You are on page 1of 6

Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik Vol. 12, No.

3, November 2010: 136 - 141


ISSN 1411 - 0903

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN KARAKTERISASI JAMUR ENTOMOPATOGEN DARI


LARVA SPODOPTERA LITURA (FABRICIUS)

Sanjaya, Y.,1 Nurhaeni, H.,2 dan Halima, M. 3

1
Program Studi Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI
2
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan
E-mail: yayan229@yahoo.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai isolasi, identifikasi dan karakterisasi jamur entomopatogen dari larva
serangga Spodoptera litura yang terinfeksi di lapangan. Larva yang terinfeksi diisolasi dan diidentifikasi
di laboratorium mikrobiologi jurusan pendidikan biologi Universitas Pendidikan Indonesia. Pengamtan
secara morfologis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis dan uji patogenisitas dilakukan
untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakter yang dimiliki isolat jamur yang diperoleh. Dari lima
isolat yang diperoleh, dua diantaranya berpotensi sebagai agen pengendali hayati terhadap S. litura yaitu
isolat satu dan isolat lima, keduanya diketahui sebagai Mucor.

Kata Kunci: Jamur entomopatogen, isolasi lima isolat

ABSTRACT
Isolation of entomopathigenuc fungi of Spodoptera litura larvae from agricuktural field had been
conducted. Larvae which was infected by fungi in field was examined in microbiology laboratory,
Biology Department, Indonesian University of Education. Morphologically and pathogenicity test were
carried out for identitification study. In a total of five isolates, two isolates were identified as a Mucor, a
genus of entomopathogenic fungi. The identifications were base on the result of the analyses and on the
comparisson with some literature.

Key Words: Entomopathogenic fungi, isolation, identification, caharterization


PENDAHULUAN 3. Kemungkinan menimbulkan resistensi sangat
kecil,
Spodoptera litura Fabricius merupakan 4. Relatif mudah dan murah untuk diproduksi,
salah satu hama utama pada tanaman tembakau 5. Penggunaan jamur entomopatogen cenderung
(Kalshoven, 1981), kedelai dan kacang-kacang- bervariasi,
an lainnya (Arifin & Sukardi, 1992). Menurut 6. Relatif aman terhadap manusia dan lingkung-
Herbison-Evans & Crossley (2004), S. litura an,
juga dapat menyerang hampir semua jenis
tanaman herba dengan memakan daun hingga Dengan adanya kelebihan-kelebihan ini,
tulang daun tanaman herba tersebut. jamur entomopatogen memiliki potensi yang
Jamur yang memiliki kemampuan untuk besar sebagai agen pengendali populasi serangga
menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada hama. Robert & Yendol (1971) menyatakan
serangga hama dikenal sebagai jamur entomopa- bahwa terdapat lebih dari 36 genera jamur yang
togen (Untung, 1993). Jamur ini merupakan berbeda mempunyai spesies-spesies patogen
salah satu agen pengendali biologis yang cukup terhadap serangga hama, seperti jamur Beauveria
potensial. Menurut Rayati et al., (1996), bila bassiana, dan Trichoderma sp. Pada umumnya,
dibandingkan dengan insektisida sintetik, jamur jamur ditularkan dengan spora melalui dinding
entomopatogen memberikan keuntungan- tubuh serangga atau kutikulanya (Soeriaatmadja,
keuntungan sebagai berikut: 1991).
1. Dapat menyerang berbagai stadia tahap Berdasarkan hal tersebut, dilakukan pene-
perkembangan serangga (telur, larva, dan litian untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan
dewasa) pada kondisi yang sesuai karakterisasi jamur entomopatogen dari larva
2. Tidak bersifat toksik atau mempengaruhi Spodoptera litura. Tujuan dari penelitian ini adalah
serangga-serangga lain yang bermanfaat untuk mengembangkan jamur entomopatogen
(spesifik), lokal sebagai agern pengendali Spodoptera litura.
Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Jamur Entomopatogen dari Larva Spodoptera Litura (Fabricius) 137

BAHAN DAN METODE yang berbeda diisolasi dan diinokulasi kembali


secara berulang hingga benar-benar diperoleh
Penelitian ini dilaksanakan di Labora- kultur murni.
torium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Setelah diperoleh kultur murni, masing-
Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan masing isolat ditanam pada cawan yang telah
Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Universitas berisi medium agar. Sebanyak satu ose dari
Pendidikan Indonesia (UPI) dari bulan Desember masing-masing isolat diletakkan dalam tiga titik
2004 sampai dengan bulan Mei 2005. pada permukaan medium agar. Selanjutnya,
cawan diberi label dan diinkubasikan dalam
Pengambilan Sampel inkubator dengan suhu 270C selama 5-7 hari.
Sampel larva S. litura yang terinfeksi dan
mati oleh jamur diambil dari lapangan dengan Pengamatan dan identifikasi.
hati-hati, kemudian dimasukkan ke dalam botol Pengamatan isolat yang diperoleh dilak-
steril dan ditutup dengan rapat. Selanjutnya, larva ukan berdasarkan tingkat pertumbuhan (lambat,
dibawa ke laboratorium untuk dimurnikan. sangat lambat, cepat, atau sangat cepat); warna
koloni; diameter koloni; keadaan hifa (warna dan
Pembuatan Suspensi Larva. ada tidaknya sekat); warna dan bentuk spora.
Larva S. litura yang terinfeksi jamur Masing-masing isolat dibuat dalam slide
digerus sampai hancur dengan menggunakan culture (Duncan dalam Onions et.al 1981)
mortar dan alu, kemudian disuspensikan ke untuk mengamati struktur jamur secara jelas.
dalam sembilan mL NaCl 0,85%. Suspensi larva Cara pembuatan slide culture adalah dengan
dikocok dengan vorteks selama satu menit. menyiapkan cawan Petri beralaskan kertas isap,
Suspensi yang diperoleh diencerkan hingga gelas objek, dan batang penahan gelas objek
10-7. yang telah disterilkan terlebih dahulu. Sementara
itu, medium agar yang telah dicairkan terlebih
Pembiakan jamur dahulu dituangkan ke dalam cawan Petri steril
Sebanyak satu mL dari masing-masing lainnya dengan tinggi medium sekitar 0,5 cm.
suspensi larva dengan faktor pengenceran 10-5 Ketika agar telah membeku, agar dipotong
sampai 10-7 dituangkan ke dalam cawan petri kotak dengan ukuran 1x1 cm dan dipindahkan
steril yang telah diberi tanda. Kemudian, tuangkan ke tengah gelas objek dalam cawan petri steril
sembilan mL medium PDA ke dalam masing- menggunakan pisau atau alat pemotong steril.
masing cawan dan goyangkan agar suspensi dan Isolat diinokulasikan pada empat titik dari
medium tercampur secara homogen. Biarkan blok agar tersebut, kemudian ditutup dengan
dingin dan mengeras kemudian diamati proses menggunakan kaca penutup.
pembiakan jamur tersebut. Selanjutnya, akuades steril diteteskan
Pembiakan dari masing-masing sampel secukupnya pada kertas isap dalam cawan untuk
dilakukan dua kali dan di dekat api. Masing- menjaga kelembaban dalam cawan. Kemudian,
masing cawan diinkubasikan selama 5-7 hari cawan ditutup dan dibungkus setelah diberi
dalam suhu ruang. Selanjutnya, dilakukan peng- label. Semua tahap dilakukan di dekat api untuk
amatan secara morfologis dan isolat dengan ciri menghindari kontaminasi. Selanjutnya, masing-
berbeda dipisahkan. masing slide culture diinkubasi dalam inkubator
dengan suhu 27oC selama 5-7 hari.
Pembuatan Kultur Murni Masing-masing slide diamati dibawah
Jarum ose dibakar hingga kawatnya mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x. Dila-
berpijar dan dinginkan selama 8-10 detik kukan pengamatan terhadap struktur miselium,
sebelum digunakan. Sebanyak satu ose koloni spora atau konidianya, dan badan penghasil
jamur diambil dari tempat pembiakan jamur sporanya. Ciri-ciri setiap isolat dibandingkan
sampel dan digoreskan secara zigzag ke dalam berdasarkan kunci determinasi pada Atlas of
medium agar miring. Entomopathogenic Fungi (Samson et al, 1996)
Selanjutnya, mulut tabung dan cawan dan sumber lainnya. Selanjutnya, dilakukan
dipanaskan dan ditutup kembali dengan sumbat pengambilan gambar dari masing-masing isolat
kapas. Tabung reaksi yang baru diinokulasi diberi dengan menggunakan fotomikrograf untuk di-
label dan diinkubasikan pada inkubator dengan identifikasi. Identifikasi yang dilakukan hanya
suhu 270C selama 5-7 hari. Koloni dengan ciri sampai pada tingkat genus saja.
Sanjaya, Y., Nurhaeni, H., dan Halima, M. 138

Pengujian Postulat Koch (Uji Patogenisitas) berupa larva S. litura yang dicelupkan ke dalam
Uji patogenisitas dilakukan dalam 2 larutan fisiologis (NaCl 0,85%) dan diamati
tahap, yaitu reinokulasi dan reisolasi dari setiap mortalitas larva
isolat yang diperoleh. Isolat yang diperoleh diuji Jamur yang tumbuh pada larva diisolasi
kemampuannya dengan menginfeksikan isolat dan diinokulasi kembali seperti tahap awal.
murni ke dalam tubuh larva instar tiga melalui Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap
metode pencelupan larva (Koestoni, 1985). karakterisitik isolat tersebut dan hasilnya
Metode ini merupakan modifikasi yang dibandingkan dengan isolat awal yang telah
biasa digunakan untuk insektisida yang bekerja diperoleh. Dilakukan juga pengambilan gambar
sebagai racun kontak (Koestoni, 1985). Caranya isolat ysng telah diperoleh dengan menggunakan
adalah dengan menambahkan 5 mL NaCl 0.85% fotomikrograf.
ke dalam kultur murni dari setiap isolat dalam
cawan petri. Cawan petri tersebut digoyangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
hingga permukaan koloni benar-benar terendam
dan sporanya jatuh ke dalam larutan fisiologis. Isolasi dan Identifikasi Jamur
Kemudian, larutan fisiologis yang berisi spora Berdasarkan hasil isolasi jamur entomo-
tersebut dipipet dan dipindahkan ke dalam patogen dari larva Spodoptera litura yang
tabung reaksi steril. Selanjutnya dikocok dengan terinfeksi di lapangan, diperoleh enam isolat
vorteks sampai homogen. yang mampu tumbuh pada medium PDA.
Sebanyak satu tetes suspensi spora Setelah dilakukan identifikasi, ternyata isolat
diteteskan ke dalam haemocytometer Nebaeur lima dan enam memiliki karakter morfologis
untuk dihitung jumlah sporanya dengan yang sama, baik secara makroskopik maupun
bantuan mikroskop dan hand counter. Menurut mikroskopik, sehingga hanya lima isolat yang
Kommedhal & Burnes (1989) dalam Suharno berhasil diisolasi.
(1998), jumlah spora/mL dihitung berdasarkan Empat isolat yang diperoleh termasuk
rumus : pada genus Mucor, sedangkan satu isolat lainnya
termasuk genus Penicillium (Tabel 1). Untuk
Jumlah spora/mL = 50.000 x d (spora/mL) membedakan isolat dengan genus yang sama,
Keterangan: d = jumlah spora yang terhitung maka dalam penamaan genusnya diberi akhiran
dalam lima kotak kecil berupa angka yang ditulis di akhir nama genus,
pada haemositometer yang seperti Mucor1, Mucor2, dan seterusnya.
digunakan.
Tabel 2. Isolat Jamur yang Berhasil Diisolasi dan
Diidentifikasi
Tabel 1. Jumlah Spora dari Berbagai isolat

Isolat N Isolat Genus Isolat


1 6,5 X 10 7 1 Mucor1
2 3,6 X 10 6 2 Penicillium
3 1,2 X 10 6 3 Mucor2
4 4,0 X 10 6 4 Mucor3
5 3,2 X 10 7 5 Mucor4

Jumlah spora yang didapat dari lima Kelima isolat jamur yang diperoleh
isolate tersebut adalah sebagai berikut : memiliki rata-rata diameter koloni yang berbeda
Selanjutnya, supensi spora yang diperoleh (table 1). Menurut Pitt (2000), perbedaan
diteteskan ke dalam kaca arloji secara merata. diameter koloni yang besar dari ketiga titik
Larva serangga S. litura instar tiga yang akan inokulasi menunjukkan koloni tersebut berupa
diuji, dilepaskan ke dalam suspensi spora kultur campuran, umur koloni yang sudah tua
tersebut untuk beberapa saat. Kemudian, atau koloninya sudah mati.
serangga-serangga tersebut dipindahkan ke Berdasarkan pengamatan morfologis
dalam botol steril yang telah diisi makanannya secara mikroskopis, diketahui bahwa isolat satu,
berupa daun sawi segar. Pengujian dilakukan tiga, empat, dan lima, memiliki hifa yang tidak
dengan pengulangan sebanyak empat kali (4 bersekat dengan menghasilkan spora sebagai alat
larva) untuk masing-masing isolat. Kontrol reproduksi aseksualnya. Spora yang dihasilkan
Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Jamur Entomopatogen dari Larva Spodoptera Litura (Fabricius) 139

berbentuk bulat dan sporangiumnya berwarna genus dari classis Zygomycetes dan Pencillium
kuning sampai kecoklatan jika sporanya telah termasuk pada genus dari classis Deutoromycetes
matang (gambar 1). (Carter, 1997).

Uji Patogenisitas (Postulat Koch)


Berdasarkan data mortalitas larva, dike-
tahui bahwa pada hari pertama hingga ke enam
setelah pengujian, belum terlihat adanya larva
A B C serangga uji yang mati. Mortalitas larva mulai
terjadi pada hari ke tujuh setelah pengujian. Hal
ini sejalan dengan pendapat Gillespie (1988) yang
menyatakan bahwa mortalitas pada serangga
terjadi pada waktu 3-14 hari setelah pemberian
suspensi spora jamur yang diujikan (Tabel 3).
D E
Tabel 3. Pengamatan Mortalitas Larva S. litura
Gambar 1. (a) Koloni isolat satu; (b) koloni isolat selama 14 Hari Pengamatan
dua; (c) koloni isolat tiga; (d) koloni isolat
empat; dan (e) koloni isolat lima. Isolat
Pengamatan hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
I 1 A A L L L D Mhtm M M M Mjmr Mjmr Mjmr Mjmr
Pada isolat dua, diketahui memiliki hifa 2
3
A
A
A
A
A
A
A
L
L
L
L
P
D
P
M
P
M
P
M Mjmr
P P
Mjmr
P
Mjmr
P
Mjmr
P
yang bersekat dan berwarna kehijau-hijauan. 4 A A A L L P P P P P P P P P
II 1 A A A A L L P P P P P P P P
Alat perkembangbiakan generatifnya berupa 2 A A A L L P P P P P P P P P

konidia yang berbentuk bulat dan berwarna 3


4
A
A
A
A
A
A
L
L
L
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

hijau kekuning-kuningan dengan susunan III 1


2
A
A
A
A
L
A
L
A
D
L
D
L
P
D
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
N
P
N
N

seperti rantai. Konidia dihasilkan pada bagian 3


4
A
A
A
A
A
A
L
A
L
L
P
P
P
P
P
P
P
P
Phtm Phtm
P Phtm
Phtm
Phtm
Phtm
Phtm
N
Phtm
ujung fialida yang berbentuk seperti botol dan IV 1 A A A A L D P P P P P P P P
2 A A A L P P P P P P P P P P
menyempit pada bagian ujungnya (Gambar 2). 3 A A A L P P P P P P P P P P
4 A A A L D P P P P P P P P P
V 1 A A A L D D Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm
2 A A A L D P Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm Phtm
3 A A A A L D D P P P P P P P
4 A A A L L D M M M M M Mjmr Mjmr Mjmr
K 1 A A A A A D P P P P P P P P
2 A A A A A D P P P P P P P P

A B
3
4
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
D
D
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

Keterangan :
In = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat satu
IIn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat dua
IIIn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat tiga
IVn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat empat
C Vn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat lima
A = keadaan larva yang menunjukkan kegiatan yang normal dan aktif
L = keadaan larva yang lemas dan kurang mengalami pergerakan
D = keadaan larva yang diam dan tidak melakukan aktivitas apapun
P = larva yang berkembang menjadi pupa
Phtm = keadaan pupa dengan permukaan tubuh yang menghitam
Pjmr = keadaan pupa yang telah ditumbuhi oleh jamur
M = keadaan larva yang mati
D E Mjmr = larva yang mati dan ditumbuhi oleh jamur
N = larva yang telah berkembang menjadi ngengat (dewasa)
Ncct= keadaan ngengat (dewasa) yang mengalami kecacatan
Gambar 2. Gambaran Mikroskopik Isolat Jamur Usia Tujuh
Hari pada Slide culture..(a) Isolat satu : hifa
tak bersekat dengan spora yang telah matang; Diketahui bahwa isolat satu mampu
(b) Isolat dua : hifa bersekat dengan konidia menyebabkan kematian pada dua larva uji dari
berwarna hijau kekuning-kuningan; (c) Isolat empat larva uji yang digunakan setelah tujuh
tiga : hifa tak bersekat dengan sporangium hari pengujian, sehingga persentase kematiannya
berwarna kuning; (d) Isolat empat : hifa tak
bersekat dengan sporangium berwarna coklat
sebesar 50%. Pada hari ke-11 terlihat adanya
keabuan; dan (e) Isolat lima : hifa tak bersekat. jamur yang tumbuh di permukaan larva. Larva
Fotomikrograf, perbesaran 400x. uji yang ditumbuhi jamur terlihat menjadi kaku,
menghitam, dan diselimuti oleh jamur.
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki Sementara itu, dua larva uji lainnya
oleh setiap isolat, maka isolat satu, tiga, empat, berkembang menjadi pupa pada hari ke enam
dan lima dikelompokkan pada genus Mucor, setelah pengujian. Pada hari ke-15, satu pupa
sedangkan isolat dua termasuk pada genus berkembang menjadi ngengat, tapi dalam
Penicillium. Mucor merupakan salah satu keadaan yang tidak sempurna (cacat). Sayap
Sanjaya, Y., Nurhaeni, H., dan Halima, M. 140

dari ngengat tersebut tampak tereduksi sehingga karakteristik patogenisitas yang dimiliki oleh
ngengat tidak mampu untuk terbang. Satu pupa isolat tiga.
lagi berkembang menjadi ngengat pada hari ke- Pada larva uji dengan pemberian isolat
16 dan terlihat normal. lima memperlihatkan adanya kematian pada satu
Keadaan larva yang menghitam menjelang larva uji dari empat larva uji yang digunakan.
dan setelah kematiannya menandakan adanya Isolat lima mampu menyebabkan kematian pada
mekanisme pertahanan pada tubuh larva S. litura. larva setelah tujuh hari pengujian. Munculnya
Hal ini menunjukkan adanya melanisasi di daerah jamur pada permukaan larva uji adalah pada hari
sekitar infeksi yang bertujuan untuk mencegah ke-12 setelah pengujian.
perkembangan jamur ke arah yang lebih lanjut Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
(Moore-Landecker, 1972). Selain itu, adanya bahwa terdapat tiga larva uji yang berkembang
ngengat yang cacat menunjukkan terjadinya menjadi pupa pada hari ke tujuh setelah
malformasi jaringan penyusun organ (dalam pengujian. ketiga pupa pada hari ke-15 setelah
hal ini sayap) pada larva S. litura. Keberadaan pengujian, satu pupa berkembang menjadi
isolat satu dalam tubuh larva menyebabkan dewasa (ngengat), sedangkan dua pupa lainnya
gangguan pada proses pembentukan organ, tetap dalam tahap pupa dengan keadaan pupa
sehingga menimbulkan kecacatan pada serangga yang kaku dan menghitam.
dewasanya. Pupa yang tidak mengalami perkembangan
Pemberian suspensi spora isolat dua, tiga, selanjutnya dengan keadaan menghitam dan
dan empat tidak menyebabkan adanya kematian kaku berkaitan dengan mekanisme pertahanan
pada larva S. litura yang diuji. Larva uji yang yang dimiliki oleh serangga. Umumnya,
diberi isolat dua mampu berkembang menjadi serangga merespons luka dalam tubuhnya
pupa pada hari ke enam setelah pengujian, dengan menghasilkan pigmen hitam/melanin.
kemudian berkembang menjadi dewasa (ngengat) (Moore-Landecker, 1972). Gejala awal dari
pada hari ke-15 setelah pengujian. Sementara itu, adanya infeksi adalah terbentuknya tempat
larva uji yang diberi isolat empat berkembang (site) melanisasi pada kutikula.
menjadi pupa pada hari ke tujuh dan menjadi Tidak berkembangnya pupa pada S.
dewasa pada hari ke-16 setelah pengujian. litura yang diberi isolat lima diduga berkaitan
Pada larva uji dengan pemberian isolat dengan aktivitas hormon ekdison dan hormon
dua dan empat, tidak terlihat adanya gejala juvenil di dalam tubuhnya. Diduga pula bahwa
menghitam atau terbentuknya daerah melanisasi pada saat pemberian isolat lima, larva S. litura
pada permukaan tubuh larva uji. Ngengat yang sedang mengalami moulting teganggu
yang berkembang tidak menunjukkan adanya aktivitasnya, sehingga keadaannya menjadi lebih
malformasi organ ataupun kelainan secara rentan dan tidak dapat mengalami perkembangan
fisik. Hal ini mengindikasikan bahwa isolat dua selanjutnya.
dan empat dapat diperkirakan aman dan tidak Munculnya jamur pada permukaan
menggangu pada larva uji. larva yang diberi isolat lima tampak tidak
Dua pupa serangga S. litura yang diuji secepat jamur yang tumbuh pada permukaan
dengan isolat tiga menunjukkan warna yang lebih larva dengan pemberian isolat satu. Hal ini
hitam daripada dua pupa lainnya. Berdasarkan menunjukkan bahwa isolat lima bekerja lebih
hasil pengamatan, diketahui bahwa pupa yang lambat daripada isolat satu. Namun demikian,
menghitam tersebut berkembang menjadi isolat lima memperlihatkan adanya kemampuan
ngengat ngengat jantan dan ngengat betina, untuk menimbulkan kematian dan gangguan
yang kemudian dikawinkan. Hasilnya, ngengat pada larva uji, sehingga isolat lima berpotensi
betina ternyata mampu untuk bertelur, walaupun sebagai jamur entomopatogen.
koloni-koloni telur yang dihasilkannya lebih
kecil dan terlihat seperti berceceran SIMPULAN
Menurut Hafez et al. (1994), penurunan
produksi telur diduga mengindikasikan adanya Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa
gangguan pada serangga uji. Hal ini diperkuat isolat satu, tiga, empat, dan lima memiliki hifa
dengan lebih menghitamnya serangga uji pada yang tidak bersekat dengan menghasilkan spora
tahap pupa, yang diduga sebagai tanda terjadinya sebagai alat reproduksi aseksualnya. Sementara
perlawanan serangga uji terhadap isolat tiga. itu, isolat dua memiliki hifa yang bersekat dengan
Keadaan ini tentu saja memerlukan penelitian konidia sebagai alat reproduksi aseksualnya.
yang lebih lanjut untuk mengetahui lebih jelas Berdasarkan hal tersebut, isolat satu (I1), tiga (I3),
Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Jamur Entomopatogen dari Larva Spodoptera Litura (Fabricius) 141

empat (I4), dan lima (I5) termasuk pada genus Kalshoven, L.G.E. (1981). The Pest of Crops
Mucor, sedangkan isolat dua (I2) termasuk pada in Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar Baru-
genus Penicillium. Setiap isolat yang diperoleh VanHoeve
menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter koloni Koestoni, T.M. (1985). Analisis Probit. Kelom-
dari setiap isolat, diketahui bahwa urutan isolat pok Peneliti Hama Lembang. Balai
dengan diameter koloni terbesar sampai yang Penelitian Hortikultura.
terkecil adalah I4>I5>I3>I1>I2. Dengandemikian,
I4 merupakan isolat dengan diameterkoloni Moore-Landecker, E. (1972). Fundamentals
terbesar, sedangkan I2 merupakan isolat yang of the Fungi (fourth ed). Prentice Hall
memiliki diameter koloni paling kecil. Dari lima International Inc.
isolat yang diperoleh, dua diantaranya berpotensi
menyebabkan mortalitas terhadap S. litura yaitu Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta:
isolat satu dan isolat lima, keduanya diketahui Ghalia Indonesia.
sebagai Mucor
Onions, A.H.S., Allisopp, D., & Eggins, H.O.W.
DAFTAR PUSTAKA (1981). Smiths Introduction to Industrial
Mycology (7th ed). London: Edward
Arifin, M. & Sukardi, E. (1992). Saat Aplikasi Virus Arnold (Publishers) Ltd.
Spodoptera litura Nuclear-Polyhiedrosis
dalam Pengendalian Ulat Grayak. Bogor: Pitt, J.I. (2000). A Laboratory Guide to Common
Balai Penelitian Tanaman Pangan. Penicillium Species. Australia: Food
Science.
Burgess, H.D. (Eds) (1981). Microbial Control
of Pests and Plant Disease 1970 - 1980. Robert, D.W. & Yendol, G.W. (1971). Use of
London : Academic Press. Fungi for Microbial Control of Insect.
Microbial Control of Insects and Mites.
Carter, J.S. (1997). Fungi. [Online]. Tersedia New York : Academic Press.
http://biology.clc.uc.edu/courses/
bio106/fungi.htm [28 Juni 2005]. Samson, R.A., Evans, H.C., & Latge, J.P. (1988).
Atlas of Entomopathogenic Fungi.
Gillespie, A.T. (1988). Use of Fungi to Control Berlin Heidelberg New York: Springer
Pest of Agricultural Importance, Fungi in Verlag.
Biological Control System. Manchester
University Press. Samson. (1996). Introduction to Food-borne
Fungi (Fifth ed). Centraal bureau Voor
Hall, T.M. (1973). Use of Microorganisms in Schimmelcultures.
Biological Control. London : Chapman
& Hall Ltd. Soeriaatmadja, H. (1991). Entomopatogen
sebagai Insektisida dalam Pengendalian
Hafez, M. (1994). Biological Effects of the Hama Tanaman. Jatinangor : Fakultas
Entomopathogenic Fungus, Beauveria Pertanian Universitas Padjadjaran.
bassiana on the Potato Tuber Moth,
Phthrorimaea operculella (Seller). Suharno. (1998). Keefektifan Jamur Spicaria sp,
[Online]. Vol. 7 (4), 3 halaman. Tersedia : Beauveria sp, dan Isolat Jamur Asal
http://www.medicaljournal-ias.org/7_4/ Erionata thrax terhadap Mortalitas Larva
Hafez.htm [14 Mei 2005]. Helicoverpa armigera Hubner (Lepidop-
tera: Noctuidae). Skripsi Sarjana pada
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Jatinangor: tidak diterbitkan.

You might also like