yang berlaku.
(2) Materi Sidang yang telah disiapkan oleh Sekretariat TABG - ME dievaluasi anggota
TABG - ME pada waktu sidang sesuai ketentuan evaluasi.
(3) Materi dan hasil sidang harus diserahkan kepada Sekretariat TABG - ME pada akhir
sidang.
Pasal 8: Pimpinan dan Keabsahan Sidang
(1) Sidang TABG - ME dipimpin oleh Ketua TABG - ME.
(2) Apabila Ketua TABG - ME berhalangan hadir maka sidang dipimpin oleh Wakil Ketua
TABG - ME.
(3) Apabila Ketua dan Wakil Ketua TABG - ME berhalangan hadir, maka sidang dipimpin
oleh anggota tertua yang hadir dan ditunjuk atas kesepakatan.
(4) Sidang Kelompok Bidang TABG - ME dapat dilaksanakan dan dinyatakan sah apabila
sidang dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua anggota diluar dari pejabat Pemda DKI
Jakarta.
Pasal 9: Evaluasi Rancangan
(1) Para anggota TABG - ME mengevaluasi rancangan yang diajukan dalam sidang.
(2) Anggota TABG - ME mengevaluasi satu atau lebih jenis rancangan dan/ atau suatu
bagian rancangan berdasarkan pembagian tugas yang telah ditetapkan Ketua/Wakil Ketua
TABG - ME.
(3) Penilaian rancangan dilakukan pada dokumen laporan dan gambar rancangan serta
mencatat hasil penilaian pada lembar penilaian yang disediakan.
(4) Lembar penilaian harus ditanda-tangani oleh anggota sidang serta pimpinan sidang dan
akan menjadi bagian dari risalah sidang tersebut.
Pasal 10: Penilaian Rancangan
(1) Penilaian yang dilakukan dalam sidang penilaian intern mengacu kepada peraturan-
peraturan bangunan yang berlaku dan hal-hal yang disebut dalam Buku Pedoman
Pengajuan Dokumen Rancangan Instalasi dan Perlengkapan Bangunan.
a. Penilaian atas rancangan dilakukan oleh pemeriksa yang paling sedikit terdiri dari 2
(dua) anggota bidang yang bersangkutan.
b. Anggota dapat mencatat pertanyaan, koreksi dan permintaan untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi laporan dan gambar dengan cara mengisi lembar penilaian yang
telah disediakan Sekretariat, secara lengkap dan jelas.
c. Para anggota yang memeriksa suatu rancangan harus melakukan koordinasi dalam
penilaiannya, agar tidak timbul pengulangan maupun pertentangan dari penilaian
sebelumnya.
d. Anggota TABG - ME yang secara pribadi atau Lembaga atau Badan Usaha atau
Institusi, terlibat di dalam perencanaan/perancangan bangunan yang diajukan dalam
sidang, tidak diperkenankan untuk turut mengevaluasi rancangan bangunan tersebut.
(2) Proyek multi fungsi dan berskala besar dapat diminta untuk dipaparkan secara terpadu
atas permintaan TABG - ME.
a. TABG - ME mendengarkan pemaparan oleh konsultan perancang dan dapat dilakukan
tanya- jawab langsung.
b. TABG - ME dapat memberikan masukan kepada konsultan perancang agar hasil
rancangannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

39
c. Dalam hal belum ada peraturan dan ketentuan atau standard yang mengatur, konsultan
perancang disarankan untuk menggunakan peraturan dan ketentuan dari negara lain
yang telah diterapkan secara luas atau kewajaran yang dapat dipertanggung-jawabkan
secara profesional.
d. Anggota TABG - ME dapat membuat koreksi dan pertanyaan baru terhadap
penjelasan dan jawaban yang diberikan konsultan perancang dalam sidang.
e. Anggota TABG - ME yang menemukan hal-hal prinsip yang berkaitan dengan
keselamatan dapat mengajukan pertanyaan baru.
f. Dalam hal penjelasan dan jawaban konsultan perancang dinilai belum memenuhi
persyaratan, maka konsultan perancang diberi kesempatan untuk memperbaiki
rancangannya.
g. Sidang Pemaparan konsultan perancang dapat dilakukan sebanyak-banyaknya 3
(tiga) kali.
(3) Keputusan Hasil Penilaian
a. Apabila keputusan dalam suatu bidang tidak dapat disepakati karena ada pertentangan
pendapat di antara anggota bidang yang hadir, maka pimpinan sidang dapat
menyelenggarakan diskusi bersama untuk menetapkan hasil akhir sidang.
b. Rancangan yang dinyatakan selesai diberikan rekomendasi untuk proses perizinan
selanjutnya.
c. Rancangan yang dinyatakan belum selesai harus diperbaiki sesuai dengan arahan
hasil penilaian sidang.
d. Kecuali ditemukan hal-hal yang secara prinsip dapat mengakibatkan terjadinya
kesalahan fatal yang merugikan pemakai bangunan, maka anggota TABG - ME tidak
dibenarkan menambah daftar pertanyaan baru pada sidang ulangan atas rancangan
yang dinyatakan belum selesai. Dalam hal adanya masalah baru dari hasil jawaban
konsultan yang dirasakan bermasalah, maka dapat diajukan pertanyaan baru.
e. Dalam hal suatu rancangan dinilai kurang jelas, sidang dapat meminta kehadiran
konsultan perancang untuk memberikan pemaparan dan apabila dianggap perlu sidang
dapat pula meminta kehadiran pemilik proyek.
f. Dalam hal suatu rancangan 3 (tiga) kali sidang tatap muka, dinyatakan belum
selesai, pimpinan sidang melaporkan hasil penilaiannya pada sidang pleno dan Ketua
TABG - ME menyarankan kepada Gubernur Propinsi DKI Jakarta cq Dinas
Pengawasan dan Penertiban Bangunan Propinsi DKI Jakarta agar konsultan
perancang diganti atau dicabut IPTB-nya.

40

You might also like