You are on page 1of 8

TUGAS MANDIRI 2 PENGANTAR ILMU HUKUM/PTHI

1. Hukum Material dan hukum formal


1.1.Sumber Hukum dalam arti material, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan hukum
individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan demikian
keyakinan/ perasaan hukum individu (selaku anggota masyarakat) dan juga pendapat
umum yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan hukum.
1.2.Sumber hukum dalam arti Formal, yaitu: bentuk atau kenyataan dimana kita dapat
menemukan hukum yang berlaku. Jadi karena bentuknya itulah yang menyebabkan
hukum berlaku umum, diketahui, dan ditaati.
Adapun yang termasuk sumber hukum dalam arti formal adalah :
1.2.1.Undang-undang
Dilihat dari bentuknya, hukum dibedakan menjadi:
(a). Hukum tertulis
(b). Hukum tidak tertulis
Undang-undang merupakan salah satu contoh dari hukum tertulis. Jadi, Undang-
undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang
berwenang untuk itu dan mengikat masyarakat umum.
Dari definisi undang-undang tersebut, terdapat 2 (dua) macam pengertian:
a. Undang-undang dalam arti materiil, yaitu: setiap peraturan yang dikeluarkan oleh
Negara yang isinya langsung mengikat masyarakat umum. Misalnya:
Ketetapan MPR, Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU),
Keputusan Presiden (KEPRES), Peraturan Daerah (PERDA), dll
b. Undang-undang dalam arti formal, yaitu: setiap peraturan negara yang karena
bentuknya disebut Undang-undang atau dengan kata lain setiap keputusan/peraturan
yang dilihat dari cara pembentukannya. Di Indonesia, Undang-undang dalam arti
formal dibuat oleh Presiden dengan persetujuan DPR(lihat pasal 5 ayat 1 UUD 45).
Perbedaan dari kedua macam Undang-undang tersebut terletak pada sudut
peninjauannya. Undang-undang dalam arti materiil ditinjau dari sudut isinya yang
mengikat umum, sedangkan undang-undang dalam arti formal ditinjau segi
pembuatan dan bentuknya. Oleh karena itu untuk memudahkan dalam membedakan
kedua macam pengertian undang-undang tersebut, maka undang-undang dalam arti
materiil biasanya digunakan istilah peraturan, sedangkan undang-undang dalam arti
formal disebut dengan undangundang
1.2.2.Kebiasaan atau hukum tak tertulis
Kebiasaan (custom) adalah: semua aturan yang walaupun tidak ditetapkan
oleh pemerintah, tetapi ditaati oleh rakyat, karena mereka yakin bahwa aturan itu
berlaku sebagai hukum. Agar kebiasaan memiliki kekuatan yangberlaku dan
sekaligus menjadi sumber hukum, maka harus dipenuhi syarat sebagai berikut:
Harus ada perbuatan atau tindakan tertentu yang dilakukan berulangkali dalam hal
yang sama dan diikuti oleh orang banyak/ umum.
Harus ada keyakinan hukum dari orang-orang/ golongan-golongan yang
berkepentingan. dalam arti harus terdapat keyakinan bahwa aturan-aturan yang
ditimbulkan oleh kebiasaan itu mengandung/ memuat hal-hal yang baik dan layak
untuk diikuti/ ditaati serta mempunyai kekuatan mengikat.
1.2.3.Yurisprudensi
adalah: keputusan hakim terdahulu yang kemudian diikuti dan dijadikan pedoman
oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan suatu perkara yang sama.
1.2.4.Traktat
Adalah: perjanjian yang dilakukan oleh kedua negara atau lebih. Perjanjian yang
dilakukan oleh 2 (dua) negara disebut Traktat Bilateral, sedangkan Perjanjian yang
dilakukan oleh lebih dari 2 (dua) negara disebut Traktat Multilateral. Selain itujuga
ada yang disebut sebagai Traktat Kolektif yaitu perjanjian antara beberapa negara dan
kemudian terbuka bagi negara-negara lainnya untuk mengikatkan diri dalam
perjanjian tersebut.
1.2.5.Doktrin
Adalah: pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama/ terkemuka. Dalam
Yurispudensi dapat dilihat bahwa hakim sering berpegangan pada pendapat seorang
atau beberapa sarjana hukum yang terkenal namanya. Pendapat para sarjana hukum
itu menjadi dasar keputusan-keputusan yang akan diambil oleh seorang hakim dalam
menyelesaikan suatu perkara.
2. Asas-asas Hukum
Berikut pengertian asas hukum menurut beberapa ahli.
2.1.Pengertian asas hukum menurut Bellefroid
(Suatu) norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif yang (dimana) oleh ilmu hukum
tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum.
2.2.Pengertian asas hukum menurut P. Scholten
Kecenderungan-kecenderungan yang diisyaratkan (oleh) pandangan kesusilaan kita pada
hukum (yang) merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai
pembawaan yang umum, akan tetapi yang tidak boleh tidak harus ada (harus ada).
2.3.Pengertian asas hukum menurut The Liang Gie
Suatu dalil umum yang dinyatakan dalam (suatu) istilah umum tanpa menyarankan cara-
cara khusus (mengenai) pelaksanaannya yang diterapkan pada serangkaian perbuatan
untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu.
2.4.Pengertian asas hukum menurut Van Eikema Hommes
Asas hukum (itu) tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkrit, tetapi
perlu dianggap sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang
berlaku. Dalam pembentukan hukum praktis (itu) perlu berorientasi pada asas-asas
hukum. (Nah,) dengan kata lain, pengertian Asas Hukum yaitu dasar-dasar atau petunjuk
arah dalam pembentukan hukum positif.
2.5.Pengertian asas hukum menurut C.W. Paton
Suatu alam (didalam) pikiran yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya suatu
norma hukum. (Adapun) unsur-unsur yang terdapat pada asas antara lain alam pikiran,
rumusan yang luas dan dasar bagi pembentukan norma hukum.
Dari pengertian asas hukum menurut para ahli di atas kita bisa merangkumnya
menjadi sebuah pengertian bahwa asas hukum merupakan dasar-dasar (bersifat umum)
yang terkandung dalam peraturan hukum. Dasar-dasar ini mengandung nilai-nilai etis
yang diakui oleh suatu masyarakat. Nah, dari asas hukum inilah kemudian dibuat
peraturan-peraturan hukum secara konkrit (nyata). Jika asas hukum ini sudah dibuat
dalam peraturan hukum yang nyata, maka barulah bisa digunakan untuk mengatur sebuah
peristiwa. Namun jika belum dibuat dalam sebuah bentuk peraturan hukum yang nyata,
maka belum bisa digunakan atau diterapkan dalam sebuah peristiwa.
Macam-macam asas hukum di Indonesia
Dalam tatanan hukum di Indonesia dikenal adanya dua asas yaitu asas hukum umum dan
asas hukum khusus.
Asas hukum umum
Asas hukum umum merupakan asas hukum yang berhubungan dengan keseluruhan
bidang hukum. Misalnya
a. asas lex posteriori derogat legi priori (peraturan yang baru akan menghapus peraturan
yang lama), misalnya UU No. 13 Tahun 1965 diganti dengan UU No.14 Tahun 1992
tentang UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
b. asas lex speciali derogat legi generali (peraturan yang lebih khusus akan
mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum), misalnya KUH Dagang dapat
mengesampingkan KUH perdata dalam hal perdagangan.
c. asas lex superior derogat legi inferior (peraturan yang lebih tinggi akan
mengesampingkan peraturan yang lebih rendah), misalnya Pasal 7 UU No. 10 Tahun
2004.
Asas hukum khusus
Asas hukum khusus ialah asas yang berlaku dalam lapangan hukum tertentu. Misalnya
a. dalam hukum perdata berlaku asas pacta sunt servanda (setiap janji itu mengikat), asas
konsensualisme.
b. dalam hukum pidana berlaku Presumption of innocence (asas praduga tak bersalah),
asas legalitas.
3. Peristiwa Hukum dan Akibat Hukum
3.1.Peristiwa hukum
adalah semua peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan akibat hukum, antara
pihak-pihak yang mempunyai hubungan hukum. Seperti misalnya perkawinan antara
pria dan wanita, akan membawa bersama dari peristiwa itu hak-hak dan kewajiban-
kewajiban baik untuk pihak laki-laki yang kemudian bernama suami dengan
serangkaian hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Demikian pula pihak wanita yang
kemudian bernama istri dengan serangkaian hak dan kewajibannya. Maka perkawinan
ini hakikatnya adalah suatu peristiwa hukum, walaupun apabila dilihat dari sudut lain
misalnya dapat dinamakan sebagai lembaga-hukum (institusi hukum).
Demikian pula misalnya kematian seseorang, akan pula membawa berbagai akibat
hukum, seperti di bidang hukum sipil akan membawa akibat penetapan pewaris dan
ahli waris. Dan apabila di bidang hukum pidana, seandainya kematian tersebut akibat
perbuatan seseorang, maka orang bersangkutan terkena akibat hukum berupa
pertanggung jawaban pidana. Pokok peristiwa hukum ini dapat mengenai berbagai
segi hukum baik hukum publik ataupun hukum privat, hukum tata negara, hukum tata
usaha negara, hukum publik dan perdata internasional, hukum pidana, niaga, sipil dan
sebagainya.
3.2.Akibat Hukum
Suatu akibat yang ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum. Suatu hubungan
hukum memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh undang-undang,
sehingga kalau dilanggar akan berakibat, bahwa orang yang melanggar itu dapat
dituntut di muka pengadilan. Suatu hubungan pergaulan persahabatan biasa seperti
ingkar janji untuk menonton bioskop bersama tidak membawa akibat hukum. Namun
secara non-hukum misalnya ganjalan dan tidak enak dari yang dijanjikan bisa saja
terjadi.
Perbedaan Antara Peristiwa Hukum Dan Akibat Hukum.
Untuk lebih memfokuskan serta memudahkan pemahaman mengenai peristiwa hukum
maka di bawah ini akan diuraikan beberapa pengertian tentang peristiwa hukum,
diantaranya yaitu :
Peristiwa hukum ialah suatu rechtsfeit atau suatu kejadian hukum.
Peristiwa hukum ialah suatu kejadian biasa dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya
diatur oleh hukum.
Peristiwa hukum ialah perbuatan dan tingkah laku subyek hukum yang membawa akibat
hukum, karena hukum mempunyai kekuatan mengikat bagi subyek hukum atau karena
subyek hukum itu terikat oleh kekuatan hukum.
Menurut Apeldoorn peristiwa hukum ialah peristiwa yang berdasarkan hukum
menimbulkan atau menghapuskan hak. Menurut Bellefroid peristiwa hukum ialah
peristiwa sosial yang tidak secara otomatis dapat merupakan/menimbulkan hukum. Suatu
peristiwa dapat merupakan peristiwa hukum apabila peristiwa itu oleh peraturan hukum
dijadikan sebagai peristiwa hukum.
Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu
akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan yang
dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan yang dilakukan guna
memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki hukum.
Lebih jelas lagi bahwa akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-
akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang
bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum
4. Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata
Pengertian Hukum Pidana Menurut Para Ahli Prof. Dr. W.L.G. Lemaire, yang dikutip
oleh Drs. P.A.F. Lamintang, S.H memberikan definisi hukum pidana sebagai berikut:
Hukum pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan
larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan suatu
sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus. Dengan demikian
dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma
yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu di mana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan
dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang
bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.
Selain itu, Moeljatno, yang dikutip oleh Eddy O.S. Hiariej memberikan definisi hukum
pidana sebagai berikut:
Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang
mengadakan dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh
dilakukan, dilarang yang disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang
melakukan. Kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan itu
dapat dikenakan sanksi pidana dan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan.
C.S.T. Kansil dalam memberikan definisi hukum pidana, yaitu:
Hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan
terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu
penderitaan atau siksaan.

Berdasar pada definisi-definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum pidana
merupakan ketentuan yang mengatur tindakan apa yang tidak boleh dilakukan, dimana saat
tindakan tersebut dilakukan terdapat sanksi bagi orang yang melakukannya. Hukum pidana juga
ditujukan untuk kepentingan umum.
Pengertian Hukum Perdata Menurut Para Ahli
Selanjutnya, kami akan menjelaskan mengenai hukum perdata. Prof. Subekti, S.H. menyatakan
bahwa hukum perdatadalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil, yaitu segala hukum
pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
Soal pembagian hukum perdata, lebih lanjut Subekti menyatakan antara lain bahwa
Hukum perdata dibagi dalam empat bagian yaitu:
1. Hukum tentang diri seseorang, memuat peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek
dalam hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakapan
untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi
kecakapan-kecakapan itu.
2. Hukum Keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari hubungan
kekeluargaan, yaitu: perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara
suami dan isteri, hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan curatele.
3. Hukum Kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan
uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seseorang, yang dimaksudkan ialah jumlah segala
hak dan kewajiban orang itu, dinilai dengan uang.
4. Hukum Waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang jikalau ia
meninggal. Juga dapat dikatakan, hukum waris itu mengatur akibat-akibat hubungan keluarga
terhadap harta peninggalan seseorang.
Sementara itu, C.S.T. Kansil menerangkan mengenai definisi dari hukum perdata, yaitu:
Rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan antar orang yang satu dengan
yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Apabila ditarik kesimpulan dari penjabaran definisi tersebut di atas, hukum perdata pada intinya
mengatur tentang kepentingan perseorangan dan hubungan hukumnya dengan orang lain.

Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Sehingga pada dasarnya, hukum pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum,
misalnya yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang memiliki
implikasi secara langsung pada masyarakat secara luas (umum), dimana apabila suatu tindak
pidana dilakukan, berdampak buruk terhadap keamanan, ketenteraman, kesejahteraan dan
ketertiban umum di masyarakat.
Hukum Pidana sendiri bersifat sebagai ultimum remedium (upaya terakhir) untuk menyelesaikan
suatu perkara. Karenanya, terdapat sanksi yang memaksa yang apabila peraturannya dilanggar,
yang berdampak dijatuhinya pidana pada si pelaku. Penjelasan selengkapnya tentang ultimum
remedium dapat Anda simak Arti Ultimum Remedium.
Berbeda dengan hukum pidana, hukum perdata sendiri bersifat privat, yang menitikberatkan
dalam mengatur mengenai hubungan antara orang perorangan, dengan kata lain menitikberatkan
kepada kepentingan perseorangan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa akibat dari
ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Per) hanya berdampak langsung bagi para pihak yang terlibat, dan tidak berakibat
secara langsung pada kepentingan umum.

You might also like