Professional Documents
Culture Documents
dalam Maulidan
Hari lahir Rasulullah SAW berulang setiap tahun. Karenanya,
sekali dalam setahun pula masyarakat Indonesia memperingati
hari kelahirannya. Berhubung banyaknya jumlah masjid dan
mushola, maka maulid tampak diperingati setiap hari. Undangan
muludan di desa-desa tetangga berderet antre diumumkan di
masjid-masjid. Bukan apa-apa. Hal ini lebih didasarkan pada
perbedaan kesiapan panitia muludan setempat.
from
: http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,56791-
lang,id-c,ubudiyah-
t,Amalan+Amalan+yang+Dianjurkan+dalam+Maulidan-.phpx
Dari Wulan
Assalamualaikum,
Ustadz, saya ingin tanya mengenai kewajiban nafkah suami,
apakah ia harus mendahulukan istrinya atau ibunya ketika
memberi nafkah. Permasalahannya, saya menikah bbrp bulan, dan
suami tidak pernah memberikan nafkah berupa uang kepada saya.
Penghasilan suami memang sangat pas, karena memang sebagian
digunakan utk membayar hutang. Namun suami saya masih membayar
kontrak rumah dari gajinya. Sedangkan untuk makan, seringkali
masih dari gaji saya. Begitu juga dengan pakaian.
Masalahnya, selama ini (sejak sebelum menikah), suami rutin
memberikan uang kepada ibunya (saya sdh menyetujuinya sebelum
menikah). Namun kondisi saat ini kami kekurangan, dan dia
masih memberi kepada ibunya dan tidak kepada saya. Bagaimana
hukumnya? Saya tidak ingin menjadi istri dan menantu yg
durhaka, karena itu saya ingin meluruskan permasalahan ini
kepada ustadz.
Terima kasih,
Jawaban:
Dijawab oleh: Ust. Ibrahim Bafadhol, M.Pd.I
Bismillah. Alhamdulillah washsholatu wassalamu ala rosulillah
waala ali wasobbihi wamanitabbahuda amabad.
Manakah yang harus didahulukan oleh seorang anak laki-laki,
memberikan nafkah kepada ibunya atau istrinya, jika si anak
laki-laki ini tidak mampu menafkahi keduanya?
Perlu diketahui, bahwa para ulama telah bersepakat bulat atau
ber-ijma sebagaimana telah dinukil oleh Ibnul Munzir, bahwa
nafkah untuk kedua orang tua yang miskin dan tidak mampu
mencukupi kebutuhan pokok keduanya, maka nafkah kedua orang
tua ini menjadi kewajiban anak-anaknya. Baik anak laki-laki
maupun perempuan.
Kemudian jika anak laki-laki ini telah menikah dan telah
memiliki anak, maka dia punya dua kewajiban: kewajiban
menafkahi orang tuanya yang miskin yang tidak mampu mencukupi
kebutuhan pokoknya dan menafkahi istri dan anak-anaknya
sendiri.
Jika seorang anak laki-laki mampu melakukan dua kewajiban ini,
maka inilah yang wajib atas dirinya. Tapi jika dia tidak mampu
memadukan dua kewajiban tersebut, karena penghasilannya yang
pas-pasan misalnya, maka yang harus didahulukan adalah
menafkahi istri dan anak-anaknya.
Para ahli fiqih telah menegaskan hal ini, sebagaimana
diutarakan oleh penyusun kitab Kasyful Kina, dia berkata,
seseorang yang tidak punya kelebihan dari nafkah untuk
mencukupi semua yang wajib ditanggung oleh dirinya, maka yang
pertama dia mulai adalah menafkahi dirinya sendiri.
Jika setelah itu ada kelebihan untuk orang lain, maka dia
dahulukan istrinya. Karena nafkah untuk istri adalah kewajiban
berdasarkan saling timbal balik atau al-muawadoh, yakni istri
memberikan pelayanan kepada suaminya, oleh karena itu
pelayanan dari istri ini wajib diimbali dengan nafkah. Dan
nafkah yang wajib karena al-muawadoh lebih didahulukan dari
nafkah yang diberikan karena menolong atau al-muwasah.
Kemudian mereka berdalil dengan sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Jabir rodhiallohuanhu dan hadits
ini dikeluarkan oleh imam Muslim dalam shohihnya, Rosululloh
shalallohu alaihi wasalam bersabda:
Jika Allah taala memberikan kepada salah seorang di antara
kalian kebaikan nikmat atau rezeki, maka hendaknya dia
memulai dengan dirinya dahulu dan keluarganya (HR. Muslim)
Nafkah yang paling besar pahalanya adalah nafkah yang
dikeluarkan oleh seseorang kepada keluarganya (HR. Muslim)
Jadi seperti inilah syariat mendudukan perkaranya. Bahwa orang
tua atau ibu yang miskin, tidak memiliki penghasilan sehingga
tidak bisa mencukupi makanan pokoknya sehari-hari, tidak
mungkin ditelantarkan. Nafkah atau makanan pokok orang tua
adalah tanggungan dari anak-anaknya. Setelah sang anak laki-
laki mencukupi kewajiban terhadap istri dan anak-anaknya
sendiri.
Tetapi jika sang orang tua tidak miskin, untuk makanan
pokoknya sudah cukup, misalnya orang tuanya memiliki
penghasilan berupa uang pensiun, maka nafkahnya tidak wajib
bagi anak laki-lakinya.
Namun jika anak laki-lakinya hendak memberikan sebagian
uangnya kepada ibunya, maka hendaknya sang istri tidak
mencegahnya. Karena hal tersebut merupakan bentuk birur
walidayn atau berbakti kepada orang tuanya. Dengan catatan,
setelah anak laki-laki ini mencukupi nafkah untuk keluarganya.
Wallohu alam
Wasallahu ala nabiyina muhammad waala washobbihi wassalam
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW, Kam nafu
anil khadim/berapa kali kami harus memaafkan pembantu? Nabi
menjawab, 70 kali untuk setiap hari. Sebagai imbalan
kebaikan majikan, pembantu tentunya harus mengikuti nasehat Al
Hasan Al Bashri. Ketika ditanya, Manakah yang didahulukan:
memenuhi panggilan adzan shalat atau melayani sang tuan?, ia
menjawab, Layani tuanmu terlebih dahulu..
Wallahu Alam
Sumber:
https://sisableng.wordpress.com/2009/11/28/memasak-dan-menguru
s-rumah-itu-kewajiban-suami/
Yang aneh, terhadap Allah yang begitu baik dan Maha Pengampun,
kita ini begitu hati-hati. Namun kepada sesama manusia yang
tersinggung dan begitu sulit memaafkan, kita malah sering
sembrono, padahal, dibandingkan dengan dosa yang langsung
berhubungan dengan Allah, kesalahan terhadap sesama manusia
jauh lebih sulit menghapusnya. Allah tidak akan mengampuni
dosa orang yang mengetahui kesalahan kepada saudaranya sesama
manusia sebelum saudaranya itu memaafkan.
Makna halalbihalal
Ada sebuah hadis sahih yang sungguh membuat mukmin yang sehat
pikirannya akan merasa khawatir merenungkannya. Yaitu hadis
sahih-dari sahabat Abu Hurairah yang diriwatkan oleh Bukhari
dan Muslim-tentang betapa tragisnya orang yang saat datang di
hari kiamat membawa seabrek (pahala) amal, seperti shalat
puasa, dan zakat, sementara ketika hidup di dunia banyak
berbuat kejahatan kepada sesama.
Bahkan apabila (pahala) amalnya itu sudah habis dan masih ada
orang yang pernah dizalimi dan belum terlunasi dosa orang ini
pun akan ditimpukkan kepadanya sebelum akhirnya dia dilempar
ke neraka. Orang yang malang ini disebut Rasulullah sebagai
orang yang bangkrut yang sebenarnya.
Lihatlah orang yang bangkrut itu disebutkan membawa seabrek
(pahala) shalat, puasa, dan zakat. Berarti dari sisi ini, dia
adalah orang yang taat beribadah. Namun, karena perangainya
yang buruk terhadap sesama, justru hasil ibadahnya itu sirna.
Masih ada satu hadis sahih lagi yang senada dengan hadis di
atas yang menganjurkan kita segera meminta halal dari orang
yang pernah kita zalimi (falyatahallalhu minhu), apakah itu
berkenan dengan kehormatannya atau yang lain.
Boleh jadi ini ada kaitannya dengan watak bangsa kita yang
sulit mengaku salah dan sulit memaafkan. Jadi, diperlukan
timing yang tepat untuk saling meminta dan memberi maaf. Lalu
kapan itu? Nah, tidak ada saat yang lebih tepat melebihi saat
setelah puasa Ramadhan.