Professional Documents
Culture Documents
1
Tri Ananda Erwin Nugroho Ringkasan
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian
Universitas Negeri Gorontalo Penelitian bertujuan untuk melakukan kajian
ababil.nugroho@gmail.com penyakit pada sapi yang disebabkan oleh
protozoa darah. Protozoa darah seperti
2
Rinaldi Usman Trypanosoma sp., Babesia sp., dan Theileria sp.,
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian merupakan genus protozoa yang berpredileksi
Universitas Negeri Gorontalo pada sel darah sapi. Protozoa darah ini pada
rinaldyusman01@yahoo.com akhirnya akan mengakibatkan kerugian dalam
menjalankan usaha peternakan sapi. Sampel yang
3
Risman A. Kasim diambil sebanyak 158 ekor dari total populasi
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian sebanyak 76.924 ekor sapi. Metode pemeriksaan
Universitas Negeri Gorontalo menggunakan pemeriksaan ulas darah tipis. Hasil
risman.kasim@yahoo.com penelitian diperoleh 114 sampel (72%) terdapat
protozoa darah pada sampel yang diperiksa.
4
Muhammad Sayuti Berdasarkan kepemilikan ternak, sebanyak 70
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian ekor sapi yang terinfeksi protozoa darah berasal
Universitas Negeri Gorontalo dari sapi yang dipelihara peternak perseorangan,
m.saym@yahoo.co.id dan sebanyak 44 ekor sapi berasal dari sapi yang
dipelihara oleh kelompok ternak. Genus protozoa
darah yang ditemukan yaitu Babesia sp., (64%)
dan Theileria sp., (32,5%), sedangkan
Trypanosoma sp., tidak ditemukan (0%).
sebelah utara, Teluk Tomini di sebelah Selatan, khusus maupun pemberian obat-obatan secara
Kabupaten Boalemo di sebelah Barat dan di berkala seperti obat cacing dan vitamin.
sebelah timur berbatasan dengan Kota Gorontalo Berdasarkan perbedaan pemeliharaan yang
dan kabupaten Bone Bolango. Kabupaten ini dilakukan kelompok ternak dan maupun peternak
memiliki luas wilayah 5.746,38 km2, yang secara perseorangan tersebut selanjutnya sampel
administratif terbagi menjadi 18 kecamatan yang diambil dan dikelompokkan menjadi dua.
terdiri dari Kecamatan Asparaga, Tolangohula,
Boliyohuto, Mootilango, Bilato, Pulubala, Hasil Pemeriksaan Ulas Darah Tipis
Tibawa, Tabongo, Batudaa, Bongomeme, Dari hasil pemeriksaan preparat ulas darah
Dungalio, Batudaa Pantai, Biluhu, Telaga, tipis telah ditemukan beberapa bentuk merozoit
Telaga Biru, Telaga Jaya, Tilango, Limboto dan dari protozoa yang tergolong ke dalam beberapa
Limboto Barat (BPS, 2014). genus Theileria sp., dan Babesia sp., sementara
Trypanosoma sp., dalam pemeriksaan
meggunakan metode preparat ulas darah tipis ini
tidak ditemukan. Dari hasil pengamatan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran
1000 kali terlihat di dalam sel darah merah
(intraseluler) terlihat bentuk merozoit protozoa
seperti buah pir yang berjumlah satu sampai
empat yang merupakan bentuk dari merozoit dari
genus Babesia sp.
terinfeksi. Secara umum hasil pemeriksaan flagellata (bulu cambuk) yang terletak
menemukan merozoit di dalam eritrosit (berpredileksi) pada ruang antara sel darah merah
berbentuk sangat beragam (bulat, oval, piriform dan sel darah putih (ekstra sel) atau lebih
atau tidak teratur), bentuk piriform secara khas tepatnya di plasma sel (Taylor dkk., 2007).
berpasangan dengan sudut lancip seperti yang Namun pada penelitian ini seluruh sampel yang
tersaji pada gambar 2. diperiksa menggunakan metode preparat ulas
Bentuk merozoit protozoa intraseluler lain darah tipis dan diamati dengan pembesaran 100
pada eritrosit juga ditemukan pada pemeriksaan kali dan 400 kali tidak ditemukan adanya
ulas darah tipis ini. Bentuk merozoit dari Trypanosoma sp., tersebut.
Theileria sp. ditemukan pada sampel darah sapi
di Kabupaten Gorontalo. Merozoit Theileria sp.
yang ditemukan tersaji pada gambar 3. Setiap
genus Theileria bentuknya berbeda-beda dan
strukturnya tidak beraturan. Pada T. parva
bentuknya ada yang berbentuk batang, lonjong,
dan bulat. Selain itu ada juga yang bentuk koma
dan cincin. Sering ditemukan pada limfosit dan
eritrosit (Levine, 1995). Kedua protozoa darah
ini (Babesia sp. dan Theileria sp.) merupakan
protozoa darah yang dapat mengakibatkan
anemia pada hospes yang ditinggalinya.
eritrosit. Eritrosit atau sering dikenal dengan sel ternak (44 ekor). Faktor yang mempengaruhi
darah merah merupakan sel darah yang paling tingkat kejadian penyakit protozoa darah lebih
banyak beredar di dalam tubuh baik hewan atau tingi pada sapi yang dipelihara secara
manusia yang membawa oksigen dan zat-zat perseorangan adalah sistem pemeliharaan.
lainnya. Eritosit merupakan sel-sel mikroskopis Peternak perseorangan memelihara ternak
dan tidak memiliki inti sel. Eritrosit berwarna mereka dengan cara melepasliarkan sapi
merah karena mengandung hemoglobin yang dilapangan, sawah maupun padang
merupakan senyawa protein yang mengandung penggembalaan dekat danau. Sapi tidak memilki
zat besi. Fungsi utama sel darah merah adalah kandang khusus ntuk diberikan makanan
mengikat oksigen dan karbon dioksida. Bagian tambahan. Peternak jarang memberikan perhatian
sel darah merah yang sangat berperan dalam lebih terhadap ternak yang mereka miliki seperti
mengikat oksigen yakni hemoglobin (Guyton dan memandikan sapi maupun memberikan
Hall, 1997). Bisa dianalisa apabila terjadi pengobatan pencegahan.
kerusakan eitorosit maka akan akan berdampak
pada gangguan sistem tubuh secara umum. No Genus protozoa Positif Kejadian Prevalensi
Gambaran sel darah normal pada sapi secara 1 Trypanosomiasis 0 0%
umum tampak bersih dari benda-benda asing 2 Babesiosis 73 114 64%
baik yang berada dalam interaseluler maupun 3 Theileriosis 37 32,5%
ekstra seluler seperti terlihat pada gambar 4c.
Ektoparasit seperti kutu dan caplak terlihat
Tingkat Kejadian Penyakit Protozoa darah menempel pada kulit sapi yang dipelihara
Berdasarkan dari pemeriksaan 158 sampel dilapangan bercampur dengan sapi-sapi milik
darah sapi di Kabupaten Gorontalo melalui peternak lain. Menurut Levine (1995) ektoparasit
metode pemeriksaan ulas darah tipis, ditemukan seperti caplak dan kutu merupakan vektor
sebanyak 114 sampel darah (72%) positif penularan penyakit protozoa darah ini. Pada saat
terinfeksi protozoa darah. Berdasarkan genus caplak menghisap darah sapi, bentuk
protozoa darah yang ditemukan, genus protozoa tropozoit dari babesia ikut masuk pada aliran
darah tersebut diprediksi merupakan genus dari darah dan akan masuk ke dalam eritrosit,
Babesia sp., dan Theileria sp. dan memiliki selanjutnya akan mengalami proses merogony
tingkat kejadian secara berturut-turut yaitu 64%, (pembentukan merozoit) melalui pembelahan
dan 32,5 %. Sedangkan tingkat kejadian ganda (biner), penguncupan (endodyogeni),
Trypanosomiasis pada sapi di Kabupaten endopolygeny dan atau perbanyakan berlipat
Gorontalo 0%. Hasil prevalensi selengkapnya ganda (skizogoni) di dalam endotel pembuluh
tersaji pada tabel 1 dan tabel 2. darah sehingga dihasilkan merozoit. Sebagai
akibat terjadinya perbanyakan merozoit tersebut
Tabel 1. Tingkat kejadian penyakit protozoa akan mengakibatkan sel endotel pecah dan
darah pada sapi di Kabupaten Gorontalo. merozoit akan memasuki sel endotel baru. Siklus
aseksual ini berlangsung tidak terbatas, pada
No Hewan Jumlah Positif Prevalensi akhirnya akan terbentuk individu baru dan
sampel protozoa selanjutnya akan menginfeksi eritrosit baru
1 Sapi 158 114 72% (Mosqueda dkk., 2002).
Merozoit ikut terhisap pada saat caplak
Berdasarkan dari kepemilikan ternak sapi menghisap darah sapi, dan di dalam tubuh caplak
yaitu yang dipelihara melalui kelompok ternak terjadi perkembangan seksual (syngamy) atau
dan peternak perseorangan tingkat kejadian merozoit tetap berkembang dengan pembelahan
penyakit protozoa darah pada sapi yang sederhana (ganda) menghasilkan parasit
dipelihara secara perseorangan lebih tinggi (70 vermiform dan masuk ke dalam rongga badan.
ekor) terinfeksi protozoa darah dibandingkan Vermiform bergerak dengan cara meluncur,
dengan sapi yang dipelihara oleh kelompok kemudian memasuki ovarium untuk menuju
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
telur. Dalam telur parasit vermiform akan Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 1997. Buku Ajar
berubah bentuk menjadi bulat dan Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit
memperbanyak diri dengan cara pembelahan Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
ganda, setelah larva caplak menetas parasit tidak
berkembang tetapi ketika larva menyilih (ekdisis) Hunfeld., Hildebrandt dan Gray. 2008.
menjadi nimpa parasit memasuki kelenjar ludah Babesiosis: Recent insights into an
dan berkembang secara pembelahan sederhana ancient disease. Elsevier. Internasional
(ganda) menjadi tropozoit sehingga caplak Journal For Parasitology.
menjadi infektif (Levine, 1995).
Berbeda halnya dengan sapi yang dipelihara Levine, ND. (1995). Protozoologi Veteriner.
melalui kelompok ternak, Sapi yang dipelihara Terjemahan Suprapto Soekardono.
rata-rata memiliki kandang walaupun tidak Gadjah Mada. University Press.
semua sapi di kandangkan. Beberapa peternak
rutin memandikan sapi mereka sehingga tidak Mosqueda, Juan., Terry F. McElwain., David
terlihat ektoparasit seperti kutu dan caplak pada Stiller dan Guy H. Palmer. 2002. Babesia
kulit sapi yang dipelihara. Program pemberian bovis Merozoite Surface Antigen 1 and
obat juga rutin dilakukan oleh petugas dari dinas Rhoptry-Associated Protein 1 Are
pada sapi milik kelompok ternak. Expressed in Sporozoites, and Specific
Antibodies Inhibit Sporozoite
Manfaat Penelitian Attachment to Erythrocytes. Infection
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian and Immunity Journal.
dasar. Hasil penelitian ini bisa menjadi awal
untuk melakukan pengembangan penelitian yang Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.
berorientasi produk maupun HAKI, seperti Cetakan ke-12. CV. Alfabeta. Bandung.
halnya pembuatan vaksin isolat lokal Gorontalo
dan atau pembuatan diagnosa cepat berbasis Taylor, M.A., Coop, R.L., and Wall, R.L., 2007.
molekuler (rapid test). Veterinary Parasitology. Third Edn.
Blackwell Publishing.
Daftar Pustaka