You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

ACARA I
TITRASI ASAM BASA

Penanggung jawab:
Alfina Fauziah (A1F016024)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali larutan di sekitar kita, baik yang bersifat asam,
basa, maupun netral. Cara menentukan sifat asam dan basa larutan
secara tepat yaitu menggunakan indikator. Indikator yang dapat
digunakan adalah indikator asam basa. Indikator adalah zat-zat yang
menunjukkan indikasi berbeda dalam larutan asam, basa, dan garam.
Cara menentukan senyawa bersifat asam, basa, atau netral dapat
menggunakan kertas lakmus dan larutan indikator atau indikator alami.
Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Seperti diketahui, zat utama
dalam cuka adalah asam asetat. Basa (alkali) berasal dari bahasa Arab
yang berarti abu.
Titrasi asam basa sangat erat hubungannya dalam kehidupan
sehari. Contohnya yaitu titrasi asam basa juga digunakan dalam dunia
Farmasi, yaitu untuk menguji kemurnian sampel acidum
acetylsalisilicum atau biasa di sebut acetosal atau aspirin yang
berkhasiat sebagai analgetik, antipiretik, antiinflamasi, dan
antikoagulan. Selain itu, titrasi asam basa menghasilkan asam asetat,
dimana Analisis asam asetat dalam dunia industri bertujuan untuk
memberikan informasi kesesuaian kadar asetat pada label botol.
Jika suatu asam kuat dengan basa kuat di titrasi, maka akan
menghasilkan larutan yang bersifat netral. Untuk itu, akan dibuktikan
pada praktikum ini yang melakukan titrasi menggunakan HCl dan
NaOH.

B. Tujuan
Menentukan molaritas larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi dapat mengetahui nilai dari suatu larutan yang belum kita
ketahui molaritasnya, yaitu melalui perhitungan dari hasil titrasi yang
telah terjadi. Selain itu juga dapat diketahui bahan-bahan apa saja yang
dititrasi, yaitu berat dari asam asetat dan persentase berat. Peristiwa titrasi
asam basa terjadi karena tercampurnya suatu senyawa kimia yang bersifat
asam ke dalam senyawa kimia lainnya yang bersifat basa atau sebaliknya,
sehingga terjadi reaksi kimia dari kedua senyawa tersebut yang dapat kita
amati melalui terjadinya perubahan warna dari kedua larutan senyawa
yang telah dicampurkan (Gunawan, 2010).
Kotak bjjerum dibagi menjadi dua bagian menurut diagonal. Sel yang
berisi larutan yang akan ditentukan pH-nya (volumenya 1/5 dari volume
kotak) diletakkan diatas kotak. Salah satu bagian kotak diisi dengan
larutan basa dan bagian yang lainnya diisi dengan larutan asam. Kemudian
bagian kotak dibubuhi sejumlah indicator sel diisi larutan yang akan diuji.
Kemudian sel diletakkan diatas kotak, kemudian digeser sepanjang bagian
atas kotak warna yang terlihat dari depan kotak sama dengan warna
larutan dalam sel. Dari dalam bagian kotak yang berisi asam, indicator
berada dalam bentuk HIn, sedangkan dalam bagian yang berisi basa
indicator berada dalam bentuk In (Ahmad, 2008).
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan
asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat
asam atau basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kekuatan suatu asam atau basa. Indikator yang sering tersedia di
laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya murah.
Beberapa jenis tanaman dapat dijadikan sebagai indikator. Ada pula
tanaman bunga yang menjadi indikator keasam basaan tanah tampat ia
ditanam. Yaitu bunga hydrangea atau lebih dikenal dengan nam bunga
panca warna. Bunga hydrangea ini akan berwarna biru jika ditanam di
tanah yanga terlalu asam. Namun tidak semua bunga dapat dijadikan
indikator. Hanya bunga-bunga tertentu yang dapat dijadikan indikator.
Selain itu ekstrak bunga yang bisa dijadikan indikator pun tidak semuanya
bisa dijadikan kertass lakmus. Hanya yang memiliki keawetan warna yang
cukup saja yang bisa dijadikan kertas lakmus. Indikator lakmus yang biasa
dijumpai di laboratorium pun sebenarnya terbuat dari kertass lakmus yang
direndam dalam ekstrak lumut kerak atau Lichenes. Namun untuk menguji
suat zat yang asam dan bassa dibutuhkan dua jenis kertas lakmus; lakmus
biru dan lakmus merah (Fraky, 2011).

Penepatan analisa tetrimetrik adalah penetapan kuantitatif yang


dilakukan dengan mengukur jumlah zat yang diperlukan dengan analit.
Zat yang bereaksi dengan dinamakan titran. Analisis tetrimetrik disebut
juga analisis volumetrik, karena jumlah titrannya biasanya dihitung dari
ukuran volume larutan titran (Ralph H,Petrucci.K, 2008)
Pada Analisa Volumetri contoh yang akan di analisis ditempatkan
pada elenmeyer. Contoh sebuah larutan padat terlebih dahulu
dilarutkan,sejumlah larutan direaksikan dengan larutan penetrasi yang
telah diketahui secara tepat dinamakan larutan standar dan proses
pengukuran konsentrasi larutan ini dinamakan standarisasi. (Ralph
H,Petrucci.K, 2008)
Syarat-syarat titrasi dapat dilihat dari beberapa syarat sebagai berikut:

1. Konsentrasi titran harus diketahui.

2. Larutan standar dapat disebut standarisasi.

3. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus
diketahui.

4. Titik equivalen harus diketahui.

5. Volume titran dibutuhkan untuk mencapai titik akhir.

Sifat sifat penting volumetri yang baik antara lain sebagai berikut:
1. Stoikiometri yang baik

2. Tidak member reaksi samping.

3. Laju reaksi tinggi.

4. Tidak ada gangguan yang berarti.

Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi yang semua


berlangsung dengan sempurna. Pada percobaan ini yang digunakan adalah
reaksi asam basa untuk menstandarisasi larutan basa dan selanjutnya
digunakan untuk menganalisa contoh yang mengandung asam. Reaksi
asam basa atau netralisasi disebabkan oleh berpindahnya proton (H) dari
asam kebasa (Sudarto,2008).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu
Erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, buret 50ml, statif dan klem,
pipet tetes, pipet volumetri, filler dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan NaCl,
Larutan NaOH dan indikator PP.

B. Prosedur Kerja
1. Titrasi Asam Basa

Dibuat larutan standar NaOH 0,1 M sebanyak 250 ml

Dirangkai alat statif dan klem untuk di pasang buret

Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret volume 50 ml

Diukur volume larutan HCl yang akan di titrasi sebanyak 15 ml ke


dalam labu erlemneyer

Ditambahkan 3 tetes indikator PP ke dalam labu Erlenmeyer

Dilakukan titrasi HCl dengan NaOH, dengan cara dibuka kran buret
sehingga keluar larutan NaOH setetes demi setetes. Digoyangkan labu
Erlenmeyer agar reaksi berlangsung sempurna

Dihentikan penetesan larutan NaOH setelah terjadi perubahan warna


(merah muda)
Di catat volume larutan NaOH pada titrasi tersebut

2. Pembuatan Larutan NaOH

Ditimbang 1gr NaOH dengan menggunakan timbangan analitik

Dimasukkan ke dalam labu ukur 250ml dan ditambahkan sedikit


akuades ke dalamnya

Dikocok sampai larutan NaOH larut

Ditambahkan lagi akudes sampai tanda tera atau sampai volumenya


250ml

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
No Volume HCl Volume NaOH
1. 15 ml 138 ml
2. 15 ml 122,5 ml
3. 15 ml 108 ml
Rata-rata 122,8 ml

No Perlakuan Perubahan yang terjadi


1. 15ml HCl dimasukkan
dalam Erlenmeyer +3 tetes Bening
indicator PP
2. Di titrasi dengan NaOH Merah Muda

Perhitungan
1.) Cari massa NaOH 0,1 M dalam larutan 250 ml
Diketahui:
Mr NaOH = 40
M NaOH = 0,1
V larutan = 250 ml

Ditanya:
M NaOH?

Jawab:
M=
M.V=n
M.V=
M . V . mr = m
0,1 . 25. 10 . 4. 10 = m
1000 mg = m
m = 1 gr

2.) Cari molaritas HCl dari NaOH 0,1 M


Dik:
V1 HCl = 15 ml
M2 NaOH = 0,1 M
V2 NaOH = 122,8 ml

Dit:
M1?
Jawab:
M1. V1 = M2 . V2
M1 . 15 = 0,1 . 122,8
15
M1 = 0, 8187 M 0, 82 M

B. Pembahasan

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat


dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai
titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang
akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang
telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat
diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya.
Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat
ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen
titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH
larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis.
Problemnya sekarang adalah kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan
pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh indikator disebut
titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi
dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih
indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir
teoritis (Sukardjo, 1984).

Untuk mengetahui konsentrasi molaritas larutan HCl dengan larutan


NaOH 0,1 M maka dilakukan praktikum ini, percobaan dimulai dengan
Dibuat larutan standar NaOH 0,1 M sebanyak 250 ml, cara membuatnya
yaitu pertama Ditimbang 1gr NaOH dengan menggunakan timbangan
analitik, lalu Dimasukkan ke dalam labu ukur 250ml dan ditambahkan
sedikit akuades ke dalamnya dan dikocok sampai larutan NaOH larut.
Setelah itu, Ditambahkan lagi akudes sampai tanda tera atau sampai
volumenya 250ml. Disiapkan rangkai statif dan klem untuk dipasang buret
sebagai alat untuk titrasi, dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret
volume 50 ml. Larutan NaOH dijadikan penitran dalam titrasi ini.

Kemudian, diukur volume larutan HCl yang akan di titrasi sebanyak


15 ml ke dalam labu erlemneyer, diberi 3 tetes indikator PP kedalamnya.
Larutan HCl ini dijadikan sebagai analit dalam titrasi ini. Dilakukan titrasi
HCl dengan NaOH, dengan cara dibuka kran buret sehingga keluar larutan
NaOH setetes demi setetes. Selama titrasi berlangsung agar digoyangkan
labu Erlenmeyer agar reaksi berlangsung sempurna dan titrasi dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali dengan volume yang sama. Titrasi ini
dilakukan terhadap 2 perlakuan yang pertama 15ml HCl dimasukkan
dalam Erlenmeyer +3 tetes indicator PP yang kedua di titrasi dengan
larutan NaOH. Dimana, dari hasil perlakuan pertama memberi perubahan
warna menjadi bening dan perlakuan kedua menghasilkan perubahan
warna merah muda. Dari ketiga kali pengulangan titrasi dengan setiap
pengulangan volume HCl 15 ml didapat volume NaOH yang dititrasi
ulangan pertama 138 ml, ulangan kedua 122,5 ml, ulangan ketiga 108 ml.
Jadi, rata-rata volume NaOH yang dititrasi adalah 122,8 ml

Hal tersebut sesuai dengan Day (2009) yang mengatakan bahwa


Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak
berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna
dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan
system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah warna merah. Phenoftalein
berubah warna pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan indicator yang
cocok. Volume basa yang lebih besar akan diperlukan untuk merubah
warna suatu indikator dan titik ekivalen tidak akan di deteksi dengan
ketepatan yang biasa diharapkan.

Setelah data sudah didapat, maka dapat dicari konsentrasi molaritas


HCl dengan 2 langkah. Yang pertama, Cari massa NaOH 0,1 M dalam
larutan 250 ml dengan rumus M . V . mr = m dimasukkan dari angka-
angka yang sudah diketahui dan didapat massanya 1 gr. Yang kedua, Cari
molaritas HCl dari NaOH 0,1 M dengan rumus M1. V1 = M2 . V2 dimana
koefisien 1 untuk HCl dan koefisien 2 NaOH dan V2 yang digunakan
adalah volume rata-rata sehingga didapat M1 untuk HCl adalah 0, 82 M.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya
2. Titrasi dapat berjalan jika Konsentrasi titran harus
diketahui, Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang
dianalisis harus diketahui, Titik equivalen harus diketahui, adanya
volume titran yang digunakan untuk mencapai titik akhir.
3. Konsentrasi HCl dalam larutan NaOH 0,1 M didapat dari titrasi
yang hasil datanya dimasukkan dalam rumus V1 . M1 = V2 . M2,
sehingga didapat konsentrasi HCl tersebut 0,82 M
B. Saran
Ketika melakukan praktikum, praktikan harus menggunakan
jas lab dan sarung tangan lateks. Serta memahami materi atau konsep-
konsep dari titrasi asam basa. Sehingga, dalam melakukan titrasi tidak
melakukan kesalahan. Dan titrasi agar dilakukan secara cepat supaya
tidak terjadi pengendapan dan menghasilkan data yang valid.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2008.Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.


Fraky.2011.Asam,basa,dan Garam. Erlangga. Jakarta.
Gunawan, Adi. 2010. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.

Ralph H,Petrucci. 2008. Kimia Dasar II. Erlangga. Jakarta.


Sudarto,Unggul. 2008. Analisis Kimia Dasar. Univesitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Sukardjo, 1984. Kimia Organik. Rineka Cipta. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar Keterangan

Ditimbang NaOH dengan timbangan


analitik untuk dilarutkan dengan
akuades
Disiapkan larutan NaOH yang telah
dilarutkan dengan akuades, didalam
beaker glass.

Di rangkai alat untuk titrasi yaitu


statif dan klem untuk dipasang buret.

Diberi tetes indikator PP ke dalam


larutan HCl
Dimasukkan larutan NaOH kedalam
buret 50 ml

Dimulai perubahan warna oleh larutan


HCl setelah dititrasi dengan larutan
NaOH

You might also like