Professional Documents
Culture Documents
TRILOGI BIOMASSA
ABSTRAK
Praktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah Acara I Trilogi Biomassa dilaksanakan
pada hari Senin, 28 Agustus 2017 di Laboratorium Tanah Kuningan, Departemen Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Biomassa merupakan material penyusun organisme.
Trilogi biomassa terbagi menjadi 3 yaitu bahan berair, lunak, dan keras. Biomasa cair yaitu bahan
sayur, buah, daging, dan susu. Biomassa lunak yaitu daun, kotoran ternak atau pupuk kandang. Bahan
keras yaitu kayu, bambu, ranting, dan juga cabang. Teknik yang digunakan untuk mengolah limbah
organik keras yaitu open fireing, limbah organik berair yaitu biokomposting dengan bantuan lalat hitam
(Hermetia illucens) , dan limbah organik lunak yaitu komposting. Pengolahan limbah organik keras
menghasilkan produk biochar, limbah organik lunak menghasilkan produk kompos (pupuk organik
padat), dan limbah organik berair menghasilkan produk biokompos (pupuk organik cair). Alat dan
bahan yang digunakan adalah kayu bakar, seresah daun tanaman, jerami, ranting, sayur dan buah
busuk, air, EM4, drum, ember, dan korek api. Hermetia illucens mengalami metamorfosis sempurna,
mengubah sampah organik dengan efisien dan cepat untuk sampah organik. Karakteristik pupuk
organik cair tidak berbau menyengat, berwarna kecoklatan, dan mudah larut dalam air. Biochar lebih
bertahan lama di dalam tanah.
Kata kunci : pupuk organik cair, biochar, Hermetia illucens
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik
berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk
tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan
sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar) (Arhamsyah,
2010). potensi biomassa yang bersumber dari kayu antara lain : limbah penggergajian kayu,
limbah plywood dan limbah logging. Selain ketersediaannya cukup banyak di Indonesia,
biomassa kayu juga cenderung tidak menyebabkan dampak negatif pada lingkungan. Secara
umum bahan baku biomassa dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu pohon berkayu
(woody) dan rumputrumputan (herbaceous) . Saat ini material berkayu diperkirakan
merupakan 50% dari total potensial bioenergi sedangkan 20% lainnya adalah jerami yang
diperoleh dari hasil samping pertanian ( Maharjoeno, 2005).
Pemupukan merupakan praktik penting dalam agronomi untuk meningkat kualitas
tanah dan produktivitas tanaman, cara ini telah dilakukan sejak lama (Zhou et al., 2012).
Disamping menjadi nutrisi bagi tanaman dan faktor penting dalam pembentukan tanah,
dengan adanya pemupukan terutama bahan organik juga memberikan efek pada perubahan
fisik tanah seperti kapasitas penyimpanan air dalam tanah. (Kononova et al., 2013). Salah
satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan tanah yaitu dengan pemberian
ekstrak kompos bahan organik. Hasil dekomposisi bahan organik dapat menyumbangkan
sejumlah unsur hara kedalam tanah yang tersedia bagi tanaman seperti N, P, K, S, Ca, Mg
dan unsur-unsur lainnya dan memperbaiki kondisi pH tanah.
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih
dari satu unsur .Kelebihan dari pupuk organik ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara
secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara
secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk
ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah
bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. (Hadisuwito, 2012)
Hermetia illucens tersebar luas di daerah beriklim tropis. Masalah sampah organic di
suatu daerah dapat dimanfaakan dan berguna sebagai pupuk organik dengan menggunakan
larva dari non-hama yaitu lalat hitam terbang, Hermetia illucens L. (Diptera: Stratiomyidae).
H. illucens larva berperan dalam pembusukan sisa organik dari pasar dan restoran, kotoran
hewan dan kotoran manusia, penurunan dapat terjadi masing-masing 33-58% bahan organik
dari kotoran sapi dan 50% dari kotoran ayam serta pengurangan bahan kering sampah organic
kota hingga 70%.. Penambahan bahan organik dalam bentuk mulsa, kompos, dan pupuk
kandang telah populer untuk meningkatkan kesuburan tanah. Akan tetapi pada daerah tropis,
manfaatnya berlangsung untuk satu sampai dua musim tanam saja karena proses
oksidasi/mineralisasi bahan organik berlangsung sangat cepat. Dengan begitu, proporsi
senyawa karbon organik yang dapat bertahan dalam tanah kecil karena sebagian besar
dilepaskan dalam bentuk CO2 ke atmosfer.
III. METODOLOGI
Biomassa dapat digolongkan menjadi 3 yaitu keras, lunak dan berair. Ketiga sifat
inilah yang membedakan cara pengolahan biomassa satu dengan yang lainnya. Secara umum
bahan baku biomassa dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu pohon berkayu (woody) dan
rumputrumputan (herbaceous) . Saat ini material berkayu diperkirakan merupakan 50% dari
total potensial bioenergi sedangkan 20% lainnya adalah jerami yang diperoleh dari hasil
samping pertanian (Maharjoeno, 2005).Bagian keras dapat dibuat menjadi biochar melalui
proses pirolisis (pembakaran tanpa oksigen) yang menghasilkan arang. Kemudian proses
menghidupkan biochar ini direndam dalam POC sehingga menjadi biochar. Biochar dalam
tanah dapat bertahan beberapa abad. Bagian berair dapat dibuat menjadi pupuk organik cair
(POC) dalam reaktor biokompos Hi (larva lalat hitam atau Hermetia illucens). POC dapat
digunakan sebagai sumber hara, sumber inokulen untuk pengomposan, atau sumber organik
dan mikroba. POC bermanfaat untuk jangka waktu yang sangat singkat.Bagian lunak seperti
daun dan kotoran ternak, dapat dibuat menjadi kompos melalui proses komposting. Proses
komposting ini terdiri dari 2 proses yaitu dekomposisi atau perombakan dan rekomposisi atau
sintesis. Kompos dapat lebih tahan lama jika disimpan didalam tanah dibandingkan dengan
POC. Kompos dapat bermanfaat dalam tanah selama 3-5 tahun.
Pada pengolahan limbah padat keras digunakan metode pirolisis. Pirolisa atau biasa
disebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa
kehadiran oksigen. Proses inisebenarnya bagian dari proseskarbonisasi yaitu proses
untukmemperoleh karbon atau arang, tetapisebagian menyebut pada prosespirolisa
merupakan high temperature carbonization (HTC), lebih dari 500oCProses pirolisis
menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran tar dan
beberapa zat lainnya. Produk lain adalah gas berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4)
dan lain-lain. Kayu ataupun bahan keras lainnya dibakar hingga terbentuk arang. Arang
hidup/biochar tersebut kemudian diaktifkan dengan POC atau activator lain (Arhamsyah,
2010). Arang kayu adalah ssuatu bahan padat yang berpori-pori dan merupakan hasil
pembakaran dari bahan berkayu yang mengandung unsur karbon (C) .Sebagian besar dari
pori-porinya masih tertutup dengan hidrokarbon dan senyawa organik lain (Sudradjat, dkk,
2006). Komponen-komponennya terdiri dari fixed carbon, abu, air, nitrogen dan sulfur.
Bentuknya berupa bongkahanbongkahan berukuran kecil sekitar 5 10 cm dan berwarna
hitam pekat.
Hermetia illucensadalah lalat hitam yang berguna dan menjadi sahabat manusia. Lalat
ini merupakan serangga endemik di tropika. . Lalat hitam suka dengan temperatur yang
hangat > 30oC dan optimum sekitar 40 oC, di wilayah yang dingin lalat hitam kurang
berkembang. Telur lalat hitam menetas dalam waktu 4 hari menjadi larva yang sangat agresif
mengunyah sampah. Pada kondisi optimum, larva mencapai kedewasaan dalam waktu 2
minggu. Namun jika kondisi kurang baik, larva dapat bertahan sampai 6 bulan. Ketahanan
larva dalam kondisi yang tidak optimum ini, menjadi alasan kehebatan sebagai agensia hayat
dalam proses perombakan limbah organik. Larva dewasa dapat memiliki ukuran panjang 25
mm, lebar 6 mm dan bobot 0,2 g. Larva tersebut juga tahan dalam kondisi kekurangan
oksigen.Larva lalat hitam juga dapat hidup pada sampah yang mudah busuk, misalnya limbah
daging, susu atau ikan. Sesaat sampah dimasukkan dalam reaktor, larva lalat hitam segera
mengeluarkan enzim untuk melakukan perombakan sebelum muncul bau busuk (Yuwono,
2016)
Lalat hitam datang pada sampah organik untuk bertelur. Telur lalat kemudian menetas
dan tumbuh menjadi larva yang akan makan delapan sampai 10 kali volume tubuh mereka.
Larva akan memproses nutrisi dari tubuh mereka. Larva kemudian meninggalkan reactor
biokompos setelah dewasa. Selama proses fermentasi atau pengomposan, bahan-bahan
organik mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme heterotropik dimana karbon tersebut
merupak energi bagi mikooganisme (Jie, 2008).
`
Berikut merupakan mekanisme perubahan bentuk limbah organik:
Bahan organik + O2 bakteri anaerob CH4 + Hara+ Humus
Dari ketiga bahan organik tersebut, biocar memiliki masa simpan dalam tanah
paling lama yakni ratusan bahkan ribuan tahun.. Stabilitas biochar hingga mencapai
ratusan tahun dalam tanah tidak dipengaruhi oleh suhu. Biochar mempunyai sifat
adsorpsi yang lebih besar terhadap kation melalui oksidasi permukaan dibanding melalui
adsorpsi oleh bahan organik biasa. Biochar yang baru mempunyai kapasistas adsorpsi
rendah dan yang sudah berumur lama memperlihatkan KTK sangat tinggi. Sehingga
konsep penggunaan biochar sebagai pembenah tanah selain memperbaiki sifat tanah
juga dapat merupakan penyimpan karbon yang baik (Dariah dan Nurida, 2015).
Penambahan biochar kedalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan kation
utama, P, dan konsentrasi N dalam tanah.Peningkatan KTK dan pH tanah dapat
meningkat hingga 40%. Penambahan biochar kedalam tanah dapat meningkatkan
ketersediaan kation utama, P, dan konsentrasi N dalam tanah.Peningkatan KTK dan pH
tanah dapat meningkat hingga 40%. Secara teoritis, dalam biochar tersimpan hingga 50%
karbon bahan baku dalam bentuk arang kayu berpori.Karbon tanah (bahan organik tanah)
memengaruhi indikator fisik, kimia dan biologi tanah, seperti stabilitas agregat (fisik),
retensi, ketersediaan hara (kimia), siklus hara (biologi) dan merupakan indikator terhadap
kualitas tanah itu sendiri (Kuykendall, 2008).
Pembuatan biochar dengan arang sekam menggunakan metode pirolisis, yaitu
pembakaran dengan oksigen yang rendah. Kelebihan dari metode pirolisis ini
menghasilkan arang sekam yang berkualitas, mengandung unsur hara, dapat
meningkatkan luas permukaan dan berpotensi sebagai arang aktif. Kekurangannya yaitu
harus menggunakan alat khusus dan sedikit rumit. Pembuatan biochar dari kayu
menggunakan metode open firing. Kelebihannya biochar dapat diaplikasikan secara
langsung dan dapat berperan sebagai pembenah tanah, serta mudah dilakukan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode yang digunakan dalam pengelolaan biomassa dapat melalui pirolisis untuk
mengelola biomassa padat dihasilkan biochar, melalui bio-composting
menggunakan reaktor biokompos Hi untuk mengelola biomassa berair dan
dihasilkan biokompos (pupuk organic cair) dan komposting untuk mengelola
biomassa lunak dihasilkan kompos.
2. Pupuk organik cair dan biochar berfungsi sebagai pembenah tanah. Kandungan
bahan organik pada pupuk cair dapat meningkatkan kandungan hara pada tanah
sehingga tanah semakin subur. Biochar dapat digunakan sebagai penahan retensi
tanah dan pengikat air pada tanah sehingga tanah tidak mudah kehilangan
ketersediaan air.
B. Saran
Penggunaan bahan keras pada pembuatan biochar harus dipastikan dalam keadaan
kering agar pembakaran yang terjadi lebih efektif dan efisien
DAFTAR PUSTAKA
Jie. 2008. The Assian Biomass Handbook: A Guide for Biomass Production and Utilization.
Wiley and Sons, London.
Kononova, M.M., Nowakowski, T.Z., and Mewman, A.C.D. 2013. Soil Organic Matter Its
Nature, Its Role In Soil Formation And In Soil Fertility, 2nd English Edition. Pergamon
Press Ltd., London.
Sudradjat, dkk. 2006. Teknik Pembuatan dan Sifat Briket Arang dari tempurung dan Kayu
Tanaman Jarak Pagar. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.Pusat Penelitian dan
PengembanganHasil Hutan Departemen Kehutanan,Bogor.
Zhou, H., Peng, X., Perfect, E., Xiao, T., and Peng, G. 2012. Effects of organic and inorganic
fertilization on soil aggregation in an ultisol as characterized by synchrotron based X-
ray micro-computed tomography. J. Geoderma, 195-196:23-30.