Professional Documents
Culture Documents
1
Program Studi Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI
2
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan
E-mail: yayan229@yahoo.com
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai isolasi, identifikasi dan karakterisasi jamur entomopatogen dari larva
serangga Spodoptera litura yang terinfeksi di lapangan. Larva yang terinfeksi diisolasi dan diidentifikasi
di laboratorium mikrobiologi jurusan pendidikan biologi Universitas Pendidikan Indonesia. Pengamtan
secara morfologis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis dan uji patogenisitas dilakukan
untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakter yang dimiliki isolat jamur yang diperoleh. Dari lima
isolat yang diperoleh, dua diantaranya berpotensi sebagai agen pengendali hayati terhadap S. litura yaitu
isolat satu dan isolat lima, keduanya diketahui sebagai Mucor.
ABSTRACT
Isolation of entomopathigenuc fungi of Spodoptera litura larvae from agricuktural field had been
conducted. Larvae which was infected by fungi in field was examined in microbiology laboratory,
Biology Department, Indonesian University of Education. Morphologically and pathogenicity test were
carried out for identitification study. In a total of five isolates, two isolates were identified as a Mucor, a
genus of entomopathogenic fungi. The identifications were base on the result of the analyses and on the
comparisson with some literature.
Pengujian Postulat Koch (Uji Patogenisitas) berupa larva S. litura yang dicelupkan ke dalam
Uji patogenisitas dilakukan dalam 2 larutan fisiologis (NaCl 0,85%) dan diamati
tahap, yaitu reinokulasi dan reisolasi dari setiap mortalitas larva
isolat yang diperoleh. Isolat yang diperoleh diuji Jamur yang tumbuh pada larva diisolasi
kemampuannya dengan menginfeksikan isolat dan diinokulasi kembali seperti tahap awal.
murni ke dalam tubuh larva instar tiga melalui Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap
metode pencelupan larva (Koestoni, 1985). karakterisitik isolat tersebut dan hasilnya
Metode ini merupakan modifikasi yang dibandingkan dengan isolat awal yang telah
biasa digunakan untuk insektisida yang bekerja diperoleh. Dilakukan juga pengambilan gambar
sebagai racun kontak (Koestoni, 1985). Caranya isolat ysng telah diperoleh dengan menggunakan
adalah dengan menambahkan 5 mL NaCl 0.85% fotomikrograf.
ke dalam kultur murni dari setiap isolat dalam
cawan petri. Cawan petri tersebut digoyangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
hingga permukaan koloni benar-benar terendam
dan sporanya jatuh ke dalam larutan fisiologis. Isolasi dan Identifikasi Jamur
Kemudian, larutan fisiologis yang berisi spora Berdasarkan hasil isolasi jamur entomo-
tersebut dipipet dan dipindahkan ke dalam patogen dari larva Spodoptera litura yang
tabung reaksi steril. Selanjutnya dikocok dengan terinfeksi di lapangan, diperoleh enam isolat
vorteks sampai homogen. yang mampu tumbuh pada medium PDA.
Sebanyak satu tetes suspensi spora Setelah dilakukan identifikasi, ternyata isolat
diteteskan ke dalam haemocytometer Nebaeur lima dan enam memiliki karakter morfologis
untuk dihitung jumlah sporanya dengan yang sama, baik secara makroskopik maupun
bantuan mikroskop dan hand counter. Menurut mikroskopik, sehingga hanya lima isolat yang
Kommedhal & Burnes (1989) dalam Suharno berhasil diisolasi.
(1998), jumlah spora/mL dihitung berdasarkan Empat isolat yang diperoleh termasuk
rumus : pada genus Mucor, sedangkan satu isolat lainnya
termasuk genus Penicillium (Tabel 1). Untuk
Jumlah spora/mL = 50.000 x d (spora/mL) membedakan isolat dengan genus yang sama,
Keterangan: d = jumlah spora yang terhitung maka dalam penamaan genusnya diberi akhiran
dalam lima kotak kecil berupa angka yang ditulis di akhir nama genus,
pada haemositometer yang seperti Mucor1, Mucor2, dan seterusnya.
digunakan.
Tabel 2. Isolat Jamur yang Berhasil Diisolasi dan
Diidentifikasi
Tabel 1. Jumlah Spora dari Berbagai isolat
Jumlah spora yang didapat dari lima Kelima isolat jamur yang diperoleh
isolate tersebut adalah sebagai berikut : memiliki rata-rata diameter koloni yang berbeda
Selanjutnya, supensi spora yang diperoleh (table 1). Menurut Pitt (2000), perbedaan
diteteskan ke dalam kaca arloji secara merata. diameter koloni yang besar dari ketiga titik
Larva serangga S. litura instar tiga yang akan inokulasi menunjukkan koloni tersebut berupa
diuji, dilepaskan ke dalam suspensi spora kultur campuran, umur koloni yang sudah tua
tersebut untuk beberapa saat. Kemudian, atau koloninya sudah mati.
serangga-serangga tersebut dipindahkan ke Berdasarkan pengamatan morfologis
dalam botol steril yang telah diisi makanannya secara mikroskopis, diketahui bahwa isolat satu,
berupa daun sawi segar. Pengujian dilakukan tiga, empat, dan lima, memiliki hifa yang tidak
dengan pengulangan sebanyak empat kali (4 bersekat dengan menghasilkan spora sebagai alat
larva) untuk masing-masing isolat. Kontrol reproduksi aseksualnya. Spora yang dihasilkan
Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Jamur Entomopatogen dari Larva Spodoptera Litura (Fabricius) 139
berbentuk bulat dan sporangiumnya berwarna genus dari classis Zygomycetes dan Pencillium
kuning sampai kecoklatan jika sporanya telah termasuk pada genus dari classis Deutoromycetes
matang (gambar 1). (Carter, 1997).
A B
3
4
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
D
D
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
Keterangan :
In = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat satu
IIn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat dua
IIIn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat tiga
IVn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat empat
C Vn = larva uji ke-n yang diberi perlakuan dengan isolat lima
A = keadaan larva yang menunjukkan kegiatan yang normal dan aktif
L = keadaan larva yang lemas dan kurang mengalami pergerakan
D = keadaan larva yang diam dan tidak melakukan aktivitas apapun
P = larva yang berkembang menjadi pupa
Phtm = keadaan pupa dengan permukaan tubuh yang menghitam
Pjmr = keadaan pupa yang telah ditumbuhi oleh jamur
M = keadaan larva yang mati
D E Mjmr = larva yang mati dan ditumbuhi oleh jamur
N = larva yang telah berkembang menjadi ngengat (dewasa)
Ncct= keadaan ngengat (dewasa) yang mengalami kecacatan
Gambar 2. Gambaran Mikroskopik Isolat Jamur Usia Tujuh
Hari pada Slide culture..(a) Isolat satu : hifa
tak bersekat dengan spora yang telah matang; Diketahui bahwa isolat satu mampu
(b) Isolat dua : hifa bersekat dengan konidia menyebabkan kematian pada dua larva uji dari
berwarna hijau kekuning-kuningan; (c) Isolat empat larva uji yang digunakan setelah tujuh
tiga : hifa tak bersekat dengan sporangium hari pengujian, sehingga persentase kematiannya
berwarna kuning; (d) Isolat empat : hifa tak
bersekat dengan sporangium berwarna coklat
sebesar 50%. Pada hari ke-11 terlihat adanya
keabuan; dan (e) Isolat lima : hifa tak bersekat. jamur yang tumbuh di permukaan larva. Larva
Fotomikrograf, perbesaran 400x. uji yang ditumbuhi jamur terlihat menjadi kaku,
menghitam, dan diselimuti oleh jamur.
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki Sementara itu, dua larva uji lainnya
oleh setiap isolat, maka isolat satu, tiga, empat, berkembang menjadi pupa pada hari ke enam
dan lima dikelompokkan pada genus Mucor, setelah pengujian. Pada hari ke-15, satu pupa
sedangkan isolat dua termasuk pada genus berkembang menjadi ngengat, tapi dalam
Penicillium. Mucor merupakan salah satu keadaan yang tidak sempurna (cacat). Sayap
Sanjaya, Y., Nurhaeni, H., dan Halima, M. 140
dari ngengat tersebut tampak tereduksi sehingga karakteristik patogenisitas yang dimiliki oleh
ngengat tidak mampu untuk terbang. Satu pupa isolat tiga.
lagi berkembang menjadi ngengat pada hari ke- Pada larva uji dengan pemberian isolat
16 dan terlihat normal. lima memperlihatkan adanya kematian pada satu
Keadaan larva yang menghitam menjelang larva uji dari empat larva uji yang digunakan.
dan setelah kematiannya menandakan adanya Isolat lima mampu menyebabkan kematian pada
mekanisme pertahanan pada tubuh larva S. litura. larva setelah tujuh hari pengujian. Munculnya
Hal ini menunjukkan adanya melanisasi di daerah jamur pada permukaan larva uji adalah pada hari
sekitar infeksi yang bertujuan untuk mencegah ke-12 setelah pengujian.
perkembangan jamur ke arah yang lebih lanjut Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
(Moore-Landecker, 1972). Selain itu, adanya bahwa terdapat tiga larva uji yang berkembang
ngengat yang cacat menunjukkan terjadinya menjadi pupa pada hari ke tujuh setelah
malformasi jaringan penyusun organ (dalam pengujian. ketiga pupa pada hari ke-15 setelah
hal ini sayap) pada larva S. litura. Keberadaan pengujian, satu pupa berkembang menjadi
isolat satu dalam tubuh larva menyebabkan dewasa (ngengat), sedangkan dua pupa lainnya
gangguan pada proses pembentukan organ, tetap dalam tahap pupa dengan keadaan pupa
sehingga menimbulkan kecacatan pada serangga yang kaku dan menghitam.
dewasanya. Pupa yang tidak mengalami perkembangan
Pemberian suspensi spora isolat dua, tiga, selanjutnya dengan keadaan menghitam dan
dan empat tidak menyebabkan adanya kematian kaku berkaitan dengan mekanisme pertahanan
pada larva S. litura yang diuji. Larva uji yang yang dimiliki oleh serangga. Umumnya,
diberi isolat dua mampu berkembang menjadi serangga merespons luka dalam tubuhnya
pupa pada hari ke enam setelah pengujian, dengan menghasilkan pigmen hitam/melanin.
kemudian berkembang menjadi dewasa (ngengat) (Moore-Landecker, 1972). Gejala awal dari
pada hari ke-15 setelah pengujian. Sementara itu, adanya infeksi adalah terbentuknya tempat
larva uji yang diberi isolat empat berkembang (site) melanisasi pada kutikula.
menjadi pupa pada hari ke tujuh dan menjadi Tidak berkembangnya pupa pada S.
dewasa pada hari ke-16 setelah pengujian. litura yang diberi isolat lima diduga berkaitan
Pada larva uji dengan pemberian isolat dengan aktivitas hormon ekdison dan hormon
dua dan empat, tidak terlihat adanya gejala juvenil di dalam tubuhnya. Diduga pula bahwa
menghitam atau terbentuknya daerah melanisasi pada saat pemberian isolat lima, larva S. litura
pada permukaan tubuh larva uji. Ngengat yang sedang mengalami moulting teganggu
yang berkembang tidak menunjukkan adanya aktivitasnya, sehingga keadaannya menjadi lebih
malformasi organ ataupun kelainan secara rentan dan tidak dapat mengalami perkembangan
fisik. Hal ini mengindikasikan bahwa isolat dua selanjutnya.
dan empat dapat diperkirakan aman dan tidak Munculnya jamur pada permukaan
menggangu pada larva uji. larva yang diberi isolat lima tampak tidak
Dua pupa serangga S. litura yang diuji secepat jamur yang tumbuh pada permukaan
dengan isolat tiga menunjukkan warna yang lebih larva dengan pemberian isolat satu. Hal ini
hitam daripada dua pupa lainnya. Berdasarkan menunjukkan bahwa isolat lima bekerja lebih
hasil pengamatan, diketahui bahwa pupa yang lambat daripada isolat satu. Namun demikian,
menghitam tersebut berkembang menjadi isolat lima memperlihatkan adanya kemampuan
ngengat ngengat jantan dan ngengat betina, untuk menimbulkan kematian dan gangguan
yang kemudian dikawinkan. Hasilnya, ngengat pada larva uji, sehingga isolat lima berpotensi
betina ternyata mampu untuk bertelur, walaupun sebagai jamur entomopatogen.
koloni-koloni telur yang dihasilkannya lebih
kecil dan terlihat seperti berceceran SIMPULAN
Menurut Hafez et al. (1994), penurunan
produksi telur diduga mengindikasikan adanya Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa
gangguan pada serangga uji. Hal ini diperkuat isolat satu, tiga, empat, dan lima memiliki hifa
dengan lebih menghitamnya serangga uji pada yang tidak bersekat dengan menghasilkan spora
tahap pupa, yang diduga sebagai tanda terjadinya sebagai alat reproduksi aseksualnya. Sementara
perlawanan serangga uji terhadap isolat tiga. itu, isolat dua memiliki hifa yang bersekat dengan
Keadaan ini tentu saja memerlukan penelitian konidia sebagai alat reproduksi aseksualnya.
yang lebih lanjut untuk mengetahui lebih jelas Berdasarkan hal tersebut, isolat satu (I1), tiga (I3),
Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Jamur Entomopatogen dari Larva Spodoptera Litura (Fabricius) 141
empat (I4), dan lima (I5) termasuk pada genus Kalshoven, L.G.E. (1981). The Pest of Crops
Mucor, sedangkan isolat dua (I2) termasuk pada in Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar Baru-
genus Penicillium. Setiap isolat yang diperoleh VanHoeve
menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter koloni Koestoni, T.M. (1985). Analisis Probit. Kelom-
dari setiap isolat, diketahui bahwa urutan isolat pok Peneliti Hama Lembang. Balai
dengan diameter koloni terbesar sampai yang Penelitian Hortikultura.
terkecil adalah I4>I5>I3>I1>I2. Dengandemikian,
I4 merupakan isolat dengan diameterkoloni Moore-Landecker, E. (1972). Fundamentals
terbesar, sedangkan I2 merupakan isolat yang of the Fungi (fourth ed). Prentice Hall
memiliki diameter koloni paling kecil. Dari lima International Inc.
isolat yang diperoleh, dua diantaranya berpotensi
menyebabkan mortalitas terhadap S. litura yaitu Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta:
isolat satu dan isolat lima, keduanya diketahui Ghalia Indonesia.
sebagai Mucor
Onions, A.H.S., Allisopp, D., & Eggins, H.O.W.
DAFTAR PUSTAKA (1981). Smiths Introduction to Industrial
Mycology (7th ed). London: Edward
Arifin, M. & Sukardi, E. (1992). Saat Aplikasi Virus Arnold (Publishers) Ltd.
Spodoptera litura Nuclear-Polyhiedrosis
dalam Pengendalian Ulat Grayak. Bogor: Pitt, J.I. (2000). A Laboratory Guide to Common
Balai Penelitian Tanaman Pangan. Penicillium Species. Australia: Food
Science.
Burgess, H.D. (Eds) (1981). Microbial Control
of Pests and Plant Disease 1970 - 1980. Robert, D.W. & Yendol, G.W. (1971). Use of
London : Academic Press. Fungi for Microbial Control of Insect.
Microbial Control of Insects and Mites.
Carter, J.S. (1997). Fungi. [Online]. Tersedia New York : Academic Press.
http://biology.clc.uc.edu/courses/
bio106/fungi.htm [28 Juni 2005]. Samson, R.A., Evans, H.C., & Latge, J.P. (1988).
Atlas of Entomopathogenic Fungi.
Gillespie, A.T. (1988). Use of Fungi to Control Berlin Heidelberg New York: Springer
Pest of Agricultural Importance, Fungi in Verlag.
Biological Control System. Manchester
University Press. Samson. (1996). Introduction to Food-borne
Fungi (Fifth ed). Centraal bureau Voor
Hall, T.M. (1973). Use of Microorganisms in Schimmelcultures.
Biological Control. London : Chapman
& Hall Ltd. Soeriaatmadja, H. (1991). Entomopatogen
sebagai Insektisida dalam Pengendalian
Hafez, M. (1994). Biological Effects of the Hama Tanaman. Jatinangor : Fakultas
Entomopathogenic Fungus, Beauveria Pertanian Universitas Padjadjaran.
bassiana on the Potato Tuber Moth,
Phthrorimaea operculella (Seller). Suharno. (1998). Keefektifan Jamur Spicaria sp,
[Online]. Vol. 7 (4), 3 halaman. Tersedia : Beauveria sp, dan Isolat Jamur Asal
http://www.medicaljournal-ias.org/7_4/ Erionata thrax terhadap Mortalitas Larva
Hafez.htm [14 Mei 2005]. Helicoverpa armigera Hubner (Lepidop-
tera: Noctuidae). Skripsi Sarjana pada
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Jatinangor: tidak diterbitkan.