You are on page 1of 11

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

Disusun Oleh :

Nama : M.ACHMAD MUBAROK


Fakultas/Jurusan : PENDIDIKAN/PAI

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS MADRASAH DINIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH RADEN WIJAYA MOJOKERTO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang informasi tentang catatan kaki dan daftar pustaka.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua orang yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

MOJOKERTO, 03 OKTOBER 2017

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
A. QS AT-TAUBAH ................................................................................................................. 4
1. QS At-Taubah: 122 ............................................................................................................ 4
2. Asbabun Nuzul At-Taubah:122 ......................................................................................... 4
3. Penjelasan QS. At-Taubah: 122 ......................................................................................... 4
4. Asbabun Nuzul................................................................................................................... 6
5. Aspek Tarbawi QS. At-Taubah:122 .................................................................................. 6
B. Q.S ADZ-ZARIYAT AYAT 56 TENTANG TUGAS HIDUP MANUSIA ........................ 7
1. Kandungan QS. Adz Dzariyat ayat 56: .............................................................................. 7
C. Q.S. ALI IMRAN: 138-139 .................................................................................................. 8
1. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 138-139 ................................................................................. 8
2. Kandungan Hukum dan Aspek Tarbawi: ......................................................................... 10
D. Analisis................................................................................................................................ 11
A. QS AT-TAUBAH

1. QS At-Taubah: 122

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S At-Taubah
: 122)

2. Asbabun Nuzul At-Taubah:122

Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka
berada didaerah badui atau pedalaman. Karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya.
Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya sungguh ada orang-orang yang
tertinggal didaerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu kemudian turunlah
firmannya yang menyatakan tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang).

Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan pula hadits lainya melalui abdullah ibnu Ubaid ibnu
Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum mukminin yang sangat besar
terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila rasulullah SAW mengirimkan syariahnya, maka
mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan nabi. Di Madinah bersama dengan
orang-orang yang lemah.[1]

3. Penjelasan QS. At-Taubah: 122

Ayat ini merupakan penjelasan dari Allah SWT bagi golongan penduduk Arab yang hendak
berangkat bersama Rasulullah SAW ke perang Tabuk. Ada segolongan ulama salaf yang
berpendapat bahwa setiap muslim wajib berangkat untuk berperang, apabila Rasulullah pun
berangkat. Oleh karena itu Allah SWT berfirman, Maka pergilah kamu semua dengan ringan
maupun berat. (Q.S At-Taubah: 41)[2].

Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abdullah bin Ubaid bin Umar
dikemukakan bahwa kaum Mukminin, karena kesungguhannya ingin berjihad, apabila diseru
oleh Rasulullah SAW untuk berangkat ke medan perang, mereka serta merta berangkat
meninggalkan Nabi SAW beserta orang-orang yang lemah. Ayat ini QS at-Taubah:122 turun
sebagai larangan kepada kaum Mukminin serta merta berangakat seluruhnya, tapi harus ada
yang menetap untuk memperdalam pengetahuan agama.[3]

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-
Nya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang).
(At-Taubah: 122) Yakni tidaklah sepatutnya orang-orang mukmin berangkat semuanya ke
medan perang dan meninggalkan Nabi Saw. sendirian. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122) Yaitu suatu golongan. Makna
yang dimaksud ialah sepasukan Sariyyah (pasukan khusus) yang mereka tidak berangkat
kecuali dengan seizin Nabi Saw. Sedangkan mereka yang tetap tinggal untuk memperdalam
ilmu bersama Nabi Saw. Akan mengatakan kepada Sariyyah, Sesungguhnya Allah telah
menurunkan ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi kalian dan telah kami pelajari. Selanjutnya
Sariyyah itu tinggal untuk mempelajari apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi
mereka, sesudah keberangkatan mereka dan Nabi pun mengirimkan Sariyyah lainnya yang
demikian itulah pengertian firman Allah Swt.:

}
{

untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama. (At-Taubah: 122)

Yakni agar mereka mempelajari apa yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi mereka.
Selanjutnya mereka akan mengajarkannya kepada Sariyyah apabila telah kembali kepada
mereka.

{ }

supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)

Yaitu untuk menjaga dari siksaan Allah dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi
larangannya.[4]

Mujahid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan sejumlah orang dari
kalangan sahabat Nabi Saw yang pergi ke daerah-daerah pedalaman, lalu mereka beroleh
kebajikan dari para penduduknya dan beroleh manfaat dari kesuburannya, serta menyeru
orang-orang yang mereka jumpai ke jalan petunjuk (hidayah). Maka orang-orang pedalaman
berkata kepada mereka, Tiada yang kami lihat dari kalian melainkan kalian telah
meninggalkan teman kalian (Nabi Saw) dan kalian datang kepada kami. Maka timbullah rasa
berdosa dalam hati mereka, lalu mereka pergi dari daerah pedalaman seluruhnya dan
menghadap Nabi Saw. Maka Allah Swt berfirman Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122) untuk mencari kebaikan untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama. (At-Taubah: 122) dan untuk mendengarkan
apa yang terjadi di kalangan orang-orang serta apa yang telah diturunkan oleh Allah. Allah
memaafkan mereka. Dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya. (At-Taubah: 122) Yakni
semua orang apabila mereka kembali kepada kaumnya masing-masing. Supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)

Jadi dalam pasukan tersebut ada dua kelompok yaitu kelompok yang berjihad dan kelompok
yang memperdalam agama melalui Rasul.[5]
Dalam penjelasan lain juga kalimat di atas sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah
dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan
oleh setiap orang. Artinya agar tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu ingin
membimbing kaumnya tentang akibat dari kebodohan dengan harapan supaya mereka takut
kepada Allah dan berhati hati terhadap kemaksiatan juga agar mampu menyebarkan dakwah
dan membela.[6]

4. Asbabun Nuzul

Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka
berada didaerah badui atau pedalaman. Karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya.
Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya sungguh ada orang-orang yang
tertinggal didaerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu kemudian turunlah
firmanya yang menyatakan tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang)

Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan pula hadits lainya melalui abdullah ibnu Ubaid ibnu
Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum mukminin yang sangat besar
terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila rasulullah SAW mengirimkan syariahnya, maka
mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan nabi dimadinah bersama dengan
orang-orang yang lemah.

5. Aspek Tarbawi QS. At-Taubah:122

Menuntut Ilmu merupakan kewajiban bagi setiap mukmin laki-laki dan perempuan, yang
pahalanya disamakan dengan berjuang di medan perang.

Kewajiban menuntut ilmu agama bagi orang-orang muslim lalu mengajarkannya kepada yang
lain, bertujuan agar ilmu dan peradaban Islam dapat terus ada dari generasi ke generasi.

Kaum muslimin hendaknya mengerti pembagian tugas dan peran masing-masing, ada yang
dalam bidang pertahanan dan keamanan, ada yang dalam bidang pendidikan, agar dalam
kelangsungan hidupnya mereka dapat saling memberi manfaat satu sama lain.

Hakekat manusia tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk mengembangkan ilmi
pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat manusia.[9]
B. Q.S ADZ-ZARIYAT AYAT 56 TENTANG TUGAS HIDUP MANUSIA

1. Kandungan QS. Adz Dzariyat ayat 56:



"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku"

Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan
manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta
menyembah hanya kepada Allah SWT.
Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga
mempunya fungsi sebagai hamba yaitu
menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena
sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai
terjemahan dari lafal abida-yabudu-ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti
menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti
kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.

Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa
yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan,
terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedangkan diakhirat kelak, kita akan
memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang
istimewa. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah.
Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi
petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan
manusia sejak bangun tidur sampai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.

Isi Kandungan Isi kandungan surah Adz-Zariyat ayat 56, diantaranya:

1. Tujuan diciptakannya manusia dan jin dibumi, yaitu beribadah kepada-Nya, baik ibadah
mahdah mauapun ibadah gair mahdah. Ibadah mahdah adalah bentuk ibadah yang tatacaranya
diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah jelas dan bersifat mutlak, yaitu rukun Islam.
Sedangkan ibadah gair mahdah adalah bentuk perbuatan yang dapat bernilai ibadah jika
diniatkan untuk ibadah, seperti infaq, sadaqah, senyum, dan sebagainya.

2. Semua amal perbuatan yang baik harus dilandasi dengan niat semata-mata mengaharap rida
Allah SWT.

3. Umat islam harus berkomitmen pada Syariat Islam sebagai sati-satunya agama yang
diridhoi Allah SWT dengan diwujudkan berupa akhlakul karimah.

Penerapan Sikap Sikap dan perilaku yang terkandung dalam surah Adz-Zariyat ayat 56 yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:

1. Ketahuilah bahwa kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Taala bukan semata untuk
hidup di dunia bukan pula untuk sekedar makan dan minum. Apalagi berfoya-foya untuk
memenuhi tiap keinginan hawa nafsu kita. Tapi tujuan hidup kita sebenarnya adalah beribadah
kepada-Nya.

2. Senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya.

3. Tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

4. Meyakini dan melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam 5. Belajar menuntut ilmu dengan
rajin dan senatiasa mempelajari dan memahami Al-Quran.

Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa
yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan,
terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedangkan diakhirat kelak, kita akan
memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang
istimewa. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah.
Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi
petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan
manusia sejak bangun tidur sampai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.

C. Q.S. ALI IMRAN: 138-139

(Al-Quran) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang
yang bertakwa (138). Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih
hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar)
beriman (139).

1. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 138-139


(Al-Quran) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang
yang bertakwa (138).

Al-Quran ini adalah penerang bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan
peristiwa kemanusiaan telah jauh berlalu, yang manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya
jika tidak akan penerangan (penjelasan) yang menunjukannya. Akan tetapi, hanya segolongan
manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajarn dari
padanya, mendapatkan manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan
muttaqin yaitu orang-orang yang bertaqwa.

Hal ini sesuai pandangan firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 2



Kitab (AL-Quran) ini tidak ada kerguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa

Selain itu Rasulullah SAW bersabda:

Dari Imam Malik, beliau menyampaikan sesungguhnya Rasullah SAW Bersabda:


Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kamu takkan pernah tersesat selama
kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi.

Surat Ali Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah atau yang
biasa disebut oleh seorang ilmuwan yang bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum
kemasyarakatan/alam/materi. Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum yang bersifat umum
dan pasti, tidak ada satu pun, di negeri manapun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila
melanggarnya. Manusia yang tidak bisa membedakan antara yang halal dan haram, yang baik
dan buruk, mereka akan terbentur oleh malapetaka, bencana dan kematian. Ini semata-mata
adalah sanksi otomatis, karena kepunahan adalah akhir dari mereka yang melanggar hukum-
hukum alam. Tiadk heran hal ini diungkap Al-Quran, karena Al-Quran mengatur kehidupan
masyarakat dan berfungsi mengubah masyarakat dan anggota-anggotanya dari kegelapan
menuju cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.

Pernyataan Allah: (Al-Quran) Ini adalah penjelasan bagi manusia juga mengandung makna
bahwa Allah tidak akan langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu.
Karena terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan peringatan (Hidayah-Nya).
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati. Padahal kamu
adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139.

Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah
atau hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum Muslimin tidak
meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang mati syahid, walaupun dalam
perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil menawan dan membunuh sekian
banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah. Namun demikian, mereka
tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah, menghadapi musuhmu
dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu
alami perang Uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha
yang lebih baik. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah baik
di dunia maupun akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan kebenaran dan di akhirat
karena kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih hati sedangkan yang gugur
diantara kamu akan menuju surga dan yang luka akan mendapat luka akan mendapat ampunan
dari Allah SWT. Ini jika kamu (benar-benar) beriman, yakni jika keimanannya benar-benar
mantap dalam hatinya. Maka dari itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati
atas apa yang menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling
tinggi derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada Allah saja.
Sedangkan mereka menyembah kepada selain Allah. Maka jika kamu benar-benar beriman
maka kamu akan ditinggikan derajatnya dan tidak akan mersa sedih karena semua itu adalah
sunnatullah yang bisa ditimpakan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Akan tetapi, hanya
kamulah yang akan mendapat akibat (balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha keras
dalam menempuh ujian.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

Orang mumin yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang
mumin yang lemah dan didalam keduanya terdapat kebaikan (karena sama-sama beriman),
dan bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan
kepada Allah dan janganlah kamu berputus asa dan jika kamu sedang mendapat cobaan maka
janganlah kamu mengatakan : seandainya aku berbuat seperti ini dan seperti itu akan tetapi
katakanlah ini semua adalah kuasa Allah dan merupakan kehendak-Nya karena
sesungguhnya mengandai-andai akan membuka (pintu) godaan dari perbuatan syetan.

2. Kandungan Hukum dan Aspek Tarbawi:

(Al-Quran) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang
yang bertakwa (138).

Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan melihat berkasnya dengan melawat


mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Ilmu
kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia didalam alam ini. Dalam ayat
ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui mengetahui beberapa ilmu penting. Pertama,
sejarah; kedua, ilmu bekas peninggalan sejarah; ketiga ilmu siasat perang; keempat, ilmu siasat
mengendalikan Negara. Di dalam sejarah misalnya banyak kita temui hal-hal penting.
Meskipun tidak seluruhnya ditulis di Al-Quran hanya berkenaan dengan perjuangan Rasul-
rasul., misalnya perjuangan Nabi Musa AS menentang kezhaliman raja Firaun, atau Nabi
Ibrahim AS menghadapi kamunya dan Raja Namrud, namun yang tidak tertuils dalm Al-
Quran dapat kita cari dari bahan lain. Misalnya penyerbuan tentara Iskandar Macedonia dari
Barat ke Timur. Mengapa Iskandar yang tentaranya tidak mencukupi 100.000 orang bisa
mengalahkan tentara Darius, Raja Persia, yang jumlahnya hampir setengah juta? sebab tentara
Iskandar ringan, sigap, lincah. Sedangkan tentara Darius telah berat oleh pakaian dan
perhiasan. Darius hanya menggantungkan kekuatan hanya kepada banyaknya jumlah tentara,
padahal Iskandar mempunyai disiplin yang teguh dan tentara yang cekatan. Al-Quran telah
memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah strategi pertempuran menghadapi
musuh, sampai bagaimana kita mempersiapkan diri. Dalam hal ini, kita dianjurkan mengetahui
hakikat persiapan supaya kita melangkah dengan kewaspadaan dalam membela kebenaran.
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139).

Sesungguhnya Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal
tersebut akan mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya. Sebaliknya Allah tidak
melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta, kekayaan, atau teman
yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi hatinya dengan kegembiraan. Untuk
itu kalian adalah orang-orang yang lebih utama memiliki keteguhan tekad lantaran pengetahuan
kalian tentang balasan yang baik dan berpegang pada kebenaran.

Sekali waktu kemenangan berada pada pihak yang bathil, begitu pula sebaliknya karena
semua itu adalah Sunatullah. Sesungguhnya hari kemenangan hanyalah bagi orang yang
mengetahui dan mau memelihara sebab-sebab keberhasilan dengan sebaik-baiknya seperti
kesepatan, tidak pernah berselisih, teguh, selalu berfikir, kuat tekadnya, dan mengambil
persiapan serta menyusun segala kekuatan yang ada untuk menghadapinya.

D. Analisis

Dalam ayat ini dibahas enam masalah, yaitu :

Pertama: firman Allah SWT, , maksudnya adalah perintah jihad bukanlah


fardhu ain melainkan fardhu kifayah.

Kedua: ayat ini adalah asal perintah untuk menuntut ilmu, karena makna ayat tersebut adalah
tidaklah patut semua mukmin keluar untuk berjihad, sedangkan nabi SAW berada di Madinah
tidak ikut berperang maksudnya adalah tidak dituntut semuanya berjihad sedangkan
sisa dari kelompok tersebut tinggal bersama Nabi dan mendalami ilmu agama.

Ketiga: kata ( kelompok orang). Ukuran kelompok itu paling sedikit berjumlah dua orang.

Keempat: firman Allah maksudnya ialah untuk mereka yang menetap bersama Nabi
SAW.

Kelima: hukum menuntut ilmu terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Fardhuain, seperti shalat, zakat dan puasa


2. Fardhu Kifayah, seperti memperoleh hak-hak menegakkan hukum atau hudud dan melerai dua
orang yang bertengkar.

Keenam: menuntut ilmu memiliki keutamaan dan martabat yang mulia.[8]

You might also like